Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KRISTOLOGI

“AGAMA ZOROASTER”

Dosen Pengampu : Indra Martian Permana, M.Ag.,Ph.D.

Disusun Oleh :

Ade Nur Khoirudin (191105030138) KPI 5A

Fathiyah Zakiyah (191105030…) KPI 5A

FAKULTAS AGAMA ISLAM

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “Agama Konghucu”.

Makalah ini berisikan penjelasan mengenai Sejarah lahirnya agama konghucu, Pembawa
ajaran agama konghucu, Kitab suci agama konghucu, Sistem kepercayaan konghucu, Konsep-
konsep keyakinan dalam agama konghucu, Sekte-sekte dalam agama konghucu, Praktek
keagamaan dan ritual agama konghucu, dan Tempat suci dan ibadah agama konghucu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
lebih baiknya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Aamiin

Bogor, 14 Oktober 2021

Tim Penyusun
Isi

5. Konsep Konsep keyakinan dalam Agama Zoroaster

 Konsep Ketuhanan

Di dalam ajaran Zoroastrianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa, yaitu
Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan
hanya kepadanya. Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda yang
harus disembah di tengah konteks kepercayaan tradisional masyarakat Iran yang kuat dengan
pengaruh politeisme.

Zoroastrianisme mempunyai prinsip dualisme yang mempercayai bahwa ada dua kekuatan yang
bertentangan dan saling beradu yakni kekuatan kebaikan dan kejahatan. Dalam tradisi
Zoroastrianisme, yang jahat diwakili oleh Angra Mainyu atau Ahriman, sedangkan yang baik
diwakili oleh Spenta Mainyu. Manusia harus selalu memilih akan berpihak pada kebaikan atau
kejahatan selama hidupnya. Akan tetapi, dengan paham dualisme ini tidak berarti bahwa
Zoroastrianisme tidak mengakui monoteisme karena Ahura Mazdalah satu-satunya Tuhan yang
disembah. Ahura Mazda, pada saatnya akan mengalahkan kekuatan yang jahat dan berkuasa
penuh. Ahriman dan para pengikutnya akan dimusnahkan untuk selamanya. Meskipun ajaran
Zarathustra mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya dewa yang
harus disembah namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa yang turut
diakui keberadaanya ada lima yaitu:

1. Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api
2. Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa hati
nurani yang baik
3. Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam
4. Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah
5. Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan

 Konsep mengenai Penciptaan

Alam semesta dalam ajaran Zoroastrianisme berusia 12000 tahun. Setelah masa 12000 tahun
berakhir barulah akan terjadi kiamat. Masa 12000 tahun ini terbagi menjadi beberapa periode:

1. Periode 3000 tahun pertama, yaitu masa ketika Ahura Mazda menciptakan alam semesta.
Ahriman kemudian berusaha menyerang dan menghancurkan alam yang diciptakan
Ahura Mazda. Hal ini disebabkan karena kehendak Ahriman adalah menyakiti dan
merusak alam ciptaan.
2. Periode 3000 tahun kedua, yaitu periode Ahura Mazda dan Angra Mainyu beradu
kekuatan, keduanya berusaha saling kalah mengalahkan. Dalam peristiwa inilah terjadi
terang dan gelap serta siang dan malam
3. Periode 3000 tahun ketiga, yaitu masa ketika nabi Zarathustra lahir dan menerima
penglihatan dari Ahura Mazda. Selanjutnya, penglihatan ini kemudian disebarkannya
kepada umat manusia.
4. Periode 3000 tahun terakhir, yaitu masa munculnya seorang Saoshayant setiap seribu
tahun, yang diyakini sebagai penyelamat yang akan memerintah dan memelihara bumi.[3]
Ketiga Saoshayant yang akan datang itu adalah keturunan Zarathustra yang pada
akhirnya akan memimpin manusia untuk melawan dan menghancurkan Ahriman serta
para pengikutnya. Barulah setelah itu perdamaian dunia akan terwujud.

 Konsep Eskatologi: Kehidupan Setelah Kematian

Dalam pemahaman Zoroastrianisme, setiap orang akan mengalami penghakiman setelah


meninggal.Penganut Zoroaster meyakini bahwa ketika seseorang meninggal, ia harus dapat
membuktikan dirinya telah melakukan lebih banyak kebaikan daripada kejahatan.] Mereka
percaya setiap roh manusia yang telah meninggal harus melewati Jembatan Cinvat yaitu
jembatan yang menuju ke susrga. Jiwa manusia sesudah meninggal akan tetap tinggal selama
tiga hari di dalam tubuhnya dan baru pada hari ke empat dibawa menuju penghakiman di
Jembatan Cinvat.

Setelah berhasil melewati jembatan ini maka seseorang akan hidup bahagia dengan rahmat
Ahura Mazda.Semakin banyak kebaikan yang dibuat seseorang maka akan semakin lebarlah
jembatan itu dan sebaliknya, semakin besar kejahatannya maka semakin sempitlah jembatan itu
hingga rohnya tidak dapat melewatinya dan jatuh dari Jembatan Cinvat. Di bawah jembatan
inilah terdapat neraka yang penuh api, sebuah tempat yang suram dan penuh kesedihan. Menurut
ajaran Zoroastrianisme, dunia akan mengalami pembaruan menuju kesempuranaan dan jiwa-jiwa
baik yang masih hidup dan sudah mati akan dibebaskan selamanya dari kuasa jahat. Pembaruan
dunia dan kebangkitan kembali seluruh ciptaan disebut Frashokeveti

 Konsep mengenai Etika Hidup

Dalam pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan
dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang
baikZoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya untuk memilih hidup yang
baik atau jahat bagi dirinya sendiri Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami
pembaruan Pembaruan dunia ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi
membutuhkan keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan
tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan. Dosa bagi
penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari hura
Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan sebelumnya.]Apa
yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi
setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami bahwa
dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia
berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.

6. sekte sekte dalam agama Zoroaster


Terbaginya Zoroastrisme ke dalam beberapa gugusan bukan disebabkan karena perbedaan
pemahaman teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang
berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme[1]:

1. Gugusan Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan
Agustus atau September
2. Gugusan Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau
Agustus
3. Gugusan Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21
Maret

7. Praktek keagamaan dan ritual agama Zoroaster

-Praktek Keagamaan
Untuk melangsungkan upacara keagamaan sehari-hari, penganut Zoroaster tidak diharuskan pergi ke
kuil. Mereka dapat berdoa di mana saja seperti di gunung-gunung, sungai-sungai, ladang-ladang ataupun
di rumah. Mereka dapat menyampaikan nazar, penyesalan dosa,ungkapan terima kasih, dan sebagainya.
Waktu yang dirasakan tepat untuk melakukan upacara agama sehari-hari adalah di pagi hari.
Zoroastrianisme mempunyai beberapa hari raya atau disebut Gahambars. Perayaan Tahun Baru (Naw
Ruz atau Noruz) merupakan hari raya yang dirayakan paling meriah. Selain itu, ada juga Festival Seribu
Hari (Sada) yang dirayakan di dekat sungai, Pengenangan akan orang-orang yang telah meninggal, dan
perayaan Ulang Tahun Zoroaster.
-Ritual Agama Zoroaster
Tempat ibadah agama Zoroaster adalah kuil (kuil api) yang umumnya berbentuk kotak, di
dalam kuil api di biarkan terus menyala sebagai perlambang kehadiran dewa-dewa juga sebagai
lambang kesucian. Tidak harus pergi ke kuil jika ingin melakukan ritual ibadah, terkadang
mereka berdoa di tempat luar seperti sungai-sungai, gunung, ladang dan rumah masing-masing.
Melakukan upacara-upacara khusus, seperti upacara penandaan atau Navjot (Kelahiran Baru)
Agama Zoroaster memiliki ritual yang unik berkenaan dengan kematian. Mayat yang
dianggap badannya tidak suci harus dihancurkan secepat mungkin, ia tidak boleh disentuh oleh 4
elemen suci, kemudian diletakkan pada suatu tempat yang disebut Menara Kesunyian yang
menghadap matahari.
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah
meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan
ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of
Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan
anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
1. Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke
Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah itu, mayat lalu dibawa ke
Dakhma atau Menara Ketenangan.
2. Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan
agar dimakan oleh burung-burung.
3. Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur

8. Tempat Suci Agama Zoroaster

Para penganut Zoroastrianisme beribadah di dalam kuil yang disebut dengan Kuil Api. Disebut demikian
karena di dalam kuil, api dibiarkan menyala terus-menerus sebagai lambang kehadiran dewa.Api bukan
saja menyimbolkan kehadiran Tuhan tetapi juga sebagai simbol kesucian. Berikut ini gambaran
mengenai tempat suci agama Zoroaster

Anda mungkin juga menyukai