0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan7 halaman
Makalah ini membahas tentang perkembangan lanjut usia. Lanjut usia didefinisikan sebagai periode setelah usia 55 tahun sampai meninggal. Terjadi berbagai perubahan fisik, intelektual, emosional, spiritual dan sosial pada lanjut usia. Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi tugas perkembangan lanjut usia untuk beradaptasi dengan kondisi baru.
Makalah ini membahas tentang perkembangan lanjut usia. Lanjut usia didefinisikan sebagai periode setelah usia 55 tahun sampai meninggal. Terjadi berbagai perubahan fisik, intelektual, emosional, spiritual dan sosial pada lanjut usia. Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi tugas perkembangan lanjut usia untuk beradaptasi dengan kondisi baru.
Makalah ini membahas tentang perkembangan lanjut usia. Lanjut usia didefinisikan sebagai periode setelah usia 55 tahun sampai meninggal. Terjadi berbagai perubahan fisik, intelektual, emosional, spiritual dan sosial pada lanjut usia. Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi tugas perkembangan lanjut usia untuk beradaptasi dengan kondisi baru.
Antonius Bolu KP1901336 Alif Azzahra KP1901331 Alisya Fauzia Husna KP1901333 Bebri Yana Indri KP1901339 Dewi Safitri KP1901344 Fransiska Sada Moki KP1901354 Fulana Nur Annisa KP1901355 Fabianus Rodi Holo KP1901351 Grace Novita Abrel KP1901356 Jaidul Nuhu KP1901362 Maria Juniyanti Mete KP1901367
PRODI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA 2021 A. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
B. Ciri-ciri Lansia Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
a) Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi. b) Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain. c) Menua membutuhkan perubahan peran Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. d) Penyesuaian yang buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C. Jenis Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a) Perkembangan Jasmani Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan. b) Perkembangan Intelektual Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut c) Perkembangan Emosional Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. d) Perkembangan Spiritual Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa : 1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius. 2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius. 3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya. 4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil. 5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius. e) Perbahan Sosial Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239). f) Perubahan Kehidupan Keluarga Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239). g) Hubungan sosio-Emosional Lansia Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang. Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
D. Tugas Perkembangan Lansia
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun 2. Mempersiapkan diri untuk pensiun 3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya 4. Mempersiapkan kehidupan baru 5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai 6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan 7. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik 8. Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan berkurangnya penghasilan 9. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup 10. Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan mencari kelompok seusia 11. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel E. Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan yang dihadapi oleh para lansia a. Berkanaan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur. Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya. Istirahat, tidur yang cukup. Minum suplemen gizi yang diperlukan. Memeriksa kesehatan secara teratur. b. Berkanaan dengan Emosi : Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain- lain. Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi. c. Berkanaan dengan Spiritual Lebih mendekatkan diri kepada tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang. Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah.