Anda di halaman 1dari 12

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Volume 16, No 2, September 2020


Tersedia Online: https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria

MODERNISASI: SUKABUMI DALAM ARUS PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI


ERA KOLONIAL BELANDA

Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain


Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: dimasaldi.2019@student.uny.ac.id, zulkarnain@uny.ac.id

Abstrak- Tujuan penulisan artikel ini adalah mengetahui bagaimana sejarah Sukabumi pada era
kolonial Belanda dan mengetahui bagaimana faktor, klasifikasi dari perubahan sosial ekonomi, dna
modenisasi di masyarakat Sukabumi di era kolonial Belanda. Metode dalam penulisan artikel ini
adalah metode sejarah dari Kuntowijoyo yang mempunyai tahapan pemilihan topik, heuristic, kritik
sumber, interpretasi dan histroriografi. Sejak masa VOC hingga kolonial Belanda Sukabumi
merupakan tempat budidaya komoditi perkebunan yang baik. Kopi dan teh adalah penghasil utama
selain kina, karet, getah perca dan kapas. Penerapan Priangan Stelsel, Culturrstelsel dan
Agrariaschnwet di Sukabumi, tidak dapat terlepas dari perkebunan. Dampak positif dalam hal
tersebut adalah memicu perubahan sosial ekonomi dan modernisasi. Faktor utama perubahan sosial
ekonomi adalah kesuburan tanah dan suhu (faktor alam); penemuan baru (budidaya perkebunan);
dan teknologi (kereta api). Sukabumi mengalami perubahan sosial dalam bentuk struktural, kultural
dan interaksional. Sedangkan proses modernisasi pada penduduk Sukabumi dalam bidang budaya,
politik, ekonomi, sosial dan life style.
Kata kunci: Sukabumi, Kolonial Belanda, Perkebunan, perubahan sosial ekonomi dan Modernisasi

MODERNIZATION: SUKABUMI IN THE CURRENT OF SOCIAL ECONOMIC


CHANGE IN THE NETHERLANDS COLONIAL ERA

Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain


Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: dimasaldi.2019@student.uny.ac.id, zulkarnain@uny.ac.id
Abstract-The purpose of this article is to find out the history of Sukabumi in the Netherlands colonial
era and to know the factors, classifications of socio-economic change, and modernization in the
Sukabumi. The method in this text is the historical method from Kuntowijoyo that has stages of topic
selection, heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. From the VOC era to the
era of Netherlands colonial, Sukabumi was a better place for plantation commodities. Coffee and tea
are the primary producers. The application of economic policy in Sukabumi remains on plantations.
The positive impact is to trigger socio-economic change and modernization. The main factors of
socio-economic change are soil fertility and temperature (natural), discoveries (plantation
cultivation), and technology (rail). Sukabumi experiences social changes in structural, cultural, and
interactional forms. Meanwhile, the modernization process of the Sukabumi population is in the
fields of culture, politics, economy, society, and lifestyle.
Keywords: Sukabumi, The Netherland Colonial Era, Plantation, Social-Economic Change, and
Modernization.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah


p-ISSN: 1858-2621 e-ISSN: 2615-2150
2 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Pendahuluan dalam kelas dan lembaga sosial. Sementara


bentuk kultural mengacu kepada perubahan
Perubahan sosial ekonomi selalu terjadi kebudayaan. Sedangkan bentuk interaksional,
di dalam masyarakat. Perubahan sosial mengacu kepada hubungan sosial. Perubahan
ekonomi di berbagai daerah di dunia dapat sosial salah satunya dapat dilihat dalam
dilihat dari bagaimana faktor penyebabnya konteks modernisasi.
hingga dampak yang terjadi bagi masyarakat. Modernisasi pada presfektif ilmu sosial
Perubahan sosial ekonomi dapat membawa mengacu kepada transformasi dalam keadaan
dampak positif dan negatif bagi kehidupan yang maju menuju perkembangan ke arah yang
suatu masyarakat. Perubahan sosial ekonomi lebih baik. (Rosana, 2015, pp.68-72).
mempunyai dampak positif dan negatif yang Modernisasi mengatur masyarakat atas dasar
menjadi suatu dinamika di masyarakat. bisnis, produksi, konsumsi, dan komersialisasi.
Perubahan-perubahan sosial ekonomi Masyarakat modern adalah evolusi dari
terjadi dimasyarakat secara perlahan atau masyarakat tradisional. Masyarakat modern
secara cepat. Perubahan sosial ekonomi yang mengalami perubahan sosial yang terjadi dari
terjadi dikarenakan oleh lingkungan kehidupan tradisional ke modern meliputi budaya, politik,
masyarakat yang terus berjalan dan kontak- ekonomi, sosial dan life style. Masyarakat
kontak dengan budaya luar (Mulyadi, 2015, modern merupakan suatu tatanan sosial yang
p.311). Kontak dengan budaya masyarakat luar mengedepankan rasionalitas, universilisme,
merupakan faktor dari perubahan sosial spesialisasi fungsional dan tingkat pendidikan
ekonomi. (Neolaka, 2019, p.15). Masyarakat modern di
Perubahan sosial ekonomi yang terjadi Indonesia sudah terdeteksi sejak dominasi
di masyarakat karena beberapa sebab. kolonial Belanda.
Perubahan sosial mempunyai beberapa sebab Dominasi kolonial Belanda membawa
karena kondisi alam, teknologi atau penemuan- kebudayaan Eropa Barat. Kebudayaan Eropa
penemuan baru, komposisi penduduk, konflik Barat perlahan meresap kedalam masyarakat
dimasyarakat, pemberontakan, peperangan, koloni di Hindia Belanda. Meskipun pada
dan kontak dengan masyarakat lain (Lestari, kenyataannya, masyarakat koloni Hindia
2008, p.22). Perubahan sosial mempunyai Belanda melakukan pembatasan-pembatasan
faktor-faktor yang dapat membawa perubahan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia
didalam masyarakat. Belanda. Mereka membangun kebudayaan,
Perubahan sosial ekonomi mempunyai teknologi, organisasi, dan sistem ekonomi
dampak positif dan negatif. Dampak positif seperti gaya Eropa Barat.
dari adanya perubahan sosial bagi masyarakat Hubungan antara kekuasaan Belanda
adalah adanya kesadaran, peningkatan dan kekuasaan tradisional di Hindia Belanda
ekonomi, keterbaharuan dan pola pikir yang menunjukan gejala yang berkebalikan.
maju. Sementara dampak negatifnya yaitu Kekuasaan Belanda makin meluas sementara
berkurangnya nilai adat istiadat, reorientasi kekuasaan kaum pribumi makin melemah.
padangan hidup, gaya hidup konsumtif, dan Pelemahan tersebut terjadi pada bidang sosial
penyalahgunaan fungsi, (Suryanegara, ekonomi karena pengaruh Barat yang
Suorajaka & Nahib, 2015; Rahmayanti & diterapkan oleh Belanda mempunyai dampak
Pinasti, 2017). Dampak positif dan negatif dengan berkurangnya pengaruh kepala-kepala
tersebut menjadi dinamika yang akan dialami daerah dan pemimpin-pemimpin tradisional
oleh masyarakat. Perubahan-perubahan sosial (Zakaria, 2015, p.97).
ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi Eksploitasi ekonomi kolonial diatur
beberapa bentuk. dalam faktor-faktor produksi pertanian seperti
Perubahan sosial ekonomi mempunyai kesedian lahan dan tenaga untuk kepentingan
beberapa bentuk. Menurut Himes dan Moore kolonial. Eksploitasi terjadi dibidang pertanian
dalam Hatu (2011, pp.5-6) bentuk perubahan dengan para petani diberi tugas untuk mengatur
sosial dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk tanahnya supaya ditanami tanaman-tanaman
perubahan sosial ekonomi yaitu bentuk ekspor. Sedangkan petani yang tidak
struktural, bentuk kultural dan bentuk mempunyai lahan diwajibkan ikut serta dalam
interaksional. Bentuk struktural mengacu pada kerja paksa untuk kepentingan kolonial
perubahan-perubahan dalam peranan baru (Zakaria, 2015, p.97).
Volume
MODERNISASI: SUKABUMI DALAM ARUS PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI ERA KOLONIAL 3
BELANDA
Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain

Penataan ekonomi di Hindia Belanda melalui kebijakan tersebut. Sukabumi berubah


menjadi kebijakan penting semenjak Inggris dari desa kecil di Gunung Parang menjadi
menyerahkan kembali kekuasaan kepada wilayah Administratf yang mempunyai
Belanda (1816). Penataan ekonomi dampak ekonomi bagi pihak kolonial Belanda.
menimbulkan perdebatan diantara kaum liberal Sukabumi mempunyai sejarah dalam gejala
dan konservatif, Mereka beradu argument perubahan sosial ekonomi akibat dari
dalam mengelola tanah jajahan untuk serangkaian kebijakan yang berdampak ke
meningkatkan pendapatan dan membawa berbagai macam faktor dalam kehidupan
keuntungan bagi negeri induk. masyarakat. Sukabumi mempunyai sejarah
Mereka beradu argumen dengan tujuan yang berdampak kepada perubahan sosial
untuk meningkatkan pendapatan ekonomi. ekonomi yang dapat dikaji dan ditelaah.
Golongan liberal berargumen supaya Berbagai kajian perubahan sosial
pengelolaan ekonomi mendukung investasi ekonomi sebelumnya telah dilakukan terutama
dalam skala besar. Sementara golongan di Priangan. Seperti Hardjasaputra (2002) yang
konservatif berpendapat bahwa investasi mengkaji perubahan sosial di Bandung 1810-
dalam skala besar mempunyai banyak kerugian 1906. Pada kajian tersebut fokus kajian adalah
bagi koloni dan rakyat pribumi (Utami, 2015, menemukan faktor-faktor perubahan sosial
p.52). Kedua golongan pada akhirnya sama- yang ada di kota Bandung pada masa kolonial.
sama dapat menerapkan kebijakan menurut ide Sementara perbedaan dengan artikel penulis
masing-masing. Golongan konservatif dapat adalah daerah yang dikaji. Selain itu, penulis
menerapkan cultuurstelsel dan golongan berusaha mengklasifikasikan perubahan sosial
liberal dengan kebijakan ekonomi liberalnya. ekonomi yang terjadi di Sukabumi menuju era
Namun terkhusus daerah Priangan, penataan modern.
ekonomi sudah terjadi sejak pemberlakuan Perubahan sosial ekonomi pada masa
Preangerstelsel pada masa VOC. Belanda dapat dilihat dari berbagai macam
Priangan merupakan daerah di wilayah factor. Selain itu, perubahan sosial ekonomi
Hindia Belanda yang subur. Priangan telah dapat diklasifikasikan berdasarkan pada pola
memberikan banyak hasil dalam produksi dan ciri-ciri untuk menuju era modern.
pertanian tanaman ekspor seperti tebu, nila, Berdasarkan kepada serangkaian latar
teh, kina dan kopi. Namun tanaman kopi belakang tersebut artikel ini mempunyai tujuan
merupakan yang utama dan aset berharga yaitu mengetahui bagaimana sejarah Sukabumi
karena produksi kopi melimpah dan dapat pada era kolonial Belanda dan mengetahui
mensejahterakan masyarakat (Handayani, bagaimana faktor dan klasifikasi dari
2017, p.222). perubahan sosial ekonomi di masyarakat
Produksi kopi dijalankan oleh petani Sukabumi dari tradisional ke modern di era
kopi Priangan berdasarkan dengan kolonial Belanda.
Preangerstelsel kepada sistem ikatan desa
yang feodal. Pada awal abad ke-19, sistem Metode Penelitian
tersebut diganti dengan sistem sewa tanah
(masa koloni Inggris dan komisaris Jenderal), Artikel ini menggunakan metode
culturestelsel (masa kolonial Belanda) dan penelitian sejarah. Metode tersebut sesuai
penerapan Undang-Undang Agraria tahun dengan pendapat dari Kuntowijoyo (2001,
1870 (masa kolonial Belanda) (Handayani, p.91) yang mempunyai langkah-langkah
2017, p.222). Serangkaian kebijakan tersebut penyusunan diantaranya adalah: (1) pemilihan
adalah bentuk dari penataan ekonomi dengan topik; (2) heuristik, (3) kritik sumber; (4)
kebijakan sehingga membawa dampak yang interpretasi dan; (5) historiografi.
besar bagi ekonomi negara induk. Pemilihan topik dipilih berdasarkan
Penerapan kebijakan dari kedekatan emosional dan intelektual.
preangerstelsel, culturestelsel, dan Undang- Emosional karena penulis berasal dan pernah
Undang Agraria 1870 dapat dilihat di daerah tinggal di wilayah Sukabumi. Sementara
Sukabumi. Sukabumi merupakan wilayah yang kedekatan intelektual karena penulis seorang
berkembang semenjak penataan ekonomi mahasiswa pendidikan sejarah yang tertarik

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


4 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

untuk memperdalam kajian sejarah sosial Cianjur Aria Wiradatu Datar III (Fajarani,
ekonomi Sukabumi. Heuristic menggunakan 2012, pp.31-32).
sumber primer dan sekunder berupa arsip, Sukabumi menjadi tempat penghasil
artikel jurnal ilmiah dan buku-buku. Sumber- kopi pertama di Pulau Jawa pada tahun 1711.
sumber tersebut tersedia di perpustakaan Sukabumi memproduksi jumlah kopi yang
daerah, arsip daerah, perpustakaan nasional, dihasilkan sebanyak 1.216.257 pikul (Fajarani,
dan artikel jurnal. 2012, pp.31-32). Keberhasilan tersebut
Kritik sumber pada artikel ini dilakukan membawa perubahan sehingga berdampak
dengan menggunakan kritik internal dan kepada perubahan budaya yang dipaksakan.
eksternal. Melalui kritik sumber artikel ini VOC mewajibkan kerja bagi penduduk
mendapatkan ontensitas dan kredibilitas Priangan khususnya Sukabumi yang disebut
sumber. Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Preangerstelsel.
Interpretasi yang dilakukan adalah untuk Preangerstelsel merupakan sistem yang
menggunakan data-data ontentik dan kredibel menempatkan Bupati Priangan mempunyai
yang didapatkan untuk dilakukan analisis dan otonom lebih besar dibandingkan Bupati
sintesis. Berikutnya data yang sudah wilayah (Breman, 2014, pp.198-199). Melalui
disintesiskan ditulis dalam bentuk historiografi hal tersebut maka terdapat perubahan dalam
berupa artikel ilmiah pada artikel ini. lembaga sosial. Perubahan pada lembaga sosial
Hasil dan Pembahasan disebabkan oleh pengaruh kontak dengan
masyarakat luar yang lebih dominan
Penetrasi orang asing di Sukabumi yang
kekuatannya dan menjanjikan keuntungan.
membawa perubahan sosial dan ekonomi
VOC memanfaatkan pengaruh dan
terlihat semenjak zaman VOC (Vrenig-de
peranan para bupati serta bangsawan Priangan
Oost-Indische Compagnie) berkuasa. VOC
untuk melaksanakan Preanger Stelsel. VOC
mulai memanfaatkan Sukabumi sebagai
memberikan premi atau hadiah kepada Bupati
tempat penanaman nila dan penambangan
dan bangsawan atas keberhasilannya membuka
belerang. Sukabumi juga menjadi tempat
perkebunan kopi di daerahnya masing-masing
dalam melakukan percobaan untuk menanam
(Jaya, 2002, p.37). VOC juga mengatur
komoditi internasional yaitu kopi.
komposisi penduduk untuk melaksanakan
Perubahan sosial ekonomi dan
Preangerstelsel.
modernisasi di Sukabumi mulai muncul tanda-
Orang-orang Cina pada masa VOC
tandanya pada masa VOC. Perubahan sosial
tertutup rapat ke Priangan. Mereka hanya
ekonomi dan modernisasi dipicu oleh kontak
diizinkan untuk mengoperasikan pabrik gula di
dengan masyarakat luar. Perubahan sosial
Ommelanden Batavia. Mereka mempunyai
ekonomi dan modernisasi mempengaruhi
alasan untuk diberlakukan khusus karena
komposisi penduduk dan serangkaian ujicoba
mereka dipandang sebagai potensi bahaya bagi
untuk menanam tanaman yang laku diekspor
sistem monopoli Belanda. Mereka dicurigai
dilakukan. Masyarakat luar, seperti orang-
secara diam-diam mencari hasil dari tanaman
orang Eropa, menjalin komunikasi dengan
asli (Melly, 1963, p.4). Orang-orang Cina dan
masyarakat Sukabumi melalui usaha
Timur Asing dibatasi kebebasannya karena
percobaan penanaman kopi. Mereka sukses
adanya ketakutan kerugian yang dialami oleh
memproduksi dan mengembangkan tanaman
VOC. VOC memperketat kebijakan untuk
kopi di Sukabumi.
menghindari potensi persaingan dagang
Kopi Malabar yang didatangkan oleh
dengan mereka dan menjaga keuntungan untuk
VOC dibawah Gubernur Jenderal Abraham
tetap stabil.
van Rieebeck dicoba di wilayah Sukabumi.
Sukabumi masih menjadi bagian dari
Kopi tersebut sukses dalam percobaan yang
Cianjur pada masa itu. Sukabumi, pada masa
dilakukan Abraham van Rieebeck. Kopi mulai
itu, dikepalai oleh Raden Noh (Aria Wiradatu
dibuka dalam skalan perkebunan di Gunung
Datar IV/Bupati Cianjur) yang diangkat
Guruh. Gunung Guruh dipilih karena menjadi
sebagai seorang patih. Sukabumi terdiri dari
tempat yang berhasil membudidayakan kopi.
Distrik Gunungparang, Distrik Cimahi, Distrik
Budidaya kopi sukses dilakukan oleh Patih
Ciheulang, Distrik Cicurug, Distrik Jampang
Wiranata yang menjadi bawahan dari Bupati
Tengah dan Distrik Jampang Kulon. Sukabumi
berpusat di Cikole. Cikole yang dipilih sebagai
Volume
MODERNISASI: SUKABUMI DALAM ARUS PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI ERA KOLONIAL 5
BELANDA
Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain

kepatihan karena jaraknya yang strategis antara kebijakan ekonomi yang tepat. Mereka
Priangan dan Batavia. Selain itu, Cikole memikirkan konsep ekonomi yang
merupakan tempat yang nyaman untuk menguntungkan bagi negeri induk Belanda.
beristirahat (Tim, 1993, p.4). Ide yang berhasil adalah menerapkan
Perubahan struktural dalam lembaga kebijakan culturstelsel. Sukabumi
sosial kembali berubah semenjak kedatangan berkewajiban untuk menanam kopi, nila dan
Daendels. Daendels merubah lembaga sosial teh yang menjadi komoditas di Priangan pada
dengan tidak memberikan kekuatan penuh masa tanam paksa (Jaya, 2002, p.39). Kolonial
dalam mengatur pekerjaan dan hasil pekerjaan Belanda juga terlebih dahulu memperketat
penduduk. Daendels mendapat laporan dari struktur interaksional di Hindia Belanda, selain
van Hongendrop bahwa sistem feodal yang akan menerapkan kebijakan baru.
diterapkan di Sukabumi terlihat Pemerintah kolonial memberlakukan
menyengsarakan penduduknya. Daendels kebijakan Passenstelsel dan wijkenstelsel.
menindaklanjuti laporan tersebut dengan Passenstelsel diberlakukan pada 1816 dengan
mencabut kepemilikan dan penguasaan tanah mengharuskan penduduk berbagai daerah
oleh Bupati dan dikembalikan kepada perlu meminta surat jalan. Sementara
penduduk Sukabumi (Jaya, 2002, p.45). wijkenstelsel diberlakukan pada tahun 1818
Daendels juga merubah bentuk oleh pemerintah kolonial. Peraturan ini
interaksional untuk hubungan sosial penduduk diberlakukan untuk mengatur dan memilih
di Priangan termasuk Sukabumi. Hal tersebut penanggungjawab ketertiban masing-masing
merubah komposisi penduduk menjadi lebih kelompok etnis dengan pangkat kehormatan
beragam. Daendels masuklah orang-orang militer: Luitenant, Mayor dan Kapitein
Timur Asing ke Sukabumi berdasarkan Besluit (Husain, 2013, p.25; Hadinoto, 1999).
9 Juni 1810. Mereka didatangkan untuk Pemerintah kolonial Beladan
membantu memberdayakan tanah-tanah menerapkan Cultuurstelsel. Cultuurstelsel di
kosong dalam menanam tembakau, nila, dan Sukabumi diberlakukan dengan menanam kopi
kapas (Kustedja, 2012, p.114). Di bawah sebagai komoditi utamanya (Jaya, 2002, p.39).
pimpinan Daendels sikap pemerintah terhadap Era tradisional masih menguasai tatanan
warga Timur Asing lebih lunak. Terutama ekonomi dan sosial di Sukabumi, pertumbuhan
warga Cina yang banyak menjadi pekerja dan menuju modernisasi sangat lambat. Pada masa
pedagang. berikutnya modernisasi dan perubahan sosial
Sukabumi mengalami perkembangan ekonomi mengalami kemajuan di Sukabumi.
penduduk pada masa penjajahan Inggris di Pemerintah Kolonial Belanda
bawah Thomas Stamford Raffles. Thomas melakukan beberapa eksperimen pada masa
Sramford Raffles melakukan sensus penduduk. tanam paksa yang dilakukan di Sukabumi.
Sukabumi mempunyai hasil sensus yang telah Pemerintah Kolonial Belanda, pada tahun
dilakukan di distrik Gunung Parang. Di distrik 1835, melalui Jacobsen mengembangkan
Gunung Parang hasil sensus mencatat terdapat budidaya teh. Beliau melakukan percobaan-
590 desa dengan 3.569 laki-laki yang berpofesi percobaan di Sukabumi (Nugraha, 2017,
petani, 3.600 wanita dengan profesi petani, p.427). Teh pada masa selanjutnya menjadi
2.547 anak laki-laki petani dan 2.664 anak komoditi utama menggantikan kopi di
perempuan petani. Gunung Parang mempunyai Sukabumi karena perkebunan the tumbuh
populasi penduduk yang tercatat sejumlah subur.
16.403 orang (Raffles, 2014, p.iv). Hasil Kaum liberal bersimpati terhadap
sensus yang dilakukan oleh pemerintah penderitaan dan kesengsaraan rakyat Hindia
kolonial Inggris menunjukan bahwa pekerjaan Belanda. Mereka berkampanye untuk merebut
petani masih menjadi profesi penduduk parlemen Belanda. Mereka berhasil menguasai
Sukabumi. parlemen dan menerapkan kebijakan liberal
Belanda kembali menata ulang ekonomi dengan membuka swastanisasi pada tahun
di Hindia Belanda setelah masa koloni Inggris. 1870 dengan mengeluarkan Agrarianschwet
Belanda mempelajari kegagalan ekonomi pada (Undang-Undang Agraria tahun 1870).
masa kekuasaan VOC dengan menerapkan Agrarianschwet memicu perkembangan sosial

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


6 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

ekonomi menuju modernisasi di Sukabumi diperkebunan dengan merekrut para pekerja,


karena ekonomi liberal menjadi pemicu mengurusi perizinan, membayar pajak,
kapitalisme dan industrialisme (Kartodirjo, & melakukan jual beli, mengimpor mesin-mesin
Suryo, 1991, p.80). Sukabumi mempunyai dan sebagainya. Aktivitas perkebunan dunia
dampak terbesar dalam penerapan mulai dirasakan di Sukabumi.
swastanisasi. Sukabumi berkembang menjadi Soegijanto Padmo memetakan industri
kawasan perkebunan teh, karet, getah percah, perkebunan teh di Jawa Barat dimana
kopi dan nila. Sukabumi mempunyai 20 pabrik utama
Pemerintah kolonial Belanda pengolahan. Pengolahan dari perkebunan
menyambut kebijakan Agrarianschwet dengan dilakukan dengan ketat dan dengan manajerial
merubah kembali bentuk struktural dalam segi yang baik. Pengolahan yang ketat dan baik
administrasi karena potensi dan perkembangan memicu mobilisasi penduduk dengan
Sukabumi masa sebelumnya yang cocok untuk memberikan kesempatan untuk bekerja
investasi perkebunan. Pemerintah kolonial sebagai pemetik, mengolah dan pengepakan
Belanda mengubah status wilayah Sukabumi teh dan mendapatkan gaji yang layak (Nurbaty
pada tahun 1870 melalui Staatsblad No. 121 & Saring, 2015, p.220).
dengan menetapkan Afdeeling Sukabumi dan Perkebunan di Sukabumi terdapat 474
secara resmi pada 1 Januari 1871 diterapkan perusahaan perkebunan. Perkebunan tersebut
sehingga berpisah dengan Cianjur (Tim ANRI, terdiri dari beragam komoditi yaitu teh, kina,
2013, p.5). Pemekaran wilayah Sukabumi karet, coklat, kapuk, kelapa, lada dan kopi.
menandakan kemajuan yang semakin pesat di Perkebunan-perkebunan di Sukabumi disewa
Sukabumi. Pemekaran wilayah Sukabumi dengan rentang waktu kontrak 20 tahun sampai
dikarenakan banyaknya perkebunan yang 75 tahun (Saring, Barkah & Husain, 2017, p.3).
berdampak kepada berkembanganya wilayah Perkebunan memicu era modern. Era modern
dan pemisahan dari Cianjur. Pemisahan segera menjadi kenyataan diakhir abad ke-19
tersebut semakin dirasakan karena Sukabumi dan diawal abad ke-20.
dapat mengatur daerahnya sendiri dan Warga Timur Asing yang datang ke
mempermudah investor untuk berinvestasi di Sukabumi mulai ramai setelah Undang-
Sukabumi. Undang Agraria diterapkan. Mereka datang
Sukabumi membuka investasi untuk bekerja sebagai pekerja dan ahli
perkebunan ke pengusaha swasta melalui perkebunan serta berdagang. Di luar itu mereka
serangkaian kebijakan-kebijakan. Sukabumi juga ada yang mendirikan perkebunan. Sampai
menjadi daya tarik karena tanahnya yang subur tahun 1900an sekitar 28 perkebunan berdiri
dan dapat mendukung industri perkebunan. dan pemiliknya adalah warga Cina. Selain
Sukabumi berkembang menjadi wilayah perkebunan mereka memiliki penggilingan
perkebunan yang subur sejak tahun 1870. padi. Di Sukabumi terdapat 15 penggilingan
Sukabumi mempunyai perkebunan tersebar di padi yang dimiliki warga Cina (Firmansyah,
empat distrik. Distrik terbesar terdapat di 2017, p.108). Persaingan dagang juga mejadi
Pelabuhan dengan luas 2.885 bau (Hendarti, tidak sekaku sebelumnya. Era liberal sangat
2007, p.18). mengubah struktural kelas yang ada di
Van Der Huct adalah pionir pengusaha Sukabumi. Kesempatan peluang untuk
perkebunan teh di Sukabumi dan Priangan. berinvestasi semakin terbuka sehingga banyak
Beliau mengontrak tanah di Parakansalak dan orang berdatangan ke Sukabumi.
Sinagar. Parakansalak dan Sinagar menjadi Sukabumi yang semakin berkembang,
penghasil teh yang terkenal di dunia bahkan merubah kembali bentuk struktural
iklan teh Parakansalak bertebaran di media pemerintahannya dalam hal administrasi.
Eropa (Firmansyah, 2017, p.41). Van Der Keputusan Gubernur Jenderal tanggal 16
Hutch memicu para pengusaha Eropa untuk Oktober 1882 Staatsblad No. 252 mengenai
menggarap perkebunan-perkebunan dalam pembentukan Onder District membuat
skala besar maupun kecil di Sukabumi. Afdeeling Sukabumi mempunyai beberapa
Sukabumi mengalami pertumbuhan Ekonomi Onder District disetiap distriknya (Tim ANRI,
yang di topang oleh usaha perkebunan. 2013, p.8). Perkembangan Sukabumi semakin
Perkebunan memicu perputaran kegiatan nyata dengan mengatur lebih dalam skala
ekonomi. Kegiatan ekonomi berputar
Volume
MODERNISASI: SUKABUMI DALAM ARUS PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI ERA KOLONIAL 7
BELANDA
Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain

administrasi yang menandakan komposisi komposisi penduduk yang besar secara


penduduk semakin meningkat. signifikan adalah etnis Cina.
Orang-orang Eropa mulai beramai- Perkembangan perkebunan membawa
ramai datang ke Sukabumi setelah dicabutnya kemajuan teknologi terutama untuk
larangan membawa istri dan anak. Mereka mempercepat pengiriman hasil perkebunan
mulai berbondong-bondong membawa istri dengan membangun jalur kereta api. Kereta api
dan anak-anaknya ke Sukabumi. Orang-orang dibangun oleh Maarschalk dan Mijners, dua
Eropa pada waktu yang singkat meningkat orang pejabat dari Belanda, menyarankan
tajam. Banyak pula dari mereka yang untuk membangun jalur kereta api melalui
mempunyai selir atau nyai baik orang Sunda Sukabumi. Mereka berdua melakukan analisis
maupun orang Cina. Mereka kemudian dengan hasil kereta api dapat membantu
beranak pinak dan bertempat tinggal rata-rata ekonomi rakyat dalam menjalankan aktivitas
di Cikole yang menjadi pusat aktivitas ekonomi. Hasil pertanian, perternakan dan
perkotaan Sukabumi. Mereka enggan tinggal perkebunan serta pertambangan dapat diangkut
di desa-desa dan hanya menjadikannya tempat dengan kereta api. Pembangunan rel kereta api
dalam pekerjaanya (Firmansyah, 2017, p.62). dimulai dengan disahkannya Undang-Undang
Keberagaman orang-orang yang tinggal pembangunan rel kereta api jalur Bogor-
menjadikan Sukabumi semakin merasakan Sukabumi-Cianjur tanggal 6 Juni 1878
perubahan dalam struktur interkasinya. (Lasmiyati, 2017, p.208).
Interkasi diantara mereka sangat dinamis dan Perusahaan yang berhak untuk
tidak kaku karena tidak adanya peraturan yang membangun sarana kereta api Buitenzorg-
membatasi pergerakan mereka. Sukabumi-Cianjur dilaksanakan oleh
Komposisi penduduk menjadi perusahaan kereta api pemerintah Belanda
bertambah banyak di Sukabumi, terutama di bernama Staatspoorwagen (SS). Inspektur
daerah yang kelak menjadi kotapraja yang bertanggungjawab mengawasi adalah
(Gemeente). Keberagaman latar belakang Maarschalk. Bahan-bahan untuk membangun
penduduk yang terdiri dari bangsa Pribumi, jalur kereta api disimpan di Buitenzorg
Eropa, dan Timur Asing menata kehidupan (Lasmiyati, 2017, p.208).
didalamnya terutama dipusat Kota Sukabumi. Pembangunan lajur kereta api di
Masyarakat Kota Sukabumi yang dikepalai Sukabumi tersebut terbagi ke dalam tiga tahap,
oleh seorang bangsa Eropa akhirnya yaitu tahap pertama pada tanggal 5 Oktober
menerapkan kota dengan konsep yang 1881 dari Bogor-Cicurug sepanjang 27 km.
terkotak-kotak berdasarkan Regering Tahap kedua 21 Maret 1882, Cicurug-
Regliments 1854 (Winarta, 2008). Kotapraja Sukabumi sepanjang 31 km. Tahap ketiga
Sukabumi dibagi menjadi tiga zona wilayah tanggal 10 Mei 1883 dari Sukabumi ke Cianjur
berdasarkan etnis. Adapun zona wilayah sepanjang 39 km. Pembangunan jalan kereta
tersebut adalah sebagai berikut. api mempekerjakan pekerja Cina dan Pribumi
1. Zona Eropa berada di utara wilayah untuk membangun jalur rel kereta api yang
Kotapraja Sukabumi sebagai pemerintah menghubungkan Buitenzorg-Sukabumi-
dan penguasa. Cianjur. Pada tahun 1884, kereta api mulai
2. Zona Timur asing berada di tengah dioperasikan dengan menggunakan lokomotif
Kotapraja Sukabumi sebagai penggerak Seri B-50 pabrikan Manchester tahun 1880-
ekonomi. 1881 dengan kecepatan 60 km per jam. Pada
3. Zona Pribumi berada di selatan jalur jalur kereta api Sukabumi terdapat satu stasiun
kereta api atau stasiun Sukabumi. Mereka yaitu stasiun Sukabumi dan lima stasiun kecil
membuat perkampungan-perkampungan (halte) yaitu Cicurug, Parung Kuda, Cibadak,
yang disebut babakan. Karang Tengah, dan Cisaat (Lasmiyati, 2017,
Struktural pembagian kelas berdasarkan p.208).
wilayah, diberlakukan oleh Pemerintah Hindia Pembangunan transportasi kereta api di
Belanda awal tahun 1900 dengan alasan untuk Sukabumi bertujuan untuk mendukung
memudahkan pencacahan. Pertumbuhan perkembangan perkebunan-perkebunan teh
swasta di afdeeling Sukabumi terutama sebagai

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


8 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

alat angkut hasil produksi. Hasil-hasil Struktural pemerintahan kembali


perkebunan dari Sukabumi bisa dikirim dengan berubah dan mengusahakan agar Sukabumi
mudahnya ke Pelabuhan Tanjung Priuk di yang berada di kawasan kota mengusahakan
Batavia. Stasiun terdekat yang bisa diakses pemerintahan otonom. Warga Eropa yang
oleh perkebunan-perkebunan teh di Sukabumi mengeluh mengenai keadaan Sukabumi kota
dengan mudah. yang semakin padat. Mereka mulai
Transportasi kereta api berdampak mengharapkan adanya pemerintahan otonom
kepada penambahan jumlah penduduk yang sendiri. Mereka menghendaki agar wilayah
menempati area disekitar stasiun-stasiun. Kota Sukabumi bisa diatur oleh bangsa Eropa.
Mereka menempati lahan-lahan kosong berada Akhirnya usul mereka yang diajukan kepada
disekitar stasiun atau pinggran rel kereta api. pemerintah Hindia Belanda dikabulkan dengan
Ternyata hal tersebut membuka peluang dirubahnya pasal 68 Regeringsreglement 1854
lapangan pekerjaan. Sarana transportasi kereta (Firmansyah, 2017, p.62).
api selain dibangun stasiun, juga gudang Mereka kemudian merintis Gemeente
penyimpanan. Penduduk Sukabumi banyak Sukabumi sejak terbitnya Staatsblad No. 80
yang kemudian terserap sebagai pekerja di pada 17 Maret 1891 dengan berdirinya Onder
tempat-tempat tersebut Di sekitar stasiun Afdeeling Sukabumi. Wilayahnya terdiri dari
pemberhentian dibuka warung-warung dan Cisarua, Salabintana, Kabandungan, Situ,
lapak untuk berdagang yang lama kelamaan Kramat, Gunungpuyuh, Nyomplong,
tumbuh menjadi pasar (Lasmiyati, 2017, Pabuaran, Baros, Gedong Panjang,
p.209). Penduduk yang semakin lama Limusnunggal dan Pelabuhanratu. Pada surat
bertambah diareal stasiun membuka bertanggal 15 Januari 1913 yang ditujukan
perkampungan-perkampungan baru sehingga kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
tumbuh konsentrasi penduduk dengan para pengusaha dan penduduk Sukabumi
komposisi penduduk yang beragam. berkebangsaan Belanda dengan
Teknologi transportasi juga mengatasnamakan Dewan Rakyat menyusun
mengembangkan sektor pariwisata Sukabumi rekomendasi untuk mengubah Sukabumi
pada akhir abad ke-19. Sukabumi dikenal menjadi Burgerlijkbestuur (Tim ANRI, 2013,
wisatawan untuk berburu hewan liar didaerah pp.. 2 & 9).
selatan Sukabumi. Sukabumi bagian utara Berdasarkan usulan tersebut pemerintah
mempunyai hotel-hotel dengan kualitas terbaik Hindia Belanda pada tahun 1914 mengubah
yaitu hotel Victoria, hotel Grand Selabatu, dan Onder Afdeeling Sukabumi menjadi Gemeente
hotel Mooi Wanasari. Tarif dari hotel tersebut Sukabumi dengan status Burgerlijkbestuur.
berkisar antara 6-20 Gulden dengan fasilitas Burgerlijkbestuur sendiri dipimpin oleh
yang tersedia adalah Golf, tenis dan kolam seorang Burgemeester. Penetapan Sukabumi
renang. Sukabumi menjadi destinasi wisata dalam tata pemerintahan kolonial sebagai
yang diunggulkan oleh pemerintah Hindia sebuah kotapraja diundangkan dalam
Belanda dengan dimasukan di dalam buku Staatsblad No. 310 Tahun 1914 dengan
panduan wisata Batavia, Buiternzorg end de anggaran biaya yang diundangkan dalam
Preanger Gids voor Bezoekers en Toeristen Staatsblad No. 311 tahun 1914. Peraturan
karya Buys, Schulze, dan Bemmelen & tersebut mulai berlaku efektif pada tanggal 1
Hooyer. Banyak pelaku perjalanan baik April 1914.
perseorangan maupun individu singgah di Sementara status dari Afdeeling
Sukabumi untuk menikmati pemandangan Sukabumi diperluas. Berdasarkan Besluit
Alam (Sunjayadi, p.2019). Gubernur Jenderal tanggal 7 Mei 1912
Faktor teknologi yang diakibatkan dari Staatsblad No. 356 tahun 1913 Sukabumi
pembangunan jalur transportasi kereta api mengalami perubahan kembali dalam
membawa dampak yang besar. Era modern di pembagian wilayah. Pembagian wilayah
Sukabumi semakin terlihat. Penduduk dari luar Afdeeling Sukabumi tersebut terbagi dalam
Sukabumi baik Pribumi, Eropa maupun Timur enam District dan 41 Onder District. Keenam
Asing masuk ke Sukabumi untuk menetap District tersebut adalah Sukabumi, Cibadak,
ataupun berwisata. Kesenian Sukabumi Cicurug, Pelabuanratu, Jampang Tengah dan
mendapatkan kesempatan untuk tampil di Jampang Kulon (Tim ANRI, 2013, p.8; Dutch
kancah internasional. East Indes, 1933, p.325).
Volume
MODERNISASI: SUKABUMI DALAM ARUS PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI ERA KOLONIAL 9
BELANDA
Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain

Afdeeling Sukabumi menandai Pribumi berprofesi sebagai petani (Tim ANRI,


perubahan pada tahun 1914 dengan berubah 2013, p.7).
menjadi Regentschap. Perubahan Regentschap Struktur interkasional di Sukabumi
ini menandai berpisahnya dari Regentschap terlihat dari kelas-kelas sosial yang ada di
Cianjur. Perubahan ini berdasarkan Besluit Sukabumi. Konflik diantara penduduk yang
Gubernur Jenderal tanggal 25 April 1921 mendiami mulai terlihat dari perlakuan
Nomor 71 dan mulai berlaku pada 1 Juni 1921. diskriminatif. Sebagai etnis terbesar yang
Pada tanggal 7 Juli 1921 diangkat Raden mendiami di Kotapraja Sukabumi para Pribumi
(Adipati Aria) Soeria Nata Brata sebagai sangat tertindas. Sebagai contoh di ruangan-
Bupati Sukabumi. ruangan tertentu seperti Club Societei, restoran
Perubahan struktural lembaga sosial mewah, gedung pemerintahan, hubungan
menandai kemajuan Sukabumi akibat dari antara bangsa Eropa dan etnis Sunda terlihat
berkembanganya swastanisasi di Sukabumi. jelas. Penikmat ruangan adalah orang-orang
Sukabumi berkembang menjadi Gemeente Eropa dan etnis Sunda sebagai Pribumi hanya
(kotapraja) yang dipimpin oleh Burgermeester sebagai pembantu di tempat tersebut. Tidak
dan Regentschap Sukabumi yang dikepalai semua orang Eropa menindas rakyat Pribumi.
oleh Bupati. Kotapraja Sukabumi dipimpin Ada beberapa diantara mereka yang berbaik
oleh orang berkebangsaan eropa dengan hati terhadap Pribumi. Seperti pemilik
menerapkan tata kota berdasarkan pembagian perkebunan Kerkhoven yang membagikan
kelas diwilayahnya. Sementara di Afdeeling sedekah bahkan bibit ke masyarakat Pribumi
Sukabumi dipimpin oleh Pribumi yang disekitarnya (Firmansyah, 2017, p.81).
menjaid Bupati dan penduduk yang bertempat Sentimen antara Pribumi dan Timur
tinggal bercampur tanpad ada pembagian Asing terdapat di Sukabumi terutama dengan
kelas. Namun penduduk Timur Asing banyak warga Cina. Stereotip warga Pribumi terhadap
terkonsentrasi disekitar perkebunan dan sekitar warga Cina terjadi ketika warga Cina ditunjuk
stasiun. untuk memungut pajak dari warga Pribumi.
Penjelasan data statistik dari informasi Pajak yang dipungut yaitu dari lapak pasar,
tertulis mengenai penduduk Kota Sukabumi kolam ikan, sarang burung walet, pemotongan
dan Kabupaten Sukabumi menunjukan hewan, candu dan pegadaian. Awalnya
peningkatan dari tahun ke tahun. Sampai pembatasan itu diterapkan untuk melindungi
dengan akhir tahun 1905, penduduk Sukabumi masyarakat Pribumi dari praktik lintah darat.
kota berjumlah 15.080 jiwa, hampir sepertiga Tetapi, penunjukan warga Cina justru semakin
dari penduduk Sukabumi Kabupaten. menempatkan posisi mereka yang lebih
Penduduk Sukabumi kota terdiri dari tiga berkuasa dari warga Pribumi (Usman, 2009;
kelompok bangsa Eropa 588 jiwa, Pribumi Dahana, 2000). Warga Timur Asing lainnya
12.388 jiwa, dan penduduk Timur Asing 2.112 tidak terjadi seperti dengan warga Arab.
jiwa (Tim ANRI, 2013, p.7). Mereka diuntungkan dengan kesamaan
Pada tahun 1915 data statistik penduduk kepercayaan terhadap Islam yang mayoritas
Sukabumi meningkat dengan signifikan dianut oleh warga Pribumi. Mereka menetap
dengan jumlah 43.500 jiwa. Bertambah dua didaerah Tipar dan Warudoyong.
kali lipat selama 10 tahun dari 1905. Jumlah Perubahan sosial juga terjadi dalam
tersebut terdiri dari 1.600 jiwa berkebangsaan kebudayaan melalui gaya berpakaian. Era
Eropa, 3.500 jiwa berkebangsaan Cina dan modernisasi di Sukabumi membawa dampak
Timur Asing lain, sedangkan sisanya Pribumi bagi cara berpakaian yang tidak mencirikan
sebesar 28.400 jiwa. Data berdasarkan etnis. Awalnya pakaian menjadi ajang untuk
pekerjaan adalah 2.200 jiwa penduduk wilayah menonjolkan diri dan pembeda antar bangsa
Sukabumi yang berkebangsaan Eropa dan etnis. Kain sarung/selendang digunakan
berprofesi sebagai pengusahan perkebunan oleh Pribumi, jubah untuk orang Cina dan
yang menguasai sekitar 27.022,42 Ha. orang-orang Eropa menggunakan celana.
Sejumlah 4.300 jiwa penduduk berkebangsaan Namun di Sukabumi banyak bangsa Eropa
Timur Asing berprofesi sebagai pedagang. yang bahkan memakai sarung dan pakaian
Sementara itu sekitar 50.400 penduduk orang-orang Cina. Orang-orang Pribumi juga

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


10 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

memakai pakaian bangsa Eropa. (Firmansyah, intelektual penduduk. Dinamika penduduk


2017, p.81). baik di kotapraja dan Regentschap Sukabumi
Rasionalitas berkembang melalui menjadi dinamis akibat perkembangan
hadirnya kesadaran intelektual. Tan Ging modernisasi dari perubahan sosial dan
Tiong yang mendirikan Soekaboemische ekonomi yang terjadi. Sukabumi mempunyai
Snelpersdariukkerij dan menerbitkan harian Li peran yang cukup besar dalam masa kolonial
Po pada Januari 1901. Pemimpin redaksi dari Belanda. Sektor perkebunan menjadi jalan
harian Li Po adalah Yoc Tjai Siang dan Tang untuk modernisasi dan perubahan sosial
Ging Tiong. Harian tersebut dianggap terbitan ekonomi masyarakat.
pertama dari nonBelanda di Indonesia.
Munculnya perusahaan percetakan dan Simpulan
penerbitan yang ada di Sukabumi sangat
membantu mempublikasikan Sukabumi Perubahan sosial ekonomi dan proses
ataupun daerah lainnya (Firmansyah, 2017, modernisasi di Sukabumi terjadi karena
p.110). Sementara di kaum Pribumi muncul beberapa faktor. Faktor utama adalah kondisi
tokoh-tokoh intelektual seperti R. H. Ahmad alam, penemuan-penemuan baru, dan
Djoewaeni dan KH. Ahmad Sanusi. teknologi. Sementara faktor pendukung adalah
Pada tahun 1920an R. H. Ahmad komposisi penduduk, konflik dimasyarakat
Djoewaeni mendirikan sekolah Islam bernama dan kontak dengan masyarakat lain.
Ahmadiahschool. Ahmadiaschool Bentuk perubahan sosial yang ada di
diselelnggarakan secara klasikal. Disekolah Sukabumi adalah bentuk struktural, bentuk
tersebut diajarkan ilmu pengetahuan umum kultural dan bentuk interaksional. Bentuk
dan ilmu agama. Sekolah Islam lainnya yang struktural yang berubah di Sukabumi masa
terdapat di Sukabumi terutama di kotapraja kolonial Belanda adalah pada kelas sosial dan
adalah Sakola Moehammadijjah yang berdiri bidang struktur administrasi pemerintahan.
tahun 1918. Pembeajaran dilakukan dengan Perubahan kultural pada bentuk perubahan
klasikal yang memisahkan murid wanita dan profesi dan gaya berpakaian. Sementara
laki-laki. Lembaga pendidikan Islam lainyya perubahan bentuk interkasional mengacu
yang berdiri di kotapraja Sukabumi adalah kepada hubungan sosial.
Pesantren Syamsul Ulum yang melaksanakan Modernisasi di Sukabumi terjadi dalam
pendidikan sampai pendidikan tinggi. bidang budaya, politik, ekonomi, sosial dan life
Pesantren Syamsul Ulum didirikan oleh KH. style. Pada hal budaya mereka menjadi
Ahmad Sanusi. Di Regentschap Sukabumi konsumtif. Pada bidang politik terdapat dua
lembaga pendidikan bercorak Islam banyak perkembangan yaitu dalam struktur
tersebar (Tim ANRI, 2013, pp.28-29). pemerintahan dan hadirnya sosok penentang
Pendidikan Islam yang ada di Sukabumi kolonial Belanda. Pada bidang ekonomi
berkembang ke arah intelektual untuk masyarakat menjadi mengenal pekerjaan diluar
melepaskan diri dari belenggu penjajahan. KH. pertanian. Pada bidang sosial penduduk
Ahmad Sanusi melawan penjajah dengan Sukabumi dapat berinterkasi dengan etnis
bergabung di SI dan mendirikan organisasi lainnya. Gaya hidup penduduk Sukabumi
untuk berjuang melawan ktidak adilan menjadi berubah pada gaya berpakaian.
kolonial. Intelektualisme juga berkembang di Sukabumi
Sekolah-sekolah yang didirikan menjadi dengan banyaknya sekolah-sekolah dari
tanda perkembangan intelektual. tingkat dasar hingga tinggi untuk mendukung
Froebelsschool, Vervolgschool, intelektualisme, rasionalitas, universilisme dan
Wilhelminaschool, Juliana School, Algemeene spesialisasi fungsional serta tingkat
Lagere School, dan Hollandssch Inlandsche pendidikan. Sukabumi mempunyai peran yang
School (HIS), Sekolah Puteri Santa Ursula, cukup besar dalam masa kolonial Belanda.
Sekolah Pertanian, dan Sekolah Polisi. Sekolah Sektor perkebunan menjadi jalan untuk
tinggi juga didirikan dengan nama Instituut modernisasi dan perubahan sosial ekonomi
Soekaboemi (Tim ANRI, 2013, pp.24-25 & masyarakat.
pp.168-175).
Pendidikan bagi penduduk Sukabumi DAFTAR PUSTAKA
menjadi sarana yang baik bagi perkembangan
Volume
MODERNISASI: SUKABUMI DALAM ARUS PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI ERA KOLONIAL 11
BELANDA
Dimas Aldi Pangestu, Zulkarnain

Arsip https://jurnal.unej.ac.id/index.php/LIT/a
Dutch East Indies. rticle/view/6108.
(1933). Regeeringsalmanak voor Kustedja, S. (2012). Jejak komunitas Tionghoa
Nederlandsch-Indië. Landsdrukkerij. dan perkembangan kota
Staatsblad Van Nederlandsch-Indie. (1914). Bandung. Jurnal Sosioteknologi.
No. 310. DECENTRALISATIE. Instelling Vol. 11, No. 26, (pp.105-115), retrieved
van een gemeenteraad van Soekaboemi. from:
Staatsblad Van Nederlandsch-Indie. (1914). http://journals.itb.ac.id/index.php/soste
No. 311. DECENTRALISATIE. Vaststelling k/article/view/1095.
van de eerste bergrooting voor de gemeente Lasmiyati. (2017). “Trasnportasi Kereta Api di
Soekaboemi. Jawa Barat Abad ke-19 (Bogor-
Sukabumi-Bandung)”. Patanjala. Vol.
Jurnal/ Hasil Penelitian 9, No. 2, (pp.197-212), from:
Dahana, A. (2000). Kegiatan Awai Masyarakat https://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9
Tionghoa di Indonesia. Wacana, Vol. 2, i2.21.
No. 1, (pp. 54-72) from: Lestari, Puji. (2008). Analisis Perubahan
https://doi.org/10.17510/24076899- Sosial pada Masyarakat Samin (Studi
00201004. Kasus di Desa Mendenrejo, Kecamatan
Fajarani, Annisa. (2012). Peranan Kradenan, Blora). Dimensia. Vol. 2, No.
Pergoeroean Sjamsoel Oeloem dalam 2, (pp.20-31), retrived from:
Mempetahankan Kemerdekaan https://journal.uny.ac.id/index.php/dime
Republik Indonesia di Sukabumi (1945- nsia/article/view/3403.
1946). (Skripsi Sarjana. Universitas Mulyadi, Muhammad. (2015). Perubahan
Negeri Yogyakarta). Sosial Masyarakat Agraris ke
Handayani, Sri Ana. (2017). Geliat Ekonomi Masyarakat Industri dalam
Masyarakat Priangan Era Pemerintahan Pembangunan Masyarakat di
Hindia Belanda 1900-1942. Lembaran Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Sejarah. Vol. 13, No. 2, (pp.221-234). Jurnal Bina Praja. Vol. 7, No. 4,
Handinoto, H. (1999). Lingkungan" Pecinan" (pp.311-322), from:
dalam Tata Ruang Kota di Jawa Pada https://doi.org/10.21787/jbp.07.2015.31
Masa Kolonial. DIMENSI (Journal of 1-321.
Architecture and Built Environment). Nugraha, Setia. (2017). Kota Sukabumi: Dari
Distrik Menjadi Gementee (1815-1914).
Vol. 27, No. 1, (pp.20-29), from: Patanjala. Vol. 9, No 3, (pp.423-438),
https://doi.org/10.9744/dimensi.27.1 from:
Hardjasaputra, A. Sobana. (2003). Perubahan https://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9
Sosial di Bandung 1810-1906. i3.35.
Sosiohumaniora. Vol. 5, No. 1, (pp.96- Nurbaity & Saring. (2015). “Swastanisasi
107). Perkebunan Teh di Bogor 1905-1942”.
Hatu, Rauf. (2011). Perubahan Sosial Kultral Sosio-E-Kons. Vol. 7, No. 3, (pp.216-
Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan 225), from:
Teoritik-Empirik). Jurnal Inovasi. Vol. http://dx.doi.org/10.30998/sosioekons.v
8, No. 4, (pp.1-11), from: 7i3.698.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/ Rahmayanti, Yunita Dwi., & Pinasti, V. Indah
article/view/721. Sri. (2017). Dampak Keberadaan Objek
Husain, S. B. (2013). Kesatuan dalam Wisata Waduk Sermo terhadap
Keberagaman: Pasang Surut Pembauran Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat
Orang-orang Tionghoa di di Sermo, Kulon Progo, Daerah
Surabaya. LITERASI: Indonesian Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Sosiologi. (pp.1-15),
Journal of Humanities. Vol. 3, No. 1,
retrived from:
(pp.21-28), retrieved from:

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


12 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

https://eprints.uny.ac.id/53258/6/jurnal Firmasnsyah, Irman. (2016). Soekaboemi The


%2013413244005.pdf. Untold Story Kisah di Balik Sejarah
Rosana, Ellya. (2015). Modernisasi dalam Sukabumi. Jakarta: Mer C Publishing.
Presfektif Perubahan Sosial. Al-Adyan ______. (2017). Kota Sukabumi Menelusuri
Jurnal Lintas Agama. Vol. 10, No. 1, Jejak Masa Lalu. Sukabumi: Paguyuban
(pp.67-81), from: Soekaboemi Heritages.
https://doi.org/10.24042/ajsla.v10i1.142 Hendarti, Latipah. (2007). Menepis Kabut
3. Halimun: Rangkaian Bunga Rampai
Saring, Barkah, Husin. (2017). “Diantara Pengelolaan Sumberdaya Alam. Jakarta:
Bayang-Bayang Eksploitasi Perkebunan Obor.
dan Involusi Pertanian”. (Artikel Jaya, Ruyatna. (2002). Sejarah Sukabumi.
Laporan Ilmiah. Universitas Indraprasta Tanpa Tahun Sukabumi: Yayasan
PGRI). Pendidikan Islam.
Suryanegara, Ellen., Suprajaka., Nahib, Melly, G. Tan. (1963). The Chinese of
Irmadi. (2015). Perubahan Sosial pada Sukabumi: a Study in Social and
Kehidupan Suku Bajo: Studi Kasus di Cultural Accomodation. New York:
Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Ithaca.
Tenggara. Majalah Globe. Vol. 17, No. Neolaka, Amos. (2019). Isu-isu Kritis
1, (pp. 67-78), retrived from: Pendidikan: Utama dan tetap Penting
https://core.ac.uk/download/pdf/291853 Namun Terabaikan. Jakarta: Kencana.
770.pdf. Raffles, Thomas Stamford. 2014. The History
Utami, Indah Wahyu Puji. (2015). Monetisasi of Java. Yogyakarta: Narasi. Cet IV.
dan Perubahan Sosial Ekonomi Sunjayadi, Achmad. (2019). Pariwisata di
Masyarakat Jawa Abad XIX. Sejarah Hindia Belanda 1891-1942. Jakarta:
dan Budaya. Vol. 9, No. 1, (pp.51-62). Gramedia.
Zakaria, Mumuh Muhsin. (2011). DInamika Tim ANRI. (2013). Sukabumi dalam Arsip.
Sosial Ekonomi Priangan Abad Ke-19. Jakarta: Arsip Nasional Republik
Sosiohimaniora. Vol. 13, No. 1, (pp.96- Indonesia.
107), from: Winarta, Frans H. (2008). No More
https://doi.org/10.24198/sosiohumanior Discrimination Againts The Chinese.
a.v13i1.5464. Ethnic Chinese in Contemporary
Indonesia. (pp.57-73). Singapore:
Buku Utopia Press.

Volume

Anda mungkin juga menyukai