Anda di halaman 1dari 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan
sodium atau potasium. Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses
saponifikasi yang merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida pada minyak
melalui reaksi dengan basa dan akan menghasilkan produk samping yaitu gliserin.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft
soap). Lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah lemak hewan,
sedangkan minyak yang digunakan antara lain minyak kelapa dan minyak kelapa
sawit (Barel dkk., 2009).
Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:

Trigliserida Alkali Gliserin Sabun


(Swern, 1979)
Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan metode proses dingin (cold
process) dan proses panas (hot process). Perbedaan kedua proses tersebut terletak
pada ada dan tidaknya proses pemanasan setelah reaksi penyabunan terjadi.
Pemanasan yang dilakukan ditujukan untuk mempercepat penghilangan sisa alkali
sehingga memperpendek waktu curing. Sabun yang dihasilkan dengan metode
proses dingin memerlukan waktu curing 2-4 minggu. Sedangkan sabun yang
dihasilkan dengan metode proses panas dapat digunakan setelah 1 jam (Dana,
2016).
commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak


sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua
sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat
non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun,
yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang
menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes
sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap
tersuspensi (Fessenden & Fessenden, 1986).

II.2 Sabun Mandi


Sabun mandi merupakan sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses
saponifikasi atau netralisasi dari lemak, minyak, wax, rosin atau asam dengan
basa organik atau anorganik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (SNI, 2016).
Berikut tabel syarat dan mutu sabun mandi berdasarkan SNI 3532:2016.

Tabel II.1 Syarat dan Mutu Sabun Mandi


Mutu
No Kriteria Uji
(% Fraksi massa)
1 Kadar air Maks. 15,0
2 Total lemak Min. 65
3 Bahan tak larut dalam etanol Maks. 5,0
Alkali bebas
Maks. 0,1
4 (dihitung sebagai NaOH)

5 Asam lemak bebas


(dihitung sebagai Asam Oleat) Maks. 2,5
6 Kadar klorida Maks 1,0
7 Lemak tidak tersabunkan Maks. 0,5
(SNI, 2016)

II.3 Minyak Nabati


Minyak nabati berasal dari bahan baku seperti kelapa, kelapa sawit,
commit to user
jagung, kedelai, biji bunga matahari, dan sebagainya. Kandungan utama dari

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

minyak nabati adalah asam lemak, yang terdiri dari asam lemak jenuh (asam
palmitat, asam stearat) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat atau Omega 9 dan
asam linoleat atau Omega 6) (Utami, 2013).
Setiap jenis asam lemak memberikan sifat yang berbeda dalam sabun yang
terbentuk. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik
untuk pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk
kekerasan dan daya detergensi. Penggunaan asam lemak rantai panjang C16 dan
C18 akan menghasilkan sabun batangan dengan struktur yang lebih kompak dan
dapat mencegah atau memperlambat disintegrasi sabun saat terpapar air
sedangkan asam lemak dengan rantai pendek yang memiliki kelarutan yang tinggi
berperan dalam kemampuan sabun untuk menghasilkan busa.
Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat
dilihat pada Tabel II.2.
Tabel II.2 Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun
Asam Lemak Karakteristik Sabun
Asam laurat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
(C11H23COOH) lembut
Asam ricinoleat Melembabkan, menghasilkan busa yang stabil dan
(C18H34O3) lembut
Asam palmitat
Keras, menghasilkan busa yang stabil
(C16H31COOH)
Asam stearat
Keras, menghasilkan busa yang stabil
(C17H31COOH)
Asam oleat
Melembabkan kulit
(C17H33COOH)
Asam linoleat
Melembabkan kulit
(C17H31COOH)

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Minyak nabati yang dipakai dalam pembuatan sabun antara lain sebagai berikut.
1) Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Komposisi asam lemak pada minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel
II.3.
Tabel II.3 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa Sawit

Asam Lemak Jumlah (%)


Asam miristat (C13H27COOH) 1,1-2,5
Asam palmitat (C16H31COOH) 40-46
Asam stearat (C17H31COOH) 3,6-4,7
Asam oleat (C17H33COOH) 39-45
Asam linoleat (C17H31COOH) 7-11

Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang sangat umum


digunakan sebagai bahan pembuat sabun padat. Minyak kelapa sawit dapat
menghambat busa yang dihasilkan oleh sabun jika digunakan terlalu
banyak. Oleh karena itu, sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa
sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa sehingga jika minyak kelapa
sawit akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak
kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Sifat fisika-kimia
minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel II.4.

Tabel II.4 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit


Karakteristik Nilai
Specific gravity, 15oC 0,900
Bilangan iod 48-56
Bilangan penyabunan 196-205
Indeks bias 1,4565-1,4585

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Minyak Kelapa
Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui
ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga
minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Sifat
fisika-kimia minyak kelapa sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel II.5.

Tabel II.5 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa


Karakteristik Nilai
Specific gravity, 15oC 0,931b
Bilangan iod 7,5-10,5c
Bilangan penyabunan 250-260a
. Titik leleh (oC) 20-25b

Minyak kelapa berfungsi sebagai penghasil busa dalam sabun dan


memiliki sifat membersihkan namun jika terlalu banyak dapat membuat
kulit kering.

II.4 Susu Sapi


Susu merupakan sumber protein hewani. Susu sapi segar merupakan unsur
penting dalam industri pengolahan susu. Sebagai pangan asal hewan, susu bersifat
mudah rusak (perishable food). Susu segar merupakan cairan yang berasal dari
kambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang
benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun
dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan
Susu sapi memiliki protein, kalsium, laktosa, lemak, vitamin A, B12, D
dan seng. Susu menenangkan dan memberi nutrisi kulit dan bahan-bahan alami
dari produk susu membantu melembabkan, mengurangi kemerahan, dan
mencegah kulit teriritasi. Oleh karena itu, susu banyak digunakan sebagai bahan
dasar kosmetik, seperti lulur susu, sabun susu, hand body lotion, pelembab dan
commitkarena
lain-lain. Susu sapi dapat disabunkan to usermemiliki kandungan lemak yang

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merupakan asam lemak rantai panjang alam jumlah besar. Lemak susu
mengandung trigliserida (komponen dominan), digliserida, monogliserida, asam
lemak, sterol, karotenoid (warna kuning dari lemak), dan vitamin-vitamin (A, D,
E, dan K). Secara kimiawi susu mempunyai komposisi air (87,20%), lemak
(3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sanam et al.
2014). Kelebihan sabun susu sapi yaitu tidak membuat kulit menjadi kering
karena tidak mengandung sodium lauryl sulphate (SLS), bahan baku deterjen.
Komposisi susu sapi disajikan pada Tabel II.6.

Tabel II.6 Komposisi Susu Sapi untuk Setiap 100 gram


Kandungan Kimia Jumlah (gram)
Protein (g) 3,3
Lemak (g) 3,3
Karbohidrat (g) 4,7
Kalori (kal) 61
Fosfor (g) 93
Kalsium (g) 19
Magnesium (g) 13
Besi (g) 0,05
Natrium (g) 49
Kalium (g) 152
Vitamin A (IU) 126
Thiamin (mg) 0,04
Riboflavin (mg) 0,16
Niacin (mg) 0,08
Vitamin B6 (mg) 0,04

Lemak susu secara umum merupakan senyawa kimia yang masuk dalam
kelompok ester yang tersusun atas asam-asam lemak dan gliserol. 90% dari
komponen lemak susu adalah asam-asam lemak yang terbagi atas asam-asam
lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh yang dominan dalam
lemak susu secara berurutan adalah asam miristat, palmitat dan stearat dengan
kisaran 7-11% 25-29% dan 7-13% dari total asam lemak (Adnan, 1984). Ketiga
asam lemak tersebut berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak tak jenuh
commit
yang terkandung adalah asam oleat to suhu
pada user kamar berbentuk cair (Apandi,

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1993). Jumlah asam lemak tidak jenuh di dalam susu sekitar 37% dari total asam
lemak. Komposisi asam lemak pada susu sapi dapat dilihat pada Tabel II.7.

Tabel II.7 Komposisi Asam Lemak pada Susu Sapi


Asam Lemak Jumlah (%)
Asam laurat (C11H23COOH) 5,8
Asam plamitat (C16H31COOH) 22,6
Asam stearat (C17H31COOH) 7,7
Asam oleat (C17H33COOH) 36,4
Asam linoleat (C17H31COOH) 8,3

II.5 NaOH
Sodium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik atau
soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu
menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap
kelembapan.
NaOH merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun mandi karena
menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi. Setelah menjadi sabun maka
NaOH akan terpecah menjadi unsur penyusunnya yang netral. Konsentrasi NaOH
berpengaruh terhadap kualitas sabun yang dibuat karena dapat mempengaruhi pH
sabun. Sifat fisika-kimia NaOH dapat dilihat pada Tabel II.8.
Tabel II.8 Sifat Fisika-Kimia NaOH

Karakteristik Nilai
Massa molar 39,997 g/mol
Titik lebur 318
Titik didih 1390
pH 14

commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

II.6 Pewarna dan Pewangi Sabun


Pewarna pada sabun mandi merupakan aditif yang dapat meningkatkan
estetika sabun mandi atau dapat mempercantik sabun mandi yang dibuat. Ada
berbagai macam pewarna yang dapat digunakan untuk mewarnai sabun mandi
antara lain:
 Pewarna makanan
Jenis pewarna ini hanya cocok untuk mewarnai sabun mandi cair, hot
process atau melt and pour. Namun, jenis pewarna ini tidak tahan terhadap
kondisi yang basa (pH tinggi atau alkaline). Ketika membuat sabun mandi
dengan teknik cold process, adonan sabun mandi masih terlalu alkaline
sehingga jika ditambahkan pewarna makanan maka pewarnanya akan
berubah menjadi pudar dan tidak sesuai dengan warna aslinya.
 Pigment
Pigment merupakan pewarna yang diperoleh dari hasil penambangan dari
dalam bumi. Pewarna ini menghasilkan warna yang tetap stabil untuk pH
tinggi dan tidak berubah, pudar maupun luntur. Cenderung menghasilkan
warna yang gelap dan tidak tembus pandang. Ada berbagai macam jenis
pigment yang tersedia antara lain Iron oxide, Titanium dioxide,
Ultramarine, Zinc oxide, Lake pigment, dan sebagainya.
 Mica
Pewarna mica dihasilkan dari sejenis batu mineral (mica) yang kemudian
digiling atau dihaluskan dan kemudian dicampurkan dengan pewarna.
Dalam penggunaannya untuk sabun mandi, pewarna mica ini
menghasilkan warna yang transparan. Sangat baik untuk mewarnai sabun
melt and pour atau sabun transparan.
 Pewarna alami
Pewarna alami tidak begitu menghasilkan sabun dengan warna yang kuat
maupun cerah. Pewarna alami kebanyakan kurang begitu tahan terhadap
kondisi basa (pH tinggi) sabun mandi. Namun pewarna alami juga
memiliki kelebihan dibanding dengan pewarna sintetis yaitu ketika
commit to user
menambahkan pewarna alami ke dalam sabun, tidak hanya mendapatkan

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

warna saja pada sabunnya tapi juga mendapatkan tambahan manfaat dari
bahan alami tersebut. Bahan alami untuk mewarnai sabun mandi seperti
bubuk kopi, bubuk coklat, serbuk bahan alami seperti kunyit dan
sebagainya.

Pewangi untuk sabun mandi yang biasanya digunakan adalah synthetic


fragrance dan essential oil. Pewangi biasanya ditambahkan pada saat trace.

II.7 Adas
Biji adas dikenal sebagai salah satu all round flavouring agent karena
memilki aroma yang khas dan menarik, sehingga banyak digunakan dalam bidang
farmasi maupun industri. Menurut penelitian Kardinan dan Dhalimi (2010), adas
juga dapat digunakan sebagai lotion anti nyamuk demam berdarah (Aedes
aegypti). Minyak adas merupakan minyak yang dihasilkan dari tanaman adas
melalui proses penyulingan atau destilasi (Prakosa et al., 2013). Selain
menggunakan proses destilasi, minyak adas juga dapat diperoleh dengan
menggunakan ekstraksi dengan pelarut menguap (Mondello et al., 1997).
Menurut penelitian Suhendra dan Arnata (2009), biji adas memiliki
potensi sebagai antioksidan. Selain itu biji adas juga dapat digunakan sebagai
antibakteri (Kusdarwati et al., 2010).

II. 8 Secang
Kayu secang merupakan salah satu bahan non sintetik yang dapat
digunakan sebagai pewarna alami dan menghasilkan pigmen berwarna merah
apabila direbus. Pigmen yang terdapat pada kayu secang bernama brazilin tersebut
diharapkan melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Selain
menghasilkan pigmen berwarna merah ternyata kayu secang juga mempunyai
manfaat lainnya. Uji efektivitas ekstrak etanol kayu secang terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae penyebab penyakit diare dan
disentri.
commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Di Indonesia, kayu secang dimanfaatkan sebagai pewarna merah


minuman. Biji tumbuhan ini berfungsi sebagai bahan sedatif, kayu dan batangnya
dapat mengobati TBC, diare, dan disentri, sedangkan daun-daunnya dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat pematangan buah pepaya dan mangga. Kayu
secang juga berkhasiat mengaktifkan aliran darah, melarutkan gumpalan darah,
mengurangi bengkak (swelling), meredakan nyeri (analgesik), menghentikan
perdarahan, dan antiseptik.
Kayu secang (Caesalpinia sappan L) mengandung pigmen, tanin, brazilin,
asam tanat, resin, resorsin, brazilin, sappanin, dan asam galat (Lemmens dan
Soetjipto, 1992). Dari komponen tersebut yang paling menarik adalah zat
warnanya. Kayu secang menghasilkan pigmen berwarna merah bernama brazilin.
Pigmen ini memiliki warna merah tajam dan cerah pada pH netral (pH = 6-7) dan
bergeser ke arah merah keunguan dengan semakin meningkatnya pH. Pada pH
rendah (pH = 2-5) brazilin memiliki warna kuning (Adawiyah dan Indriati, 2003).

II.9 Bunga Telang


Bunga telang merupakan tumbuhan merambat yang biasa ditemukan di
pekarangan rumah, tepi hutan, atau pinggiran sawah. Tingginya dapat mencapai 6
m, rantingnya halus, dan berjenis daun majemuk. Cara pembudidayaan bunga ini
adalah dengan menggunakan bijinya. Pigmen pada bunga secara garis besar
dibedakan menjadi tiga yaitu flavanoids, carotenoids, dan betalains (Tanaka
Yoshikazu. 2005).
Antosianin adalah metabolit sekunder dari famili flavonoid, dalam jumlah
besar ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran (Talavera, et al., 2004).
Antosianin adalah suatu kelas dari senyawa flavonoid, yang secara luas terbagi
dalam polifenol tumbuhan. Flavonol, flavan-3-ol, flavon, flavanon, dan
flavanonol adalah kelas tambahan flavonoid yang berbeda dalam oksidasi dari
antosianin.
Sifat fisika dan kimia dari antosianin dilihat dari kelarutan antosianin larut
dalam pelarut polar seperti metanol, aseton, atau kloroform, terlebih sering
dengan air dan diasamkan dengancommit to useratau asam format (Socaciu, 2007).
asam klorida

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 50°C mempunyai berat molekul 207,08
gram/mol dan rumus molekul C15H11O (Fennema, 1996), dan terdegradasi pada
suhu diatas 70oC (Dharmendra Khumar Misra, 2008). Antosianin dilihat dari
penampakan berwarna merah, merah senduduk, ungu panjang gelombang
maksimum 515-700 nm.
Tanaman telang (Clitoria ternatea L.) merupakan tanaman polong
termasuk dalam famili Fabaceae, mengandung senyawa bioaktif yang berguna
untuk pengobatan. Dari sejumlah senyawa flavonoid yang terdapat pada bunga
telang, antosianin adalah yang paling utama yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur dan tanaman hias.
Menurut Encyclopedia of Herbal Medicinal bahwa tanaman telang dapat
bermanfaat sebagai laxative (pencahar), diuretik, perangsang, muntah, pembersih
darah, mempercepat pematangan bisul, obat cacing dan radang mata. Bunga
telang telah diteliti memiliki kandungan kimia fenolik, flavonoid, antosianin,
flavonol glikosida, kaempferol glikosida, quersetin glikosida, mirisetin glikosida
(Kazuma, dkk., 2013), terpenoid, flavonoid, tannin dan steroid (Rai, 2010).

II.12 Kulit Jeruk Manis


Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata
Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging
buahnya mengandung vitamin C cukup tinggi yang dapat menambah daya tahan
tubuh. Manfaat buah jeruk juga banyak terdapat pada kulit buah jeruk yang
memiliki kandungan minyak atsiri dan pektin.
Jeruk manis (Citrus sinensis), yang mempunyai ciri tanaman perdu dengan
ketinggian 3- 10 meter, ranting berduri; duri pendek berbentuk paku. Tangkai
daun panjang 0,5 – 3,5 cm. helaian daun bulat telur, elliptis atau memanjang,
dengan ujung tumpul atau meruncing tumpul. Mahkota bunga putih atau putih
kekuningan. Buah bentuk bola, atau bentuk bola tertekan berwarna kuning, oranye
atau hijau dengan kuning. Daging buah kuning muda, oranye kuning atau
kemerah-merahan dengan gelembung yang bersatu dengan yang lain
(Steenis,1992). commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kulit jeruk mengandung minyak atsiri yang terdiri dari berbagai komponen
seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol 3. Rincian komponen
minyak kulit jeruk adalah limonene (94%), mirsen (2%), linalool (0,5%),
oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial
(0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%) (Tarwiyah,
2001). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik
terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ullah et al (2012) menjelaskan komponen mayor
yang terkandung dalam minyak atsiri kulit jeruk manis (Citrus sinensis Osbeck)
adalah limonen (77,49%), mirsen (6,2%), α- farnesen (3.64%), γ-terpinen
(3.34%), α-pinen (1.49%), dan sabinen (1.29%) (Tao et al, 2009).

II.11 Daun Pandan


Beberapa tumbuhan yang dapat menghasilkan pewarna alami diantaranya
yaitu pandan suji, daun jati, kulit manggis, bunga rosella, kunyit, kayu secang,
bunga telang, daun alpukat. Pewarna alami dari daun suji adalah klorofil yaitu warna
hijau.
Tanaman pandan merupakan tumbuhan yang berasal dari famili
Pandanaceae yang mengandung senyawa kimia berupa senyawa pahit yaitu
alkaloida, saponin, sterol, terpenoid, flavonoida, tanin, polifenol, minyak atsiri
dan zat warna yang merupakan macam-macam senyawa metabolik sekunder
(Rohmawati 1995 dalam Susanna, 2003) Senyawa metabolik sekunder adalah
suatu senyawa kimia pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan di dalam jaringan
tumbuhan, senyawa ini bersifat toksik dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri
dari gangguan pesaingnya (hama).
Pandan memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma dasar
dari daun pandan berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang
juga terdapat di tumbuhan jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada daun
pandan wangi lebih tinggi daripada tumbuhan jasmin. Selain itu, ditemukan juga
senyawa pandamarilactonine-A dari pyrrolidine alkaloid sebagai komponen
aroma dasar daun pandan. commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

II.12 Mutu Sabun Padat


Sabun padat yang berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan
sehingga layak untuk digunakan dan dipasarkan. Persyaratan sabun padat menurut
SNI 06-3532-1994 meliputi pH, kadar air, dan alkali bebas (% NaOH) (SNI,
1994). Kriteria persyaratan sabun padat menurut SNI disajikan dalam Tabel II.9.

Tabel II.9 Mutu Sabun Standar Nasional Indonesia

No Uraian SNI
1 pH 8-10
2 Kadar Air (%) Maks. 15
3 Alkali Bebas (%NaOH) Maks. 0,1

1) Uji Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimiawi yang
penting pada produk kosmetik semisal sabun, karena nilai pH
mempengaruhi daya absorpsi di kulit. Umumnya pH sabun padat berkisar
8-10 (SNI, 1994). Sabun yang memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau
sangat rendah dapat mengurangi daya absorpsi di kulit sehingga
menyebabkan iritasi pada kulit dan terjadi luka, gatal, atau mengelupas
(Widya, 2017). Selain itu nilai pH yang terlalu rendah atau tinggi dapat
menyebabkan kulit kering.

2) Uji Kadar Air

Kadar air dan zat menguap pada sabun akan berpengaruh terhadap
karakteristik sabun, baik pada saat digunakan maupun saat disimpan.
Menurut Spitz (1996), banyaknya air yang terkandung dalam sabun akan
mempengaruhi kelarutan sabun dalam air, sehingga sabun semakin cepat
mengalami penyusutan bobot dan dimensi.

3) Uji Alkali Bebas

Sabun merupakan hasil dari reaksi saponifikasi antara asam lemak


dengan basa. Sabun yangcommit to user dari reaksi saponifikasi yang
baik dihasilkan

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sempurna sehingga diharapan tidak terdapat sisa basa setelah reaksi.


Kelebihan alkali pada proses pembuatan sabun dapat disebabkan karena
adanya jumlah alkali berlebih yang digunakan dalam proses saponifikasi.
Sabun dengan kandungan alkali bebas tinggi memiliki nilai pH yang tinggi
juga. NaOH memiliki sifat higroskopi sehingga dapat menyerap
kelembaban kulit dengan cepat dan kulit menjadi kering.

4) Uji Tambahan

Selain uji yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI),


perlu dilakukan uji tambahan yang meliputi uji stabilitas busa dan
penerimaan produk oleh calon konsumen. Uji peneriman produk oleh
calon konsumen meliputi uji aroma, uji daya busa, dan tekstur dalam
penggunaan sabun.

a. Uji Stabilitas Busa

Pengujian stabilitas busa dilakukan untuk mengetahui


banyaknya busa yang dihasilkan pada pemakaian sabun padat. Busa
adalah struktur yang relatif stabil yang terdiri dari kantong-kantong
udara yang terbungkus lapisan tipis, yang merupakan dispersi gas
dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat pembusa yang bersifat
aktif permukaan (sabun).

Kecepatan pembentukan dan stabilitas busa yang dihasilkan


merupakan dua hal penting untuk produk pembersih tubuh. Busa
yang banyak dan stabil lebih disukai daripada busa yang sedikit dan
tidak stabil (Martin, dkk., 1993).

b. Uji Penerimaan Produk oleh Calon Konsumen

Uji penerimaan produk oleh calon konsumen dilakukan untuk


mengetahui tingkat kesukaan konsumen dengan membandingkan
produk yang dihasilkan terhadap produk komersial di pasaran.
Kriteria yang digunakan adalah aroma, daya busa dan tekstur dalam
commit to user
penggunaan pada kulit. Skala penilaian yang digunakan adalah (1)

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak suka, (2) kurang suka, (3) sedikit suka, (4) suka, dan (5) sangat
suka.

II.13 Evaluasi Ekonomi Sederhana


Potensi ekonomi pembuatan sabun susu padat berbahan baku susu sapi
segar dapat dianalisa melalui evaluasi ekonomi sederhana meliputi perhitungan
biaya produksi spesifik, Return On Investment (ROI), Pay Out Time (POT), dan
Break Even Point (BEP).

commit to user

18

Anda mungkin juga menyukai