Anda di halaman 1dari 32

Analisis Laporan Keuangan

Artikel Ilmiah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan


Program Studi Akuntansi

Oleh :
Iqbal Maulana
43219010161
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2020

ABSTRAK

Setiap perusahaan memiliki yang namanya komponen laporan keuangan, dan laporan
keuangan itu di analisis sebagai mestinya.

Kata Kunci : Komponen Laporan Keuangan, Analisis Laporan Keuangan


PENDAHULUAN

Setiap perusahaan pasti akan membuat yang namanya laporan keuangan di akhir periode
(biasanya terjadi di akhir tahun). Laporan keuangan tersebut menyediakan informasi
kinerja perusahaan selama setahun yang mana laporan tersebut akan berguna bagi
investor maupun kreditor, dan pengambilan keputusan untuk ke depannya.
LITERATUR TEORI

Menurut Munawir (1991:2), pada dasarnya laporan keuangan adalah proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2001:47), laporan keuangan adalah suatu laporan yang
menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), laporan keuangan adalah bagian dari
proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti
misalnya: sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut Bridwan (2004:17) dalam buku “Intermediate Accounting”, laporan


keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Gumanti (2011:103), laporan keuangan adalah ringkasan dari harta, kewajiban
dan kinerja operasi selama suatu periode akuntansi tertentu.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:5), laporan keuangan adalah struktur yang
menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalah sebuah entitas.

Menurut Wikipedia, laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu


perusahaan pada periode akuntansi yang dapat digunakan utuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari pelaporan keuangan.
PEMBAHASAN

Komponen Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk membuat suatu
keputusan antara lain mengenai rencana-rencanan perusahaan, penanaman
modal/investasi, pencarian sumber-sumber dana oprasi perusahaan lainnya (Amin Wijaya
Tunggal, 1995).
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah laporan finansial perusahaan yang dibuat oleh bidang
keuangan tertentu. Isi dari laporan ini ialah data-data pendapatan sekaligus beban yang
ditanggung oleh perusahaan.
Biasanya laporan ini dibuat untuk menjelaskan kondisi keuangan perusahaan pada
periode tertentu. Maka dari itu, sebagian besar laporan dikerjakan pada akhir tahun
atau akhir bulan, sesuai ketentuan di perusahaan tersebut.
Dengan adanya laporan keuangan ini, pihak atasan bisa mengetahui kondisi finansial
perusahaan yang terkini. Sehingga laporan tersebut bisa dijadikan sebagai dasar
evaluasi untuk langkah kebijakan selanjutnya.
Dari pengertian di atas laporan ini adalah laporan keuangan yang dibuat secara lengkap
oleh petugas keuangan atau pembukuan pada  perusahaan yang nantinya akan
dijadikan sarana mengevaluasi kebijakan atasan pada periode tertentu.
Dari kesimpulan ini bisa dinyatakan kalau laporan keungan ini harus dibuat dengan
baik. Jika ada kesalahan dalam penulisan angka, tentu arah kebijakan ke depan juga
salah. Karena bisa jadi kerugian lebih banyak dibandingkan keuntungan yang diraih
perusahaan.
Jenis dan Contoh
1. Laporan Laba Rugi Single Step
Pernyataan single step atau langkah tunggal  hanya menunjukkan satu kategori
pendapatan dan satu kategori pengeluaran. Format ini kurang bermanfaat bagi
pengguna eksternal karena mereka tidak dapat menghitung rasio efisiensi dan
profitabilitas dengan lingkup data yang terbatas.
Laporan ini bersifat sederhana, tidak berisi detail perputaran keuangan yang terjadi
pada perusahaan tersebut dan biasanya dipakai oleh perusahaan rintisan atau UKM.
Contoh :

2. Laporan Laba Rugi Multiple Step


Pada laporan Multiple step atau multi-langkah, akuntan harus memisahkan akun
biaya ke dalam akun lain yang lebih relevan, lebih mendetail dan dapat digunakan
berdasarkan fungsinya. Beban pokok penjualan, biaya operasi dan non-operasional
dipisahkan dan digunakan untuk menghitung laba kotor, laba operasi, dan laba
bersih.
Laporan keuangan jenis ini biasanya sudah berdasarkan standar yang digunakan
untuk pelaporan keuangan perusahaan besar atau perusahaan yang memiliki banyak
pemangku kepentingan, seperti kreditor dan investor.

Contoh :
Fungsi Laporan Laba Rugi
1. Untuk Dijadikan Bahan Evaluasi Keuangan
Ketika perusahaan sudah berjalan selama satu bulan atau satu tahun pasti ada
transaksi keuangan di sana. Baik yang menghasilkan kerugian maupun laba.
Akumulasi dari total finansial tersebut yang akan menjadi laba rugi perusahaan di
bulan atau tahun tertentu.
Jika keuangan tersebut dicatat lengkap dengan transaksinya tentu atasan bisa
mengetahui secara jelas asal usul munculnya data finansial tersebut. Sehingga bisa
dilakukan penghitungan lebih menyeluruh ketika evaluasi nanti.

2. Untuk Mengetahui Perkembangan Perusahaan


Perusahaan sedang berkembang bisa dilihat dari kondisi keuangan di perusahaan
tersebut. Jika lebih besar keuntungan atau laba dibandingkan rugi, tentu prospek
perusahaan ke depan akan semakin meningkat. Apalagi jika dibarengi dengan
peningkatan alat produksi, sumber daya manusia dan selainnya.
Maka dari itu, untuk mengetahui perkembangan perusahaan, atasan harus tahu data-
data laba rugi perusahaan. Maka dari itu, dibuatlah laporan laba rugi yang bisa
dijadikan tolak ukur perkembangan atau sebaliknya.
3. Untuk Mengatur Langkah Kebijakan Atasan
Fungsi yang ketiga dari laporan laba rugi adalah untuk mengatur langkah kebijakan
atasan terkait dengan pembiayaan. Jika di dalam laporan tersebut, kerugian
terbanyak akibat alat produksi yang tidak bekerja, maka di tahun berikutnya, bisa
diganti dengan aplikasi yang lebih menguntungkan.
Begitu juga jika yang profit-nya tinggi dari produk A bukan B, maka di tahun
berikutnya, kegiatan produksi A lebih ditingkatkan dibandingkan produksi produk
yang B.
2. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan ekuitas yaitu laporan keuangan yang menunjukan perubahan
ekuitas selama satu periode. Laporan perubahan ekuitas terdiri dari saldo awal modal
pada neraca saldo setelah disesuaikan di tambah laba bersih selama satu periode
dikurangi dengan pembayaran dividen.
Tujuan dari dibentuknya laporan perubahan modal yakni:
 Memberi laporan mengenai perubahan modal kerja.
 Membuat ikhtisar dari investasi dan dana yang dihasilkan di dalam suatu periode
serta aktiva pembayaran.
Beberapa hal yang ada pada laporan perubahan modal meliputi:
1. Rekonsiliasi antara nilai tercatat pada masing-masing modal saham, agio, serta
cadangan di awal sampai akhir periode yang secara terpisah mengungkap
perubahan.
2. Saldo akumulasi antara rugi dan laba di awal ekuitas periode serta perubahannya.
3. Transaksi modal antara pemilik serta distribusi pada pemilik.
4. Pengaruh kumulatif beban serta pendapatan, kerugian dan keuntungan serta
jumlahnya yang berdasar pada PSAK terkait yang diakui langsung di dalamnya.
5. Laba maupun rugi bersih pada periode yang berkaitan.
Dalam laporan perubahan ekuitas, terdapat unsur-unsur yang perlu diperhatikan.
Unsur-unsur ini adalah bagian penting dalam laporan yang akan disusun berdasar pada
data yang telah didapatkan, meliputi:
1. Laba yang tidak dibagi per akhir periode akuntansi
2. Dividen yang diumumkan
3. Laba netto di periode tertentu
4. Laba yang tidak dibagi pada awal periode (per awal tahun)
Komponen akun dalam laporan perubahan ekuitas adalah:
a. Modal awal
b. Laba (rugi) tahun berjalan
c. Pembayaran dividen
d. Pencadangan saldo laba untuk cadangan tujuan
e. Modal akhir
Contoh :

3. Laporan Posisi Keuangan / Neraca


Laporan Posisi Keuangan/Neraca adalah suatu bagian dari laporan keuangan yang
menunjukkan keadaan dari suatu unit usaha pada tanggal tertentu yang terdiri atas dua
bagian yaitu aktiva dan pasiva. Aktiva dapat dikategorikan sebagai investasi yang
dilakukan dalam perusahaan sedangkan pasiva merupakan sumber-sumber yang
digunakan untuk investasi tersebut dan jumlah kedua bagian ini harus sama.
Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 164) keterbatasan neraca antara lain adalah:
a. Sumber daya dan kewajiban entitas biasanya disajikan menurut harga perolehan
(historical cost) pada saat terjadinya sehingga menjadi tidak relevan untuk
melakukan evaluasi kekayaan perusahaan.
b. Ketidakstabilan nilai mata uang menyebabkan neraca tidak mencerminkan daya
beli konstan. Akibatnya, neraca mencerninkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas
dalam satuan daya beli yang tidak sama.
c. Sulitnya untuk melakukan perbandingan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lainnya karena masing-masing perusahaan tidak
mengklasifikasikan dan melaporkan semua pos yang hampir sama secara seragam.
d. Dalam hal pengukuran, ada beberapa sumber daya dan kewajiban entitas tidak
dilaporkan ke dalam neraca (Off Balance Sheet Item)
Laporan posisi keuangan terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.
Informasi yang dapat disajikan di laporan posisi keuangan antara lain posisi sumber
kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut
dalam suatu periode akuntansi.
Contoh :

4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)


Demi menjaga stabilitas keuangan, sebuah perusahaan barang dan jasa pasti memiliki
sistem akuntansi atau pencatatan laporan dari semua kegiatan transaksi. Berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), selain neraca dan ekuitas/laporan perubahan
modal, terdapat laporan arus kas yang harus senantiasa dibuat per periode.
Laporan arus kas atau yang biasa disebut dengan cashflow ini sendiri dapat diartikan
sebagai catatan keuangan yang berisi informasi tentang pemasukan dan pengeluaran
selama satu periode. Laporan ini akan sangat berguna ketika Anda akan mengevaluasi
struktur keuangan (likuiditas dan solvabilitas), serta aktiva bersih perusahaan.
Laporan arus kas tidak hanya akan sangat berguna untuk memudahkan pengecekan kas
pada periode tersebut, tetapi juga dapat menjadi dasar prediksi dari ketidakpastian arus
kas di masa mendatang. Karenanya, laporan ini akan sangat bermanfaat bagi para
kreditor, investor, pihak manajemen, atau pihak terkait lainnya.
3 Elemen dalam Laporan Arus Kas
1. Aktivitas Operasional (Operating)
Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak
termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih
jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan operasional meliputi arus kas dari kegiatan
produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi
adalah arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba
bersih.
2. Aktivitas Investasi (Investing)
Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang, pengembalian
persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan ekuitas
dan harta kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva
produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
produksi barang dan jasa.
3. Aktivitas Pendanaan atau Pembiayaan (Financing)
Adalah kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik dan
pemberian hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta pembayaran
kembali hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan
kepada pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal
dari pembiayaan jangka panjang.

Cara Menyusun Laporan Arus Kas


Catatan keuangan ini bisa dibuat dengan berpatokan pada dua sumber data, yakni;
neraca periode berjalan dan sebelumnya, serta laporan laba/rugi pada periode ini.
Untuk penyajiannya pun bisa dibuat dengan dua cara, yakni direct method (langsung)
dan indirect method (tidak langsung).
Perbedaan keduanya hanya terletak pada penyajian data yang berasal dari aktivitas
operasi. Pada penyajian langsung, kegiatan operasional dikelompokkan ke dalam
berbagai kategori, termasuk diperinci ke dalam dua jenis arus kas; arus masuk atau
keluar.
Sedangkan pada penyajian tidak langsung, arus kas pada aktivitas operasi ditentukan
dengan mengoreksi laba bersih yang telah ada di laporan laba rugi. Jadi, indirect
method lebih memusatkan diri pada data yang sudah ada di neraca dan laporan laba
rugi.
Secara general, ada lima langkah untuk membuat laporan ini, yaitu;
 Menghitung kenaikan atau penurunan kas
 Menghitung kas bersih (netto) pada aktivitas operasi, baik dengan cara langsung
maupun tidak langsung.
 Menghitung kas bersih (netto) pada aktivitas investasi
 Menghitung kas bersih (netto) pada aktivitas pendanaan
 Hitung jumlah kas bersih dari ketiga aktivitas tersebut beserta saldo awal kas.

Contoh :
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah informasi yang rinci mengenai unsur-unsur
dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memiliki fungsi yaitu
melengkapi informasi nominal dalam laporan keuangan. Selain itu catatan atas laporan
keuangan juga mampu menjelaskan hal-hal yang tidak bisa diungkapkan secara rinci
mengenai nominal yang terdapat dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan menjadi unsur yang tidak terpisahkan dalam laporan keuangan karena
memiliki kegunaan yang sangat penting. Hal ini akan bermanfaat bagi pihak yang
sering mencari tahu informasi laporan keuangan yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan terbuka (Tbk). Laporan keuangan tidak dapat menyajikan semua informasi
yang diperlukan oleh banyak pihak, namun laporan keuangan akan tetap menyajikan
catatan atas laporan keuangan tersebut dengan tujuan untuk mengungkapkan maksud
khusus, misalnya seperti :
 Pernyataan atas satu akun yang terbentuk dari gabungan beberapa akun,
 Perlakuan jaminan
 Serta hal-hal yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan nominal tertentu.
Catatan atas laporan keuangan menjadi suatu hal yang penting karena menjadi sebagai
dasar untuk menjelaskan secara rinci kepada pihak pembaca secara luas. Hal ini dapat
membantu pembaca agar tidak akan salah persepsi dalam membaca laporan keuangan
perusahaan tertentu berkat adanaya catatan atas laporan keuangan tersebut. Catatan
atas laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk mudah dipahami oleh manajemen
entitas pelaporan serta untuk banyak pihak pula. Umumnya, laporan keuangan berisi
informasi yang berpontensi menyebabkan terjadinya kesalahpahaman bagi pihak
pembaca. Selain itu kesalahpahaman juga dapat disebabkan oleh adanya interpretasi
yang keliru dari pembaca laporan keuangan. Untuk mencegah terjadinya
kesalahpahaman tersebut, maka catatan atas laporan keuangan akan menyajikan
informasi yang telah menyebabkan suatu kesalahpahaman sebelumnya dalam laporan
keuangan.
Informasi dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
Berikut ini merupakan informasi dalam catatan atas laporan keuangan, yaitu:
1.  Kebijakan akuntansi
2.  Penjelasan pos-pos laporan keuangan,
3.  Pengungkapan lainnya, dan informasi tambahan yang diperlukan.
Tidak hanya perusahaan saja yang harus menyajikan catatan atas laporan keuangan,
tetapi pemerintah juga harus menyajikan catatan atas laporan keuangan karena
pemerintah termasuk dalam entitas. Berikut ini merupakan isi dari catatan atas laporan
keungan yaitu menyajikan informasi tentang penjelasan mengenai pos-pos laporan
keuangan yang bertujuan sebagai pengungkapan yang memadai, yaitu:
1. Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi umum mengenai Entitas
Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
2. Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi tentang kebijakan fiscal serta
ekonomi makro,
3. Catatan atas laporan keuangan menyajikan suatu ikhtisar atas tercapainya target
keuangan perusahaan selama tahun pelaporan serta mengungkapkan kendala dan
hambatan yang terjadi saat mencapai target tersebut;
4. Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi mengenai landasan dasar
dalam penyusunan laporan keuangan serta kebijakan-kebijakan akuntansi yang
akan diterapkan dalam transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
5. Catatan atas laporan keuangan menyajikan penjelasan atas masing-masing pos
yang disajikan pada laporan keuangan secara rinci;
6. Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi yang penting dah menjadi
suatu kewajiaban yang harus diungkapkan atas kebijakan dasri Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP) mengenai informasi belum disajikan dalam;
7. Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi lain yang dibutuhkan untuk
penyajian yang wajar, dan yang tidak terdapat dalam laporan keuangan.
Dan masih banyak lagi informasi yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan suatu perusahaan. Catatan atas laporan keuangan harus dibuat secara rinci
dan sesuai dengan kebijakan akuntansi serta kebutuhan perusahaan tersebut.
Lingkup dan Tujuan Analisis Finansial
Analisis finansial adalah suatu evaluasi terhadap kinerja finansial masa lalu perusahaan
dan prospeknya di masa yang akan datang. Secara khusus, analisis finansial mencakup
suatu analisis laporan keuangan perusahaan dan aliran dananya. Analisis laporan finansial
mencakup perhitungan berbagai ratio. Analisis laporan finansial ini digunakan oleh pihak
– pihak yang berkepentingan seperti kreditor, investor, dan manajer untuk menentukan
posisi finansial perusahaan dibanding posisi finansial perusahaan lain. Analisis laporan
finansial merupakan suatu cara yang digunakan oleh investor dan kreditor untuk melihat
pengaruh posisi finansial perusahaan dan hasil usahanya terhadap reputasi perusahaan,
price/earning ratio dan tingkat bunga efektifnya.
Analisis arus dana adalah suatu evaluasi terhadap laporan arus kas perusahaan untuk
menentukan pengaruh sumber dan penggunaan dana terhadap operasi perusahaan dan
kondisi finansialnya. Analisis arus dana digunakan untuk membuat keputusan yang
menyangkut investasi, operasi dan pendanaan.

Analisis Laporan Keuangan


Laporan finansial perusahaan menyajikan ikhtisar data aktiva, kewajiban, dan ekuitasnya
dalam neraca dan menyajikan ikhtisar data penghsilan dan biayanya dalam laporan laba
rugi.Jika tidak dianalisis, data tersebut dapat menjerumuskan seseorang untuk mengambil
kesimpulan yang salah tentang kondisi finansial perusahaan. Seorang analis finansial
memanfaatkan rasio untuk membuat dua tipe perbandingan :
1. Perbandingan industri
Rasio-rasio suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio-rasio perusahaan lain yang
sejenis atau dengan rasio rata-rata industry atau norma-norma industri untuk
menentukan sejauh mana perusahaan meninggalkan para pesaingnya.
2. Analisis Tren
Rasio-rasio periode berjalan suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio-rasio periode
masa lalu dan rasio-rasio yang diharapkan pada periode mendatang untuk menentukan
apakah kondisi finansial perusahaan semakin baik atau semakin buruk.
Setelah selesai menganalisis laporan finansial, analisis finansial perusahaan akan
berkonsultasi dengan manajemen untuk membicarakan rencana dan prospek mereka,
mengidentifikasi bidang-bidang permasalahan dalam analisis, dan solusi yang
dimungkinkan. Analisis laporan keuangan dapat secara luas diklasifikasikan menjadi dua
jenis penting dasar bahan yang digunakan dan metode operasi.
Berdasarkan Material Bekas
Berdasarkan bahan yang digunakan, analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis utama seperti analisis eksternal dan analisis internal.
1. Analisis Eksternal
Luar dari badan usaha melakukan analisis biasanya eksternal tetapi mereka secara
tidak langsung terlibat dalam badan usaha seperti investor, kreditur, organisasi
pemerintah dan lembaga kredit lainnya. Analisis eksternal adalah sangat berguna untuk
memahami posisi keuangan dan operasionalmbadan usaha. Analisis eksternal terutama
tergantung pada diterbitkan laporan keuangan perhatian. Analisis ini menyediakan
hanya terbatas informasi tentang badan usaha.
2. Analisis internal
Perusahaan itu sendiri tidak mengungkapkan beberapa informasi yang berharga bagi
badan usaha dalam jenis analisis. Analisis ini digunakan untuk memahami pertunjukan
operasional masing-masing dan setiap departemen dan unit badan usaha. Analisis
internal membantu untuk mengambil keputusan mengenai mencapai tujuan dari badan
usaha.
Berdasarkan Metode Operasi
Berdasarkan metode operasi, analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis utama seperti analisis horizontal dan analisis vertikal.
1. Analisis Horizontal
Berdasarkan analisis horizontal, laporan keuangan dibandingkan dengan beberapa
tahun dan berdasarkan itu, perusahaan dapat mengambil keputusan. Biasanya, saat ini
angka tahun dibandingkan dengan tahun dasar (tahun dasar yang menganggap sebagai
100) dan bagaimana informasi keuangan yang berubah dari tahun ke tahun. Analisis ini
juga disebut sebagai analisis dinamis.
2. Analisis Vertikal
Berdasarkan analisis vertikal, laporan keuangan mengukur jumlah hubungan dari
berbagai item dalam laporan keuangan pada periode tertentu. Hal ini juga disebut
sebagai analisis statis, karena, analisis ini membantu untuk menentukan hubungan
dengan berbagai item muncul dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, penjualan
diasumsikan sebagai 100 dan barang-barang lainnya yang diubah menjadi angka
penjualan.

Analisis Rasio (Rasio Analysis)


Analisis rasio adalah teknik yang paling populer dan banyak digunakan untuk melakukan
analisis laporan keuangan. Rasio dapat bermanfaat sebagai analisis perbandingan dengan
1) rasio tahun lalu, 2) standar yang telah ditentukan, dan 3) rasio kompetitor.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis rasio:
1. Faktor yang mempengaruhi rasio
Analis harus memahami faktor yang dapat mempengaruhi rasio perusahaan, misalnya
kejadian ekonomi, faktor industri, kebijakan manajemen, dan kebijakan akuntansi.
2. Interpretasi dari rasio
Rasio harus diinterpretasikan dengan cermat, karena faktor yang mempengaruhi
numerator (pembilang) akan berkorelasi dan berdampak terhadap denominatornya
(penyebut).
Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, diperlukan ukuran-ukuran tertentu.
Ukuran yang sering digunakan adalah rasio. Rasio diperoleh dengan membandingkan
satu pos atau elemen laporan keuangan dengan elemen yang lain dalam laporan keuangan
tersebut. Analisis atas laporan keuangan suatu entitas tergantung pada sudut pandang
serta tujuan pihak yang melakukan analisis. Analisis dapat berbeda untuk satu pihak
dengan pihak yang lain.
Menurut Hanafi dan Halim pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan kedalam
lima macam kategori, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Aktivitas
3. Rasio Solvabilitas
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Pasar
Melalui kelima rasio tersebut, investor dapat melihat prospek dan resiko perusahaan pada
masa yang mendatang. Kelima faktor tersebut akan mempengaruhi harapan investor
terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.
a.) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang akan segera jatuh tempo.
1.) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini dihitung dengan membagi Aktiva lancar dengan Utang Lancar. Rasio
lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan
seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang
diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo
utang.
Aktiva Lancar
Rasio Lancar= × 100 %
Utang Lancar
Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang rasio lancarnya terlalu tinggi
juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada
akhirnya dapat mengurangi kemampuan peningkatan laba perusahaan.
2.) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini dihitung dengan kas ditambah efek kemudian membagi hasilnya dengan
Utang Lancar.
Kas dan Setara Kas
Rasio Kas= × 100 %
Utang Lancar
Rasio kas yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang harus segara dipenuhi
dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan
(mudah dirubah menjadi uang).
3.) Rasio Cepat (Quick / Acid Test Ratio)
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan Persediaan dari Aktiva Lancar dan
kemudian membagi hasilnya dengan Utang Lancar.
Aktiva Lancar−Persediaan
Rasio Cepat = ×100 %
Utang Lancar
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah,
sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan
kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio cepat yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
4.) Rasio Modal Kerja (Working Capital to Total Asset Ratio)
Rasio ini dihitung dengan aktiva lancar dikurangi hutang lancar kemudian
membagi hasilnya dengan jumlah aktiva.
Aktiva Lancar−Utang Lancar
WCTA Ratio= ×100 %
Jumlah Aktiva
Rasio modal kerja yaitu Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto).
b.) Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang dan
lainnya). Atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari.
1.) Total Assets Turn Over Ratio (TATO Ratio)
Kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu
periode tertentu atau kemampuan modal yang dinvestasikan untuk menghasilkan
revenue. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari
tiap Rupiah aktiva dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan desimal.
Penjualan
TATO= × 1 kali
Total Aktiva
2.) Tingkat Perputaran Piutang (Recaivable Ratio)
Kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutang, artinya semakin cepat
perputaran piutang semakin bagus dalam pengumpulan piutangnya. Ukurannya:
• Receivable Turnover
Digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode. Atau berapa kali dana yang tertanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio
sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik.
Sebaliknya jika semakin rendah maka ada over investment dalam piutang. Cara
mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan
rata piutang.
Penjualan Netto
Recaivable TurnOver Ratio= × 100 %
Piutang Rata−Rata
 Average Collection Period
Digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang. Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga
menghitung hari rata–rata penagihan piutang (days of receivable).
Piutang Rata−Rata ×360
Days of Receivable= × 100 %
Penjualan
3.) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Kemampuan perusahaan dalam memutarkan persediaan barang yang dimiliki,
artinya semakin cepat perputaran perputaran persediaan semakin cepat barang
yang dimiliki terjual.
 Inventory Turnover
Digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam inventory
ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio
perputaran persediaan (inventory turnover). Rasio ini juga menunjukkan
berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin
kecil rasio ini maka semakin jelek, demikian pula sebaliknya.
Cara mencarinya adalah dengan membandingkan antara harga pokok barang
yang dijual dengan rata – rata persediaan. Namun apabila tidak ada harga
pokok maka dapat digunakan sebagai perhitungan adalah penjualan (sales)
dengan rata – rata persediaan dan biasanya dalam hitungan tahun.
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover Ratio= ×100 %
Persediaan Rata−Rata
 Average Day’s Inventory
Digunakan untuk mengukur periode menahan persediaan rata-rata atau
perioded rata- rata persediaan barang berada di gudang.
Persediaan Rata−Rata ×360
ADI Ratio= × 100 %
Harga Pokok Penjualan
4.) Perputaran Aset (Asset Turnover)
Digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan. Kemudian juga
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap Rupiah aktiva dan
biasanya rasio ini dinyatakan dengan desimal.
Penjualan
AssetsTurnover= ×100 %
Total Aktiva
c.) Rasio Solvabilitas / Leverage (Solvability Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total
hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas
jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan
neraca. Rasio Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman jangka panjang. Rasio ini
berhubungan dengan Hutang/debt. Artinya seberapa besar hutang yang digunakan
oleh perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Rasio ini penting
sekali karena perusahaan perlu mengatur seberapa besar hutang yang digunakan
nantinya, karena apabila perusahaan tidak mengatur ini maka bisa saja hutang yang
terlalu tinggi dan bunga terlalu tinggi, sedangkan hasil laba operasional perusahaan
rendah. Oleh karena itu hutang harus disinkronisasikan dengan laba perusahaan. Suatu
perusahaan yang solvabel belum tentu likuid dan sebaliknya perusahaan yang
insolvable belum tentu ilikuid. Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada
empat kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu:
 Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel
 Perusahaan yang likuid dan solvabel
 Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
 Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
1.) Total Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini membandingkan modal sendiri (Net worth) di satu pihak dengan total
hutang (Total Debt) di lain pihak.
Total Hutang
DER= × 100 %
Modal Sendiri
Makin kecil prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan menjadi
insolvabel. Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan penambahan
modal sendiri dengan alternatif sebagai berikut:
a. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau menambah aktiva relatif lebih
besar daripada bertambahannya hutang.
b. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang relatif
besar daripada berkurangnya aktiva.
2.) Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio (DAR) adalah ratio yang dihasilkan dengan membandingkan
jumlah aktiva (total assets) di satu pihak dengan jumlah utang (total debt dilain
pihak).
Total Hutang
DAR= ×100 %
Total Aktiva
3.) Long Term Debt to Total Equity Ratio (LTDE)
Rasio ini menunjukkan besarnya hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan
dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki.
Hutang Jangka Panjang
LTDE= ×100 %
Modal Sendiri
4.) Time Interest Earner Ratio (TIER)
Ratio ini menujukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang
dengan laba yang diperoleh. Semakin besar ratio ini semakin besar kemampuan
perusahaan memenuhi pembayaran bunga
EBIT
TIER= ×100 %
Bunga

d.) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)


Profitability Rasio adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, artinya
seberapa besar rasio dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktifitas perusahaan maka semakin baik perusahaan tersebut.
Rasio profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan,
karena selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan
menanamkan dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan
effisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional
perusahaan.
1.) Gross Profit Margin Ratio (GPM)
Laba Kotor
GPM = ×100 %
Penjualan
2.) Profit Margin
EBIT
PMR= ×100 %
Penjualan
3.) Net Profit Margin
EAT
NPM= ×100 %
Penjualan
4.) Return on Asset (ROA)
Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba
sebelum bunga dan pajak atau EBIT.
EBIT
ROA= ×100 %
Total Aktiva
5.) Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan
modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham.
Laba Bersih
ROE= × 100 %
Modal Saham
Meskipun, rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini
tidak memperhitungkan dividend maupun capital gain untuk pemegang saham.
Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya.
ROE dipengaruhi oleh ROA dan Leverage keuangan perusahaan. Selain itu ROE
bisa dihitung dengan cara:
Laba Bersih
ROE= ×100 %
Rata−Rata Saham Biasa
Bagian atas persamaan tersebut pembilang (numenator) mencerminkan bagian
laba yang bisa dialokasikan ke pemegang saham untuk periode tertentu, setelah
semua hak-hak kreditur dan saham preferen telah dilunasi, biaya bunga telah
dikurangkan dari laba bersih. Sementara dividen untuk saham preferen belum
dikurangkan. Karena itu dividen untuk saham preferen mesti dikurangkan darilaba
bersih perusahaan untuk memperoleh hak bersih pemegang saham biasa.
Pembagi / penyebut (denominator) persamaan diatas mengukur rata- rata jumlah
saham yang digunakan selama periode tersebut. Saham biasa sama dengan total
saham dikurangi nilai dari nominal saham preferen.
6.) Return on Investment (ROI)
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba
yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau
EAT.
EAT
ROI= ×100 %
Total Aktiva
Return on Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan lain
untuk ratio ini adalah net operating profit rate of return atau operating earning
power.
Kegunaan dari analisa ROI dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.
Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka
manajemen dengan menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur
efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efsiensi produksi danefisiensi bagian
penjualan. Apabila suatu perusahaan pada suatu periode telah mencapai
“operating aset turnover“ sesuai dengan standar atau target yang telah
ditetapkan, tetapi ternyata ROI-nya masih dibawah standar target, maka
perhatian managemen dapat dicurahkan pada usaha peningkatan efisiensi
disektor produksi dan penjualan. Sebaliknya apabila profit margin telah
mencapai target atau standar yang telah ditetapkan, sedangkan operating aset
turn over masih dibawah target maka perhatian managemen dapat dicurahkan
nuntuk perbaikan kebijaksanaan investasi baik dalam modal kerja maupun
dalam aktiva tetap. Rendahnya operating aset turnover ini bisa disebabkan
karena kesalahan dalam kebijakan pembelian bahan mentah yang dibeli terlalu
besar menumpuk di gudang.
b. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh
ratio industri, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis,
sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah, sama, atau
diatas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana
kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan
dengan perusahaan lain yang sejenis.
c. Analisa ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan
modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti penting mengukur rate of
return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi
suatubagian dengan bagian yang lain didalam perusahaan yang bersangkutan.
Kelemahan analisa ROI yaitu:
a. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva antara perusahaan yang satu
dengan perusahaan yang lain, perbandingan tersebut akan dapat memberi
gambaran yang salah. Ada berbagai metode penilaian inventory (FIFO,
LIFO,The Lower cost or market valuation) yang digunakan akan berpengaruh
terhadap besarnya nilai inventory, dan yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap jumlah aktiva. Demikian pula adanya berbagai metode depresiasiakan
berpengaruh terhadap jumlah aktivanya.
b. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi
nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang
dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu
tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam menghitung investment
turn over dan profit margin.
7.) Earning Per Share
Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang
diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Keuntungan perlembar saham biasanya
merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang merupakan
angka dasar yang diperlukan dalam menentukan harga saham. Earning per share
atau laba perlembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan
sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT.
EAT
EPS= ×100 %
Jumlah Lembar Saham
e.) Rasio Pasar (Market Ratio)
Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut
pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor atau calon investor,
meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini.
1.) Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Rasio (PER) merupakan rasio untuk rasio untuk melihat harga
saham relatif terhadap earningnya.
Harga Saham Per Lembar
PER= × 100 %
EPS
2.) Dividend Yield (DY)
Dividend Yield (DY) merupakan rasio untuk melihat bagian dari harga pasar
saham yang akan diperoleh investor.
Deviden Per Lembar
DY = × 100 %
EPS
3.) Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) Merupakan rasio untuk menilai suatu ekuitas
berdasarkan nilai bukunya.
Harga Saham Per Lembar
PBV = × 100 %
Nilai Buku Saham Per Lembar

4.) Book Value (BV)


Book Value (BV) Merupakan rasio dihasilkan dari ekuitas dibagi rata-rata jumlah
saham yang beredar.
Total Ekuitas
BV = ×100 %
Rata−Rata Saham yang Beredar
Alat Ukur Kinerja Keuangan yang Lain
Meskipun data-data akuntansi memberikan banyak informasi yang berguna, namun
akunyansi juga memiliki keterbatasan. Dalam menghadapi keterbatasan ini analisis
melakukan penyesuaian dengan memberikan ukuran kinerja alternatif. Beberapa ukuran
profitabilitas akhir akhir ini yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajerial
antara lain :
1.) Nilai Tambah Pasar (Market Value Added/MVA)
Tujuan utama sebagian besar perisahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang
saham. Tujuan ini jelas menguntungkan pemegang saham, tetapi juga memastikan
bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang
menguntungkan perekonomian. Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal
dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah
modal ekuitas yang diinvestasikan investor. Perbedaan ini disebut Nilai Tambah Pasar
(Market Value Added/MVA).
MVA=Nilai Pasar Ekuitas− Modal Ekuitas yang Diinvestasikan oleh Investor
¿ ( Saham yang Beredar ) ( Harga Saham )−Total Ekuitas Saham Biasa
2.) Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added/EVA)
Jika MVA mengukur pengaruh tindakan manajerial sejak pendirian perusahaan, maka
nilai tambah ekonomi (economic valueadded/EVA) memfokuskan pada efektifitas
manajerial dalam satu tahun tertentu. EVA menunjukkan semua laba setelah semua
biaya modal termasuk modal ekuitas dikurangkan. Jadi EVA adalah suatu laba
ekonomis yang sesungguhnya dalam tahun berjalan, dan hal ini sangat berbeda
dengan laba akuntansi.
EVA=Laba Operasi Setelah Pajak −Biaya Modal Setelah Pajak
¿ EBIT ( 1−Tarif Pajak )−(Total Modal)( Biaya Modal Setelah Pajak )
Total modal mencakup hutang jangka panjang, saham preferen dan ekuitas saham
biasa.
Analisis Laporan Keuangan Sistem Trend
Analisis trend merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan
peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup
banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil
analisis tersebut dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut
Laporan keuangan dapat dianalisis dengan kecenderungan serangkaian informasi
komputasi, mungkin arah atas ataupun ke bawah yang melibatkan hubungan persentase
masing-masing dan setiap item pernyataan dengan nilai umum 100%. Analisis Trend
(kecendrungan) membantu memahami hubungan tren dengan berbagai item, yang muncul
dalam keuangan pernyataan. Persentase ini juga dapat diambil sebagai angka indeks yang
menunjukkan perubahan relative dalam informasi keuangan yang dihasilkan dengan
berbagai periode waktu. Dalam analisis ini, hanya item utama dianggap untuk
menghitung persentase tren.
Analisis Laporan Keuangan Sistem Common-Size
Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening
dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan
laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size statement)
menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya,
cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis common-size dan termasuk
metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement)
dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1) Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang
posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2) Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya
dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi,
baik komposisi investasi maupun struktur modal.
Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size
percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
masing-masing elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat
menggambarkan perubahan distribusi tersebut.
Analisis laporan keuangan common-size berguna dalam memahami pembentuk internal
laporan keuangan. Sebagai contoh, analisis common-size menekankan pada dua faktor:
1) Sumber pendanaan termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban
tak lancar dan ekuitas.
2) Komposisi aktiva termasuk jumlah untuk masing-masing aktiva lancar dan aktiva tak
lancar.
Sebuah laporan laba rugi siap untuk analisis common-size karena setiap pos terkait
dengan angka kunci seperti penjualan. Dalam berbagai tingkatan, penjualan
mempengaruhi hampir seluruh beban dan berguna untuk mengetahui berapa persen dari
penjualan yang diwakili oleh tiap pos-pos beban. Pengecualian berlaku untuk pajak
penghasilan, yang terkait dengan laba sebelum pajak bukan penjualan. Keterbatasan
utama laporan keuangan common-size untuk analisis antar perusahaan adalah
kegagalannya untuk mencerminkan ukuran relatif perusahaan yang di analisis.
Analisis Laporan Keuangan Sistem Du Pont
Analisis Du Pont adalah rasio keuangan yang memecah / menjabarkan rasio Return on
Asset (ROA) dan rasio Return on Equity (ROE) menjadi beberapa komponen penting.
1.) Return on Asset (ROA) Du Pont System
ROA dipakai dalam analisis Du Pont karena ROA menggambarkan seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih menggunakan aset-asetnya.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan perputaran aset merupakan inti bisnis
perusahaan, karena jika perusahaan memiliki aset besar tetapi tidak dapat
menghasilkan laba bersih, maka hal ini bisa mengindikasikan bahwa perusahaan tidak
memiliki kemampuan mengahsilkan profitabilitas / keuntungan.
Dengan memecah komponen ROA menjadi beberapa bagian, perusahaan dapat
mengetahui dan menganalisis komponen-komponen penting dalam kinerja keuangan
perusahaan secara lebih luas. Dalam analisis Du pont, ROA dijabarkan menjadi
beberapa hubungan rasio penting. Rasio pertama menghubungkan tingkat
pengembalian aset (ROA) dengan rasio perputaran aset dan rasio margin laba bersih.
Laba Bersih Penjualan
ROA= × ×100 %
Penjualan Total Aktiva
Seluruh perusahaan tentu ingin menghasilkan ROA yang tinggi. Namun, kemampuan
perusahaan seringkali dibatasi oleh tekanan persaingan. Tekanan persaingan ini
akhirnya menghadirkan trade off pada perusahaan, sehingga perusahaan akan memilih
untuk memaksimalkan tingkat perputaran aset atau memaksimalkan margin laba
bersih. Jika perusahaan ingin memaksimalkan tingkat perputaran aset, perusahaan
harus benar-benar mendayagunakan aset-asetnya dengan baik untuk mencapai
penjualan yang lebih besar. Dengan demikian, perusahaan bisa menghasilkan
perputaran aset yang tinggi.
Hal ini biasanya terjadi pada perusahaan-perusahaan manufaktur / restoran cepat saji,
yang sebenarnya memang memiliki tingkat perputaran aset yang tinggi, karena
perusahaan membutuhkan banyak bahan untuk produksi. Namun seiring tingginya
tingkat produksi, hal ini juga menuntut perusahaan untuk mengeluarkan biaya-biaya
yang besar. Hal tersebut juga berpotensi untuk menggerus margin laba bersihnya.
Maka, perusahaan yang memiliki tingkat produksi yang tinggi, harus memaksimalkan
tingkat perputaran aset untuk menghasilkan ROA yang tinggi.
Sedangkan pada perusahaan-perusahaan jasa seperti hotel, biasanya memiliki tingkat
perputaran aset yang lebih rendah, karena aktivitasnya berbeda dengan perusahaan
manufaktur, terutama pada perusahaan yang mengolah bahan mentah sampai barang
jadi yang siap dijual. Maka dari itu, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
perputaran aset lebih rendah, biasanya juga memiliki pengeluaran beban yang tidak
terlalu besar. Oleh Karena itu, untuk menaikkan nilai ROA, perusahaan-perusahaan
tersebut bisa memilih untuk memaksimalkan margin laba bersihnya.
2.) Return on Equity (ROE) Du Pont System
ROE digunakan dalam analisis Du Pont karena ROE dapat menggambarkan besarnya
pengembalian yang didapatkan pemegang saham, sehingga dengan menjabarkan
komponen perhitungan ROE, bisa mengetahui kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dan memberikan imbal hasil pada para pemegang
sahamnya. Dalam analisis rasio Du pont, ROE dijabarkan lagi menjadi beberapa
komponen penting yang terdiri dari penggabungan rasio Leverage, rasio Perputaran
Aset, dan Margin Laba Bersih.
Aset Penjualan Laba Bersih
ROE= × × ×100 %
Ekuitas Total Aktiva Penjualan
Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Oleh karena
itu, analisis Du Pont ROE ini tidak dapat disama-ratakan. Industri dapat dibedakan
menjadi 3 bagian untuk mendapatkan nilai ROE yang tinggi :
a.) High Turnover Industries
Pada umumnya, industri yang turnovernya tinggi adalah industri retail. Persaingan
pada industri retail biasanya sangat ketat, sehingga ROE yang tinggi tidak bisa
didapatkan dengan menetapkan harga jual yang lebih mahal pada konsumen. Jika
hal ini dilakukan, maka pelanggan akan pindah ke perusahaan pesaing. Untuk
menghasilkan ROE yang tinggi, perusahaan harus menaikkan volume penjualan
atau menambah jumlah gerai. Jadi, ciri khas industri high turnover adalah
perputaran asetnya tinggi.
b.) High Margin Industries
Beberapa industri bisa membuat margin laba bersih yang tinggi. Hal ini terjadi
pada perusahaan yang tidak terlalu bergantung pada volume penjualan. Industri
high margin biasanya ditandai dengan margin laba bersih yang tinggi.
c.) High Leverages Industries
Industri high leverage contohnya adalah perbankan. Hal ini dikarenakan di industri
bank, tabungan nasabah akan dikelompokkan sebagai hutang yang bisa digunakan
sebagai modal untuk menyalurkan kredit. Keuntungan perbankan adalah selisih
bunga kredit dengan bunga tabungan / deposito.
Industri yang masuk dalam kelompok ini ciri-ciri nya memiliki rasio leverage
(equity multiplier) yang cenderung tinggi. Leverage secara sederhana adalah
hutang. Rasio leverage yang besar, akan meningkatkan hutang perusahaan.
Leverage yang terlalu tinggi akan berbahaya untuk perusahaan.
KESIMPULAN

Laporan keuangan dibuat oleh perusahaan setiap akhir periode (akhir tahun), laporan
tersebut dibuat dengan maksud untuk mengetahui kinerja perusahaan selama satu tahun,
selain itu juga laporan tersebut sangat berguna bagi investor ataupun kreditor sebuah
perusahaan. Laporan keuangan juga dapat dianalisis dengan berbagai cara.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Y. M., (2017). Analisis Kondisi dan Kinerja Keuangan. Modul Kuliah Manajemen
Keuangan. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta

Rofiqoh, Ifah dan Zulhawati. (2016). Dasar-dasar Manajemen Keuangan

Priharto, Sugi. 2019. Pengertian Laporan Laba Rugi, Jenis, Fungsi, dan Contohnya.
https://accurate.id/akuntansi/laporan-laba-rugi/ (diakses tanggal 13 Juni 2020)

Priharto, Sugi. 2020. Pengertian, Komponen, dan Contoh Laporan Perubahan Modal.
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-komponen-dan-contoh-laporan-perubahan-
modal/ (diakses tanggal 13 Juni 2020)

Priharto, Sugi. 2019. Mengenal Laporan Arus Kas Lebih Jauh Beserta Contohnya.
https://accurate.id/akuntansi/mengenal-laporan-arus-kas/ (diakses tanggal 14 Juni 2020)

Ichsanti. 2017. Catatan Atas Laporan Keuangan [Lengkap].


https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/lengkap-catatan-atas-laporan-keuangan/
(diakses tanggal 14 Juni 2020)

Heze, El. 2018. Analisis Rasio Du Pont dan Contohnya – Part I.


http://www.sahamgain.com/2018/09/analisis-rasio-du-pont-dan-contohnya.html. (diakses
tanggal 15 Juni 2020)

Heze, El. 2018. Analisis Rasio Du Pont dan Contohnya – Part II.
http://www.sahamgain.com/2018/09/analisis-rasio-du-pont-dan-contohnya_13.html.
(diakses tanggal 15 Juni 2020)

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-laporan-keuangan-menurut-
para-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai