Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM FISIKA

Percobaan 4. Beban RLC Pada


8 Rangkaian

NAMA : Danang Dwi Ramadhan

NIM : 1102200061

KELOMPOK :5

PRODI : Teknik Komputer

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA
2020/2021

A. Dasar Teori
I. Dasar Teori

Rangkaian RL Seri

Apabila terdapat sesuatu resistansi murni R dan gulungan induktif murni L di dalam sebuah
rangkaian AC, dengan masukan rms V dan arus mengalir I, seperti pada gambar berikut

Gambar 4.1 Rangkaian RL Seri

Sesuai dengan gambar diatas, arus yang mengalir pada resistor sama dengan arus yang mengalir
pada induktor, yaitu I. Tetapi tegangan resistor VR tidak sama dengan tegangan induktor VL Sesuai
dengan pembahasan pada Bab sebelumnya, bahwa tegangan dan arus untuk beban resistif adalah
sefasa, tetapi untuk beban induktif arusnya tertinggal 90° terhadap tegangannya_ karena arus yang
melewati resistor dan induktor sama, maka arus sebagai referensi dan tegangan resistor VR dan
tegangan induktor VL terpisah 90° , (lihat phasor pada gambar vektor 4.1) sehingga tegangan V
merupakan vektor dengan besar V dan sudut 𝜑 , dimana :

V = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿 2
𝑉𝐿
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛−1 [ ]
𝑉𝑅
Karena 𝑉𝑅 = 𝐼. 𝑅
Dan 𝑉𝐿 = 𝐼. 𝑋𝐿
Maka besarnya tegangan V adalah :
V = √(𝐼. 𝑅)2 + (𝐼. 𝑋𝐿 )2
𝑉 2 = 𝐼 2 (𝑅 2 + 𝑋𝐿2 )
Sehingga arus yang mengalir dalam rangkaia RL seri adalah :
𝑉
I=
√𝑅 2 +𝑋𝐿2

𝑉
I=𝑍

Pada rangkaian RL seri , Z adalah suatu impedansi dari rangkaian AC yang terdiri dari suatu
resistansi dan reaktansi induktif dengan satuan ohm , dimana :
Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿2
Hubungan antara impedansi , resistansi dan reaktansi induktif , dapat diperlihatkan pada gambar
berikut :

Gambar 4.2 Phasor Diagram Rangkaian RL


Dan 𝜑 adalah sudut antara impedansi Z terhadap resistansi R , yang disebut juga sudut fasa dimana :

𝑋𝐿
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛−1 [ ]
𝑅
Dan R = Z cos 𝜑
Sehingga impedansi Z merupakan vector yang dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks, dan
dinyatakan dalam bentuk polar adalah :

Z = Z∠𝜑

Dan bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk bilangan rektangular :

Z = R + j𝑋𝐿
Rangkaian RC Seri
Apabila terdapat suatu resistansi murni R dan kapasitif murnii C didalam sebuah rangkaian AC,
dengan masukan tegangan rms V dan arus yang mengalir I, seperti pada gambar berikut :

Gambar 4.3 Rangkaian RC Seri

Dari gambar di atas, arus yang mengalir pada resistor sama dengan arus yang mengalir pada
kapasitor , yaitu I , dan tegangan resistor 𝑉𝑅 tidak sama dengan tegangan kapasitor 𝑉𝐶 . analogi
dengan rangkaian RL Seri, bahwa tegangan dan arus untuk beban resistif adalah sefasa, tetapi untuk
beban kapasitif arusnya mendahului 90° terhadap tegangannya. Karena arus yang mengalir pada
resistor dan kapasitor sama, maka arus sebagai referensi dan antara tegangan resistor 𝑉𝑅 dan
tegangan kapasitor 𝑉𝑐 terpisah 90° , (lihat gambar vektor 4.3). sehingga tegangan V mempakan
vektor yang mempunyai besaran V dan sudut p , dimana :

𝑉 = √𝑉𝑅 2 + (−𝑉𝑐 )2

𝑉𝐶
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛−1 [ ]
𝑉𝑅
Karena 𝑉𝑅 = 𝐼. 𝑅
Dan 𝑉𝐶 = 𝐼. 𝑋𝐶
Maka Tegangan V adalah :
𝑉 = √(𝐼. 𝑅)2 + (−1. 𝑋𝐶 )2
𝑉 2 = 𝐼 2 (𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 )
Sehingga arus yang mengalir dalam rangkaian RC seri adalah :
𝑉
𝐼=
√𝑅 2 + 𝑋𝐶 2
𝑉
𝐼=
𝑍
Pad rangkaian RC seri, Z adalah suatu impedansi dari rangkaian AC yang terdiri dari suatu resistansi
dan reaktansi kapasitif dengan satuan ohm, dimana :

𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2

Hubungan antara impedansi, resistansi dan reaktansi kapasitif, diperlihatkan pada gambar phasor
berikut ini :

Gambar 4.4 phasor diagram rangkaian RC seri


Seperti pada rangkaian RL seri, 𝜑 adalah sudut antara impedansi Z terhadap resistansi R dimana :

𝑋𝐶
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛−1 [ ]
𝑅

Dan 𝑅 = 𝑍𝑐𝑜𝑠𝜑
Sehingga impedansi Z merupakan vector yang dapat dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks,
jika dinyatakan dalam bentuk polar adalah :
𝑍 = 𝑍∠𝜑
Dan bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk bilangan rektangular :
𝑍 = 𝑅 − 𝑗𝑋𝐶

Apabila terdapat suatu resistansi murni R dan gulungan induktif murni L dan sebuah beban kapasitif
murni , didalam sebuah rangkaian AC, dengan maksud tegangan rms V arus yang mengalir I, seperti
pada gambar berikut :
Gambar 4.5 Rangkaian RLC Seri

Sehingga arus yang mengalir pada resistor , induktor dan kapasitor sama nilainya yaitu I dan
tegangan pada rangkaian terdiri darl tegangan resistor 𝑉𝑅 , tegangan induktor 𝑉𝐿 dan tegangan
kapasltor 𝑉𝐶 . karena anus yang mengalir pada beban sama.
maka arus sebagal referensi maka sepertl yang terhhat pada gambar phasor , sehmgga
tegangan V merupakau vektor yang mempunyat besaran V dan sudut 𝜑, dimana :

𝑉 = √𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2

𝑉𝐿 − 𝑉𝐶
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛 −1 [ ]
𝑉𝑅
Dan arus yang mnegalir dalam rangkaian RLC seri adalah :
𝑉
𝐼=
√𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑉
𝐼=
𝑍
Z adalah suatu impedansi dari rangkaian RLC seri yang terdiri dari suatu resistansi dan reaktansi
induktif dan reaktansi kapasitif dengan satuan ohm, dimana :

𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋 2
𝑋 = 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶
Hubungan antara impedansi, resistansi, reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif diperlihatkan pada
gambar phasor berikut :

Gambar 4.6 Phasor diagram rangkaian RLC seri

Dan 𝜑 adalah sudut antara impedansi Z terhadap resistansi R dimana :

𝑋
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛−1 [ ]
𝑅
Dan 𝑅 = 𝑍 cos 𝜑
Sehingga impedansi Z merupakan vector dan dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks, jika
dinyatakan dalam bentuk polar adalah :

𝑍 = 𝑍∠𝜑

Dan bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk rektangular :

𝑍 = 𝑅 + 𝑗(𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )

II. Alat :
1. Komputer atau laptop
2. Software multisim
3. Software microsoft
4. Alat tulis (untuk mencatat).

Langkah percobaan :
A. Beban Resistor
1. Buat rangkaian seperti ambar di bawah ini :

Gambar A1. Pengukuran VG dan VR1

2. Atur generator V = 5 volt, f = 50 Hz


3.Ukur teganggan VG dan VR1 pada gambar A1 kemudian gambarlah sinyal yang muncul
pada osciloscop dan isilah tabel A1 dibawah.
Gambar A2. Pengukuran VG dan VR2
4. Ukur teganggan VG dan VR2 pada gambar A2 kemudian gambarlah sinyal yang muncul
pada osciloscop dan isilah tabel A2 dibawah.
5. Rumus VG = VR1 + VR2
B. Beban Kapasitor
1. Buatlah rangkaian seperti dibawah ini :

Gambar B1. Pengukuran VG dan VR1


2. Atur generator V = 5 volt, f = 50 Hz
3. Ukur tegangan VG dan VR1 pada gambar B1 kemudian gambarlah sinyal yang muncul
pada osciloscope dan isilah tabel B1 dibawah
Gambar B2. Pengukuran VG dan VC
4. Ukur teganggan VG dan VC pada gambar B2 kemudian gambarlah sinyal yang muncul
pada osciloscope dan isilah tabel B2 dibawah.
5. Rumus VG = VR1 + VC

C. Beban Induktor
1. Buatlah rangkaian seperti dibawah ini :

Gambar C1. Pengukuran VG dan VR


2. Atur generator V = 5 volt, f = 50 Hz
3. Ukur teganggan VG dan VR1 pada gambar C1 kemudian gambarlah sinyal yang muncul
pada osciloscop dan isilah tabel C1 dibawah :
Gambar C2. Pengukuran VG dan VL
4. Ukur teganggan VG dan VL pada gambar C2 kemudian gambarlah sinyal yang muncul
pada osciloscop dan isilah tabel C2 dibawah.
5. Rumus VG = VR1 + 𝑉𝐿
III. Data Percobaan
Data Percobaan A

Tabel A1
VG VR1 Beda fasa antara VG dan VR1
𝑉𝐺 = 𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 = 20 + 5 = 25 20 𝑉𝐺
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛-1 𝑅
25
= 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 20
= 0,9
= 51.34

Tabel A2
VG VR2 Beda fasa antara VG dan VR2
𝑉𝐺 = 𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 = 20 + 5 = 25 5 𝑉𝐺
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛 − 𝟏 𝑅
25
= 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 5
= 1,3
= 78.69 ̊

Data Percobaan B
Tabel B1
VG VR1 Beda fasa antara VG dan VR1
𝑉𝐺 = 𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 = 20 + 5 = 25 20 𝑉𝐺
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛-1 𝑅
25
= 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 20
= 1,3
= 51.34

Tabel B2

VG VC Beda fasa antara VG dan VC


𝑉𝐺 = 𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 = 20 + 5 = 5 𝜑 = 𝑡𝑎𝑛-1
𝑉𝐺
25 𝑅
25
= 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 5
= 1,3
= 78.69
Data Percobaan C
Tabel C1
VG VR1 Beda fasa antara VG dan
VR1
𝑉𝐺 = 𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 = 20 + 20 = 40 20 𝑉𝐺
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛-1 𝑅
40
= 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 20
= 1,1
= 63.43

Tabel C2
VG VL Beda fasa antara VG dan
VL
𝑉𝐺 = 𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 = 20 + 20 = 40 20 𝑉𝐺
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛-1 𝑅
40
= 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 20
= 1,1
= 63.43 ̊

IV. Analisis
1. Hitung nilai VR1, VR2, VC ,VL dan VG dari tiap percobaan beserta beda fasanya!
Untuk Jawaban Nomor 1 Ini Bisa Dilihat Di Tabel Diatas Karena Sudah Tercantum Semua
Didalam Tabel Diatas
2. Gambarkan diagram phasor untuk masing-masing rangkaian!
3. Hitung nilai impedansi dari setiap rangkaian!
A. Z = √𝑅2 + 𝑋𝐶2 = √52 + 1002 = √25 + 10000 = √10025 = 100,125 Ω
B. Z = √𝑅2 + 𝑋𝐿2 = √52 + 302 = √25 + 900 = √925 = 30,4 Ω
4. Bandingkan nilai VG yang di dapatkan dari ketiga percobaan, mana yang paling besar?
Jelaskan mengapa!
Dari ketiga data percobaan diatas , jika dibandingkan, maka nilai yang paling besar
adalah nilai pada tabel percobaan yang ketiga, yaitu pada tabel percobaan C. Karena
pada rangkaian tersebut menghasilkan dua gelombang yang sama-sama tinggi. Namun jika
dibandingkan dengan yang lain maka nilai di C lah yang paling besar
5. Apa pengaruh frekuensi terhadap beda fasa?
Frekuensi memiliki keterkaitan dengan beda fase. Beda fase bisa dilihat dari
amplitudo suatu gelombang. Amplitudo yang tinggi akan menghasilkan sebuah getara
yang besar. Maka, periode yang dihasilkan akan kecil sedangkan frekuensi yang
dihasilkan akan semakin besar

V. Kesimpulan
Setelah Saya melakukan praktikum ini maka Saya dapat menyimpulkan bahwa
pada rangkaian RLC seri (arus AC) terdiri dari resistor (R), induktor (I), dan juga
Kapasitor (C). komponen komponen tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan AC (bolak-
balik) dengan penyusunan rangkaian secara seri. Setelah itu Rangkaian ini dapat menghasilkan
hambatan resistor yang disebut sebagai resistansi, hambatan oleh induktor yag disebut
reaktansi induktansi (XL), juga hambatan oleh kapasitor disebut induktansi kapasitif
(XC) Ketika semua elemen tersebut menjadi satu, maka akan menghasilkan sebuah hambatan
yang disebut dengan hambatan total atau bisa disebut sebagai Impedansi (Z). Nilai-nilai semua
hambatan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh frekuensi pada rangkaian tersebut

VI. Daftar Pustaka


Modul Praktikum 4 “BEBAN RLC PADA RANGKAIAN AC”
VII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai