Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASPEK PERENCANAAN DAN PEMBIAYAAN


MATA KULIAH ORIENTASI BARU PERENCANAAN PENDIDIKAN
(Dosen Pengampu: 1) Dr. Sri Sumarni, M.Pd. 2) Dr. Riswan Jaenudin, M.Pd.3) Dr. Erna Retna Safitri, M.Pd.
4) Dr. Santi Oktariana, M.Si.

HALAMAN DEPAN

Disusun Oleh:
MIFTAHUSSA’ADAH 06032682125004
MEILANI TIRTA SARI 06032682125005
WAHYU ADI NEGARA 06032682125009
SUSAN TRINOVIORA 06032682125013

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN..................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................2

C. Tujuan Masalah................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Aspek Perencanaan Pendidikan.......................................................................................3

B. Pembiayaan Pendidikan...................................................................................................6

C. Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Pembiayaan Pendidikan.........................................7

D. Jenis Pembiayaan Pendidikan..........................................................................................8

E. Sumber Dana Pendidikan.................................................................................................9

F. Rencana Anggaran Biaya Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan...............................10

BAB III PENUTUP.................................................................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia cenderung mengarah pada krisis multi dimensional yang
terus membelenggu negara kita. Masalah pendidikan misalnya, merupakan salah satu
masalah bangsa yang belum dapat ditemukan solusinya secara tuntas. Jika kita
mencermati dan ikuti perkembangan pendidikan khususnya dalam hal biaya pendidikan
sampai saat ini, biaya tersebut dirasakan semakin mahal. Terlebih lagi, dari kalangan
kurang mampu semakin tidak menentu kondisi perekonomiannya dari hari ke hari.
Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah atau perguruan tinggi
negeri maupun swasta. Di tingkat pendidikan dasar misalnya, sekalipun Pemerintah telah
memberi dana bantuan operasional sekolah (BOS) SD dan SMP negeri, namun dianggap
oleh sebagian besar masyarakat menengah ke bawah masih belum mencukupi untuk
memenuhi biaya pendidikan, terutama biaya operasional pokok yang harus ditanggung
oleh orangtua atau wali peserta didik.
Pendidikan sebagai salah satu elemen yang sangat penting dalam mencetak
generasi penerus bangsa juga masih jauh dari yang diharapkan. Seharusnya pendidikan
merupakan hak bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD R.I Tahun 1945 bahwa tujuan Negara yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Hal
ini memiliki konsekuensi bahwa Negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi
seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupannya.
Pembiayaan pendidikan merupakan komponen yang esensial dan tidak dapat
terpisahkan dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar.Dalam rangka pembentukan
potensi sumber daya manusia (SDM), penggunaan anggaran pendidikan yang efektif dan
efisien diharapkan dapat menghasilkan SDM yang tepat guna dan berhasil guna. Salah
satu kunci keberhasilan dalam pembangunan pendidikan, terletak pada kemampuan SDM
dalam mengelola dana yang tersedia dengan mengacu pada kebutuhan pokok dan skala
prioritas program pembangunan pendidikan dari tahun ke tahun secara bertahap dan
berkesinambungan sesuai dengan perencanaan program.
Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal ini sesuai amanat UUSPN Nomor 20 tahun 2003
Pasal 46 ayat (1).Pembiayaan pendidikan merupakan hubungan saling keterkaitan yang di
1
dalamnya terdapat komponen-komponen yang bersifat mikro dan makro pada satuan
pendidikan. Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun memiliki
tujuan akhir yang sama, yaitu diantara nya peningkatan potensi SDM yang berkualitas,
penyediaan komponen-komponen sumber-sumber pembiayaan pendidikan, penetapan
sistem dan mekanisme pengalokasian dana, pengefektifan dan pengefisiensian
penggunaan dana dan lain-lainya.
Di era globalisasi ini pembiayaan pendidikan, khususnya bagi lembaga swasta
harus menjadi perhatian serius demi upaya mengembangkan kualitas pendidikan.
Diperlukan inovasi-inovasi khusus dalam penggalangan dan penggalian dana demi
kelangsungan dan perkembangan lembaga swasta, yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek perencanaan di dalam pendidikan?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi aspek pembiayaan pendidikan?
3. Apa saja jenis pembiayaan pendidikan ?
4. Mengapa dibutuhkan aspek perencanaan dan pembiayaan di dalam pendidikan?
5. Bagaimana cara pembiayaan yang sesuai dengan perencanaan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui aspek perencanaan di dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aspek pembiayaan
pendidikan
3. Mengidentifikasi jenis aspek pembiayaan pendidikan.
4. Untuk mengetahui mengapa dibutuhkan aspek perencanaan dan pembiayaan di dalam
pendidikan
5. Untuk mengetahui bagaimana cara pembiayaan yang sesuai dengan perencanaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Perencanaan Pendidikan


Aspek pendidikan menurut Setyo Hartanto adalah sebagai berikut.
1. Aspek Kuantitatif
Adalah aspirasi dan permintaan masyarakat terhadap pendidikan. Perencanaan
sistem pendidikan dilakukan berdasarkan sosial demand aproach dan pendekatan
sistem dilakukan melalui kegiatan berikut. Perumusan proyeksi jumlah kelompok usia
peserta didik menurut jenjang pendidikan didasarkan pada proyeksi jumlah penduduk
secara keseluruhan proyeksi bersumber dari instansi yang berwenang.
Pentingnya Aspek Kuantitatif dalam Perencanaan Pendidikan
Perumusan kebijakan arus peserta didik biasanya ditentukan oleh kebijakan
politik. Misalnya untuk kurun waktu tertentu sebesar berapa persen anak usia tertentu
harus mengikuti pendidikan. Di dalam proses perumusan kebijakan arus peserta didik
selain kebijaksanaan politik perlu dikembangkan berbagai alternatif dengan
memperhatikan faktor eksternal dan internal dalam pendidikan. Faktor internal perlu
dikaji antara lain jumlah satuan, peserta didik, tenaga kependidikan pada semua
satuan, jenjang dan jenis pendidikan, susunan program pengajaran, jumlah angka
partisipasi murni dan partisipasi kasar penduduk SD, SMP, SMA, dan perguruan
tinggi. Faktor eksternal yaitu berkenaan dengan pertumbuhan penduduk, letak
geografis,, infrastruktur, dan trasnportasi kurang memadai, dan kemampuna ekonomi
orang tua dan masyarakat perlu diperhatikan.
2. Aspek Kualitatif
Merencanakan kualitas pendidikan berarti merencanakan kemampuan berfikir,
mengubah sikap, dan meningkatkan keterampilan peserta didik. Suatu pendidikan
dikatakan berkualitas apabila: Proses belajar mengajar berjalan efektif, peserta didik
mengalami proses pembelajaran bermakna ditunjang oleh sumber daya pendidikan dan
lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Dalam proses pendidikan peserta didik menunjukkan tingkat kemampuan
prestasi belajar, mengetahui sesuatu dan dapat melakukan sesuatu secara fungsional
serta hasil pendidikan sesuai dengan tuntutan lingkungannya.
3. Aspek Relevansi / Kebutuhan Kerja
3
Relevansi pendidikan melekat inherent dengan perkembangan kemajuan dan
aspirasi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan di suatu tempat tertentu dalam
kurun waktu tertentu. Aspek relevansi menyusun rencana pendidikan yang dilakukan
pada hari ini sebenarnya hasilnya diperuntukkan untuk masa depan. Kaitan masa kini
dan masa depan dalam perencanaan aspek relevansi merupakan pangkal tolak
perencanaan aspek relevansi. Karakteristik perencanaan aspek relevansi harus bersifat
futuristik. Konsep relevansi sebenarnya lebih mendasari konsep peningkatan
peningkatan mutu pendidikan.
Aspek relevansi terkait dengan mutu pendidikan secara otomatis aspirasi yang
masyarakat yang berkembang berpangkal pendidikan dikatakan bermutu jika hasil
lulusannya dapat diserap di lapangan pekerjaan dikandung maksud bahwa Pendidikan
yang baik dan bermutu yaitu pendidikan yang bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja
atau relevan dengan formasi lapangan pekerjaan yang berkembang di masyarakat pada
umumnya. Oleh karena itu ada yang memakai istilah aspek relevansi terkandung
maksud pula sama dengan aspek kebutuhan kerja.
Pentingnya Aspek Ketenaga Kerjaan Dalam Perencanaan Pendidikan
Para perencana pendidikan mulai melirik aspek pemenuhan kebutuhan tenaga
kerja, (Coombs, 1967) tatkala mulai terjadi benturan antara kepentingan pendidikan
dan kebutuhan tenaga kerja karena pertumbuhan ekonomi yang dimulai pada tahun
1950 ketika dimulainya rekontruksi ekonomi Negara-negara Barat yang memandang
dunia pendidikan tidak lagi sebagai ” sektor ekonomi yang tidak produktif yang
menyerap penggunaan biaya” tetapi merencanakan dan berusaha menguasai
penerimaan murid dan hasilnya supaya sesuai dengan pola persyaratan tenaga kerja
yang dibenarkan oleh para ahli ekonomi demi sehatnya ekonomi.
Perencanaan pendidikan dengan pendekatan kebutuhan tenaga kerja ini lebih
disukai oleh para ahli ekonomi, alasannya karena ekonomi sebagai batu loncatan
percapaian kemajuan bangsa. Sementara itu kemajuan ekonomi tidak cukup hanya
berdasarkan ketersedian sumber-sumber fisik dan fasilitas, lebih dari itu diperlukan
sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan sumber fisik dan fasilitas itu untuk
meraih kemajuan bangsa.
Terkait dengan penyedian sumber daya manusia ini, (Harbison, 1967)
mengemukan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan
pendidikan berdasarkan pendekatan tenaga kerja ini. Diantaranya adalah strategi yang
4
dipilih dalam perencanaan pendidikan untuk kebutuhan tenaga kerja, beradar ideologi
Negara, ideologi liberal cenderung menyatakan bahwa kebutuhan tenaga kerja ini
diperlukan untuk memenuhi ambisi dan hasrat individu sedangkan dalam idelogi
komunis, pendekatan tenaga kerja ini lebih dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
Negara. Hanya bagi Indonesia tentu barangkali tidak sebatas hanya masalah ideologi,
bisa saja karena budaya bangsa atau politik.
Selain ini, juga msalah pilihan prioritas pelbagi tingkat pendidikan dari dasar,
menengah hingga atas. Ini juga berimplikasi pada pilihan penguatan salah satu dari
tingkat pendidikan yang ada, tentu karena perencana pendidikan harus
memprioritaskan tingkat pendidikan mana yang hendak dikembangkan. Terlebih lagi
bisa menyangkut masalah kualtas dan kuantitas, misalnya ketika menekankan kualitas
tentu akan mengabaikan kuantitas kesempatan belajar bagi anak-anak usia belajar.
4. Aspek Efisiensi
Dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu efisiensi internal dan eksternal sistem
pendidikan. Efisiensi internal ditandai oleh tinggi rendahnya angka putus sekolah dan
angka mengulang kelas. Efisiensi eksternal merujuk kepada efektivitas manajemen
sistem pendidikan secara keseluruhan yang disebabkan oleh kelambanan dalam
manajemen sistem pendidikan. Kelembanan ini disebabkan oleh profesionalisme,
mekanisme proses pengambilan keputusan dsb.
Pentingnya aspek efisiensi dalam perencanaan pendidikan
Untuk mengefesienkan dan mengefektifkan sistem pendidikan diperlukan
rencana terpadu yang mengaitkan masukan instrumental dan masukan lingkungan
dalam proses perencanaan peningkatan efesiensi manajemn sistem pendidikan guna
menghasilkan lulusan bermutu dan relevan dengan berbagai kebutuhan melalui
pendayagunaan sumber daya pendidikan secra efisien.
Dalam pandangan ahli ekonomi, masalah efisiensi ini berkisar pada masalah
alokasi dan efisensi itu sendiri. Yang pertama terkait prioritas alokasi sumber ekonomi
yang terbatas pada berbagai sector termasuk sector pendidikan, dimana pengalokasian
sumber ekonomi tentu pada sector yang terbaik. Kedua masalah efisiensi bagaimana
menggunakan sebaik-baiknya alokasi sumber daya ekonomi yang teralokasikan itu
sehingga menghasilkan yang sebaik-baiknya. Perencanaan pendidikan dalam masalah
alokasi layak mendapatkan prioritas mengingat fungsi strategisnya kemajuan bangsa
lewat pendidikan. Sedangkan dalam masalah efisiensi bisa lebih rumit karena
5
melibatkan masalah pedagogis yang menimbulkan perdebatan sengit, demikian dalam
(Coombs, 1967), ini tidak ubahnya seperti dalam kasus sertifikasi guru dan dosen yang
melibatkan tarik ulur mengenai efisiensi yang terkait dengan masalah pedagogis.

B. Pembiayaan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam UUD 1945 Pasal 31 “Tiap - tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran.”Hal ini membuktikan adanya langkah pemerataan
pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia. Kenyataannya, tidak semua orang dapat
memperoleh pendidikan yang layak. Hal ini dikarenakan berbagai faktor, termasuk
mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian mendorong
dimasukannya klausal tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945.
Konstitusi (UUSPN Nomor 20/2003) mengamanatkan kewajiban Pemerintah
untuk mengalokasikan biaya pendidikan 20 persendari APBN maupun APBD agar
masyarakat dapat memperoleh pelayanan pendidikan sesuai dengan misi Kemdiknas 5
(lima) K, yaitu: ketersediaan layanan pendidikan, keterjangkauan layanan pendidikan,
kualitas dan relevansi layanan pendidikan, kesetaraan layanan pendidikan dan kepastian
memperoleh layanan pendidikan.
Peningkatan keterampilan yang dapat menghasilkan tenaga kerja yang
produktivitasnya tinggi dapat dilakukan melalui pendidikan yang dalam pembiayaannya
menggunakan efisiensi internal dan eksternal. Dalam upaya mengembangkan suatu
sistem pendidikan nasional yang berporos pada pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi,
dan efektivitas dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita pendidikan, namun dalam
kenyataannya perlu direnungkan, dikaji, dan dibahas, baik dari segi pemikiran teoritis
maupun pengamatan empirik.
Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, salah satu hal paling
penting, yaitu mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana yang
diperlukan. Administrasi pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara strategis dan integratif antara
pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mewujudkan kondisi ini, perlu dibangun rasa
saling percaya, baik internal Pemerintah maupun antara Pemerintah dengan masyarakat
dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan. Keterbukaan,
partisipasi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari

6
perencanaan,pelaksanaan, dan pengawasan menjadi katakata kunci untuk mewujudkan
efektivitas pembiayaan pendidikan.
Pembiayaan pendidikan yang bersifat budgetair yaitu biaya pendidikan yang
diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah sebagai suatu lembaga. Artinya, biaya-biaya
pendidikan yang bersifat budgetair dan non budgetair termasuk dalam pengertian biaya
pendidikan dalam arti luas. Sedangkan pengertian biaya pendidikan yang bersifat
nonbudgetair yaitu biaya-biaya pendidikan yang dibelanjakan oleh murid, atau
orangtua/keluarga dan biaya kesempatan pendidikan (Nanang Fattah , 2006:23).

C. Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Pembiayaan Pendidikan


Lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan, seperti halnya pada
bidang usaha lainnya menghadapi masalah yang sama, yaitu dalam hal biaya produksi,
tetapi ada beberapa kesulitan khusus mengenai penerapan perhitungan biaya produksi.
Produksi pendidikan diartikan sebagai unit pelayanan khusus (units of specific services).
Unit output harus meliputi dimensi waktu, seperti tahun belajar atau jam belajar
agar biaya-biaya dalam mempersiapkan output dibandingkan input. Input meliputi
barang-barang yang dibeli dan orang-orang yang disewakan untuk menyediakan jasa. Di
antara masukan (input) yang penting dalam sistem bidang pendidikan ruang, peralatan,
buku, material, dan waktu para guru dan karyawan lain. Output menjadi hasil tambahan
yang diakibatkan oleh suatu kenaikan biaya pendidikan yang diterima di sekolah,
sepanjang masukan (input) menjadi bagian dari biaya kenaikan. Suatu unsur biaya
tambahan, yang ada dalam fungsi produksi yang terdahulu, menjadi biaya kesempatan
dari peserta didik (Iskandar, 2011). Faktor – faktor yang mempengaruhi pembiayaan
pendidikan sekolah antara lain:
 Kenaikan harga ( rising prices)
 Perubahan relative dalam gaji guru ( teacher’s salaries)
 Perubahan dalam populasi dan kenaikan persentasi anak di sekolah negeri
 Meningkatnya standar pendidikan ( educational standards)
 Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah
 Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi ( higher education)

7
D. Jenis Pembiayaan Pendidikan
Dalam teori dan praktek pembiayaan pendidikan, baik pada tataran makro maupun
mikro, dikenal bebarapa kategori biaya pendidikan, diantaranya yaitu:
1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Merupakan segala pengeluaran yang secara langsung menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat
pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri.
2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Merupakan pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang proses
pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi di sekolah,
misalnya biaya hidup siswa, biaya transportasi ke sekolah, biaya jajan, dan harga
kesempatan (opportunity cost).
3. Biaya Pribadi dan Biaya Sosial
Biaya pribadi (private cost) merupakan pengeluaran keluarga untuk pendidikan
atau pengeluaran rumah tangga. Sedangkan Biaya sosial (social cost) adalah biaya
yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun
melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai
pendidikan.
Pembiayaan pendidikan secara umum dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Biaya Rutin (Recurring Cost)
Mencakup keseluruhan biaya operasional penyelenggaraaan pendidikan, seperti
biaya administrasi, pemeliharaan fasilitas, pengawasan, gaji, biaya untuk kesejahteraan,
dan lain-lain. Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti
gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung,
fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai).

2. Biaya Modal (Capital Cost)


Sering disebut biaya pembangunan mencakup biaya untuk pembangunan fisik,
pembelian tanah, dan pengadaan barang-barang lainnya yang didanai melalui anggaran
pembangunan. Biaya pembangunan, misalnya, biaya pembelian atau pengembangan
8
tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta
biaya atau pengeluaran lain unutk barang-barang yang tidak habis pakai.
Pembiayaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 pasal 62 antara lain :
1. Biaya Investasi
Yaitu meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber
daya manusia, dan modal kerja tetap.
2. Biaya Personal
Yaitu meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengukuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
3. Biaya Operasional
Yaitu meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan
yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis pakai; dan biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

E. Sumber Dana Pendidikan


Tatang M. Amirin, dkk (2010: 92) mengemukakan bahwa sumber-sumber
pembiayaan pendidikan di sekolah dikategorikan menjadi lima yaitu:

a. Anggaran rutin dan APBN (anggaran pembangunan)


b. Dana Penunjang Pendidikan (DPP)
c. Bantuan/ sumbangan dari BP3
d. Sumbangan dari Pemerintah Daerah setempat
e. Bantuan lain-lain
Sedangkan menurut Supriadi (2003: 5) biaya pendidikan pada tingkat makro
(nasional) berasal dari:
a. Pendapatan negara dari sektor pajak (yang beragam jenisnya)
b. Pendapatan dari sektor non-pajak
c. Keuntungan dari ekspor barang dan jasa
d. Usaha-usaha negara lainnya, termasuk dari divestasi saham pada perusahaan negara
(BUMN)
e. Bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik dari
lembaga-lembaga keuangan internasional (seperti Bank Dunia, ADB, IMF, IDB,
JICA) maupun pemerintah baik melalui kerjasama multilateral maupun bilateral.
9
F. Rencana Anggaran Biaya Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
1. Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran

Karena fungsinya sebagai alat perencana dan pengendali maka dalam


menyusun anggaran harus memperhatikan prinsip-prinsip:

a. Adanya kejelasan pembagian kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab dalam


system manajemen dan system organisasi.
b. Menerapkan prinsip-prinsip dan system akuntasi.
c. Didahului dengan analisis dan penelitian serta penilaian kinerja organisasi
d. Perlunya dukungan dari semua lapisan, dari lapisan paling atas sampai lapisan
paling bawah.
e. Memperhatikan keseimbangan antara sumber-sumber penerimaan dengan pos-pos
pengeluaran.
f. Hati-hati dan konprehensip menetapkan pos-pos pengeluaran anggaran.
2. Tahap-tahap penyusunan Anggaran
Agar anggaran yang disusun efektif dan efisien serta dapat diimplementasikan
dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan tahap-tahap penyusunan anggaran sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam bentuk uang, jasa, dan
barang.
c. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan finansial.
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format uag disetujui dan dipergunakan
oleh instansi tertentu.
e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang
berwenang.
f. Melakukan revisi usulan anggaran
g. Persetujuan revisi usulan anggaran
h. Pengesahan anggaran
Anggaran yang disusun pada organisasi besar disusun oleh suatu bagian atau
suatu tim anggaran biasanya pada biro perencanaan. Untuk organisasi kecil termasuk
Tingkat satuan pendidikan anggaran disusun oleh pimpinan dengan dibantu unsur Tata
10
Usaha dan Wakil Kepala Sekolah/Madrasah. Untuk tingkat-tingkat satuan pendidikan
tertentu penyusunan anggaran dilakukan pada suatu rapat kerja yang diadakan secara
khusus dan dibahas dengan perencana-perencana pendidikan secara bergantian.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek perencanaan pendidikan terdiri dari empat aspek yaitu aspek kualitatif,
aspek kuantitatif, aspek relevansi/ ketenagakerjaan dan aspek efisiensi.
Fungsi pembiayaan tidak dapat terpisahkan dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Oleh karena itu, pembiayaan menjadi masalah sentral dalam pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan yang harus disikapi dan dicar ikan berbagai alternatif
solusinya. Ketidakmampuan lembaga penyelenggara pendidikan untuk menyediakan
pendanaan pendidikan akan menghambat proses operasionalisasi penyelenggaraan
pendidikan itu sendiri. Namun demikian, bukan jaminan manakala tersedia biaya
pendidikan yang memadai akan menjamin penyelenggaraan pendidikan berhasil lebih
baik. Dalam memahami permasalahan pembiayaan pendidikan di Indonesia, perlu
memahami permasalahan apa saja yang timbul serta alternatif penyelesaiannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. Idochi. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan.
Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun X, 1991: 28-33.

Coombs, P. H. (1967). What it Educational Planning! (Istiwidayanti, Trans.). In C. E. Beeby


(Ed.), Planning and the educational administrator. Paris: PENERBIT BHRATARA
KARYA AKSARA — JAKARTA dan UNESCO: Lembaga Intemasional untuk
Perencanaan Pendidikan.

Fattah, Nanang. 2006. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, PT Remaja Rosda Karya,
Bandung.

Harbison, F. (1967). Educational Planning and Human Resource Development (Soeheba.K,


Trans.). In C. E. Beeby (Ed.), Planning and the educational administrator. Paris:
UNESO.

Supardi. Syah, Darwyan.2010. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Diadit Media.

Sa’Ud Syaefudin Udin, 2005. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif,


PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Zyuhendi, Andi. 2013. Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. Diunduh pada tanggal 5


September 2019 dari http://andimpi.blogspot.nl/2013/06/pembiayaan-pendidikan-di-
indonesia.html

13

Anda mungkin juga menyukai