Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI

BAHAN GALIAN
Sebelum bahan galian (mineral) ditambang dan melibatkan investasi dana yang
besar, maka perlu dilakukan kajian awal yang cermat untuk meyakinkan bahwa
daerah (tempat) yang di kaji mengandung mineral dimaksud.

1. EKSPLORASI
Adalah penyelidikan yang cermat untuk mendapatkan data geologi lebih
lanjut sehingga diketahui jumlah cadangan (ketebalan lapisan) dan kualitas
bahan galian. Penyelidikan tsb meliputi:
 Pemboran inti
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan
galian secara vertical yang berada di bawah permukaan tanah, sekaligus
mengetahui ketebalannya. Untuk menentukan titik pemboran inti
diperlukan data peta geologi dan peta topografi.
Berdasarkan tingkat kedalaman dan lama pelaksanaannya pemboran dapat
dilakukan dengan:
1. Alat bor auger.
Yaitu alat bor manual, biasa dipakai untuk pemboran batuan yang lunak
dengan kedalaman yang cukup dangkal. Keuntungannya alat ini mudah
dilepas dan dirangkai kembali sehingga mudah membawanya.
2. Alat bor inti yang dioperasikan mesin.
Alat ini dapat dipakai pada batuan yang lunak maupun keras dengan
kemampuan cukup dalam.

Hasil-hasil pemboran inti selanjutnya siap dilakukan analisa


laboratorium.
 Sumur Uji (Test Pit)
Pembuatan sumur uji bertujuan untuk mendapatkan variasi data bahan
galian secara vertical yang berada di bawah permukaan. Biasanya untuk
batuan yang lunak, karena menggunakan alat-alat sederhana (sekop,
linggis, cangkul dll) maka hasilnya cukup dangkal.
Cara pembuatan Sumur Uji:
 Tumbuhan dan tanah penutup permukaan dibersihkan.
 Dibuat lubang ukuran 2 m X 2 m dengan kedalaman 5 m.
 Kedalaman selanjutnya dipersempit berjenjang menjadi bujur
sangkar ukuran 1 m X 1 m.
 Pengambilan contoh batuan dapat dilakukan sesuai kepentingan.

2. KUALITAS CONTOH BATUAN


Kualitas contoh batuan (cadangan) hasil pemboran inti atau sumur uji
selanjutnya dilakukan analisa laboratorium yang meliputi:
1. Analisa Petrografi
2. Analisa Kimia
3. Analisa Difraksi Sinar X
4. Analisa berat jenis
5. Pengujian daya serap terhadap air
6. Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan
7. Pengujian katahanan batuan terhadap………
8. Pengujian kuat tekan bebas
1. Analisa Petrografi
Merupakan analisa batuan secara mikroskopis, melakukan identifikasi
sayatan tipis dengan mikroskop polarisasi. Untuk hasil yang baik
diperlukan batuan yang segar (belum melapuk).
Dari analisa petrografi akan diketahui jenis, tekstur, struktur, komposisi
mineral, nama batuan, bahkan tingkat pelapukan, pertumbuhan pori.
Cara analisa petrografi:
 Potong batuan yang dipilih dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 cm.
 Haluskan salah satu sisi dengan serbuk korundum.
 Panaskan dengan hot plate pada 50°C hingga kering, teteskan
CANADA BALSEM pada bagian halus.
 Setelah 5 menit, tempelkan pada gelas preparat, takan dan gerakkan
sampai menempel sempurna tanpa ada gelembung udara, tunggu
dingin.
 Preparat ditipiskan dengan gerenda dengan ketebalan 0,03 mm.
 Panaskan preparat sebentar, tutup dengan gelas penutup biarkan
dingin.
 Beri label sesuai informasi, preparat siap ditentukan mineralnya.
2. Analisa Kimia.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dalam batuan.
Prosedurnya:
 Batuan digiling mencapai ukuran 100 mesh, dikeringkan pada
150°C dengan cawan platina dilebur dengan Na2CO3 pada 1000°C,
tambahkan HCl dan akuades, panasi sampai kering. Ulangi langkah
ini sampai larut dan disaring, endapan untuk penentuan SiO2,
filtrate penentuan logam lain.
 Kandungan logam ditentukan dengan AAS atau spektrofotometer
UV -Vis.
 Kadar air ditentukan dengan memanaskan batuan sampai 100-
105°C , selisih berat adalah banyaknya air.
 Perhitungan bahan hilang terbakar, batuan dipanaskan 105 °C
ditimbang =a gr,
dipanaskan dalam furnace 1000°C, 1,5-2 jam berat ditimbang =b gr.
Bahan hilang terbakar = (a - b) gr.
3. Analisa difraksi sinar X
Analisa ini dipakai untuk batuan yang sulit ditentukan unsur kimianya
secara petrografi karen punya butir yang sangat halus, misal lempung.
Dengan teknik ini akan diketahui jenis mineral penyusun batuan.
4. Analisa berat jenis
 Batuan dipanaskan dengan oven pada suhu 100°C – 105 °C sehingga
airnya menguap, biarkan dingin.
 Batuan ditimbang ( a gr).
 Volume batuan ditentukan (b mL).
 Berat jenis (ρ) = a/b gr/mL
5. Pengujian data serap terhadap air.
Yaitu persentase air yang mampu terserap ser maksimal ke dalam pori-pori
tanah/batuan kering. Menurut Dirjen Bina Marga, daya serap air
dirumuskan :

Ds = Bj – Bk X 100 %
Bk

Ds = daya serap air (%)


Bj= berat benda uji dalam keadaaan jenuh (gram)
Bk= berat benda uji kering/bebas air dengan di oven ( gram)

6. Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan.


Yaitu pegunjian untuk mengetahui seberapa jauh reaksi kimia unsure-unsur
alkali (K dan Na) dalam senyawa silikat dapat merusak konstruksi
bangunan. KRYNINE dan JUDD (1957) menyarankan bahan alkali ini
kandungannya ≤ 6 %.
7. Pegujian ketahanan batuan terhadap
Yaitu sifat daya tahan batuan terhadap penggosokan bahan lain (bola-bola
baja dengan d= 4,68 cm dan berat 390 – 445 gr.
8. Pegujian kuat tekan be bas.
Yaitu kemampuan suatu bahan/batuan dalam menahan beban/gaya yang
dikenakan sehingga batuan tersebut pertama kali mengalami
deformasi/kerusakan.

Kt = P/A kg/cm2
Kt = kuat tekan bebas (kg/cm2)
P = besar gaya (kg)
A = luas penampang batuan (cm2)

TEKNIK EKSPLOITASI BAHAN GALIAN


Bahan galian terdapatnya ada yang di dekat permukaan tetapi ada juga
yang terkumpul pada lapisan tanah yang relative dalam. Berdasarkan cara kerja
teknik penambangan dapat dilakukan dengan :

 Penggalian secara langsung, (misal :gamping)


 Disemprot dengan tekanan tinggi (misal: pasir, minyak)
 Disedot dengan pompa hisap yang kuat (misal: pasir laut)

Berdasarkan tempat kegiatan penambangan, dikenal:

1. Tambang terbuka.
Yaitu semua kegiatan penambangan dilakukan dipermukaan
bumi/tanah. Bentuk tekstur daerah penambangan disebut KUARI.
Bentuk kuari dibedakan:
 Kuari tipe sisi bukit (lereng bukit yang berjenjang)
 Kuari tipe lubang galian
Yaitu untuk bahan galian yang terkumpul pada kedalaman
tanah dengan topografi daerah mendatar, sehingga setelah
ditambang akan berbentuk cekungan berjenjang.
2. Tambang bawah tanah (gophering).
Biasa diterapkan untuk endapan bahan galian (urat bijih) dengan
bentuk dan ukuran tidak teratur dan tersebar tidak merata. Arah
penambangannya mengikuti arah urat bijihnya.
Alur kerja tambang terbuka :
 Pembersihan lapangan.
 Pengupasan tanah penutup.
 Persiapan pemboran.
 Pemboran lobang tembak.
 Peledakan.
 Pendorongan dan pemuatan.
 Pengangkutan.
 Penimbunan pada unit pengolahan.

PELEDAKAN DALAM PERTAMBANGAN


Tujuan: untuk membongkar batuan /bahan galian dari batuan induknya.
Jenis-jenis bahan peledak:
1. Bahan peledak mekanis.
2. Bahan peledak kimia.
3. Bahan peledak nuklir.
Bahan peledak yang biasa dipakai di industry adalah peledak kimia.
Berdasarkan kecepatan reaksinya dan kuat ledaknya dibedakan:
1. Bahan peledak kuat.
Kecepatan rekasinya sangat besar, 5000 – 24.000 fps (1 – 6
mile per detik) dengan tekanan yang dihasilkan 50.000 –
4.000.000 psi.
Misalnya: TNT (tri nitro toluena)
PETN ( Penta Ery-Thritol Nitrat)
Dinamit.
2. Bahan peledak lemah.
Mempunyai kecepatan reaksi rendah (< 5000 fps) tekanan <
50.000 psi. Biasa dipakai di tambang batu bara.
Misal: Black powder, propellant.

Komposisi bahan peledak industry:

1. Black Powder
Terbuat dari campuran arang, belerang dan KNO 3
8 C + 3 S + 10 KNO3  3 K2SO4 + 2 K2CO3 + 6 CO2 + 5N2

Dinamit

Bahan dasar Nitro Glyserin (NG)


 Straight Dynamite
NG 20 – 67 %, NaNo3 59 – 23 %
 Gelatin Dynamite
NG + NC, NaNO3 atau KNO3
 Ammonia Gelatine Dynamite
Blasting Gelatine (BG), NH4NO3

Bahan peledak yang meledak dapat mengahasilkan 3 gas yang berbeda


sifatnya:

1. SMOKE, tidak berbahaya, berupa uap atau asap putih.


2. FUME, berbahaya karena beracun, mengandung gas CO, NO,
NO2, gas berwarna kuning.
FUME dapat terjadi bila:
 Bahan peledak tidal mempunyai keseimbangan O2.
 Bahan peledak rusak karena terlalu lama atau salah
penyimpanan.
 Penyalaan bahan peledak yang salah.

Lokasi peledakan harus dibiarkan minimal 1 jam agar


terbebas dari FUME.
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN INDUSTRI

Tujuan Sistem Contoh


1. Pemurnian Alat-alat konsentrasi Feldspar, zircon
dengan
konsentrasi
2. Peningkatan Alat konsentrai dan Belerang hasil
kadar suatu proses kimia penyulingan
unsur
3. Peningkatan sifat -Pembakaran dengan Batu kapur/ CaO
kimia tungku. Zeolit.
-pengaktifan secara kimia
4. Peningkatan sifat -pemecahan Kaolin berlapis
fisik -pelapisan dengan mutu prima.
5. Peningkatan -pembentukan dan -marmer
bentuk dan pemolesan -batu permata.
penampilan

Secara umum tujuan pengolahan bahan galian adalah meningkatkan


kualitas dari sifat-sifatnya atau bentuk penampilan sesuai spesifikasi dari pihak
pengguna bahan galian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai