Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

PROFESI & PENDIDIKAN KEAHLIAN


TEKNOLOGI PENDIDIKAN
MATA KULIAH LANDASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

(Dosen Pengampu) Dr. L.R. Retno Susanti, M.Hum. 2) Dr. H. Fuad Abd. Rachman, MPd.
3) Dr. Makmun Raharjo, M.Sn 4) Dr. Erna Retna Safitri, M.Pd

HALAMAN DEPAN

Disusun Oleh:

SUSAN TRINOVIORA 06032682125013

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN………………………………………………………………………….….i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
A. Pengertian Profesi Teknologi Pendidikan ............................................................................ 3
B. Kode Etik Profesi ................................................................................................................. 3
C. Posisi Profesi Teknologi Pendidikan ................................................................................... 6
D. Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan .................................................................................. 6
E. Tugas Pokok Profesi Teknologi Pendidikan ........................................................................ 7
F. Tempat Bekerja Profesi Teknologi Pendidikan ................................................................. 10
G. Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan ...................................................................... 11
H. Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan ................................................... 12
BAB III PENUTUPAN ............................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan untuk menjalani kehidupannya. Pendidikan
memberi bekal manusia untuk menjalani kehidupan menjadikan dewasa dengan dapat
menentukan hal yang baik dan benar, dan menjalani tugas untuk belajar sepanjang hayat.
Tujuan pendidikan tersebut untuk mengarah pada menjadikan manusia lebih
baik. Pendidikan berproses berdasarkan landasan yang memiliki peran penting dalam
pencapaian tujuan tersebut. Salah satu landasan tersebut adalah landasan pendidikan yang
menentukan secara teratur rencana yang ditentukan untuk pencapaian tujuan.
Berdasarkan definisi, sejarah, dan kawasan Teknologi Pendidikan, maka dapat dilihat
bahwa Teknologi Pendidikan merupakan suatu teori, bidang, dan profesi. Sebagai teori
Teknologi Pendidikan adalah teori mengenai bagaimana masalah-masalah yang muncul
dalam kegiatan belajar manusia diidentifikasi dan dipecahkan. Sebagai teori Teknologi
Pendidikan telah memenuhi tolak ukur suatu teori. Tolak ukur tersebut adalah (1) adanya
gejala atau fenomena yang tidak sepenuhnya dapat dipahami dengan menggunakan teori-
teori yang ada, yaitu adanya masalah belajar yang harus dipecahkan, (2) adanya penjelasan
bagaimana masalah-masalah belajar dapat diidentifikasi dan dipecahkan, (3) adanya
orientasi atau arah pandangan yang jelas, yaitu adanya keterpaduan teori dan praktik untuk
memecahkan masalah belajar, (4) adanya sistematisasi kawasan Teknologi Pendidikan, (5)
adanya identifikasi kesenjangan (domain Teknologi pendidikan membuka peluang
munculnya berbagai kesenjangan untuk diteliti), (6) melahirkan strategi penelitian, (7)
adanya prediksi, yaitu munculnya berbagai alternatif pemecahan masalah belajar, dan (8)
mengandung serangkaian prinsip (berbagai unsur Teknologi Pendidikan).
Sebagai bidang Teknologi Pendidikan merupakan penerapan teori dan praktik secara
terpadu mencakup kelima domain atau kawasan Teknologi Pendidikan, yaitu desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Bidang kegiatan tersebut semuanya
tertuju untuk memecahkan masalah belajar manusia. Sebagai profesi Teknologi Pendidikan
terbentuk dari usaha yang direncanakan secara sistematis (terorganisir) guna melaksanakan
teori, teknik intelektual dan penerapan praktis Teknologi Pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
Dari uraian di atas yang menjadi masalah adalah apakah fungsi, tugas, dan pendidikan
profesi teknologi pendidikan?

C. Tujuan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk:
Untuk mengetahui fungsi, tugas, dan pendidikan profesi teknologi pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi Teknologi Pendidikan

Miarso (2004:96) mengartikan tenaga profesi teknologi pendidikan sebagai tenaga ahli
dan atau mahir dalam membelajarkan peserta didik dengan memadukan secara sistemik
komponen sarana belajar meliputi orang, isi ajaran, media atau bahan ajaran, peralatan,
teknik, dan lingkungan. Dalam AECT 1994 telah dirumuskan definisi teknologi pendidikan
seperti telah disebutkan dalam latar belakang di atas bahwa: “Teknologi pembelajaran
adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta
penilaian proses dan sumber untuk belajar”. Dari kedua definisi itu maka pengertian profesi
teknologi penddidikan adalah tenaga ahli yang melakukan teori dan praktek dalam
mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber untuk
membelajarkan peserta didik. Lebih lanjut Miarso mengemukakan bahwa ciri utama dalam
profesi teknologi pendidikan adalah adanya kode etik, pendidikan dan pelatihan yang
memadai, serta pengabdian yang terus menerus.
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber belajar. Definisi 1994 mengenal
baik tradisi bidang yang berlaku sekarang maupun kecenderungannya untuk masa depan.
Definisi 1994 pun memberi tempat pada adanya keragaman dan spesialisasi seperti yang ada
sekarang, selain juga menggabungkan unsur-unsur definisi dan kawasan bidang yang
tradisonal. Tiap kawasan dari bidang memberikan sumbangan pada teori dan praktek yang
menjadi landasan profesi.

B. Kode Etik Profesi


Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda
yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita,
keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan
peraturan yang sistematis. Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu
kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di
tempat kerja.

3
Menurut UU NO. 8 (Pokok-Pokok Kepegawaian). Kode etik profesi adalah pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-
hari. Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan
untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok
itu. Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik
ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi
sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan
semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.
Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau
instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup
dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik
dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu
sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya
untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa
dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima
oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan
untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang
harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di
awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang
dikenakan pada pelanggar kode etik.
1. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika
profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk
yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika
profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis

4
secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar
dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh
seorang professional.
2. Tujuan Kode Etik Profesi :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h. Menentukan baku standarnya sendiri.
Kode etik profesi sebetulnya mempunyai tujuan melindungi dan memperjuangkan
kepentingan peserta didik; melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara;
melindungi dan membina diri serta sejawat profesi; dan mengembangkan kawasan dan
bidang kajian teknologi pendidikan (Kusuma, 2008:7). Pendidikan dan pelatihan
dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran mengenai teknologi pendidikan kepada
mahasiswa atau mereka yang telah menyelesaikan studi mereka di Program Studi
Pendidikan. Dengan cara ini mereka akan dapat bekerja lebih profesional. Sedangkan
pengabdian yang terus menerus merupakan bentuk karya nyata dari seorang yang berprofesi
teknologi pendidikan dalam membelajarkan peserta didik melalui layanannya seperti
fasilitas dan sumber belajar.
Finn (1953) dalam Kusuma (2008:2) mengemukakan karakteristik profesi adalah;
a. suatu teknik intelektual
b. aplikasi teknik tersebut yang terkait dengan urusan prektis manusia
c. pelatihan dengan priodee waktu yang lama
d. suatu perkumpulan anggota profesi yang tergabung dalam sebuah badan
e. satu rangkaian pernyataan kode etik dan standar yang disepakati
f. pengembangan teori intelektual dengan penelitian yang terorganisasi.
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan dapat
digolongkan sebagai sebuah profesi. Karakteristik di atas dapat dipenuhi oleh teknologi

5
pendidikan yaitu adanya teknik intelektual, praktek aplikasi, pelatihan dengan priode yang
panjang, adanya asosiasi dan komunikasi sesama anggota (organisasi profesi IPTI = Ikatan
Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia), kode etik dan standar, teori intelektual dan
penelitian.

C. Posisi Profesi Teknologi Pendidikan

Posisi profesi teknologi pendidikan tidak jauh dari pendidikan itu sendiri. Apabila kita
kaitkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994 dengan UU No. 20 Tahun 2003,
maka tampak suatu hubungan yang jelas. Dalam AECT 1994 disebutkan bahwa “Teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan ,
pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”. Ada beberapa kata dalam
definisi di atas terdapat juga di dalam UU No. 20 Tahun 2003 atau yang mempunyai makna
yang sama, yaitu pengelolaan, pengembangan dan pelayanan teknis dan semuanya itu
tergolong sebagai tenaga kependidikan.

D. Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan


Untuk mengetahui fungsi profesi teknologi pendidikan maka perlu kembali ke
definisi teknologi pendidikan. Berdasarkan definisi tersebut fungsi profesi teknologi
pendidikan sebagai suatu profesi yang mencarikan jalan keluar masalah belajar baik individu
atau kelompok. Jalan keluar yang diberikan adalah berupa rancangan, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaaan, penilaian dan penelitian terhadap belajar. Tampak di sini adanya
kegiatan memfasilitasi belajar. Selain itu profesi teknologi pendidikan juga sebagai
pengembang sumber daya manusia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
profesi teknologi pendidikan memfasilitasi kegiatan belajar manusia melalui pendekatan-
pendekatan atau cara-cara tertentu. Dengan demikian profesi teknologi pendidikan dapat
menjadikan orang bertambah dalam kegiatan belajar sekaligus menjadikan orang bertambah
cerdas baik dari jumlah orang yang cerdas maupun mutu dari kecerdasan itu sendiri. Dengan
kecerdasan ini berarti akan meningkatkan nilai tambah seseorang sebagai sumber daya
manusia, mengatasi masalah belajar baik individu ataupun kelompok, dan juga akan
meningkatkan kinerja.

6
E. Tugas Pokok Profesi Teknologi Pendidikan
Berbicara tugas pokok profesi teknologi pendidikan ada kaitannya dengan definisi
teknologi pendidikan. Kita harus tahu terlebih dahulu definisi teknologi pendidikan, dan
selanjutnya membuat suatu rumusan lebih rinci masing-masing kalimat, dengan demikian
akan tergambar jelas pokok pokok tugas profesi teknologi pendidikan. Definisi teknologi
penddikan menurut AECT tahun 1994 yang telah diadaptasi oleh Miarso (2004:64) adalah
teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan
penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar. Untuk lebih jelasnya definisi tersebut
dapat diuraikan dan dibuat suatu bagan seperti di bawah ini.
Teknologi pembelajaran adalah:
1. Teori dan praktek dalam desain proses, sumber dan sistem untuk belajar
2. Teori dan praktek dalam pengembangan proses, sumber dan sistem untuk belajar
3. Teori dan praktek dalam pemanfaatan proses, sumber dan sistem untuk belajar
4. Teori dan praktek dalam pengelolaan proses, sumber dan sistem untuk belajar
5. Teori dan praktek dalam penilaian proses, sumber dan sistem untuk belajar
6. Teori dan praktek dalam penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar.
Profesi teknologi pendidikan meliputi desainer, pengembang, pemakai, pengelola dan
pengevaluasi, peneliti kegiatan belajar. Chaeruman (2008:2) mengatakan bahwa seorang
sarjana teknologi pendidikan dapat menjadi profesi:
1. Perancang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya seperti
merancang sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik
pebelajar.
2. Pengembang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya seperti
mengembangkan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbantuan komputer,
dan sebagainya.
3. Pemanfaat atau pengguna proses dan sumber belajar dengan ruang lingkuperjaannya
seperti memanfaatkan media pembelajaran, difusi inovasi pendidikan, implementasi dan
institusionaliasasi model inovasi pendidikan, serta penerapan kebijakan dan regulasi
pendidikan.

7
4. Pengelola proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaaannya seperti
mengelola proyek, mengelola aneka sumber belajar, mengelola sistem penyampaian, dan
mengelola sistem informasi pendidikan.
5. Pengevaluasi (evaluator) atau peneliti proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup
pekerjaannya seperti melakukan analisis masalah, mengukur acuan patokan, evaluasi
formatif, evaluasi sumatif dan meneliti kawasan pendidikan.
Selain itu tugas profesi teknologi pendidikan dikemukakan oleh Miarso (2004:70).
Miarso menyebutnya sebagai tugas pokok teknolog pembelajaran atau perekayasa
pembelajaran dengan tugasnya sebagai berikut:
1. Pengembangan bidang kajian dan kawasan teknologi/rekayasa pembelajaran
2. Perancangan dan pengembangan proses, sumber dan sistem pembelajaran.
3. Produksi bahan belajar.
4. Penyediaan sarana dan prasarana belajar.
5. Pemilihan dan penilaian sistem dan komponen sistem pembelajaran.
6. Pemanfaatan proses dan sumber belajar.
7. Penyebaran konsep dan temuan teknologi pendidikan.
8. Pengelolaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar.
9. Perumusan bahan kebijakan teknologi/ rekayasa pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik suatu rumusan tugas pokok profesi
teknologi pendidikan seperti berikut ini;

1. Perancang (desainer): tugas ini meliputi mendesain sistem pembelajaran, desain pesan,
strategi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar. Desain sistem pembelajaran adalah
prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan,
pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain pesan adalah
perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Strategi pembelajaran adalah
spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan
pembelajaran dalam suatu pelajaran. Karakteristik pebelajar adalah segi-segi latar
belakang pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya
(Seels dan Richey, 1994:30).

8
2. Pengembang (developer): tugas ini meliputi produksi dan penyampaian teknologi cetak,
teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan teknologi terpadu. Contoh
teknologi cetak adalah buku-buku, bahan-bahan visual yang statis atau fotografis.
Teknologi cetak ini ada dua jenis yaitu teks verbal dan bahan visual. Teknologi audio
visual adalah teknologi yang berkaitan dengan mekanik dan elektrik. Audio visual adalah
gabungan dari audio (dengar) dan visual (lihat). Ada kemungkinan alat tersebut hanya
audio saja dan ada pula kemungkinan audio visual. Sedangkan visual saja termasuk ke
dalam teknologi cetak. Teknologi berbasis komputer adalah teknologi yang
memanfaatkan komputer baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Perangkat lunak
berupa program-program komputer yang dapat menampilkan tayangan-tayangan
pembelajaran. Sedangkan perangkat keras dapat berupa layar monitor, CPU, LCD, In
focus, dan sebagainya. Dalam perkembangannya komputer merupakan alat untuk
menampilkan internet, e-mail, dan sebagainya. Teknologi terpadu adalah paduan
beberapa jenis media yang dikendalikan oleh komputer. Sebagai contohnya adalah video,
film, telekomprens, dan sebagainya ( Seels dan Richey, 1994:30).
3. Pemanfaat/Pengguna (User): tugas ini meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi,
implementasi dan pelembagaan, dan kebijakan/regulasi. Pemanfaatan media merupakan
penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Difusi inovasi adalah proses
berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi.
Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang
sesungguhnya (bukan tersimulasikan), sedangkan pelembagaan adalah penggunaan yang
rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi ( Seels dan Richey, 1994:30).
4. Pengelola (Manager), tugas ini meliputi pengelola proyek, pengelola sumber, pengelola
sistem penyampaian, dan pengelola informasi. Pengelola proyek meliputi merencanakan,
memonitor dan pengendalikan proyek desain dan pengembangan. Pengelola sumber
meliputi merencanakan, memantau, dan mengendalikan pendukung dan pelayanan
sumber. Pengelola sistem penyampaian merupakan kegiatan merencanakan, memantau,
dan mengendalikan ”cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan”.
Sedangkan pengelola informasi adalah merencanakan, memantau dan mengendalikan

9
cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemprosesan informasi dalam rangka
tersedianya sumber untuk kegiatan belajar ( Seels dan Richey, 1994:30).
5. Penilai (Evaluator), tugas ini meliputi menganalisis masalah, mengukur yang beracuan
patokan, menilai secara formatif dan sumatif. Analisis masalah merupakan kegiatan
penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan
informasi dan pengambilan keputusan. Pengukuran acuan patokan adalah teknik-teknik
untuk menentukan kemampuan pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan
sebelumnya. Penilaian formatif adalah pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
penggunaan informasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Sedangkan penilaian
sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan
keputusan dalam hal pemanfaatan ( Seels dan Richey, 1994:30).
6. Peneliti (Researcher), tugas ini meliputi kegiatan penelitian yang berkaitan dengan
teknologi pendidikan. Kegiatan penelitian ini mencakup penelitian dalam kawasan
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian.

F. Tempat Bekerja Profesi Teknologi Pendidikan


Dari uraian di atas maka tugas pokok profesi teknologi pendidikan tersebut begitu
luas. Keluasan ini akan menimbulkan keleluasaan bidang garapan, dalam arti lowongan
pekerjaan bagi teknolog pendidikan cukup banyak Seseorang teknolog pendidikan dapat
bekerja pada lembaga pemerintah atau swasta, pada lembaga pendidikan atau di luar
lembaga pendidikan. Seorang teknolog pendidikan dapat pula bekerja pada lembaga
konsultan baik konsultan milik orang lain atau didirikan sendiri.
Begitu luasnya bidang garapan pekerjaan profesi teknologi pendidikan sudah
sepantasnya lulusan atau mereka yang berprofesi sebagai teknolog pendidikan memiliki
tempat bekerja yang banyak pula. Lulusan atau teknolog pendidikan dapat bekerja pada
lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pendidikan, pelatihan, penerangan, komunikasi
dan sebagainya. Lembaga-lembaga tersebut berupa lembaga pemerintah atau swasta, seperti
berikut ini:
1. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, seperti Departemen Pendidikan Nasional,
Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Nasional, dinas-
dinas lain yang memerlukan pendidikan dan pelatihan, satuan-satuan pendidikan, Pusat

10
Sumber Belajar, LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), BUMN dan
sebagainya.
2. Lembaga Informasi dan Komunikasi, seperti televisi, production houses, radio, Badan
Informasi dan Komunikasi (dulu Departemen Penerangan), Unit Teknologi Komunikasi
Pendidikan, Pusat Komputer, Laboratorium Bahasa, Pustekom Depdiknas dan
sebagainya.
3. Lembaga Percetakan dan Produksi Media, seperti Laboratorium Fotografi,
Laboratorium Video, Laboratorium Audio dan sebagainya.
4. Lembaga Penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Survey
Indonesia, dan sebagainya.
5. Lembaga Konsultan, khususnya konsultan bidang pendidikan yang menyangkut belajar
atau teknologi pendidikan.

G. Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan


Untuk dapat berprofesi sebagai teknolog pendidikan, maka pendidikan yang harus
ditempuh adalah jenjang perguruan tinggi melalui Program Studi Teknologi Pendidikan
pada strata 1, 2, atau 3. Namun tidak semua perguruan tinggi di Indonesia membuka
program studi tersebut. Sebagai contoh lembaga perguruan tinggi yang melakukan
pendidikan dan pelatihan teknologi pendidikan adalah Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
yang akan diuraikan sebagai berikut (Miarso, 2004:68);

1. Pada tahun 1972, latihan pengembangan bahan ajar melalui radio.


2. Pada tahun 1974, diberikan mata kuliah Teknologi Pendidikan.
3. Pada tahun 1976, dibuka Program Studi Teknologi Pendidikan.
4. Pada tahun 1978, dibuka program studi Teknologi Pendidikan untuk S2, dan S3.

Selain itu pada tahun 1979 dibuka pendidikan keahlian teknologi pendidikan (S1) di
tujuh IKIP (Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung
Pandang) (Kusuma:2008). Sebetulnya pendidikan dan pelatihan keahlian teknologi
pendidikan telah dimulai pada tahun 1950 dengan mengirimkan tenaga ke luar negeri
(Miarso, 2004: 57). Sekarang ini sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program

11
studi teknologi pendidikan baik strata satu, dua ataupun tiga. Ketiga strata pendidikan ini
mempunyai kompetensi yang berbeda-beda. Kompetensi Strata 1 (S1) lebih ditekankan pada
kawasan pemanfaatan atau penggunaan, Strata 2 (S2) ditekankan pada pengelolaan, penilaian
dan penelitian, sedangkan strata 3 (S3) penekanannya pada penilaian dan penelitian
(Chaeruman, 2008:3).

H. Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan


Untuk dapat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) terutama di lingkungan
pendidikan yang sesuai dengan profesi tersebut tentunya memerlukan sebutan atau nama
resmi jabatan seperti Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan. JF-PTP adalah
jabatan yang diperoleh oleh seseorang yang memenuhi syarat untuk memperolehnya seperti
pendidikan yang relevan, lulus seleksi dan sebagainya. Nama jabatan tersebut perlu
mendapatkan pengakuan dari pemerintah, dalam hal ini seperti Departemen Pendidikan
Nasional, Badan Kepegawaian Negara, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan
sebagainya. Siahaan (2008:2) mendefinisikan Jabatan Fungsional Teknologi Pendidikan
sebagai jabatan fungsional yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan hak dan
kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejkabat yang berwenang. Ia juga mengatakan
bahwa Pengembang Teknologi pembelajaran adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
mempunyai keahlian khusus yang bertugas di lingkungan departemen, non departemen,
ABRI dan Kepolisian, yang bergerak di bidang pendidikan/pelatihan dan atau pelayanan
media pembelajaran yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab di bidang teknologi
pembelajaran.
Secara de facto bidang keahlian teknologi pendidikan telah berkembang dan mendapat
pengakuan akan kegunaannya, namun secara de jure masih dalam pengusulan ke pemerintah
untuk mendapatkan pengesahan atau pengakuan atas Jabatan Fungsional Pengembang
Teknologi Pendidikan atau yang disebut juga Perekayasa Teknologi Pendidikan (Miarso,
2004:57). Sebelum mendapat pengakuan dari pemerintah sebetulnya mereka lulusan dari
Program Studi Teknologi Pendidikan telah banyak bekerja di lembaga-lembaga pemerintah
dan swasta, namun tanpa sebutan jabatan seperti di atas tadi.

12
Menurut keterangan Siahaan (2008:6) pada tahun 2008 ini banyak lowongan untuk
bidang keahlian Teknologi Pendidikan, seperti:
1. Lowongan Dosen hampir di semua Perguruan Tinggi (UNESA, UNES, UPI, UNY, UNJ,
dan lain-lain).
2. Sekretariat Jenderal Pendidikan Tinggi
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. Badan Pertanahan Nasional
5. Badan Narkotika Nasional
6. Pustekkom Depdiknas
7. Departemen Dalam Negeri
8. Departemen Perdagangan dan Industri
Pustekkom (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi) Departemen Pendidikan
Nasional telah banyak berbuat untuk mengajukan Jabatan Fungsional Pengembang
Teknologi Pendidikan (JF-PTP). Pengusulan ini sudah dirintis semenjak Prof. Yusufhadi
Miarso menjadi Kepala Pustekkom yang pertama. Usulan itu pun masih berlanjut sampai
sekarang. Baru-baru ini pada Hari Jumat tanggal 12 September 2008 telah dibahas bersama
antara Pustekkom Depdiknas, Menpan, dan BKN mengenai validasi uji petik beban kerja JF-
PTP. Salah satu hasilnya adalah bahwa kenaikan pengkat JF-PTP paling cepat 2 tahun dan
paling lambat 4 tahun, di samping itu pula dibahas penyempurnaan konsep tentang kegiatan
utama dan penunjang serta angka kredit bagi JF-PTP. Sebagai kelanjutan pembahasan ini
mereka menggelar pertemuan kembali pada Hari Senin tanggal 22 September 2008 (Siahaan,
2008:1). Siahaan berharap agar usulan tersebut akan selesai tahun 2008 ini dan akan disahkan
pada tahun 2009.
Butir-butir tugas JF-PTP yang dinilai angka kreditnya akan diuraikan sebagi berikut
(Siahaan, 2008), yang termasuk unsur utama adalah:
1. Pendidikan dan Pelatihan, yaitu pendidikan formal, pelatihan fungsional, dan Diklat
Prajabatan.
2. Pengembangan Teknologi Pembelajaran yaitu penganalisisan dan pengkajian
sistem/model teknologi pembelajaran, perancangan sistem/model teknologi
pembelajaran, produksi media pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran,

13
pengendalian sistem/model pembelajaran, evaluasi penerapan sistem/model dan
pemanfaatan media pembelajaran.
3. Pengembangan Profesi, yaitu penyusunan karya ilmiah, penterjemahan buku, pembuatan
buku petunjuk di bidang teknologi pembelajaran dan pendidikan jarak jauh, berpartisipasi
aktif dalam penerbitan buku, majalah, jurnal, dan sebagainya.
4. Melaksanakan studi banding di bidang teknologi pembelajaran, pendidikan terbuka dan
jarak jauh.
Yang termasuk unsur penunjang adalah:
1. Mengajar/melatih di bidang teknologi pembelajaran
2. Menjadi anggota tim seminar, nara sumber dan tim penilai JF-PTP.
3. Mengelola unit kerja atau lembaga yang tugas dan fungsinya di bidang teknologi
informasi dan komunikasi untuk pendidikan./pembelajaran,.
4. Menjadi anggota organisasi profesi IPTPI atau organisasi kependidikan lainnya, tim
kelompok kerja, dan sebagainya.
5. Memperoleh penghargaan dan tanda jasa dari pemerintah atas prestasi kerja, setiap tanda
jasa tingkat nasional/internasional , Propinsi/Kabupaten/Kota, gelar kehormatan di bidang
akademik.
6. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya.
7. Menjadi tim penilai karya yang berkaitan dengan teknologi pembelajaran.

Jenjang jabatan dan kepangkatan JF-PTP di atur sebagai berikut, disusun dari yang
paling rendah (Miarso, 2004 89);
a. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama
b. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Muda
c. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Madya
d. Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama
e. Pengembang Teknologi Pendidikan Muda
f. Pengembang Teknologi Pendidikan Madya
g. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Pratama
h. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Muda
i. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Madya

14
j. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Kepala
Uraian di atas menggambarkan posisi dan fungsi profesi teknologi pendidikan. Selain
itu uraian di atas juga memberikan kejelasan tentang tugas pokok dan jabatan fungsional
pengembang teknologi pendidikan. Diharapkan para ahli teknologi pendidikan akan dapat
berkiprah dalam tugasnya membelajarkan peserta didik melalui cara dan pendekatan
tertentu.

15
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Profesi teknologi pendidikan adalah tenaga ahli atau mahir dalam membelajarkan
peserta didik dengan memadukan secara sistemik komponen sarana belajar seperti orang,
media, bahan ajaran peralatan teknik dan lingkungan. Profesi ini sama kedudukannya
dengan profesi lain dalam bidang kependidikan, hanya cakupannya lebih luas atau
menyeluruh mencakup desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan
penelitian terhadap proses, sumber dan sistem belajar untuk belajar. Dapat dikatakan bahwa
profesi teknologi pendidikan adalah sebagai perancang (desainer), pengembang (developer),
pengelola (manager), penilai (evaluator), dan peneliti (reseacher) terhadap proses belajar,
sumber belajar dan sistem belajar untuk kepentingan pembelajaran.
Dengan cakupan itu maka profesi teknologi pendidikan berfungsi sebagai pencari jalan
keluar atas masalah dalam belajar baik individu maupun kelompok, dengan cara
memfasilitasi belajar. Dengan cara ini profesi teknologi pendidikan akan meningkatkan
kesempatan belajar, kecerdasan peserta didik, meningkatkan nilai tambah peserta didik
sebagai sumber daya manusia, dan meningkatkan kinerja.

16
DAFTAR PUSTAKA

Chaeruman, Uwes Anis, 2008, Kompetensi Sarjana Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.fakultasluarkampus.net/

Kusuma, Wijaya, 2008, Profesi dan Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan, Jakarta:
http://www.wijayalabs.wordpress.com/

Miarso, Yusufhadi, 2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Media
Grup.

Prawiradilaga, Dewi Salma, 1999, Konsep Teknologi Pendidikan/Instruksional Makalah Mk.


Pengantar Teknologi Pendidikan (1), Jakarta: http://www.teknologipendidikan.net/.

Seels Barbara B., Rita C. Richey, (terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk.), 1994, Teknologi
Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri
Jakarta.

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Funsional Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.teknologipendidikan_undiksha.com/.

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran: Bagaimana


Perkembangannya ?, Jakarta: http://www.e-dukasi.net/.

Siahaan, Sudirman, 2008, Menguak Konsep Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi


Pendidikan, Jakarta: http://www.e-dukasi.net/.

Sudrajat, Akhmad, 2008, Definisi Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.akhmadsudrajat.files.wordpress.com/

Surakhmad, Winarno, 1984, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan Teknik Metode
Pembelajaran Edisi IV, Bandung: Tarsito.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2006, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang
Guru dan Dosen dan Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Nuansa Aulia.

Tirtarahardja, Umar, SL. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta : PT Rineka
Cipta;http://rusminnuryadin.wordpress.com/2012/01/08/profesi-dan-pendidikan-keahlian-
teknologi-pendidikan/ .

17

Anda mungkin juga menyukai