Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PERKEMBANGAN LANSIA

Disusun oleh kelompok 1 :

Agustinus B. Waitau KP1901332


Antonius Bolu KP1901336
Alif Azzahra KP1901331
Alisya Fauzia Husna KP1901333
Bebri Yana Indri KP1901339
Dewi Safitri KP1901344
Fransiska Sada Moki KP1901354
Fulana Nur Annisa KP1901355
Fabianus Rodi Holo KP1901351
Grace Novita Abrel KP1901356
Jaidul Nuhu KP1901362
Maria Juniyanti Mete KP1901367

PRODI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YOGYAKARTA
2021
A. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.


Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60
-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa
setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang
berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ
tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun
sampai meninggal.

B. Ciri-ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang
lanjut usia, yaitu :

a) Usia lanjut merupakan periode kemunduran


Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi
yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
b) Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat
orang lain.
c) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

C. Jenis Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


a) Perkembangan Jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan
sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai
melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses
penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor
eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan
lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya
cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan
katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api
sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran.
Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat
juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok
yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
b) Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme
sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa
setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan
kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal
ini juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang
mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi
keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki
masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan
penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di
mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang
termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami
kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita (20080
penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua ,
tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran
intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada
lansia tersebut
c) Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih,
tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru
seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan,
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak
yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia
kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui
lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan
bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi
dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit
melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi
semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
d) Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat
dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan
hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan)
sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para
Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali
penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar
pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental,
hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari
(1997), bahwa :
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih
besar daripada orang yang religius.
2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi
operasi atau masalah hidup lainnya.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres
daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional
jauh lebih kecil.
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat
terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
e) Perbahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial
mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang
lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan
mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.
Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik
buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
f) Perubahan Kehidupan Keluarga
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial
mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang
lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan
mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.
Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik
buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
g) Hubungan sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai
macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah
mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga
individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka
beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa
tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang. Keberadaan
lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional
lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan
sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang
interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi
kelangsungan hidup lansia.

D. Tugas Perkembangan Lansia


1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
7. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik
8. Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan
berkurangnya penghasilan
9. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
10. Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan
mencari kelompok seusia
11. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel
E. Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan yang dihadapi oleh
para lansia
a. Berkanaan dengan Kesahatan Lansia ( fisik)
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Pemberian
nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya
pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam
jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati,
yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Minum air putih 1.5 – 2
liter, secara teratur. Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas
kemampuanya. Istirahat, tidur yang cukup. Minum suplemen gizi yang
diperlukan. Memeriksa kesehatan secara teratur.
b. Berkanaan dengan Emosi :
Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,
merusak tubuh. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai
penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-
lain. Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas
selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Hubungan antar sesama
yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan
teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan
rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang
baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih
berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih
lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan
disayangi.
c. Berkanaan dengan Spiritual
Lebih mendekatkan diri kepada tuhan dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran
menjadi tenang. Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan,
serta lebih banyak beribadah.

Anda mungkin juga menyukai