Anda di halaman 1dari 19

KEWAJIBAN DAN HAK SUAMI ISTRI

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia:

Hukum Hukum Perkawinan Islam

Dosen Pengampu: Muhammad Al Faruq M.H.I

Disusun Oleh;

Kelompok: 2

1. Amiruddin Ma’ruf (HES)


2. Nur Habib Syafa’udin (HKI)
3. M. Arif (HES)

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI

SUMBERSARI KENCONG KEPUNG KEDIRI 2021


KATA PENGATAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena
berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, kami bisa
menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Fiqih Muamalah judul “Akad dan
khiyar”.

Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak


Muhammad Al Faruq M.H.I selaku dosen mata kuliah Hukum Perkawinan Islam
yang telah memberikan kepercayaan untuk membuat makalah ini, orang tua yang
senantiasa berdoa untuk kelancaran tugas kami, serta pada teman-teman yang
telah memberikan motivasi dalam pembuatan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.

Kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi
kami dan para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah
di waktu yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sumbersari, 15 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

B. Rumusan Masalah. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2


B. Perincian hak dan kewajiban didalam pernikahan. . .. . . . . . . . . . . . . . .4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .15

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perlu diketahui bahwa kehidupan rumah tangga tidak lepas dari
permasalahan, baik masalah yang sepele hingga masalah yang
membutuhkan kedewasaan berpikir agar terhindar dari pertengkaran yang
berkepanjangan. Sehingga hal ini membutuhkan saling memahami antar
suami istri, perlu mengetahui hak dan kewajiban suami terhadap isteri atau
hak dan kewajiban isteri terhadap suami.
Dewasa ini banyak kasus perceraian yang terjadi di kalangan
masyarakat, apapun alasannya mengapa kalangan masyarakat sering terjadi
kasus perceraian, mungjin mereka belum banyak memahami hak dan
kewajiban suami terhadap istri atau sebaliknya. Maka dipandang perlu
untuk kita mengkaji dan membahas hal tersebut secara mendalam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian hak dan kewajiban suami istri?
2. Bagaimana hak dan kewajiban suami terhadap istri dan sebaliknya?
3. Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah manajemen mutu pendidikan, selain itu juga untuk menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua tentang hak dan kewajiban suami
terhadap istri atau sebaliknya dan pengertian hadlanah serta hukumnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Devinisi Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Rumah


Tangga
Yang dimaksud dengan hak adalah apa-apa yang diterima oleh
seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban
adalah apa yang harus dilakukan seseorang terhadap orang lain.[ 1] Hak
adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerjakan.
Adanya hak dan kewajiban antara suami istri dalam kehidupan rumah
tangga dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Contoh dalam AlQur’an pada surat al-baqarah ayat 228:

ِ ۖ ْ‫َولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬


ٌ‫ف َولِل ِّر َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن َد َر َجة‬

"Bagi istri itu ada hak-hak berimbang dengan kewajiban-kewajibannya


secara makruf dan bagi suami setingkat lebih dari istri.”
Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga
mempunyai kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi suami.
Meskipun demikian, suami mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi,
yaitu sebagai kepala keluarga.
Contoh hak dan kewajiban suami dan istri dalam hadits Nabi, hadits
yang diriwayatkan oleh Amru bin al-ahwash:
‫أال أن لكم علي نسائكم عليكم حقا‬
“Ketahuilah bahwasannya kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh
istrimu dan istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul."
Membicarakan kewajiban dan hak suami istri, terlebih dahulu kita
membicarakan apa yang dimaksud dengan kewajiaban dan apa yang
dimaksud dengan hak. Adalah Drs. H. Sidi Nazar Bakry dalam buku
karangannya yaitu
Kunci Keutuhan Rumah Tangga Yang Sakinah mendefinisikan kewajiban
dengan sesuatu yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan hak adalah sesuatu yang harus diterima.
Lantas, pada pengertian diatas jelas membutuhkan subyek dan obyeknya.
Maka disandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut, dengan kata
suami dan istri, memperjelas bahwa kewajiban suami adalah sesuatu yang
1
Hal. 159

2
harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiaban
istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakann dan lakukan untuk
suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu yang
harus diterima suami dari isterinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu
yang harus diterima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang
dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri.
Demikian juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk
memenuhi hak suami.
Begitulah kehidupan berumah tangga, Mebutuhkan timbal balik yang
searah dan sejalan. Rasa salaing membutuhkan,memenuhi dan melengkapi
kekurangan satu dengan yang lainnya.tanpa adanya pemenuhan kewajiban
dan hak kedunya,maka keharmonisan dan keserasian dalam berumah
tangga akan goncang berujung pada percekcokan dan perselisihan.
Dengan dilangsungkan akad nikah antara mempelai laki-laki dan
mempelai perempuan yang dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungn
suami isteri dan timbul hak dan kewajiaban masing-masing timbal-balik.
Hak suami merupakan kewajiban istri, sebaliknya kewajiban suami
merupakan hak istri. Dalam kaitan ini ada enam hal:
1) Kewajiban suami terhadap istrinya, yang merupakan hak istri dari
suaminya. 2) Kewajiban istri terhadap suaminya, yang merupakan hak
suami dari istrinya.
3) Hak bersama suami istri. 4)
Kewajiban bersama suami istri.
[2]
5) Hak suami atas istri.
6) Hak istri atas suami.
Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-
masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga
sempurnalah kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan
berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tujuan agama, yaitu sakinah,
mawaddah wa rahmah.[34]

B. Kewajiban dan Hak Suami terhadap Istri


1.1 Kewajiban Suami terhadap Istri
2
Ibid, hal. 159-160
3
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal.
4

3
Adapun kewajiban suami terhadap istri dapat di bagi menjadi dua bagian:
1) Kewajiban yang bersifat materi yang disebut nafaqah.
2) Kewajiban yang tidak bersifat materi.
Kewajiban suami terhadap istri yang tidak bersifat materi adalah:
• Menggauli istrinya secara baik dan patut. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 19:

‫وعاشروهن بالمعروف فإن كرهتموهن فعسى أن تكرهوا شيئا ويجععل ا‬


‫فيه خيرا كثيرا‬
“Pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan
yang banyak”.
• Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan
Allah untuk terwujud, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah. Untuk
itu suami wajib memberikan rasa tenang bagi istrinya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat ar-Rum ayat 21:
“Di antara tanda-tanda kebesaran Allah Ia menjadikan untukmu
pasangan hidup supaya kamu menemukan ketenangan padanya dan
menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Yang demikian
merupakan tandatanda agi kaum yang berfikir.”[5]
• Mendidik istri merupakan kewajiban suami, sebagaimana tercantum
dalam hadits Bukhariyang artinya :
“Nasihatilah para wanita (istri) itu dengan baik. Sesungguhnya
wanita itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Bila engkau
biarkan akan tetap bengkok, tapi jika engkau luruskan akan patah.
Maka nasihatilah wanita itu dengan baik.”(HR Bukhari)[6]
Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami terhadap istri
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
Pasal 80
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan
tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting
diputuskan oleh suami istri bersama.
5
Hal. 160-161
6
Miftah faridl, Rumahku Surgaku, (Jakarta: GEMA INSANI 2005), Hal. 113

4
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan
member kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat
bagi agama, dan bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
• Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.
• Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi
istri dan anak.
• Biaya pendidikan bagi anak.
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a
dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istri.
6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila istri
nusyuz.

Pasal 81
Tentang Tempat Kediaman
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-
anaknya, atau bekas istri yang masih dalam iddah.
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama
dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya
dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram.
Tempat kediaman juga berfungsi sebagai harta kekayaan, sebagai
tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.
4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan
kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat
tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana
penujang lainnya.

5
Pasal 82
Kewajiban Suami yang Beristri Lebih dari Seorang
1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban member
tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara
berimbang menurut besar kecilnya keluarga yang ditanggung masing-
masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan.
2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya
dalam satu tempat kediaman.[7]

1.2 Kewajiban Istri terhadap Suami


Dari istri tidak ada yang berbentuk matri secara langsung, yang ada
adalah kewajiban dalam bentuk non materi. Yakni:
1. Menggauli suami secara layak dengan kodratnya. Hal ini dapat
dipahami dari ayat yang menuntut suami menggauli istrinya dengan
baik, karena perintah untuk menggauli itu berlaku timbale balik.
2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan
memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-
batas kemampuannya.
3. Taat dan patuh kepada suami, selama suaminya tidak menyuruh untuk
melakukan perbuatan maksiat. Hal ini dapat dilihat dari isyarat firman
Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 34:
”Perempuan-perempuan yang sholihah dalah perempuan yang taat
kepada Allah (dan patuh kepada suami) memelihara diri ketika suami
tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka."
4. Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi
oleh suaminya.
5. Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak
dipandang dan suara yang tidak enak didengar.[8]
6. Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman.
7. Mengatur rumah tangga dengan baik.
7
Hal. 162-163
8
Ibid

6
8. Menghormati keluarga suami.
9. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami.
10. Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk maju.
11. Ridha dan syukur terhadap apa uyang diberikan suami.
12. Selalu berhias, bersolek untuk suami. 13. Selalu berhemat dan suka
menabung.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban istri terhadap suami
dijelaskan sebagai berikut:
Pasal 83
Kewajiban Istri
1. Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir batin kepada
suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-
hari dengan sebaik-baiknya.

Pasal 84
1. Istri dapat dianggap nusyuz jika tidak mau melaksanakan
kewajibankewajiban, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 83 ayat
(1), kecuali alasan yang sah.
2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istri yang disebut
pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk
kepentingan anaknya.

7
3. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah
istri tidak nusyuz.
4. Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas
bukti yang sah.[910]

1.3 Hak Bersama Suami Istri


Yang dimaksud dengan hak bersama suami istri ini adalah hak bersama
secara timbal balik dari pasangan suami istri terhadap yang lain. Adapun
hak bersama itu adalah:
1. Timbulnya hubungan suami dengan keluarga istrinya dan baliknya
hubungan istri dengan keluarga suaminya, yang disebut hubungan
mushaharah.[11]
2. Suami istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual.
Perbuatan ini merupakan kebutuhan bersama suami istri yang
dihalalkan secara timbal balik.
3. Haram melakukan perkawinan, yaitu istri haram dinikahi oleh ayah
suaminya, kakaknya, anaknya dan cucu-cucunya. Begitu pula ibu istri,
anak perempuan, dan seluruh cucunya haram dinikahi oleh suami.
4. Hak saling mendapat warisan akibat dari ikatan pernikahan yang sah,
bila mana salah seorang meninggal dunia sesudah sempurnanya ikatan
pernikahan, pihak yang lain dapat mewarisihartanya, meskipun belum
pernah melakukan hubungan seksual.
5. Keduanya wajib berperilaku yang baik, sehingga dapat melahirkan
kemesraan dan kedamaian hidup.[1213]

9
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal.
10
-164
11
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara
Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006),
Hal. 163
12
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal.
13
-156

8
1.4 Kewajiban Bersama Suami Istri
1. Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan
tersebut.
2. Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa
rahmah.

Hak dan kewajiban suami istri diatur secara tuntas dalan UU


perkawinan dalam satu bab V yang materinya secara esensial telah sejalan
dengan apa yang digariskan dalam kitab-kitab fiqh yang bunyinya sebagai
berikut:
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
Pasal 30
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang menjadi sendiri dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.

Pasal 32
1. Suami harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan
oleh suami istri bersama.

Pasal 33
Suami istri wajib saling mencintai, hormat dan menghormati, setia, dan
member bantuan lahir batin satu sam lain.

9
Pasal 34
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.[14]

Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami istri dijelaskan


secara rinci sebgai berikut:
Pasal 77
1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dan menjadi sendi dasar
sari susunan masyarakat.
2. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-
anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun
kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5. Jika suami atau istri melalaika kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78
1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh suami
istri bersama.

1.5 Hak Suami Atas Istri


Diantara beberapa hak suami terhadap istrinya yang paling pokok adalah:
a. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.
b. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.

14
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara
Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163-165

10
c. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan
suami.
d. Tidak bermuka masam di hadapan suami.
e. Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenagi suami.[12]

1.6 Hak Istri Atas Suami


Hak-hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi dua: hak-
hak kebendaan, yaitu mahar (maskawin) dan nafkah, dan hak-hak bukan
kebendaan, misalnya berbuat adil di antara para isteri (dalam perkawinan
poligami), tidak berbuat yang merugikan isteri dan sebagainya.
a. Hak-hak Kebendaan
1) Mahar (Maskawin)
Q.S. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “Dan berikanlah maskawin
kepada perempuan-perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
wajib. Apabila mereka dengan senang hati memberikan sebagian maskawin
itu kepadamu, ambillah dia sebagai makanan yang sedap lagi baik
akibatnya.”
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat diperoleh suatu pengertian bahwa
maskawin itu adlah harta pemberian wajib dari suami kepada isteri, dan
merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak boleh diganggu oleh suami,
suami hanya dibenarkan ikut makan maskawin apabila diberikan oleh isteri
dengan sukarela.
Q.S. An-Nisa: 24 mengajarkan, “…. Isteri-isteri yang telah kamu
campuri, berikanlah kepada mereka mahar sempurna, sebagai suatu
kewajiban, dan tidak ada halangan kamu perlakukan mahar itu sesuai
dengan kerelaanmu (suami isteri), setelah ditentukan ujudnya dan
kadarnya….”
Dari ayat tersebut diperoleh ketentuan bahwa isteri berhak atas mahar
penuh apabila telah dicampuri. Mahar merupakan suatu kewajiban atas
suami, dan isteri harus tahu berapa besar dan apa ujud mahar yang menjadi
haknya itu. Setelah itu, dibolehkan terjadi persetujuan lain tentang mahar
yang menjadi hak isteri itu, misalnya isteri merelakan haknya atas mahar,
mengurangi jumlah, mengubah ujud atau bahkan membebaskannya.

12 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006),


Hal.
157-158

11
Hadits Nabi riwayat Ahmad, Hakim, dan Baihqi dari Aisyah
mengjarkan, “Perempuan-perempuan yang paling besar mendatangkan
berkah Allah untuk suaminya adalah yang paling ringan biayanya.” Yang
diamksud dengan ringan biayanya ialah yang tidak memberatkan suami,
sejak dari mahar sampai kepada nafkah, pakaian, dan perumahan dalam
hidup perkawinan.
Hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, dan Nasai
dari Sahl Bin Sa’ad menyatakan bahwa Nabi pernah mengawinkan salah
seorang sahabatnya dengan maskawin mengajar membaca Al-Qur’an yang
dihafalnya (menurut salah satu riwayat, yang dihafalnya itu adalah Surah
Al-Baqarah dan Ali Imran).
Hadits riwayat Bukhari-Muslim, dan lain-lain dari Anas menyatakan
bahwa Nabi pernah memerdekakan Sofiah yang kemudian menjadi isteri
beliau, dan yang menjadi maskawinnya adalah memerdekakannya itu.

2) Nafkah
Yang dimaksud dengan nafkah adalah mencukupkan segala keperluan
isteri,meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga,
dan pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.
Q.S. Ath-Thalaq : 6 mengajarkan, “Tempatkanlah isteri-isteri dimana
kamu tinggal menurut kemampuanmu; janganlah kamu menyusahkan isteri-
isteri untuk menyempitkan hati mereka. Apabila isteri-isteri yang kamu
talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah kepada mereka hingga
bersalin … “ Ayat berikutnya (Ath-Thalaq :7) memrintahkan, “ Orang yang
mampu hendaklah memberi nafkah menurut kemampuannya, dan dan orang
yng kurang mampu pun supaya memberi nafkah dari harta pemberian Allah
kepadanya; Allah tidak akan membebani kewajiban kepada seseorang
melebihi pemberian Allah kepadanya ….”
Hadits riwayat Muslim menyenutkan isi khotbah Nabi dalam haji
wada’. Antara lain sebagai berikut, “….. Takuttlah kepada Allah dalam
menunaikan kewajiban terhadap isteri-isteri; itu tidak menerima tamu orang
yang tidak engkau senangi; kalau mereka melakukannya, boleh kamu beri
pelajaran dengan pukulanpukulan kecil yang tidak melukai; kamu
berkewajiban mencukupkan kebutuhan isteri mengenai makanan dan
pakaian dengan makruf.”

b. Hak-hak Bukan Kebendaan


Hak-hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap
isterinya, disimpulkan dalam perintah Q.S. An-Nisa: 19 agar para suami

12
menggauli isteriisterinya dengan makruf dan bersabar terhadap hal-hal yang
tidak disenangi, yang terdapat pada isteri.
Menggauli isteri dengan makruf dapat mencakup:
• Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik,
serta meningkatkan taraf hidupnya dalam bidang-bidang agama, akhlak,
dan ilmu pengetahuan yang diperlukan.
Hadits riwayat Turmudzi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah r.a.
mengajarkan, “Orang-orang mukmin yang paling baik budi
perangainya, dan orang-orang yang paling baik di antara kamu adalah
yang paling baik perlakuannya terhadap isteri-isterinya.”
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.
mengajarkan, “Bersikap baiklah kamu terhadap isteri-isterimu sebab
orang perempuan diciptakan berkodrat seperti tulang rusuk; yang paling
lengkung adalah tulang rusuk bagian atas; apabila kamu biarkan akan
tetap meluruskannya, ia akan patah dan apabila kamu biarkan akan
tetap lengkung, bersikap baiklah kamu terhadap para isteri.
Termasuk perlakuan baik yang menjadi hak isteri ialah, hendaknya
suami selalu berusaha agar isteri mengalami peningkatan hidup
keagamaannya, budi pekertinya, dan bertambah pula ilmu
pengtahuannya. Banyak jalan yang dapat ditempuh untuk memenuhi
hak isteri, misalnya melaui pengajianpengajian, kursus-kursus, kegiatan
kemasyarakatan, bacaan buku, majalah, dan sebagainya.
• Melindungi dan menjaga nama baik isteri
Suami berkewajiban melindungi isteri serta menjaga nama baiknya.
Hal ini tidak berarti bahwa suami harus menutupi-nutupi kesalahan
yang memang terdapat pada isteri. Namun, adalah menjadi kewajiban
suami untuk tidak membeberkan kesalahan-kesalahan isteri kepada
orang lain. Apabila kepada isteri hal-hal yang tidak benar, suami setelah
melakukan penelitian seperlunya, tidak apriori, berkewajiban
memberikan keterangan-keterangan kepada pihak-pihak yang
melontarkan tuduhan agar nama baik isteri jangan menjadi cemar.
• Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri
Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu,
suami wajib memperhatikan hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan
keserasian hidup perkawinan anatara lain ditentukan oleh faktor hajat
biologis ini. Kekecewaan yang dialami dalam masalah ini dapat
menimbulkan keretakan dalam hidup perkawinan; bahkan tidak jarang

13
terjadi penyelewengan isteri disebabkan adanya perasaan kecewa dalam
hal ini.
Salah seorang sahabat Nabi bernama Abdullah bin Amr yang
terlalu banyak menggunakan waktunya untuk menunaikan ibadah; siang
untuk melakukan puasa dan malam harinya untuk melakukan shalat,
diperingatkan oleh Nabi yang antara lain. “Isterimu mempunyai hak
yang wajib kau penuhi.
Demikian pentingnya kedudukan kebutuhan biologis itu dalam
hidup manusia sehingga Islam menilai hubungan suami isteri yang
antara lain untuk menjaga kesucian diri dari perbuatan zina itu sebagai
salah satu macam ibadah yang berpahala. Dalam hal ini hadits Nabi
riwayat Muslim mengajarkan, “Dan dalam hubungan kelaminmu
bernilai shadaqah.” Mendengar kata Nabi itu para sahabat bertanya, “
Ya Rasulullah, apakah salah seorang di antara kita memenuhi
syahwatnya itu memperoleh pahala?” Nabi menjawab, “Bukkankah
apabila ia melakukannya dengan yang haram akan berdosa? Demikian
sebaliknya, apabila ia memenuhinya dengan cara yang halal akan
mendapat pahala.”

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian penulisan makalah tersebut dapat kami simpulkan bahwa
Hak dan kewajiban Istri yaitu Hak hak istri yang menjadi kewajiban suami
dapat dibagi dua: hak-hak kebendaan, yaitu mahar (mas kawin) dan nafkah,
hak hak bukan kebendaan, misalnya berbuat adil diantara para istri (dalam
perkawinan poligami), tidak berbuat yang merugikan istri dan sebagainya.
Hak dan kewajiban suami yaitu Hak-hak suami dapat disebutkan pada
pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang menyangkut hidup
perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada istri dengan cara yang baik
dan layak dengan kedkan suami istri. akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antar Fiqh


Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: KENCANA

Abd Rahman Ghazaly, 2006. Fiqh Munakahat, Jakarta: KENCANA

Miftah faridl, 2005. Rumahku Surgaku, Jakarta: GEMA INSANI

16

Anda mungkin juga menyukai