Anemia Hesty
Anemia Hesty
DISUSUN OLEH:
HESTY NURRAYAN
031 STYJ 20
1
LAPORAN PENDAHULUAN
2
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama
dalam hati dan limpa (Ngastiyah, 2008).
Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit
kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan
oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya
lemah, lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
(Soedarto, 2010).
3
D. Patway
Konstipasi / Pembuatan Hb
diare terganggu
Konsentrasi sel
Perubahnn darah merah Resiko tinggi
nutrsi menurun infeksi
4
E. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
anorexia (badan kurus kerempeng), serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada pasien. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan,
gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.
Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung akibat dari kurangnya suplai darah ke otak
dan jantung (Sjaifoellah, 2008).
F. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 2008)
G. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar Hb.
Kadar Hb normal pada dewasa 14-16.5 g/dL (Laki-laki) dan 12-15
g/dL (Perempuan). Konsentrasi eritrosit normal 3.6-5.0 juta/mm3
(Perempuan) dan 4.2-5.5 juta/ mm3(Laki-laki), leukosit dan trombosit
normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.
2. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
5
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan
total naik, urobilinuria.
c. Anemia aplastik: trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel
patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.
H. Penatalaksanaan
1. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan
5. dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
6
b. Identitas Penanggung Jawab
Sedangkan identitas penanggung jawab yang perlu dikaji :
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,
Agama, Hubungan dengan pasien. Anemia lebih sering terjadi pada
anak-anak dan wanita (Sunaryo, 2008)
2. riwayat keperawatan
Menurut Wilkinson (2012). Riwayat keperawatan pada pasien dengan
anemia adalah sebagai berikut:
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan lemah, cepat lelah dan
tidak ada tenaga.
b. Riwayat Penyakit sekarang
Pucat, cepat lelah, hilang minat dalam aktivitas dan bermain,
tampak pucat pada mukosa bibir.
c. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan bahwa pasien yang sebelumnya pernah
menderita penyakit anemia besar kemungkinan untuk mengalami
penyakit anemia lagi. Tetapi penyakit ini tidak ada hubungan
dengan penyakit yang pernah diderita dahulu.
d. Riwayat Biopsikososial (Virginia Handerson)
1) Pola pernafasan
Data pasien dengan anemia ditemukan napas pendek pada
istirahat dan aktivitas.
2) Elminasi
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
3) Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang di tanyakan adalah nafsu makan,
jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk. Umumnya
pada pasien dengan anemia nafsu makan menurun dan
mengalami anoreksia, mual atau muntah. Anemia ringan dan
7
sedang seringkali tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui
dari pemeriksaan darah. Anemia yang berlangsung lama
mungkin hanya memberikan gejala tidak kentara seperti lemah
dan pucat. Pasien dengan anemia berat mungkin memiliki
tanda dan gejala tambahan seperti sesak napas, detak jantung
cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak karena pasien
mengalami letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang
tertarik pada sekitarnya.
5) Kebutuhan Aktifitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan kemampuan
dalam ADL pasien. Pada pasien yang mengalami penyakit
anemia aktivitas dibatasi dan Activiti daily living (ADL)
dibantu oleh perawat/keluarga.
6) Kebutuhan dan keseimbangan tubuh
Pada pasien yang mengalami anemia mengalami Kelemahan
otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Kebutuhan berkomunikasi menurun, postur lunglai, berjalan
lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
7) Kebutuhan personal hygine
Pada pasien anemia kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan
personal hygine biasanya di bantu oleh keluarga atau perawat
berkaitan dengan anemia yang dilaminya.
8) Pola hubungan sosial
Yang perlu di tanyakan adalah bagaimana hubungan pasien
dengan keluarga dan orang lain, dan cara bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan orang lain.
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pada pengumpulan data ini ditanyakan kenyamanan pasien,
pengkajian nyeri menggunakan P, Q, R, S, T.
8
Provokatif : Ada penyebab nyeri, faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri.
Quality : Seperi apakah rasa nyeri
Region : Lokasi nyeri yang dirasakan
Severity : Keparahan atau intensitas nyeri
Time : Waktu serangan nyeri.
Pada pasien yang mengalami anemia mengalami nyeri
abdomen dan sakit kepala .
10) Kebutuhan bekerja
Pada pasien anemia perubahan status kesehatan dan rasa nyeri
yang dirasakan mengakibatakan perubahan yang di alami
dalam hal bekerja, pasien tidak dapat melakukan aktivitas yang
biasa dilakukan pasien setiap hari.
11) Kebutuhan berpakaian
Pada pasien anemia kebutuhan berpakaian di bantu oleh
perawat/keluarga.
12) Kebutuhan spiritual
Yang perlu ditanyakan adalah bagaimana keyakinan pasien
pada agama, bagaimana cara pasien mendekatkan diri kepada
Tuhan selama sakit.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pasien anemia mengalami penurunan minat dalam
bermain dan beraktivitas karena lemah dan cepat lelah yang
dirasakan.
14) Kebutuha belajar
Kebutuhan belajar ini tergantung pada individu itu sendiri ,
tingkat pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit
yang diderita oleh pasien.
3. Pemeriksaan fisik
Menurut Ngastiyah (2012). Pemeriksaan fisik dilakukan secara
keseluruhan dari ujung kepala sampai ujung kaki yang mencakup
9
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang
meliputi :
a. Keadaan umum pasien lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Rambut dan Kepala
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia biasanya tidak ada
kelainan pada rambut baik warna, ketebalan dan karakteristik
rambut, kebersihan kulit kepala, serta tidak ada lesi pada kulit
kepala.
Palpasi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak ada masa
dan tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan, kerontokan
rambut, lesi serta kelainan-kelainan pada kepala.
2) Wajah
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya muka tampak
pucat, lesu dan tampak mengantuk.
3) Mata
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya mata tampak
cekung, mata sayu, konjungtiva pucat.
4) Hidung
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak terjadi
perdarahan pada hidung atau epistaksis, tidak ada kelainan,
secret tidak ada dan tidak ada polip.
Palpasi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak ada masa
maupun polip.
5) Mulut dan Bibir
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya bibir, tampak
sianosis.
6) Telinnga
10
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umunya didapatkan
kesimetrisan bentuk kedua telinga, tidak ada serumen dan
pendengaran baik.
7) Leher
Inspeksi : Tidak dijumpai adanya lesi, tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak
ditemukan kelainan pada leher seperti: tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran vena jugularis.
8) Dada
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya pernafasan
dangkal.
Palpasi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak ada
kelainan, dan tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Pada pasien dengan anemia umumnya terdengar
suara nafas normal/vesikuler.
9) Abdomen
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak ada
kelainan dan pembesaran pada abdomen.
Palpasi : Pada pasien dengan anemia umumnya terdapat nyeri
tekan pada ulu hati.
10) Genetalia
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia biasanya tidak terdapat
kelainan pada genetalia pasien, baik pada laki-laki maupun
pada perempuan.
11) Extremitas atas
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak ada
rentang gerak, adanya pemasangan infus.
12) Extremitas bawah
11
Inspeksi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak ada
rentang gerak, tidak ada lecet atau luka.
Palpasi : Pada pasien dengan anemia umumnya tidak
ditemukan adanya nyeri tekan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau respon indivi, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada
resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan keperawatan
sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal (PPNI,
2016)
1. Defisit Nutrisi
2. perfusi perifer jarringan
3. Resiko gangguan integritas kulit
4. Intoleransi Aktivitas
C. Rencana Keperawatan
12
4. Frekwensi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
makan membaik protein
5. Bising usus 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
membaik 7. Hentikan pemberian makan melalui selang
6. Membran nasogastik, jika asupan oral dapat ditoleransi
mukosa c. Edukasi
membaik 1. Anjurkan posisi duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(misalnya pereda nyeri, antiemetik, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
perfusi Setelah dilakukan A. Perawatan Sirkulasi
perifer tidak tindakan a. Observasi
Efektif keperawatan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer,
selama 3x 24 jam edema, pengisian kapiler, warna suhu)
2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
diharapkan perfusi
(mis, diabetes, perokok, orang tua hipertensi,
perifer jarringan dan kadar kolestrol)
dengan kriteria 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
hasil : bengkak pada ekstermitas)
1. Denyut nadi b. Terapeutik
perifer 1. Hindari pemasangan infus atau
meningkat pengambilan darah di area keterbatasan
2. Warna kulit perfusi
pucat 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
menurun ekstermitas dengan keterbatsan perfusi
3. Keemahan 3. Hindari penekanan dan pemasangan
otot menurun turniqet pada area yang cedera
4. Akral 4. Lakukan pencegazhan infeksi
membaik 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
5. Turgort kulit 6. Lakukan hidrasi
membaik c. Edukasi
6. Tekanan 1. Anjurkan berhenti merokok
darah 2. Anjurkan berolahraga rutin
diastolik 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
membaik menghidari kulit terbakar
7. Tekanan 4. Anjurkan menggunakan obat penurunan
dsarah tekanan darah dan kadar kolestrol, jika
sistolik perlu
membaik 5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan ob at
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat
8. Anjurkan perawatn rehabilitas vaskuler
9. Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
10. Informasi tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis, sakit yang tidak
13
hilang saat istrahat luka tidak sembuh
hilangnya tidak rasa )
14
eksteem
6. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
B. Terapi Aktivitas
a. Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemapuan berpatisipasi dalam
melakukan aktivitas
15
4. Tingkatkan aktivitasa fisik untuk memelihara
berat badan jika perlu
5. Libatkan keluarga dalamn aktivitas, jik
aperlu
6. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari
sehari
c. Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas sehari-sehari
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
3. Anjurkan keluarga untuk memberikan
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
d. Kolaborasi
Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
D. Implementasi
E. Evaluasi
16
(Mubarak,dkk.,2011). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
(Suprajitno dalam Wardani, 2013):
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi
data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari
evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Nurhayati, 2011).
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu:
a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
b. Masalah sebagian teratasi
Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan
dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
c. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak
menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan
atau bahkan timbul masalah yang baru
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Bare dan Smeltzer. (2008). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Edisi 8. Jakarta
Doenges E, Marilynn (2008). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3,
Jakarta: EGC
Effendy, N. (2008). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi II.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta
Mansjoer, A. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aeskulapius.
Fakultas Kedokteran UI.
Ngastiyah. (2012). KTI Anemia (Online) (http/ngastiyah. blogspot.com.dbd-.hpml.
Diambil pada tanggal 9 Januari 2014)
Noer, Sjaifoellah.(2008). Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Nursalam, (2008), Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik
Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. (2006). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta.
Scanlon, C. Valerie & Sanders Tina (2006), Buku Ajar Anatomi & Fisiologi, Edsi
3. EGC : Jakarta
Soedarto. (2010), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
Sunaryo Sumarmo, (2005). Anemia Pada Pasien, Jakarta : FKUI
Suparman. (2009). Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
19