Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPS
“MODEL PEMBELAJARA IPS SD”

Disusun Guna Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah


“Pembelajaran IPS MI“
Dosen Pembimbing: Muliono Widodo Prawiro M.Si

Disusun Oleh :
Nurul Hidayah : 2019642600033

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
penulis dapat menyusun makalah ini hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Makalah yang berjudul “Model Pembelajaran IPS SD” ini diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran IPS MI. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang,15 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1
KATA PENGATAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3 Tujuan..................................................................................................... 5
1.4 Manfaat................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................... 4
2.1 Pengertian model pembelajaran.............................................................. 6
2.2 Model pembelajaran IPS SD................................................................... 7
a. Model pembelajaran inkuiri................................................................ 7
b. Model pembelajaran role player........................................................ 10
c. Medel pembelajaran cooperative........................................................ 11
d. Model pembelajaran bermain peta..................................................... 13
e. Model pembelajaran CVT.................................................................. 14
f. Model pembelajaran reaonig and problem solving............................ 15
BAB 3 PEUTUP................................................................................................ 18
3.1 Keismpulan............................................................................................ 18
3.1 Saran...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam
kurikulum-kurikulum di Indonesia. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan
keterampilan peserta didik sekolah untuk mampu beradaptasi dan
bermasyarakat serta menyesuaikan dengan perkembangan dalam era
globalisasi.
Dalam proses belajar seharusnya terjadi komunikasi dua arah antara
siswa dan guru sehingga siswa dapat belajar secara aktif serta menjadi pribadi
yang imajinatif serta kreatif. Untuk membangkitkan semangat belajar anak,
disinilah peran penting seorang guru sebagai sumber belajar, namun tidak hanya
sebagai sumber belajar tapi sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik.
Untuk mewujudkan itu semua, diperlukanlah model-model pembelajaran yang
efektif dan kreatif, sehingga mampu membangkitkan minat serta rasa ingin tahu
siswa dalam belajar, khususnya dalam pembelajaran IPS.
Dari sinilah penggunaan model pembelajaran sangat penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Karena model mengajar merupakan sebuah
perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada
proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta
didik seperti yang diharapkan.

1.2 Rumuan Masalah


1. Apakah pengertian model pembelajaran?
2. Bagaimanakah model-model pembelajaran IPS SD?

4
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran.
2. Untuk menjelaskan model-model pembelajaran IPS SD.

1.3 Manfaat Penulisan


Berdasarkan penulisan, diharapkan makalah ini bermanfaat bagi:
1. Bagi mahasiswa dapat mengetahui model-model pembelajaran IPS SD.
2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan serta keterampilan dalam
menyusun RPP pembelajaran IPS SD.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran


Model diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakanuntuk
mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah
bentuk yang lebih komprehensif. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe
atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk
membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung
diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi
yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau
peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem
yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat
menjelaskan dan menunjukkan bentuk aslinya.
Menurut Alan Pritchard, definisi pembelajaran adalah “the individual
process of constructing understanding based on experience from a wide range
of source.” Jadi, pembelajaran adalah proses individual dalam membangun
pengetahuan yang berdasarkan pada pengalaman dari sumber yang luas.
Beberapa pengertian model pembelajaran menurut para ahli :
1. Menurut Adi dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
2. Menurut Mulyani dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran
(Learning Teaching Strategy) Model Mengajar merupakan suatu pola atau
rencana yang dipakai guru dalam mengorganisasikan materi pembelajaran,
maupun kegiatan siswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru
mengajar didepan kelas (seperti alur yang diikutinya). Penggunaan model

6
pembelajaran tertentu akan menghasilkan pencapaian tujuan- tujuan yang
telah diprogramkan maupun yang semula tidak diprogramkan.
3. Menurut Samatowa dalam bukunya yang berjudul Bagaimana
Membelajarkan IPA di SD, model pembelajaran dapat dikatakan sebagai
suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan
kurikulum, kursus- kursus, desain unit- unit pelajaran dan pembelajaran,
perlengkapan belajar, buku- buku pelajaran, buku- buku kerja program
multimedia, dan bantuan melalui program komputer.
4. Menurut Paul D. Eggen, disebutkan bahwa the moddel described as being
potentially large in scope, capable of organizing several lessons or a unit of
study. Artinya, model dijabarkan menjadi potensi yang tidak terbatas
lingkupnya, yang mana ia mampu mengorganisasikan beberapa pelajaran
atau satuan pembelajaran.
5. Arends menyatakan the tern teaching model refers to a particular approach
to instruction that includes its goals , syntax , environment, system. Istilah
model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.

Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


adalah suatu pola atau perencanaan yang di rancang untuk menciptakan
pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

2.2 Model-Model Pembelajaran IPS SD

a. Model Pembelajaran Inkuiri

Secara umun, istilah “Inquiry” berkaitan dengan masalah dan


penelitian untuk menjawab suatu masalah. Roger (1969) misalnya,
menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk mengajukan
pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Menurut Beyer (1971) menyatakan bahwa
inkuiri lebih dari sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses

7
mempertanyakan makna/arti tertentu yang menuntut seseorang
menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat
dipahami. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri berangkat
dari asumsi bahwa sejak lahir manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahuannya Sanjaya, 2006 (dalam Endah
Hendarwati, 2013:59-70).

Berdasarkan uraian di atas, maka metode inkuiri yang dimaksudkan


dalam penelitian ini adalah suatu proses pembelajaran yang diharapkan
dapat mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi, mengajukan pertanyaan,
pertanyaan yang berkaitan dengan masalah, merumuskan hipotesis dan
melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan.

Metode inkuiri sebagai pembelajaran yang menekankan pada


aktivitas peserta didik dengan latar pengalaman yang dialami, maka
pembelajaran inkuiri tidak hanya berorientasi pada pengembangan
kemampuan kognitif, Tetapi menekankan pada proses pemecahan masalah
melalui tindakan pengujian hipotesis. Sehingga jelas bahwa pembelajaran
inkuiri dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang
berguna meningkat hasil belajar siswa pada pembelajaran.

Dalam pembelajaran IPS melalui model inkuiri akan lebih fokusada


siswa, karena siswa yang berusaha sendiri mengolah informasi untuk
memecahkan masalah yang akan dipecahkan dan siswapun mendapatkan
sendiri pemecahan masalah sampai pada kesimpulan. Guruhanya bertindak
sebagai pembimbing dan pengarah bagi siswa untuk menemukan dan
memecahkannya. Guru sebagai pembelajar diharapkan akan lebih
memahami tentang aktivitas belajar siswa, baik dari konsep, pemanfaatan
dalam kehidupan, maupun kegunaan dan pentingnya untuk diaplikasikan
dalam kegiatan belajar mengajar dalam bentuk metode dan strategi belajar
yang kreatif. Untuk menumbuh kembangkan aktivitas belajar di kalangan
siswa sekolah dasar, maka model inkuiri memiliki kemungkinan dan
dikembangkan di sekolah. Pengembangan

8
aktivitas belajar siswa melalui model inkuiri ini bisa dijadikan salah satu
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dalam
mengembangkan pembelajaran IPS menjadi lebih menarik perhatian dan
minat peserta didik sekaligus memberikan makna bagi perubahan sikap dan
prilaku.

Menurut (Nurhadi 2005: 124 dalam Tin Runtini) menyatakan bahwa


dalam pelaksanaannya dalam pembelajaran, model inkuiri digunakan
melalui langkah‐langkah sebagai berikut.

a. Merumuskan masalah

b. Membuat hipotesis

c. Mengumpulkan data

d. Menganalisis data

e. Menguji hipotesis

f. Membuat simpulan

Dalam model inkuiri, guru sudah memiliki jawaban sebelumnya,


sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya.
Masalah yang diberikan oleh guru dan siswa memecahkannya sesuai dengan
prosedur tertentu yang diarahkan oleh guru. Pelaksanaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing antara lain: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke
kelas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Selanjutnya mereka
mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok, setelah
diskusi dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan kerja
kelompok dilaporkan ke sidang pleno dan terjadilah diskusi kelas. Hasil sidang
pleno tersebut akan dirumuskan sebuah kesimpulan sebagai kelanjutan hasil
kerja kelompok (Roestiyah, 2008, pp. 75-76 dalam Wawan Priyanto,
2016:120-135)

9
b. Model Pembelajaran Role Playing

Role Playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang


dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengantujuan
menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein
Achmad, 1981;80). Role Playing adalah salah satu model pembelajaran
yang perlu menjadi pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam
konteks pembelajaran Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan
didalamnya.

Tujuan dan manfaat role playing (menurut Shaftel) :

g. Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita
hidup

h. Agar memahami apa yang menajdi sebab dari sesuatu serta bagaimana
akibatnya

i. Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu

j. Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan

k. Menggali peranan-peranan dari pada seseorang dalam suatu kehidupan


kejadian/keadaan

l. Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis,


analisis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok

m. Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara


berfikirnya, dan perbuatannya.

Langkah-langkah Role Playing :

a. Penjelasan umum (pengantar serta pembahasan cerita dari guru)

b. Memilih siswa yang akan berperan

c. Menyiapkan penonton yang mengobservasi

d. Menentukan jalan cerita dan mengatur ruang

10
e. Pelaksanaan permainan

f. Diskusi dan evaluasi

g. Permaninan berikutnya

h. Mempertukarkan pikiran, pengalaman dan membuat kesimpulan

Masalah-masalah sosial yang dapat diselesaikan dengan model role


playing adalah sebagi berikut : (Max.H.Waney dalam Husein Achmas.
1981:82)

a. Masalah pertentangan antar pribadi-pribadi.

1) Mengungkapkan perasaan orang-orang yang bertentangan

2) Menentukan cara-cara pemecahannya.

b. Masalah hubungan antar kelompok. Mengungkap masalah hubungan antar


suku, bangsa , kepercayaan.

c. Masalah pribadi antara tekanan orangtua dan kemaunnya, juga antara


kelompoknya dengan kemaunnya

d. Masalah masa lampau dan sekarang. Hal ini meliputi situasi yang kritis di
waktu lampau dan sekarang di mana para pejabat dan pemimpin politik
menghadapi berbagai permasalahan dan harus mengambil keputusan.

c. Model Pembelajaran Cooperative

Mencermati berbagai permasalahan sebagaimana yang diuraikan di


atas, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match berbantuan media grafis. Model pembelajaran kooperatif
didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan
bahwa manusia adalah mahluk sosial. Menurut Isjoni (2011: 15 dalam Meta
Dewi) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok

11
kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat meragsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Model pembelajaran
kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh
Lorna Curran tahun 1994 (Taniredja, 2011: 106). Salah satu keunggulan
tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan." Make a Match"
atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu
siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi
poin. Pembelajaran kooperatif tipe make a match membawa konsep
pemahaman kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran yang
diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan


lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika saling
berdiskusi dengan temanya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok
untuk saling memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat
sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif tipe make a match. Langkah-langkah model
pembelajaran tipe make a match. Ramadhan (2008) menyatakan
langkahlangkah pembelajaran model Make a Match adalah sebagai berikut:

1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa


konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban,

2) setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan


soal/jawaban,

3) tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang


dipegang,

12
4) setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya, misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama
tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan
dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

5) setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum


batas waktu diberi poin,

6) jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu


temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama,

7) setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa


mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya,

8) siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya


yang memegang kartu yang cocok,

9) guru bersamasama dengan siswa membuat kesimpulan


terhadap materi pelajaran. Kata media merupakan bentuk

d. Model Pembelajaran Bermain Peta

Keterampilan menggunakan dan menafsirkan peta dan globe


merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran Pengetahuan
Sosial. Keterampilan menginterpretasi peta maupun globe perlu dilakukan
peserta didik secara fungsional. Peta dan globe memberikan manfaat, yaitu:
a) siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas
suatu daerah; b) memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-
istilah geografi seperti: pulau, selat, semnanjung, samudera, benua dan
sebagainya; c) memahami peta dan globe, diperlukan beberapa syarat yaitu
: (a) arah, siswa mengerti tentang cara menentukan

13
tempat di bumi seperti arah mata angin, meridian, paralel, belahan timur dan
barat; (b) skala, merupakan model atau gambar yang lebih kecil dari
keadaan yang sebenarnya; (c) lambang-lambang, merupakan simbo-simbol
yang mudah dibaca tanpa ada keterangan lain; (d) warna, menggunakan
berbagai warna untuk menyatakan hal-hal tertentu misalnya: laut, beda
tinggi daratan, daerah, negara tertentu dsb.

e. Model Pembelajaran VCT

VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat


memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115)
mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan
sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan
nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya
VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran
siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-
nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk
kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya;
c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasionaldan
diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri
(1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih
dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil
keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya
sebagai warga masyarakat”.

Langkah Pembelajaran Model VCT

Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek


merekomendasikan beberapa cara, antara lain:

14
a. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group
evaluation)
Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik
diajak berdiskusi atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya
serta diarakan kepada keinginan untuk perbaikan dan
penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
1. Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang
ditemukan peserta didik
2. Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik
3. Peserta didik merespon pernyataan guru
4. Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus
hingga sampai pada tujuan yang diharapkan untuk menanamkan
niai-nilai yang terkandung dalam materitersebut.
b. Teknik Lecturing
Teknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat
apa yang menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara
lain:
1. Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku
atau yang dibuat guru.
2. Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya
dengan menggunakan kode, misalnya: baik-buruk, salah benar,
adil tidak adil, dsb.
3. Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok
kalau dibagi kelompok untuk memberikan kesempatan alasan
dan argumentasi terhadap penilaian tersebut.

f. Model Reasoning and Problem Solving


Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level
memanggil (retensi), yang meliputi basic thinking, critical thinking, dan
kreative thinking. Selanjutnya, Johnson (1992) merangkum beberapa definisi
critical thinking dari beberpa ahli, seperti Ennis (1987,1989), Lipman

15
(1988), Siegel (1988), Paul (1989), dan McPeck (1981), yang disebut juga “the
Group of Five”. Ia menyimpulan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari
kemampuan berpikir kritik. Pertama, berpikir kritis memerlukan sejumlah
kemampuan kognitif; kedua, berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi
dan pengetahuan; dan ketiga, berpikir kritis mencangkup dimensi afektif yang
semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-beda. Tujuan berpikir
kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan
mengevaluasi pelaksaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut.
Dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan
yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi, kemampuan pemecahan masalah dapat
diwujudkan melalui kemampuan reasoning.
Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki
lima langkah pembelajaran, yaitu:
n. Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah,
memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
o. Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi,
melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar).
p. Penyeleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau
eksperimen, reduksi atau ekspansi, dedukasi logis, menulis persamaan).
q. Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan
komputasi, aljabar, dan geometri).
r. Refleksi atau perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternative
pemecahan, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan
pemecahan, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orsinil).

Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai konselor,


konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah sebuah metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi
berbagai masalah baik pribadi atau perorangan maupun kelompok untuk

16
dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Ada empat tahap proses pemecahan
masalah menurut Savage dan Amstrong sebagai berikut:
1) Mengenal adanya masalah;
2) Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;
3) Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut; dan
4) Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun keunggulan metode problem solving, sebagai berikut:
a. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan
khususnya.
Kelemahan metode problem solving, adalah sebagai berikut:
a. Beberapa pokok pembahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
b. Memerlukan advokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang lain.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang


melukiskan prosedur sistematis dalam pengorganisasian pengalamanbelajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi
sebagai pedoman untuk para perancang pembelajaran dan para pendidik
dalam merencanakan atau melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model
pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran IPS adalah model
pembelajaran yang berlandaskan pendekatan paradigma konstruktivisme
yaitu pembelajaran yang berdasarkan pada partisipasi aktif peserta didik
dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. Model- model
pembelajaran IPS berlandaskan paradigm konstruktivisme diantaranya
yaitu: Model Pembelajaran Inkuiri, Model Pembelajaran Role Playing,
Model Pembelajaran Cooperative, Model Pembelajaran Bermain Peta,
Model Pembelajaran VCT, dan Model Reasoning and Problem Solving.

3.2 Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru harus
memahami lebih jauh mengenai strategi dan model pembelajaran efektif
untuk dipakai peserta didik. Maka dari itu tugas seorang guru harus
mempunyai keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang tepat
bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan
siswa belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu mengubah
persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih
menyenangkan karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan
pembelajaran IPS.

18
DAFTAR PUSTAKA

Huriah Rachmah. 2014. Pengembangan Profesi Pendidikan IPS.

Bandung: Alfabeta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rudy Gunawan. 2011. Pendidikan IPS filosofi, Konsep dan Aplikasi.

Jakarta: Alfabeta.
Hendarwati, Endah.2013. Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebaai Sumber

Belajar Melalui Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa SDN 1

Sribit Delanggu Pada Pelajaran IPS. Jurnal Pendidikan Vol. 2, No. 1

Priyanto, Wawan. 2016. Penerapan Multimedia Interaktif Berbasis Inkuiri

Terbimbing Dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

Jurnal Pendidikan Vol. 3

19

Anda mungkin juga menyukai