Anda di halaman 1dari 18

Batas Laut sebagai Batas

Teritorial Negara
(sumber: Dr. Eka Djunaarsjah)

MK Pengelolaan Lingkungan Laut dan Pesisir


Rencana Pembelajaran
Pertemuan 02 Batas Laut
Sub-CP-MK
Minggu ke (Kemampuan Akhir yang Bahan Kajian (Materi Pokok) Metode Pembelajaran Pengalaman Belajar
Diharapkan)
(1) (2) (3) (4) (5)
Mampu menjelaskan pembagian 1. Pembagian wilayah pesisir dan laut Ceramah, tanya jawab, 1. Pembahasan dan diskusi
wilayah pesisir dan laut serta 2. Geologi wilayah pesisir dan laut diskusi tentang pembagian wilayah
kondisi geologi wilayah pesisir dan 3. Batas wilayah Indonesia pesisir dan laut
laut 2. Penjelasan dan diskusi tentang
2
kondisi geologi wilayah pesisir
dan laut
3. Pemaparan dan diskusi tentang
batas wilayah Indonesia

Penilaian
Alokasi Waktu
Indikator Kriteria Bobot
(6) (7) (8) (9)

1. Dapat menjelaskan pembagian wilayah pesisir  Latihan soal


dan laut  Observasi sikap mahasiswa
2. Dapat menjelaskan kondisi geologi wilayah pesisir terhadap latihan dan perkuliahan
dan laut 5% 1×100 menit
Hukum Internasional

• Perbatasan antar negara  harus merujuk hukum


internasional
• Hukum Internasional adalah sekumpulan asas,
kebiasaan, dan aturan yang dipatuhi sebagai
kewajiban yang mengikat oleh negara-negara
berdaulat dan badan-badan Internasional di dalam
hubungan mereka satu sama lain dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa yang beradab [Anwar,
1989].
Produk Hukum

• Secara materil (produk hukum) dapat terlihat di


dalam konsensus antara negara-negara tentang
aturan-aturan tertentu, seperti :
– Keputusan Mahkamah Internasional (konvensi,
kebiasaan, asas-asas umum, aturan hukum
tambahan)
– Resolusi Majelis Umum PBB
– Perjanjian antar negara yang mengikat negara
tertentu
UNCLOS

• Hukum Internasional yang mengatur tentang laut


adalah UNCLOS (United Nations Convention of
the Law of the Sea) yang ditandatangani pada
tahun 1982 oleh 119 negara anggota PBB, dan
berlaku efektif sejak tanggal 16 November 1994,
satu tahun setelah diratifikasi oleh 60 Negara
(Negara ke-60 yang meratifikasi adalah Guyana
pada tanggal 16 November 1993).
Hukum Laut Publik Internasional

Apabila dilihat subjeknya Hukum Laut Publik


Internasional, terdiri dari :
• Laut (mencakup permukaan laut, dasar laut, air
laut dan sumber daya laut, serta ruang udara di
atas laut)
• Akses ke laut (terkait dengan pelayaran)
• Batas laut antar negara
BATAS LAUT

• Garis pemisah antar 2 daerah teritori/ kekuasaan


yang terletak di perairan laut
• Konsekuensi:
– Hak pemanfaatan
– Kewajiban pemeliharaan/ penjagaan
Penetapan Batas Laut Indonesia

• Ordonansi 1939
Setelah Indonesia merdeka, pengaturan tentang
batas laut didasarkan pada Ordonansi 1939,
dimana Laut Teritorial Indonesia membentang ke
arah laut sampai jarak tiga mil laut dari garis surut
pulau-pulau atau bagian-bagian pulau (termasuk
karang-karang, batu-batu karang, dan gosong-
gosong, yang ada di atas permukaan laut pada
waktu air surut), serta daerah laut yang terletak
pada sisi laut daerah laut dalam batas bandar
yang ditetapkan.
Deklarasi Djuanda

Pengumuman Pemerintah Indonesia dilakukan


secara resmi pada tanggal (13 Desember 1957)
yang didasarkan pada :
• Bentuk geografi Indonesia sebagai negara
kepulauan.
• Keutuhan teritorial dan perlindungan semua
kekayaan negara, meliputi kepulauan serta laut
yang terletak di antaranya.
• Ordonansi 1939 yang tidak lagi sesuai, karena
membagi wilayah daratan Indonesia yang terpisah
dengan perairan teritorialnya.
Perpu No. 4 Tahun 1960 tentang
Perairan Indonesia
Bahwa Perairan Indonesia terdiri dari:
• Laut Teritorial, yaitu lajur laut selebar 12 mil laut
yang garis luarnya diukur tegak lurus terhadap
Garis Dasar atau titik pada Garis Dasar yang
terdiri dari garis-garis lurus yang menghubungkan
titik-titik terluar pada garis air rendah pulau-pulau
atau bagian pulau-pulau terluar.
• Perairan Pedalaman, yaitu semua perairan yang
terletak pada sisi dalam dari Garis Dasar.
UU No. 1 Tahun 1973 tentang
Landas Kontinen Indonesia
• Landas Kontinen Indonesia adalah dasar laut dan
tanah di bawahnya, di luar wilayah perairan
Indonesia (Perpu No. 4/1960), sampai kedalaman
200 meter dan lebih, dimana masih mungkin
diselenggarakan eksplorasi dan eksploitasi
kekayaan alam (mineral dan sumber non-hayati
lainnya di dasar dan atau di dalam lapisan tanah di
bawahnya, termasuk organisme jenis sedinter,
yaitu organisme yang pada masa
perkembangannya tidak bergerak).
UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia
Undang-Undang (18 Oktober 1983) ini merupakan
pengukuhan dari Pengumuman Pemerintah
Indonesia tentang Zona Ekonomi Eksklusif (21
Maret 1980). Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur di
luar dan berbatasan dengan Laut Teritorial, yang
meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di
atasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari
garis pangkal.
Negara pantai mempunyai hak berdaulat di ZEE
untuk melakukan :
• Eksplorasi dan eksploitasi, serta pengelolaan dan
konservasi sumber daya alam hayati dan non-hayati.
• Pembangkitan energi dari air, arus, dan angin.
Ratifikasi Konvensi Hukum Laut
PBB 1982 (UU No. 17 Tahun 1985)
Sebagai konsekuensi setelah Indonesia ikut menandatangani
Konvensi PBB 1982, adalah Indonesia terikat dengan
Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 dan harus
mengimplementasikannya dalam pembuatan Hukum Laut
Nasional. Beberapa pertimbangannya adalah :
• UNCLOS III (United Nations Convention on the Law of the Sea)
telah diterima baik dalam konferensi PBB tentang Hukum Laut III
di New York tanggal 30 April 1982 serta telah ditandatangani
oleh Negara RI bersama-sama 118 negara lainnya di Montego
Bay - Jamaika tanggal 10 Desember 1982.
• UNCLOS telah mengatur tentang rejim-rejim hukum laut,
termasuk rejim hukum Negara Kepulauan (yang mempunyai arti
dan peranan penting untuk memantapkan kedudukan Indonesia
dalam rangka implementasi wawasan nusantara sesuai amanat
MPR RI) secara menyeluruh.
Implementasi Hukum
Dalam Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 disebutkan bahwa setiap Negara
pantai berkewajiban untuk mendepositkan informasi batas-batas lautnya kepada
Sekjen PBB dalam bentuk Daftar Koordinat Geografis atau dalam bentuk Peta-
peta Batas Laut. Zona maritim yang dapat diklaim oleh setiap Negara pantai
meliputi Laut Teritorial (0 – 12 mil laut dari garis pangkal), Zona Tambahan (12 –
24 mil laut), Zona Ekonomi Eksklusif (12 – 200 mil laut), dan Landas Kontinen
(0 – 350 mil laut atau lebih).
Garis pangkal
PP No. 36 Tahun 2002 (Lintas
Damai Perairan Indonesia)
Semua kapal asing dapat melaksanakan hak Lintas Damai
melalui Laut Teritorial dan Perairan Kepulauan untuk
keperluan melintas dari satu bagian laut bebas atau Zona
Ekonomi Eksklusif ke bagian lain laut bebas atau Zona
Ekonomi Eksklusif tanpa memasuki Perairan Pedalaman atau
singgah di tempat berlabuh di tengah laut, atau fasilitas
pelabuhan di luar Perairan Pedalaman untuk keperluan
melintas dari laut bebas atau Zona Ekonomi Eksklusif untuk
berlalu ke atau dari Perairan Pedalaman atau singgah di
tempat berlabuh di tengah laut, atau fasilitas pelabuhan di
luar Perairan Pedalaman.
Internasional law
Jawab Pertanyaan berikut:

1. Jelaskan pembagian wilayah pesisir dan laut


2. Jelaskan kondisi geologi wilayah pesisir dan laut
3. Jelaskan batas-batas teritori NKRI

Anda mungkin juga menyukai