Anda di halaman 1dari 8

Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian


Stunting pada Balita di Kecamatan Arjasa, Jember

(Correlation between Implementation of Family Role and


Stunting in Toodler in Subdistricts of Arjasa, Jember)
Umari Hasniah Rahmawati, Latifa Aini S., Hanny Rasni
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No.37 Kampus Tegal Boto Jember. Telp/Fax. (0331) 323450
e-mail : latifa_as.psik@unej.ac.id

Abstract
A family has an important role to meet the nutritional intake of toddlers since a family has a full
decision to nurture and take care of the toddlers. However, the case of stunting in Jember Regency
still has a higher case compared to other regencies. The objective of this research was to analyze
the relationship between the implementation of family role and the case of stunting in toddlers in
Arjasa Subdistrict, Jember regency. The research also used a cross sectional research design with
cluster random sampling technique. The data collection was conducted by providing a FAD (Family
Assessment Device) questionnaire used to identify the family roles, while the height was measured
by length board and microtoise. The chi-square test was employed to analyze between the variables
of family role and stunting case. According to the analysis result of 117 respondents, there were
7.7%, 99% and 7.7% for each category of good, moderate and less in the family role, whereas for
the stunting case, there were 76.1% having stunting and 23.9% not stunting. The findings of this
research indicated that there was a relationship between the implementation of family role and the
2
stunting case (χ = 9.78; p-value = 0.002), in which the implementation of family role in the good
category had 7.81 times for a chance of stunting (OR = 7.81; 95% CI = 1.81-33.762). at last, this
research showed the importance of improving the family role by involving the family to meet the daily
nutritional intake of toddlers so as the stunting case can diminish.

Keywords: Family role, Stunting, Toddlers

Abstrak
Keluarga memiliki peran yang penting dalam pemenuhan asupan gizi anak usia balita karena pada
usia balita keluarga memiliki keputusan penuh dalam merawat dan mengasuh balita. Namun
kejadian stunting di Kabupaten Jember masih memiliki angka kejadian stunting yang lebih tinggi
dibanding kabupaten lain. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa hubungan pelaksanaan
peran keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan teknik pengambilan sampel
cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner FAD (Family
Assessment Device) yang digunakan untuk mengidentifikasi peran keluarga, sedangkan untuk tinggi
badan diukur dengan length board dan microtoise. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis
antara variabel peran keluarga dan variabel kejadian stunting. Berdasarkkan hasil analisis dari 117
responden terdapat peran keluarga dalam kategori baik 7,7%, sedang 99% dan kurang 7,7%,
sedangkan untuk kejadian stunting terdapat 76,1% mengalami stunting dan 23,9% tidak mengalami
stunting. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara pelaksanaan peran keluarga dan
2
kejadian stunting (χ = 9,78; p-value = 0,002), dimana pelaksanaan peran keluarga dalam kategori
baik memiliki peluang 7,81 kali mengalami stunting (OR = 7,81; 95% CI = 1,81-33,762). Penelitian ini
menujukkan pentingnya meningkatkan peran keluarga dengan melibatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan asupan gizi pada balita sehari-hari agar kejadian stunting dapat berkurang.

Kata kunci: Peran Keluarga, Stunting, Balita

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 112


Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

Pendahuluan kesehatan keluarga juga berpengaruh pada


Stunting merupakan salah satu dari status gizi balita, terutama peran ibu sejak
permasalahan status gizi yang ditinjau dari masa sebelum kehamilan hingga setelah
tinggi badan yang lebih pendek dibanding melahirkan. Bedasarkan penelitian Car dan
orang lain yang seusia [1]. Stunting pada Spinger pengaruh yang paling kuat pada
tahun 2016 ditingkat dunia mencapai 22,9% kesehatan yaitu keluarga, karena keluarga
(154,8 juta) balita dimana hal tersebut terjadi berperan sebagai penyedia sumber daya
akibat berbagai faktor terkait pada 1000 hari ekonomi, sosial dan psikologis, ketegangan
pertama setelah konsepsi [2]. yang dapat menjadi pelindung ataupun
Menurut Global Nutrition Report tahun ancaman dari kesehatan anggota keluarga
2014 menyebutkan dari 117 negara bahwa [12].
Indonesia termasuk dalam 17 negara yang Pemerintah telah mengupayakan
memiliki tiga masalah gizi pada balita yaitu mengatasi permasalahan status gizi di
stunting (37,2%), wasting (12,1%) dan Indonesia melalui program Indonesia sehat
overweight (11,9%) [3]. Hasil Riset Kesehatan dengan pendekatan keluarga dan keluarga
Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa sadar gizi. Program Indonesia Sehat memiliki
menurunnya angka kemiskinan di Indonesia sasaran yaitu derajat kesehatan dan status
tidak mempengaruhi secara signifikan gizi masyarakat dengan meningkatkan
permasalahan status gizi yang masih cukup kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
tinggi dengan angka nasional 37,2% terdiri yang didukung perlindungan finansial dan
18% sangat pendek dan 19,2% pendek [4]. pelayanan kesehatan yang pemerataan [13].
Prevalensi stunting di Jawa Timur pada tahun Program pemerintah lainnya keluarga sadar
2016 menunjukan angka 26,1% dengan gizi, yaitu keluarga yang tidak hanya mengenal
berada sedikit dibawah angka stunting tetapi juga dapat mencegah serta mengatasi
nasional yaitu 27,5% [5]. Berdasarkan hasil masalah gizi yang dialami oleh setiap anggota
survei PSG pada tahun 2016 Kabupaten keluarganya [14].
Jember memiliki prevalensi stunting sebesar Upaya penanggulangan masalah status
39,2%, Sumenep 32,5%, dan Bangkalan gizi yang memiliki peranan penting yaitu
32,1% [6]. Prevalensi balita di Kecamatan individu, keluarga, dan pelayanan kesehatan
Arjasa terdapat 2673, dengan sebagian besar [10]. Berjalannya pelayanan kesehatan
balita memiliki status gizi stunting 62,5% dari dipengaruhi oleh tenaga kesehatan salah
jumlah populasi 2673 balita [7]. satunya perawat. Perawat memiliki peran
Resiko terjadinya stunting meningkat dalam meningkatkan status gizi balita yaitu
pada anak yang tinggal bersama keluarga dengan upaya promotif dan preventif [15].
dengan orangtua tunggal dibandingkan Pencegahan masalah gizi buruk yang telah
dengan anak yang tinggal di keluarga inti atau dilakukan perawat meliputi proses asuhan
keluaga besar dengan orangtua lengkap [8]. keperawatan (penimbangan, pengukuran, dan
Hasil penelitian tentang hubungan struktur pemantauan seacara rutin), pendidikan
peran keluarga dengan stunting anak usia dua kesesahatan dalam konseling ataupun
sampai lima tahun menunjukan bahwa penyuluhan, bekerjasama dengan tenaga
kejadian stunting 10% lebih tinggi pada anak kesehatan lain terutama ahli gizi, berkoodinasi
yang tinggal dengan keluarga inti dan 30% terkait rencana pelaksanaan kegiatan,
lebih tinggi pada anak yang tinggal dengan berdiskusi untuk memecahkan permasalah
keluarga besar [9]. Stunting terjadi lebih sering status gizi, melakukan pendekatan dan
pada anak yang tinggal di keluagra besar memberikan pemahaman terkait gizi yang
dibandingkan anak yang tinggal di keluarga inti penting bagi kesehatan [15]. Namun apabila
dengan perbandingan 3 : 1. Permasalahan ditinjau dari prevalensi pemasalahan status
stunting perlu dilakukan penelitian terutama gizi pada balita masih belum teratasi sehingga
dari segi keluarga, karena permasalahan peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat
tersebut dapat merusak perkembangan dan hubungan pelaksanaan peran keluarga
berdampak negatif bagi kesehatan dalam dengan status gizi pada balita yang memiliki
jangka waktu lama seperti rentan terhadap risiko stunting.
penyakit [10].
Tubuh pendek atau stunting pada masa Metode Penelitian
balita disebabkan oleh kurangnya gizi kronis Penelitian ini memiliki jenis korelasi
atau gizi kurang yang mengakibatkan dengan menggunakan desain observasional
kegagalan pertumbuhan serta digunakannya melalui pendekatan cross sectional. Variabel
sebagai indikator dalam jangka panjang [11]. yang diukur dalam penelitian ini yaitu variabel
Secara tidak langsung selain tenaga independen (pelaksaaan peran keluarga) dan

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 113


Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

variabel dependen (kejadian stunting). Sampel Rentang dalam usia balita memiliki tinggi
pada penelitian yaitu sebanyak 117 responden badan anak dengan rata-rata 83,94 dan
di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember standar deviasi 10,42. Anak usia balita di
dengan teknik pengambilan cluster random Kecamatan Arjasa memiliki bentuk keluarga
sampling. Instrumen penelitian yang inti sebanyak 66 keluarga (56,4%) dengan
digunakan yaitu kuesioner FAD (Family tingkat pendidikan keluarga mayoritas sekolah
Assessment Device) dengan subscale peran dasar 46 keluarga (39,3%) dan status tidak
untuk mengukur pelaksaan peran keluarga, bekerja 82 keluarga (70,1%). Status pengasuh
sedangkan untuk mengukur tinggi badan balita dalam keluarga yang mayoritas tidak
menggunakan length board untuk responden bekerja memiliki pendapatan keluarga <
usia >12 bulan sampai ≤24 bulan dan Rp.2.170.917,00 sebanyak 103 keluarga
microtoice untuk responden usia >24 bulan (88,0%). Pendapat keluarga yang mayoritas
sampai ≤60 bulan. Analisis data untuk dibawah UMR Kabupaten Jember namun
mengetahui hubungan antara variabel harus membiayai jumlah keluarga yang
digunakan uji chi-square. banyak yaitu jumlah anak dalam keluarga >2
anak sebanyak 69 keluarga (59,0%) dengan
Hasil mayoritas berjenis kelamin laki-laki 59 anak
Hasil penelitian berupa analisis (50,4%).
univariat dan bivariat yang disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi. Pembahasan dalam Pelaksanaan Peran Keluarga
Tabel 2 Indikator Peran Keluarga pada Balita di
penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember (Januari
berdasarkan hasil penelitian. 2019; n=117)

Karakteristik Responden Indikator Mean Median Min-


Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Maks
Arjasa Kabupaten Jember (Januari 2019; n=117) Peran Formal
a. Ketika kami meminta 3,00 3,00 1–4
Karakteristik Responden n (%) anggota keluarga yang
Usia anak lain untuk mengerjakan
36,00 sesuatu, hasilnya sesuai
a. Median
12-60 dengan yang kami
b. Min-Maks inginkan.
Tinggi badan anak b. Setiap anggota keluarga 2,93 3,00 1–4
83,94 mempunyai tugas dan
a. Mean
10,42 tanggung jawab masing-
b. Standar Deviasi masing dalam hal
Bentuk keluarga pekerjaan rumah.
66 (56,4%) c. Tugas pekerjaan rumah 2,83 3,00 1–4
a. Keluarga inti
47 (40,2%) dibagi secara adil dan
b. Keluarga besar 4 (3,4%) merata kepada semua
c. Keluarga bercerai anggota keluarga
Pendidikan d. Keluarga kami tidak 2,66 3,00 1–4
11 (9,4%) mempunyai kesulitan
a. Tidak Sekolah
46 (39,3%) untuk memenuhi
b. SD 32 (27,4%) kewajiban keuangan
kami.
c. SMP 27 (23,1%)
e. Kami selalu ingat tentang 3,04 3,00 1–4
1 (0,9%)
d. SMA apa yang menjadi tugas
e. PT dan tanggung
pekerjaan rumah kami
jawab
Status Bekerja
82 (70,1%) f. Kami merasa puas 3,00 3,00 1–4
a. Tidak Bekerja
35 (29,9%) dengan pembagian tugas
b. Bekerja pekerjaan rumah yang
Pendapatan keluarga telah diberikan kepada
a. < Rp.2.170.917,00 103 (88,0%) kami.
b. > Rp.2.170.917,00 14 (12,0%) Total 2,82 3,00 1–4
Jumlah anak dalam keluarga Peran Informal
48 (41,0%) a. Keluarga kami memiliki 2,73 3,00 1–4
a. < 2 anak
69 (59,0%) banyak waktu untuk
b. > 2 anak mendiskusikan tentang
Jenis kelamin anak hobi/kegemaran masing-
59 (50,4%) masing anggota keluarga
a. Laki-laki
58 (49,6%) b. Kami mendiskusikan 2,81 3,00 1–4
b. Perempuan tentang pembagian tugas
dan tanggung jawab
Tabel 1 menunjukkan usia anak dalam masing-masing anggota
keluarga dalam hal
rentang 12-60 bulan di Kecamatan Arjasa pekerjaan rumah
dengan nilai median dari usia yaitu 36,00. Total 2,68 3,00 1–4

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 114


Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

Baik 6 3 9,78 7,81 1,81-


Tabel 2 menununjukkan nilai rata-rata (5,1%) (2,6%) (0,002) 33,762
Sedang 22 86
tertinggi pada pertanyaan nomor 7 dengan dan (18,8%) (73,5%)
nilai median 3,00, nilai minimal 1 dan nilai kurang
maksimal 4. Indikator peran formal nilai rerata Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat
tertinggi sebesar 2,826 dengan nilai minimal perbedaan antara peran keluarga dan kejadian
2
1,5 dan nilai maksimal 3,7. Indikator peran stunting dibuktikan dengan uji Chi Square (χ
informal memiliki nilai rerata terendah sebesar = 9,78; p-value = 0,002), dapat disimpulkan
2,688 dengan nilai minimal 1,0 dan maksimal terdapat hubungan antara pelaksanaan peran
4,0. keluarga dengan kejadian stunting pada balita
di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.
Tabel 3 Distribusi Peran Keluarga pada Balita di
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember (Januari Balita yang memiliki keluarga dengan
2019; n=117) pelaksaan peran keluarga dalam kategori baik
memiliki peluang 7,81 kali untuk mengalami
Variabel n (%) kejadian stunting (OR = 7,81; 95% CI = 1,81-
1. Peran Keluarga
9 (7,7%)
33,762).
a. Baik 99 (84,6%)
b. Sedang 9 (7,7%) Pembahasan
c. Kurang Pelaksanaan Peran Keluarga
Total 117 (100%) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan peran keluarga yang paling tinggi
Tabel 3 menunjukkan pelaksanaan dalam katagori sedang dengan dua indikator
peran keluarga di Kecamatan Arjasa yaitu peran formal dan informal. Skor pada
Kabupaten Jember lebih banyak dalam indikator memiliki selisih yang dekat yaitu pada
kategori sedang sebanyak 99 keluarga indikator peran formal dengan nilai rerata
(84,6%) sedangkan sisanya memiliki peran 2,826 dan indikator peran informal dengan
keluarga dalam kategori baik dan kurang. nilai rerata 2,688. Peran keluarga yang
mempengaruhi kejadian stunting pada anak
Kejadian Stunting usia balita berdasarkan bentuk keluarga.
Tabel 4 Kejadian stunting pada balita di Kecamatan Arjasa Penelitian ini ditemukan bentuk keluarga yang
Kabupaten Jember (Januari 2019; n=117) dimiliki responden mayoritas dengan bentuk
Variabel n (%)
keluarga inti. Hasil penelitian ini didukung oleh
1. Z-Score penelitian lain bahwa bentuk keluarga
-2,87 mempengaruhi terjadinya stunting, dimana
a. Mean
-3,13 kejadian stunting sering terjadi pada bentuk
b. Median -6,84 – 1,29 keluarga bercerai, sedangkan bentuk keluarga
c. Min-Maks yang jarang terjadi stunting yaitu pada bentuk
28 (23,9%)
2. Kejadian Stunting 89 (76,1%) keluarga besar [9]. Bentuk keluarga besar
a. Tidak stunting dapat mempengaruhi kejadian stunting yang
b. Stunting rendah karena dalam keluarga yang
mengasuh anak selain orangtua juga terdapat
Tabel 4 menyajikan terkait kejadian nenek dan kakek yang membantu pemenuhan
stunting di Kecamatan Arjasa Kabupaten kebutuhan sehari-hari termasuk asupan
Jember, hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan.
kejadian stunting yang lebih tinggi sebanyak Bentuk keluarga dapat memberikan
89 anak (76,1%). Penetuan kejadian stunting pengaruh dalam kejadian stunting yang
berdasarkan pengukuran z-score dengan rata- sejalan dengan karakteristik jumlah anak
rata -2,87, median -3,13, nilai minimum -6,84 dalam keluarga, karena keluarga tergolong
dan nilai maksimum 1,29. besar atau kecil ditentukan oleh jumlah anak.
Pada penelitian ini mayoritas keluarga memiliki
Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga anak lebih dari dua yang dapat mempengaruhi
dengan Kejadian Stunting pada Balita pemenuhan kebutuhan gizi dalam keluarga.
Tabel 5 Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Hal tersebut disebabkan anak pada keluarga
Kejadian Stunting di Kecamatan Arjasa Kabupaten dengan anggota keluarga yang banyak
Jember (Januari 2019; n=117)
cenderung mendapat perhatian dan perawatan
individu yang kurang [16]. Jumlah anak dalam
Kejadian Stunting
95% keluarga ini juga akan semakin mempengaruhi
CI kejadian stunting apabila ditinjau dari status
Peran χ2
Tidak OR
Keluarga Stunting min- ekonomi keluarga berdasarkan pendapatan
stunting
n (%)
n (%) maks keluarga.

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 115


Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

Pendapatan keluarga dapat dilihat dari peran keluarga yaitu melakukan peningkatan
terlaksananya peran orangtua terutama ayah peran untuk meningkatkan hubungan dengan
yang bekerja. Penelitian ini sebagian besar mengklarifikasi dan menunjang perilaku yang
responden memiliki pendapatan keluarga yang merupakan peran khusus [21]. Hal-hal yang
kurang dari UMK Kabupaten Jember yaitu dapat dilakukan pertama mengidentifikasi
sebesar 2.170.917. Pendapatan keluarga yang bermacam peran dalam siklus kehidupan dan
dapat memenuhi kebutuhan kelurga, tingkat peran biasanya dalam keluarga. Kedua
pendapatan yang kurang maka memiliki mendukung keluarga untuk mengidentifikasi
kecenderungan pemenuhan kebutuhan gizi strategi-strategi positif untuk manajemen
dengan pertimbangan harga yang lebih murah, perubahan-perubahan peran. Ketiga
dan menu kurang bervariasi. Pendapatan memfasilitasi diskusi tentang adaptasi peran
keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak keluarga untuk dapat mengkompensasi peran
sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya anggota keluarga yang sakit.
bahwa karakteristik pendapatan keluarga di
pedesaan ataupun di perkotaan yang memiliki Kejadian Stunting
masalah ekonomi mengalami gangguan Berdasarkan hasil penelitian
pertumbuhan, maka stunting lebih banyak menunjukan bahwa di Kecamatan Arjasa
terjadi pada keluarga dengan pendapatan Kabupaten Jember keluarga yang memiliki
rata-rata/bulan yang rendah [17]. Namun anak usia balita memiliki permasalahan status
pendapat keluarga tidak mempengaruhi status gizi stunting. Hasil penelitian tersebut sejalan
gizi secara langsung karena pendapat dengan penelitian lain yang menunjukan
keluarga merupakan media sebagai terdapat 55 balita (62,5%) mengalami stunting
pemenuhan kebutuhan asupan gizi [17]. di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember [7].
Distribusi karakteristik responden Pada penelitian ini dimungkinkan anak usia
berdasarkan status pekerjaan keluarga yang balita memiliki asupan gizi yang belum
mengasuh anak mayoritas tidak bekerja. terpenuhi sehingga nilai z-score tergolong
Berdasarkan hasil penelitian lain bahwa status kurang (stunting)
gizi anak yang karena ditinggal kedua Jumlah anak yang berjenis kelamin
orangtuanya bekerja belum tentu lebih buruk laki-laki dan perempuan secara keselurahan
[18]. Penelitian lain juga menyatakan bahwa tidak jauh namun jumlah anak dengan jenis
tidak ada hubungan antara status pekerjaan kelamin laki laki lebih banyak. Jenis kelamin
ibu dengan status gizi (p=0,15), yaitu pada ibu balita tidak mempengaruhi kejadian stunting
yang tidak bekerja memiliki anak yang lebih namun jenis kelamin laki memiliki risiko untuk
pendek dibandingkan dengan ibu yang bekerja sakit yang lebih tinggi dibandingkan
[19]. Memiliki peran pengasuh dan memiliki perempuan [22]. Dimungkinkan jenis kelamin
tanggungjawab untuk bekerja terutama yang dapat mempengaruhi kesehatan balita yang
bekerja diluar rumah akan meningkatkan juga akan mempengaruhi nafsu makannya.
pendapatan sebagai pemenuhan kebutuhan Tingkat pendidikan orangtua yang
makan anak terutama pemenuhan gizi tergolong baik akan memudahkan orangtua
seimbang namun hal tersebut akan dalam memahami informasi yang diperoleh,
mempengaruhi asupan makanan dan pola dalam penelitian ini mayoritas tingkat
asuh terhadap anaknya [19]. Peran pengasuh pendidikan pengasuh balita yaitu sekolah
yang tidak berstatus sebagai bekerja akan dasar atau sederajat dengan jumlah kejadian
memiliki banyak waktu dirumah dengan stunting yang tergolong tinggi. Hal tersebut
anaknya dan dapat mempengaruhi kualitas didukung penelitian lain bahwa tingkat
gizi anaknya. Penelitian ini menunjukkan pendidikan orangtua terutama ibu yang
bahwa mayoritas pengasuh berstatus tidak umumnya berperan sebagai pengasuh utama
bekerja, namun angka kejadian stunting yang bagi anak dapat mempengaruhi status gizi
terjadi tinggi. anak [23]. Pengasuhan yang baik dapat
Berdasarkan hasil penelitian yang mengurangi tingkat kejadian stunting, maka
telah diperoleh terdapat indikator yang kurang secara tidak langsung tingkat pengetahuan
yaitu peran informal. Menurut taksonomi keluarga yang pengasuh balita dapat
diagnosa keperawatan yang sesuai dengan mempengaruhi kejadian stunting.
permasalahan terkait peran keluarga yaitu Berdasarkan hasil analisis status gizi,
kesiapan meningkatakan hubungan dalam balita yang mengalami stunting berdasarakan
domain 7 hubungan peran pada kelas 3 indikator status gizi tinggi badan per usia balita
performa peran dengan kode 00207 [20]. yang dikategorikan dalam tidak stunting dan
Berdasarkan diagnosa tersebut intervensi stunting Menurut UNICEF terdapat tigal hal
keperawatan yang dapat diberikan perawat yang menjadi faktor terjadinya permasalahan
pada balita untuk meningkatkan pelaksanaan gizi pada anak yaitu pertama faktor langsung

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 116


Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

seperti asupan gizi yang kurang dan penyakit yang tinggal di keluarga besar memiliki peran
infeksi [10]. Kedua faktor tidak langsung tidak keluarga tambahan dalam hal pengasuhan
cukup pangan, pola asuh yang tidak memadai, anak dan dapat mempengaruhi kesejahteraan
dan sanitasi serta pelayanan kesehatan dalam rumah tangga serta memiliki pengaruh
mendasar yang tidak memadai. Ketiga faktor besar pada proses pengambilan keputusan
mendasar krisis ekonomi, politik, dan sosial pada kepala keluarga dan anggota keluarga
serta bencana alam, dimana faktor mendasar yang berjenis kelamin laki-laki lainnya. Anak
ini dapat memicu munculnya faktor tidak yang tinggal dengan keluarga tunggal memiliki
langsung [10]. peran dalam keluarga yang tidak terpenuhi
Berdasarkan hasil penelitian yang dalam keluarga.
telah diperoleh terdapat indikator yang kurang Penelitian lain menunjukkan bahwa
yaitu nilai z-score yang mayoritas pendidikan orangtua dapat mempengaruhi
menunjukkan status gizi stunting. Menurut status gizi salah satunya kejadian stunting. Hal
taksonomi diagnosa keperawatan yang sesuai tersebut didukung oleh hasil penelitian lain
dengan permasalahan terkait kejadian stunting yang menyatakan bahwa orang tua dengan
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari tingkat pendidikan yang rendah memiliki anak
kebutuhan tubuh dalam domain 2 nutrisi pada dengan masalah status gizi yang lebih tinggi
kelas 1 makan dengan kode 00002 [20]. dibandingkan orangtua dengan tingkat
Berdasarkan diagnosa tersebut maka pendidikan tinggi [24]. Tingkat pendidikan
intervensi keperawatan yang dapat diberikan dapat mempengaruhi kejadian stunting namun
perawat pada balita untuk meningkatkan nilai tidak terjadi secara signifikan, hal tersebut
z-score dengan manajemen nutrisi [21]. Hal- kemungkinan dipengaruhi oleh kemampuan
hal yang dapat dilakukan antaralain setiap orangtua dalam mengakses informasi,
menentukan status gizi dan kemampuan klien karena terdapat orantua dengan tingkat
untuk memenuhi kebutuhan gizi, menentukan pendidikan yang rendah namun memiliki
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan sumber informasi yang baik dari pelayanan
untuk memenuhi persyaratan gizi, anjurkan kesehatan terkait kebutuhan gizi anaknya.
terkait dengan kebutuhan makan tertentu Pelaksanaan peran keluarga secara
berdasarkan perkembangan atau usia optimal untuk mendukung peningkatan status
(misalnya makanan yang tinggi kalsium, gizi pada balita sehingga dapat menurunkan
vitamin, dan mineral untuk menunjang angka kejadian stunting. Peran keluarga dapat
pertumbuhan balita), monitor kecenderungan terlaksana dengan baik maka keluarga dapat
terjadinya penurunan berat badan. melakukan peningkatan peran terutama dalam
memberikan nutrisi pada anak usia balita.
Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga Pemebuhan nutrisi pada balita pun tidak lepas
dengan Kejadian Stunting dari peran keluarga terutama keluarga yang
Hasil uji statistik penelitian ini mengasuh anak, maka pemenuhan nutrsi
menunjukan bawah terdapat hubungan antara dapat dilakukan dengan pengajaran pada
pelaksanaan peran keluarga dengan kejadian keluarga tentang kebutuhan nutrisi balita.
stunting pada balita di Kecamatan Arjasa Berdasarkan hasil penelitian, intervensi
Kabupaten Jember dengan p-value= 0,002 yang dapat dilakukan perawat pada keluarga
berarti penelitian menunjukan bahwa terdapat yang memiliki anak usia balita dengan
hubungan antara variabel independen dan masalah status gizi yaitu melakukan
variabel dependen. Pelaksanaan peran pengajaran: nutrisi balita dengan memberikan
keluarga yang mayoritas dalam kategori intrusi mengenai praktik-praktik nutrisi dan
sedang dan kurang dengan paling banyak pemberian makan sesuai dengan
balita mengalami stunting. perkembangan usianya [21]. Pertama
Struktur peran keluarga dapat memberikan informasi berupa materi-materi
mempengaruhi kejadian stunting berdasarkan tertulis seperti booklet dan poster berisi
bentuk keluarga [9]. Anak yang tinggal dengan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
keluarga inti memiliki tingkat kejadian stunting pengetahuan tentang nutrisi untuk balita
yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak stunting. Kedua memberikan arahan pada
yang tinggal dengan keluarga besar dan anak orangtua/pengasuh balita untuk menawarkan
yang tinggal dengan keluarga tunggal memiliki makanan dengan porsi kecil namun dengan
kejadian stunting yang lebih rendah pemberian makan yang sering. Ketiga
dibandingkan dengan anak yang tinggal menawarkan makanan-makanan yang
dengan keluarga besar [9]. Pada penelitian mengandung tinggi zat besi dan protein.
tersebut yang tinggal dengan keluarga besar Keempat memberikan arahan bagi
memiliki tingkat kejadian stunting yang lebih orangtua/pengasuh memiliki waktu makan
rendah, hal tersebut dapat terjadi karena anak yang teratur dan makan sebagai sebuah

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 117


Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

keluarga seperti makan bersama. Kelima International Food Policy Research


memberikan pilihan makanan yang sehat, Institute; 2014.
menganjurkan makan sayuran [4] RISKESDAS. Penyakit yang ditularkan
mentah/dimasak, serta mengajak anak melalui udara. Jakarta: Badan Penelitian
berpartisipasi dalam persiapan makan. Dan Pengembangan Kesehatan
Berdasarkan hasil yang telah Departemen Kesehatan Republik
diperoleh maka peneliti mengungkapkan untuk Indonesia; 2013.
mencapai status gizi yang optimal maka dapat [5] Dinas Kesehatan Jawa Timur. Profil
meningkatkan peran keluarga baik peran jawal timur. Provinsi Jawa Timur; 2016.
formal maupun peran informal. Melibatkan [6] Kementerian Kesehatan RI. Hasil
peran keluarga dalam pemenuhan asupan gizi pemantauan status gizi (PSG) dan
balita dapat membantu tenaga kesehatan penjelasannya tahun 2016; 2016.
dalam memberikan intervensi untuk balita [7] Latri, R. A. D. Hubungan perilaku
yang mengalami masalah status gizi. keluarga sadar gizi dengan kejadian
Peningkatan peran keluarga dapat dilakukan stunting pada anak usia balita di
dengan memberikan informasi dan kecamatan arjasa kabupaten jember.
pemahaman bagaimana keluarga harus Tidak diterbitkan. Skripsi. Jember:
melaksanakan perannya dalam pengasuhan Faultas Keperawatan Universitas
anak terutama pada usia balita yang belum Jember; 2018.
dapat bertindak secara otonomi [8] Gurmu E, D Etana. Household structure
and children’s nutritional status in
Simpulan dan Saran ethiopia. Genus [Internet]. 2013 [cited 20
Pelaksanaan peran keluarga di September 2018];69(2):[pp. 113–130].
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember Available from:
menunjukkan sebagian besar pelaksanaan https://www.jstor.org/stable/genus.69.2.1
peran keluarga dalam kategori sedang. 13?seq=1#page_scan_tab_contents
Kejadian stunting pada Balita di Kecamatan [9] Novak, B. & M. E. Muniagurria. The role
Arjasa Kabupaten Jember menunjukkan of family structure on stunting (low
sebagian besar anak usia balita mengalami height- for-age) in argentinian preschool
masalah status gizi stunting. Pelaksanaan children aged 2-5. International Journal
peran keluarga berhubungan dengan kejadian of Sociology of the Family [Internet].
stunting di Kecamatan Arjasa Kabupaten 2017 [cited 5 Desember 2018];40(2):[pp.
Jember). 175-198]. Available from:
Pelibatan peran keluarga dalam https://www.jstor.org/stable/43488423?se
pemenuhan gizi pada balita sehingga dapat q=1#page_scan_tab_contents
meningkatkan status gizi balita. Pelibatan [10] UNICEF Indonesia. Issue briefs:
keluarga dapat dilakukan seperti membuat maternal and child nutrition. Jakarta;
menu makanan yang sehat namun mudah 2012.
didapat dan harganya relatif murah yaitu [11] Kementerian Kesehatan RI. Situasi balita
makanan yang bersumber dilingkungan sekitar pendek. Jakarta; 2016.
keluarga. Peningkatan peran formal dan peran [12] Carr, D. & K. W. Springer. Advances in
informal yang telah dilaksanakan pada families and health research in the 21st
keluarga yang mayoritas ibu dengan status century. Journal of Marriage and Family
tidak bekerja, maka ibu memiliki waktu luang [Internet]. 2010 [cited 7 Desember 2018];
dalam pengelolahan makanan yang memiliki 72(3): [pp. 743–761]. Available from:
nilai gizi tinggi. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.111
1/j.1741-3737.2010.00728.x
Daftar Pustaka [13] Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
[1] KDPDTT. Buku saku desa dalam umum program inonesia sehat dengan
penanganan stunting. Jakarta: pendekatan keluarga. Jakarta; 2016.
Kementerian Desa, Pembangunan [14] Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; strategi kie keluarga sadar gizi
2017. (KADARZI); 2007.
[2] WHO. Reducing stunting in children: [15] Partini S, Sumantri T, Senssusiana.
equity considerations for achieving global Peran perawat terhadap pencegahan gizi
nutrition target 2025. Switzerland: buruk pada balita di kabupaten klaten.
Departement of Nutrition for Health and Jurnal Ilmu Kesehatan Stikes Duta Gama
Development; 2018. Klaten [Internet]. 2016 [cited 15 Januari
[3] Steve. Global nutrition report: report 2019]; 8(103): [pp. 1–18]. Available from:
reduction of malnutrition. Washington: https://www.e-

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 118


Rahmawati, et al., Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita ….

journal.stikesdutagama.ac.id/index.php/e [20] Herdman T, Heather. NANDA


-journal/issue/view/39 international nursing diagnoses :
[16] Proverawati A, Wati EK. Ilmu gizi untuk definitions and classification 2018-2020.
perawat dan gizi kesehatan. Yulia Edisi 11th. Jakarta: EGC; 2018
Medika: Yogyakarta; 2011. [21] Bulechek, Butcher, Dochterman,
[17] Aridiyah, F.O, N. Rohmawati, & M. Wagner. Nursing interventions
Ririanty. Faktor-faktor yang classification (NIC). Edisi 6th.
mempengaruhi kejadian stunting pada Philadelpia: Elsevier; 2013.
anak balita di wilayah pedesaan dan [22] Soetjiningsih. Perkembangan anak dan
perkotaan. e-Jurnal Pustaka Kesehatan permasalahannya dalam buku ajar ilmu
[Internet]. 2015 [cited 18 Januari perkembangan anak dan remaja.
2019];3(1):[pp. 163-170]. Available from: Jakarta: Sagungseto; 2012.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/art [23] Ibrahim, I.A. & R. Faramita. Hubungan
icle/view/2520 faktor sosial ekonomi keluarga dengan
[18] Sukoco, N.E, J. Pambudi, & M.H. kejadian stunting anak usia 24-59 bulan
Herawati. Hubungan status gizi anak di wilayah kerja puskesmas barombong
balita dengan orang tua bekerja. Buletin kota makassar tahun 2014. Al-Sihah :
Penelitian Sistem Kesehatan [Internet]. Public Health Science Journal [Internet].
2015 [cited 18 Januari 2019];18(4):[pp. 2015 [cited 20 Januari 2019];7(1):[pp.63-
387-397. Available from: 75]. Available from: http://journal.uin-
https://media.neliti.com/media/publication alauddin.ac.id/index.php/Al-
s/20965-ID-relationship-between- Sihah/article/view/1978
nutritional-status-of-children-under-five- [24] Khattak, U. K., S. P. Iqbal, & H.
with-parents-who.pdf Ghazanfar. The role of parents’ literacy in
[19] Sulastri, D. Faktor determinan kejadian malnutrition of children under the age of
stunting pada anak usia sekolah di five years in a semi-urban community of
kecamatan lubuk kilangan kota padang. pakistan: a case-control study. Cureus
Majalah Kedokteran Andalas [Internet]. [Internet]. 2017 [cited 20 Januari 2019];
2012 [cited 18 Januari 9(6):[pp.1–10]. Available from:
2019];36(1):[pp.39-40]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/ 690950
art/article/view/111

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 7 (no. 2), Mei 2019 119

Anda mungkin juga menyukai