Abstrak- Tujuan penulisan artikel ini adalah mengetahui bagaimana sejarah Sukabumi pada era
kolonial Belanda dan mengetahui bagaimana faktor, klasifikasi dari perubahan sosial ekonomi, dna
modenisasi di masyarakat Sukabumi di era kolonial Belanda. Metode dalam penulisan artikel ini
adalah metode sejarah dari Kuntowijoyo yang mempunyai tahapan pemilihan topik, heuristic, kritik
sumber, interpretasi dan histroriografi. Sejak masa VOC hingga kolonial Belanda Sukabumi
merupakan tempat budidaya komoditi perkebunan yang baik. Kopi dan teh adalah penghasil utama
selain kina, karet, getah perca dan kapas. Penerapan Priangan Stelsel, Culturrstelsel dan
Agrariaschnwet di Sukabumi, tidak dapat terlepas dari perkebunan. Dampak positif dalam hal
tersebut adalah memicu perubahan sosial ekonomi dan modernisasi. Faktor utama perubahan sosial
ekonomi adalah kesuburan tanah dan suhu (faktor alam); penemuan baru (budidaya perkebunan);
dan teknologi (kereta api). Sukabumi mengalami perubahan sosial dalam bentuk struktural, kultural
dan interaksional. Sedangkan proses modernisasi pada penduduk Sukabumi dalam bidang budaya,
politik, ekonomi, sosial dan life style.
Kata kunci: Sukabumi, Kolonial Belanda, Perkebunan, perubahan sosial ekonomi dan Modernisasi
untuk memperdalam kajian sejarah sosial Cianjur Aria Wiradatu Datar III (Fajarani,
ekonomi Sukabumi. Heuristic menggunakan 2012, pp.31-32).
sumber primer dan sekunder berupa arsip, Sukabumi menjadi tempat penghasil
artikel jurnal ilmiah dan buku-buku. Sumber- kopi pertama di Pulau Jawa pada tahun 1711.
sumber tersebut tersedia di perpustakaan Sukabumi memproduksi jumlah kopi yang
daerah, arsip daerah, perpustakaan nasional, dihasilkan sebanyak 1.216.257 pikul (Fajarani,
dan artikel jurnal. 2012, pp.31-32). Keberhasilan tersebut
Kritik sumber pada artikel ini dilakukan membawa perubahan sehingga berdampak
dengan menggunakan kritik internal dan kepada perubahan budaya yang dipaksakan.
eksternal. Melalui kritik sumber artikel ini VOC mewajibkan kerja bagi penduduk
mendapatkan ontensitas dan kredibilitas Priangan khususnya Sukabumi yang disebut
sumber. Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Preangerstelsel.
Interpretasi yang dilakukan adalah untuk Preangerstelsel merupakan sistem yang
menggunakan data-data ontentik dan kredibel menempatkan Bupati Priangan mempunyai
yang didapatkan untuk dilakukan analisis dan otonom lebih besar dibandingkan Bupati
sintesis. Berikutnya data yang sudah wilayah (Breman, 2014, pp.198-199). Melalui
disintesiskan ditulis dalam bentuk historiografi hal tersebut maka terdapat perubahan dalam
berupa artikel ilmiah pada artikel ini. lembaga sosial. Perubahan pada lembaga sosial
Hasil dan Pembahasan disebabkan oleh pengaruh kontak dengan
masyarakat luar yang lebih dominan
Penetrasi orang asing di Sukabumi yang
kekuatannya dan menjanjikan keuntungan.
membawa perubahan sosial dan ekonomi
VOC memanfaatkan pengaruh dan
terlihat semenjak zaman VOC (Vrenig-de
peranan para bupati serta bangsawan Priangan
Oost-Indische Compagnie) berkuasa. VOC
untuk melaksanakan Preanger Stelsel. VOC
mulai memanfaatkan Sukabumi sebagai
memberikan premi atau hadiah kepada Bupati
tempat penanaman nila dan penambangan
dan bangsawan atas keberhasilannya membuka
belerang. Sukabumi juga menjadi tempat
perkebunan kopi di daerahnya masing-masing
dalam melakukan percobaan untuk menanam
(Jaya, 2002, p.37). VOC juga mengatur
komoditi internasional yaitu kopi.
komposisi penduduk untuk melaksanakan
Perubahan sosial ekonomi dan
Preangerstelsel.
modernisasi di Sukabumi mulai muncul tanda-
Orang-orang Cina pada masa VOC
tandanya pada masa VOC. Perubahan sosial
tertutup rapat ke Priangan. Mereka hanya
ekonomi dan modernisasi dipicu oleh kontak
diizinkan untuk mengoperasikan pabrik gula di
dengan masyarakat luar. Perubahan sosial
Ommelanden Batavia. Mereka mempunyai
ekonomi dan modernisasi mempengaruhi
alasan untuk diberlakukan khusus karena
komposisi penduduk dan serangkaian ujicoba
mereka dipandang sebagai potensi bahaya bagi
untuk menanam tanaman yang laku diekspor
sistem monopoli Belanda. Mereka dicurigai
dilakukan. Masyarakat luar, seperti orang-
secara diam-diam mencari hasil dari tanaman
orang Eropa, menjalin komunikasi dengan
asli (Melly, 1963, p.4). Orang-orang Cina dan
masyarakat Sukabumi melalui usaha
Timur Asing dibatasi kebebasannya karena
percobaan penanaman kopi. Mereka sukses
adanya ketakutan kerugian yang dialami oleh
memproduksi dan mengembangkan tanaman
VOC. VOC memperketat kebijakan untuk
kopi di Sukabumi.
menghindari potensi persaingan dagang
Kopi Malabar yang didatangkan oleh
dengan mereka dan menjaga keuntungan untuk
VOC dibawah Gubernur Jenderal Abraham
tetap stabil.
van Rieebeck dicoba di wilayah Sukabumi.
Sukabumi masih menjadi bagian dari
Kopi tersebut sukses dalam percobaan yang
Cianjur pada masa itu. Sukabumi, pada masa
dilakukan Abraham van Rieebeck. Kopi mulai
itu, dikepalai oleh Raden Noh (Aria Wiradatu
dibuka dalam skalan perkebunan di Gunung
Datar IV/Bupati Cianjur) yang diangkat
Guruh. Gunung Guruh dipilih karena menjadi
sebagai seorang patih. Sukabumi terdiri dari
tempat yang berhasil membudidayakan kopi.
Distrik Gunungparang, Distrik Cimahi, Distrik
Budidaya kopi sukses dilakukan oleh Patih
Ciheulang, Distrik Cicurug, Distrik Jampang
Wiranata yang menjadi bawahan dari Bupati
Tengah dan Distrik Jampang Kulon. Sukabumi
berpusat di Cikole. Cikole yang dipilih sebagai
Volume
MODERNISASI: SUKABUMI DALAM ARUS PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI ERA KOLONIAL 5
BELANDA
Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain
kepatihan karena jaraknya yang strategis antara kebijakan ekonomi yang tepat. Mereka
Priangan dan Batavia. Selain itu, Cikole memikirkan konsep ekonomi yang
merupakan tempat yang nyaman untuk menguntungkan bagi negeri induk Belanda.
beristirahat (Tim, 1993, p.4). Ide yang berhasil adalah menerapkan
Perubahan struktural dalam lembaga kebijakan culturstelsel. Sukabumi
sosial kembali berubah semenjak kedatangan berkewajiban untuk menanam kopi, nila dan
Daendels. Daendels merubah lembaga sosial teh yang menjadi komoditas di Priangan pada
dengan tidak memberikan kekuatan penuh masa tanam paksa (Jaya, 2002, p.39). Kolonial
dalam mengatur pekerjaan dan hasil pekerjaan Belanda juga terlebih dahulu memperketat
penduduk. Daendels mendapat laporan dari struktur interaksional di Hindia Belanda, selain
van Hongendrop bahwa sistem feodal yang akan menerapkan kebijakan baru.
diterapkan di Sukabumi terlihat Pemerintah kolonial memberlakukan
menyengsarakan penduduknya. Daendels kebijakan Passenstelsel dan wijkenstelsel.
menindaklanjuti laporan tersebut dengan Passenstelsel diberlakukan pada 1816 dengan
mencabut kepemilikan dan penguasaan tanah mengharuskan penduduk berbagai daerah
oleh Bupati dan dikembalikan kepada perlu meminta surat jalan. Sementara
penduduk Sukabumi (Jaya, 2002, p.45). wijkenstelsel diberlakukan pada tahun 1818
Daendels juga merubah bentuk oleh pemerintah kolonial. Peraturan ini
interaksional untuk hubungan sosial penduduk diberlakukan untuk mengatur dan memilih
di Priangan termasuk Sukabumi. Hal tersebut penanggungjawab ketertiban masing-masing
merubah komposisi penduduk menjadi lebih kelompok etnis dengan pangkat kehormatan
beragam. Daendels masuklah orang-orang militer: Luitenant, Mayor dan Kapitein
Timur Asing ke Sukabumi berdasarkan Besluit (Husain, 2013, p.25; Hadinoto, 1999).
9 Juni 1810. Mereka didatangkan untuk Pemerintah kolonial Beladan
membantu memberdayakan tanah-tanah menerapkan Cultuurstelsel. Cultuurstelsel di
kosong dalam menanam tembakau, nila, dan Sukabumi diberlakukan dengan menanam kopi
kapas (Kustedja, 2012, p.114). Di bawah sebagai komoditi utamanya (Jaya, 2002, p.39).
pimpinan Daendels sikap pemerintah terhadap Era tradisional masih menguasai tatanan
warga Timur Asing lebih lunak. Terutama ekonomi dan sosial di Sukabumi, pertumbuhan
warga Cina yang banyak menjadi pekerja dan menuju modernisasi sangat lambat. Pada masa
pedagang. berikutnya modernisasi dan perubahan sosial
Sukabumi mengalami perkembangan ekonomi mengalami kemajuan di Sukabumi.
penduduk pada masa penjajahan Inggris di Pemerintah Kolonial Belanda
bawah Thomas Stamford Raffles. Thomas melakukan beberapa eksperimen pada masa
Sramford Raffles melakukan sensus penduduk. tanam paksa yang dilakukan di Sukabumi.
Sukabumi mempunyai hasil sensus yang telah Pemerintah Kolonial Belanda, pada tahun
dilakukan di distrik Gunung Parang. Di distrik 1835, melalui Jacobsen mengembangkan
Gunung Parang hasil sensus mencatat terdapat budidaya teh. Beliau melakukan percobaan-
590 desa dengan 3.569 laki-laki yang berpofesi percobaan di Sukabumi (Nugraha, 2017,
petani, 3.600 wanita dengan profesi petani, p.427). Teh pada masa selanjutnya menjadi
2.547 anak laki-laki petani dan 2.664 anak komoditi utama menggantikan kopi di
perempuan petani. Gunung Parang mempunyai Sukabumi karena perkebunan the tumbuh
populasi penduduk yang tercatat sejumlah subur.
16.403 orang (Raffles, 2014, p.iv). Hasil Kaum liberal bersimpati terhadap
sensus yang dilakukan oleh pemerintah penderitaan dan kesengsaraan rakyat Hindia
kolonial Inggris menunjukan bahwa pekerjaan Belanda. Mereka berkampanye untuk merebut
petani masih menjadi profesi penduduk parlemen Belanda. Mereka berhasil menguasai
Sukabumi. parlemen dan menerapkan kebijakan liberal
Belanda kembali menata ulang ekonomi dengan membuka swastanisasi pada tahun
di Hindia Belanda setelah masa koloni Inggris. 1870 dengan mengeluarkan Agrarianschwet
Belanda mempelajari kegagalan ekonomi pada (Undang-Undang Agraria tahun 1870).
masa kekuasaan VOC dengan menerapkan Agrarianschwet memicu perkembangan sosial
Arsip https://jurnal.unej.ac.id/index.php/LIT/a
Dutch East Indies. rticle/view/6108.
(1933). Regeeringsalmanak voor Kustedja, S. (2012). Jejak komunitas Tionghoa
Nederlandsch-Indië. Landsdrukkerij. dan perkembangan kota
Staatsblad Van Nederlandsch-Indie. (1914). Bandung. Jurnal Sosioteknologi.
No. 310. DECENTRALISATIE. Instelling Vol. 11, No. 26, (pp.105-115), retrieved
van een gemeenteraad van Soekaboemi. from:
Staatsblad Van Nederlandsch-Indie. (1914). http://journals.itb.ac.id/index.php/soste
No. 311. DECENTRALISATIE. Vaststelling k/article/view/1095.
van de eerste bergrooting voor de gemeente Lasmiyati. (2017). “Trasnportasi Kereta Api di
Soekaboemi. Jawa Barat Abad ke-19 (Bogor-
Sukabumi-Bandung)”. Patanjala. Vol.
Jurnal/ Hasil Penelitian 9, No. 2, (pp.197-212), from:
Dahana, A. (2000). Kegiatan Awai Masyarakat https://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9
Tionghoa di Indonesia. Wacana, Vol. 2, i2.21.
No. 1, (pp. 54-72) from: Lestari, Puji. (2008). Analisis Perubahan
https://doi.org/10.17510/24076899- Sosial pada Masyarakat Samin (Studi
00201004. Kasus di Desa Mendenrejo, Kecamatan
Fajarani, Annisa. (2012). Peranan Kradenan, Blora). Dimensia. Vol. 2, No.
Pergoeroean Sjamsoel Oeloem dalam 2, (pp.20-31), retrived from:
Mempetahankan Kemerdekaan https://journal.uny.ac.id/index.php/dime
Republik Indonesia di Sukabumi (1945- nsia/article/view/3403.
1946). (Skripsi Sarjana. Universitas Mulyadi, Muhammad. (2015). Perubahan
Negeri Yogyakarta). Sosial Masyarakat Agraris ke
Handayani, Sri Ana. (2017). Geliat Ekonomi Masyarakat Industri dalam
Masyarakat Priangan Era Pemerintahan Pembangunan Masyarakat di
Hindia Belanda 1900-1942. Lembaran Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Sejarah. Vol. 13, No. 2, (pp.221-234). Jurnal Bina Praja. Vol. 7, No. 4,
Handinoto, H. (1999). Lingkungan" Pecinan" (pp.311-322), from:
dalam Tata Ruang Kota di Jawa Pada https://doi.org/10.21787/jbp.07.2015.31
Masa Kolonial. DIMENSI (Journal of 1-321.
Architecture and Built Environment). Nugraha, Setia. (2017). Kota Sukabumi: Dari
Distrik Menjadi Gementee (1815-1914).
Vol. 27, No. 1, (pp.20-29), from: Patanjala. Vol. 9, No 3, (pp.423-438),
https://doi.org/10.9744/dimensi.27.1 from:
Hardjasaputra, A. Sobana. (2003). Perubahan https://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9
Sosial di Bandung 1810-1906. i3.35.
Sosiohumaniora. Vol. 5, No. 1, (pp.96- Nurbaity & Saring. (2015). “Swastanisasi
107). Perkebunan Teh di Bogor 1905-1942”.
Hatu, Rauf. (2011). Perubahan Sosial Kultral Sosio-E-Kons. Vol. 7, No. 3, (pp.216-
Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan 225), from:
Teoritik-Empirik). Jurnal Inovasi. Vol. http://dx.doi.org/10.30998/sosioekons.v
8, No. 4, (pp.1-11), from: 7i3.698.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/ Rahmayanti, Yunita Dwi., & Pinasti, V. Indah
article/view/721. Sri. (2017). Dampak Keberadaan Objek
Husain, S. B. (2013). Kesatuan dalam Wisata Waduk Sermo terhadap
Keberagaman: Pasang Surut Pembauran Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat
Orang-orang Tionghoa di di Sermo, Kulon Progo, Daerah
Surabaya. LITERASI: Indonesian Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Sosiologi. (pp.1-15),
Journal of Humanities. Vol. 3, No. 1,
retrived from:
(pp.21-28), retrieved from:
Volume