Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN BATUBARA DI INDONESIA SEBAGAI PLTU

Rizqi Nanda Pratama

Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Paper ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan sisa pengolahan batubara yang
dijadikan bahan baku semen. Pemanfaatan batubara dalam indusru semen, batubara yang
dibakar akan menyisakan abu. Abu batubara tersebut akan bercampur dengan klinker dan
akan berpengaruh pada kulaitas semen. Dalam industri pembuatan semen, batubara
digunakan sebagai bahan bakar dalam kiln untuk membentuk klinker yang merupakan
bahan dasar semen. Keberadaan batubara yang melimpah berbanding lurus dengan
banyaknya industri yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya, yang mana
akan semakin terus berkembang. Selama ini reputasi bahan bakar fosil terutama batubara,
memang sangat buruk apabila dikaitkan dengan masalah pencemaran lingkungan. Pada
proses pembakaran bata, kandungan abu batubara yang terlalu banyak akan menyumbat
celah-celah susunan antar bata, berakibat akan mengganggu penyebaran panas hasil
pembakaran.

Kata Kunci: batubara, , semen.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Batubara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia. Batubara
telah memainkan banyak peran selama berabad-abad, tidak hanya membangkitkan
listrik namun juga merupakan bahan bakar utama bagi kegiatan-kegiatan industri seperti
industri semen. Menurut jenisnya, batubara dapat dibagi menjadi batubara kualitas
rendah (lignite), kualitas sedang (sub-bituminous), kualitas tinggi (bituminous), dan
kualitas sangat tinggi (anthracite). Batubara kualitas tinggi sebagian besar diekspor dan
digunakan selain untuk industri semen. Oleh karena itu, selama ini di Indonesia
sebagian besar proses pembakaran dalam kiln menggunakan jenis batubara kualitas
sedang (sub-bituminous). Belum ada industri semen yang menggunakan jenis batubara
kualitas rendah (lignite) untuk proses pembakaran dalam kiln
Dalam industri pembuatan semen, batubara digunakan sebagai bahan bakar
dalam kiln untuk membentuk klinker yang merupakan bahan dasar semen. Keberadaan
batubara yang melimpah berbanding lurus dengan banyaknya industri yang
menggunakan batubara sebagai sumber energinya, yang mana akan semakin terus
berkembang. Selama ini reputasi bahan bakar fosil terutama batubara, memang sangat
buruk apabila dikaitkan dengan masalah pencemaran lingkungan.
Jumlah tersebut cukup besar, sehingga memerlukan pengolahan yang lebih
lanjut. Memperhatikan potensi fly ash yang dihasilkan pembangkit listrik yang
menggunakan batubara di Indonesia yaitu lebih dari 1 juta ton per tahun dan adanya
kesulitan untuk tempat penampungan fly ash ini, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai kemungkinan penggunaan abu batubara hasil buangan PLTU misalnya untuk
keperluan industri. Dalam industri semen, pembuatan semen umumnya menggunakan
bahan baku utama yaitu batu kapur dan tanah liat yang di dalamnya terdapat senyawa
silika (SiO2).
B. Tujuan
• Mengetahui pemanfaatan batubara sebagai bahan baku semen.
• Mengetahui metode dalam pembuatan semen dengan bahan baku batubara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Batubara

Batubara dapat didefinisikan sebagai batuan sedimen yang terbentuk dari

dekomposisi tumpukan tanaman selama kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman

ini terjadi karena proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa

diubah menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Perubahan yang terjadi dalam

kandungan bahan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian

membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu

berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras

(Mutasim, 2010).

Batubara merupakan batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen

yang 7 mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, serta oksigen sebagai komponen

unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu

senyawa anorganik pembentuk ash (debu), tersebarsebagai partikel zat mineral yang

terpisah di seluruh senyawa batubara. Secara ringkas, batubara bisa didefinisikan

sebagai batuan karbonat berbentuk padat, rapuh, berwarna cokelat tua sampai hitam,

dapat terbakar, yang terjadi akibat perubahan tumbuhan secara kimia dan fisik. (Elliot,

1981)

B. Karakteristik Batubara pada Industri Semen

Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara mengiling terak
atau clinker yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis yang digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
gypsum dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Definisi secara umum Semen
Portland adalah hydroulisbinder yang di buat denganmenggiling halus Clinker Semen
Portland dengan menambahkan 4-5% Gypsum (CaSO4.H20). (Romli, 2010).

Seperti diketahui bahwa batubara merupakan suatu campuran padatan yang sangat
heterogen dan terdapat dialam dengan tingkat atau grade yang berbeda, mulai dari lignit,
sub bitumine, bitumine sampai antrasit. Sebagai padatan, batubara terdiri atas kumpulan
maceral (vitrinite, eksinite dan enertinite) dan mineral (clay, kalsit dan lain-lain). Dilihat
dari unsure-unsur pembentuk batubara terdiri dari carbon, oksigen, nitrogen sedikit
sulfur, fosfor dan lain-lain. Sedangkan dari segi struktur molekul, dapat dibedakan atas
aromatic dan aliphatic. Oleh karena itu dalam industry semen, batubara digunakan
sebagai bahan bakar, maka panas pembakaran, hasil-hasil pembakaran dan sisa-sisa
pembakaran perlu diketahui terutama apabila hal-hal tersebut dapat mengganggu
kualitas semen yang akan dihasilkan.

Apabila kita membakar batubara dengan free grate, maka panjang nyala yang
dihasilkan, tergantung besarnya kandungan volatile matter nya. Batubara dengan kadar
volatile matter yang tinggi, akan menghasilkan nyala yang panjang diatas grate fire dan
batubara dengan kadar volatile matter yang rendah, akan menghasilkan nyala yang
pendek. Oleh karenanya antrasit biasa disebut dengan short flaming coal dan bitumine
sebagai long flaming coal. Akan tetapi batubara akan menghasilkan hasil yang berbeda
bila dibakar dalam bentuk batubara halus didalam tanur putar. Long flaming coal bila
dibakar dalam tanur putar sebagai batubara halus akan terurai dengan segera dan
volatile matter yang menguap akan terbakar dengan cepat. Sedangkan partikel coke
yang sudah tersegregasi akan mempunyai luas permukaan yang sangat besar sehingga
serbuk batubara dapat terbakar secara cepat. Hal ini yang menyebabkan long flaming
coal didalam tanur putar akan terbakar hanya dalam daerah yang pendek dari tanur atau
dengan kata lain akan menghasilkan nyala pendek. Short flaming coal mengandung
sedikit volatile matter, bila dibakar dalam tanur putar sebagai batubara halus akan
terurai secara lambat, sehingga akan terbakar dalam jarak yang lebih panjang.

Dengan demikian, batubara yang disebut short flaming coal bila dibakar sebagai
batubara halus didalam tanur putar, akan menghasilkan nyala yang panjang. Operasi
pembakaran dalam tanur putar membutuhkan pembakaran dengan suhu nyala yang
sangat tinggi, karena proses klinkerisasi memerlukan suhu material sekitar 1450 0C.
disamping itu suhu nyala yang lebih tinggi akan menghasilkan heat transfer yang lebih
besar. Kedua hal ini sangat berpengaruh dalam hal efektifitas dan efesiensi operasi
pembakaran dalam tanur putar. Walaupun antrasit memiliki nilai kalor yang tinggi,
penggunaannya sebagai bahan bakar dalam tanur putar kurang disukai, karena antrasit
menghasilkan nyala yang lebih panjang dengan suhu yang relative lebih rendah.
Demikian juga lignit, yang disamping mempunyai kandungan volatile matter yang
tinggi dan heating value rendah, tidak disukai karena akan menghasilkan suhu nyala
yang lebih rendah. Bitumine adalah jenis batubara yang lebih disukai pemakaiannya
sebagai bahan bakar dalam tanur putar, karena mempunyai kandungan volatile matter
yang cukup, tetapi nilai kalornya relative tinggi. Oleh karena itu bitumine dapat
menghasilkan suhu nyala yang lebih tinggi. Akan tetapi bitumine yang berkandungan
abu lebih besar (akibat adanya impurities yang biasanya dari clay dan sebagainya) atau
berkandungan air yang tinggi juga tidak disukai, karena hal-hal tersebut akan
menurunkan suhu nyala disamping membutuhkan juga excess air yang lebih besar. Hal
ini akan mengakibatkan rendahnya efektifitas dan efisiensi operasi pembakaran dalam
tanur putar.

Sebenarnya secara teoritis diharapkan bituminous coal yang bersih dari non
combustible material akan menghasilkan suhu nyala yang pendek dan lebih tinggi
dibandingkan dengan fuel oil dan natural gas. Tetapi pada prakteknya kandungan non
combustible material baik berupa ash atau moisture tidak dapat dihindarkan, sehingga
membutuhkan operasi dengan excess air yang lebih tinggi dan membutuhkan primary
air (yang suhunya rendah) yang lebih besar. Hal ini akan menurunkan suhu nyala
disamping memperbesar flow rate gas bakar yang mengakibatkan lebih pendeknya
retention time gas dalam tanur putar dari preheater system dan akan menurunkan heat
transfer rate, yang berarti akan memperbesar terbuangnya panas melalui preheater gas.
Sebagai catatan, pemanfaatan batubara sebagai energi panas kontak langsung sering
pula dilakukan. Artinya batubara tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pembangkit energi panas, dimana pada proses pembakaran, batubara bersinggungan
secara langsung dengan materi lain tanpa ada pembatas, misalnya dalam proses
pembakaran genting, kapur tohor, keramik,industri semen. Pada operasi pembakaran
batubara sebagaienergi kontak langsung sifat fisik dan kimia batubara akan sangat
menentukan terhadap proses pembakaran. Sifat-sifat batubara yang perlu dicermati
antara lain kadar abu (ash content), kadar lengas (moisture content), vollatile matter,
fixed carbon. Pemanfaatan batubara dalam indusru semen, batubara yang dibakar akan
menyisakan abu. Abu batubara tersebut akan bercampur dengan klinker dan akan
berpengaruh pada kulaitas semen. Pada proses pembakaran bata, kandungan abu
batubara yang terlalu banyak akan menyumbat celah-celah susunan antar bata,
berakibat akan mengganggu penyebaran panas hasil pembakaran.

.
BAB III

STUDI KASUS

Dilakukan penelitian tentang pemanfaatan batubara untuk pembuatan semen


portland pozzoan. Fly ash (abu terbang) batubara mempunyai kandungan silika yang
cukup tinggi, sehingga timbul pemikiran kritis untuk menjadikan limbah abu terbang
batubara sebagai sumber-alternatif sebagai bahan tambahan semen portland. Penelitian
ini dilakukan bertujaun untuk memenfaatkan limbah fly ash sebagai bahan pozzolan
untuk mengurangi penggunaan semen portland, mendapatkan temperatur aktifasi fly ash
yang baik sebagai bahan pozzoan pada semen portland dan pengaruh perubahan
terhadap kuat mekanis yang diberikan.

Tahapan penelitian pada percobaan ini adalah dimulai dari persiapan bahan, tahap
pengaktifan dan finishing, penelitian dan pengujian, dan yang terakhir adalah analisa
dan pembahasan. Hasil dari proses hidrasi pada silikat dan alumina taktif yang
terkandung dalam abu terbang batubara, serta mencegah pembentukan silikat gel yang
berubah menjadi kalsium silikat hidrat dan kalsium aluminat hidrat yang menutupi pori-
pori. Pada saat abu terbang ditambahkan air, maka SiO, yang terkandung didalamnya
akan menggumpal karena terbentuknya ikatan hidrogen yang dihasilkan dari gugus
silinol (Si-OH) ,setelah itu, gugus silinol tersebut akan membentuk ikatan koagulasi
dalam bentuk jejaring siloksan, dan silolksan tersebutlah yang akan menambah daya
rekatan tarapasir,fly ash dan semen yang menyebabkan kenaikan kuat tekan.|
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tahap paling rumit dalam produksi semen portland adalah proses pembakaran, dimana
terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk mempersiapkan
campuran bahan baku membentuk klinker. Proses ini dilakukan di dalam rotary kiln dengan
menggunakan bahan bakar fosil berupa padat (batubara), cair (solar), atau bahan bakar
alternatif. Batubara adalah bahan bakar yang paling umum dipergunakan karena
pertimbangan biaya.
Pemanfaatan batubara dalam indusru semen, batubara yang dibakar akan menyisakan
abu. Abu batubara tersebut akan bercampur dengan klinker dan akan berpengaruh pada
kulaitas semen. Pada proses pembakaran bata, kandungan abu batubara yang terlalu banyak
akan menyumbat celah-celah susunan antar bata, berakibat akan mengganggu penyebaran
panas hasil pembakaran.
REFERENSI

Romli, Ate. 2010. Pemanfaatan Fly Ash (AbuTerbang) Batubara untuk Pembuatan
Semen Portland Pozzolan. Jurnal teknik. 9(1).1-6
Ira setya darmayanti. 2013. Studi Pemanfaatan Batubara Kualitas Rendah Sebagai Bahan
Bakar Rotary Cement Kiln Berbasis CFD. Jurnal Teknik Pomits. 2(1). 1-3
Endang Suarna. 2011. Perkembangan Teknologi Batubara Bersih Berwawasan
Lingkungan. Jurnal teknik Lingkungan. 12(1). 25-34
.

Anda mungkin juga menyukai