Anda di halaman 1dari 1

DISBUDPAR

1. Kami inigin penjelasan kenapa fasilitas yang dibangun dari bantuan provinsi tahun
2020 yaitu take off parlayang landing dan kuliner serta yang dibangun tahun
sekarang yang menjadi asset pemda tidak dikelola dengan disparbudpora, padahal
sebagai pengguna anggaranya disparbudpora , mengapa pengelolaanya diserahkan
kepada PT KM, apakah ada konflik kepentingan sehingga sekda begitu ngototnya
pdahal bukan urusan sekda, apakah disparbudpora tidak mampu mengelola atau
tidak mau , kalua tidak mampu lebih baik diserahkan saja ke desa daripada ke PT
KM, biar masyarakat kami berdaya tidak menjadi penonton di tanah sendiri.
Mengapa asset desa yang dibangun tidak ada pemeliharaannya sehingga
terbengkalai banyak yang sudah rusak, pdahal masih tanggung jawab
disparbudpora, bagaimana pengaturan masyarakat kami yang menempati bangunan
kuliner ini perlu ada kejelasan , bagaimana dengan adanya isu itu akan
dibangunkanya gedung litbang BBWS, terkait dengan surat kami perihal
permohonan revisi perbup no 8 th 2021,bagaiman tindak lanjutnya, apakah
disparbudpora yang membuat atau siapa?

DPMD

1. Apakah asset tanah desa cipaku yang dihapus itu menjadi milik siapa, apakah bapa
dari DPMD sudah baca perda no 11 tahun 2015, coba lihat pada diktum mengingat
perda no 5 tahun 2007 tentang pedoman pembentukan ,penghapusan dan
penggabunga desa menjadikan dasar, pasal 11 ayat 1 perda no 11 tahun 2015
bahwa asset desa yang dihapus maka seluruh asset desa yang bersangkutan
menjadi asset daerah, padahal kalau baca pasal 10 perda no 5 tahun 2007
menyatakan bahwa desa desa yang dihapus dan secara nyata dilapangan tidak
digabungkan dengan desa lain maka kekayaan desa berupa tanah menjadi asset
daerah, berarti jika digabung dengan desa lain, kekayaan tanah tidak menjadi asset
daerah??? Pasal 11 ayat 1 perda no 11 tahun 2015 tidak singkron dengan pasal 10
perda no 5 tahun 2007, jadi mohon direvisi pasal tersebut.
2. Apakah antar kampung dalam satu desa harus ada jalan atau akses yang
menghubungkan???
3. Setelah penggenangan waduk jatigede wilayah desa pakualam hanya tersisa
seperempatnya tapi desa pakualam mendapatkan limpahan wilayah desa cipaku
yang dihapus sebelah barat dan sebelah utara, aoakah dpmd sudah menata batas2
wilayah desa yang terkena dampak, khususnya desa pakualam. Bagi kami ini sangat
penting kren wilayah desa pakualam sangat sempit tetapi sangat berpotensi
sehingga banyak yang ingin menguasai dan berpotensi juga persengketaan, seperti
contoh pangupukan diklaim oleh desa karangpakuan padahal secara nyata desa
karangpakuan tidak bisa membuktikan kepemilikan, hasil wawancara para tokoh
sejarah ketika dulu masih cipaku lama sebelum dimekarkan menjadi tiga desa,
wilayah pamupukan masih wilayah hutan jadi tidak dibagi asset gono gini sehingga
masih tetap wilayah desa cipaku
4.

5.

Anda mungkin juga menyukai