Anda di halaman 1dari 6

PLTG

1. 1. Apa itu PLTG?

PLTG adalah Pusat listrik tenaga gas, yang prinsip kerjanya pengkompresian udara dan pemanasan udara tersebut
dengan penambahan bahan bakar , gas panas tersebut digunakan untuk memutar turbin , sebagai pengerak mula
pemutar generator pembangkit. Gas panas yang dihasilkan dalam ruang bakar dapat meningkatkan temperatur hingga
1100 derajat celcius, berkenaan dengan temperatur yang sedemikian tinggi tersebut perlu dilakukan pemilihan matrial
hot gas patch , sehingga material tersebut dapat dipergunakan pada kondisi tersebut secara aman dan andal

1. 2. Prinsip kerja

Prinsip kerja PLTG adalah dengan mamanfaatkan tekanan aliran udara ungtuk menggerakkan turbin. Pertama-tama
udara dinaikkan tekanannya dengan menggunakan kompresor dan kemudian dibakar di ruang pembakaran untuk
meningkatkan energinya. Pembakaran dilakukan dengan menggunakan bahan bakar gas (bisa juga digunakan MFO
atau HSDO, tapi dengan efisiensi yang lebih rendah). Udara yang sudah bertekanan tinggi kemudian dialirkan melalui
turbin dan menggerakkan generator, sehingga dihasilkanlah listrik. Keuntungan lain menggunakan PLTG adalah gas
yang dipakai bisa dibilang lebih mudah untuk disiapkan daripada uap, sehingga PLTG bisa mulai berproduksi dengan
cepat dari keadaan ‘dingin’ dalam hitungan menit, jauh lebih cepat daripada PLTU.

Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada pusat listrik tenaga gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian
generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa
berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan
prosesnya.

Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut, mulamula udara dimasukkan dalam kompresor dengan melalui air
filter/penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk dalam kompresor tersebut. Pada kompresor tekanan udara
dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. Di sini, penggunaan bahan bakar
menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara atau tidak.

Ilustrasi siklus perubahan wujud energi pada PLTG:

Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi jika menggunakan BBM,
harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar
dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu
disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk
menghasilkan listrik. Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui cerobong/stack. Karena gas yang
disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara
pendingin dari lubang pada turbin. Untuk mencegah korosi turbin akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar
yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium dan Sodium yang melampaui 1 part per mill
(ppm).

1. 3. Komponen
·        Kompresor Utama
·        Combustion Chamber
·        Turbin Gas (gas turbine)
·        Load Gear
·        Generator dan Exciter
·        Alat Bantu
·        Kontrol, Instrumentasi, dan Pengaman
·        Peralatan listrik

A. Kompresor Utama

Kompresor utama adalah kompesor aksial yang berguna untuk memasok udara bertekanan ke dalam ruang bakar yang
sesuai dengan kebutuhan. Kapasitas kompresor harus cukup besar karena pasokan udara lebih (excess air) untuk turbin
gas dapat mencapai 350 %. Disamping untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna, udara lebih ini digunakan
untuk pendingin dan menurunkan suhu gas hasil pembakaran.
B. Inlet Guide Vanes (IGV)

Pada kompresor berkapasitas besar, diisi udara masuk kompresor, yaitu pada inlet guide vanes dipasang variabel IGV,
sedangkan pada kompresor berukuran kecil umumnya dipasang Fixed Guide Vanes. Variabel IGV berfungsi untuk
mengatur volume udara yang dikompresikan sesuai dengan kebutuhan atau beban turbin. Pada saat Start Up, IGV juga
berfungsi untuk mengurangi surge. Pada saat stop dan selama start up, IGV tertutup ( pada unit tertentu, posisi IGV
34-48% ), kemudian secara bertahap membuka seiring dengan meningkatnya beban turbin. Pada beban turbin tertentu,
IGV terbuka penuh (83-92%). Selama stop normal IGV perlahan-lahan ditutup bersamaan dengan turunnya beban,
sedangkan pada stop emergency, IGV tertutup bersamaan dengan tertutupnya katup bahan bakar.

C. Combustion Chamber

Combustion Chamber adalah ruangan tempat proses terjadinya pembakaran. Ada turbin gas yang mempunyai satu
atau dua Combustion Chamber yang letaknya terpisah dari casing turbin, akan tetapi yang lebih banyak dijumpai
adalah memiliki Combustion Chamber dengan beberapa buah Combustion basket, mengelilingi sisi masuk (inlet)
turbin. Di dalam Combustion Chamber dipasang komponen-komponen untuk proses pembakaran beserta sarana
penunjangnya, diantaranya: Fuel Nozzle, Combustion Liner, Transition Piece, Igniter, Flame Detektor

D. Turbin Gas

Turbin Gas berfungsi untuk membangkitkan energi mekanis dari sumber energi panas yang dihasilkan pada proses
pembakaran. Selanjutnya energi mekanis ini akan digunakan untuk memutar generator listrik baik melalui perantaraan
Load Gear atau tidak, sehingga diperoleh energi listrik. Bagian-bagian utama Turbin Gas adalah: Sudu Tetap, Sudu
Jalan, Saluran Gas Buang, Saluran Udara Pendingin, Batalan, Auxiallary Gear

E. Load Gear

Load Gear atau main Gear adalah roda gigi penurun kecepatan putaran yang dipasang diantara poros Turbin
Compressor dengan poros Generator. Jaringan listrik di Indonesia. Memilii frekwensi 50 Hz, sehngga putaran
tertinggi generator adalah 3000 RPM, sedangkan putaran turbin ada yang 4800 RPM atau lebih.

F. Alat Bantu

Pada saat muai start up, belum tersedia udara untuk pembakaran. Udara pembakaran disuplai oleh kompresor aksial,
sedangkan kompresor aksial harus diputar oleh turbin yang pada saat start up belum menghasilkan tenaga bahkan
belum berputar. Oleh karenanya, pada saat start up perlu ada tenaga penggerak lain yang dapat diperoleh dari :

Motor generator, Motor Listrik, Mesin Diesel

1. 4. Persiapan Pengoperasian

Parameter PLTG yang perlu dipersiapkan meliputi :


Sistem Kontrol dan Pengaman
Sistem Bahan Bakar
Sistem Hidrolik
Sistem Pelumas
Sistem air Pendingin
Sistem Pendingin Udara Generator dan Hidrogen
Sistem Eksitasi
Sistem Penggerak Mula
Kondisi Lingkungan
Trafo dan pemutus Tenaga
Sinkronisasi
Untuk melakukan sinkronisasi PLTG harus sudah FSNL dan persyaratan berikut harus sudah terpenuhi :
Tegangan
Frekwensi
Sudut/Urutan Fasa
Antara generator dan jaringan harus sudah sama.
1. 5. Perawatan / Pemeliharaan
Kondisi temperature kerja yang sedemikian tinggi ini akan berdampak terhadap umur dari material hot gas patch gas
turbin tersebut, untuk itu sangat perlu sekali penentuan jam operasi pembangkit sebagai acuan penentuan pelaksanaan
pemeliharaan periodic unit pembangkit. Faktor utama penentuan pelaksanaan Pemeliharan periodic gas turbin adalah
jam operasi pembangkit . Adapun jenis pemeliharaan gas turbin adalah Combustion inspection/ minor inspection , hot
gas patch inspection dan over haul. Combustion inspection/minor inspection dilaksanakan setiap 4000-8000 jam,
hotgaspatch inspection dilaksanakan setiap 33000 jam operasi dan major over haul dilaksanakan setiap 66000 jam
operasi. Penentuan jam operasi PLTG tidak hanya ditentukan oleh lama pembangkit tersebut beroperasi, tetapi juga
harus ditambahkan dengan suatu faktor operasi sehingga dapat mencerminkan umur operasi pembangkit tersebut
secara tepat. Faktor koreksi tersebut merupakan fungsi dari fluktuasi temperature yang telah terjadi pada unit operasi
yang diakibatkan oleh tripnya unit pembangkit atau disebabkan oleh fluktuasi beban yang sedemikian tinggi serta
fluktuasi temperature yang disebabkan oleh start up PLTG, kualitas bahan baker yang dipergunakan. Jam operasi
pembangkit yang merupakan gabuangan dari lama pembangkit beroperasi dan factor factor koreksi disebut jam
equivalent operasi pembangkit (Equivalent operating hours, EOH), Ketepatan penentuan jam opersi pembangkit akan
sangat menentukan sekali besar efisiensi operasi pembangkit , keandalan operasi pembangkit serta besar biaya yang
dikeluarkan dalam pengoperasian unit pembangkit tersebut sebagai dampak dari kemunduran jadwal pemeliharaan
periodic pembangkit .

1. 6. Kelemahan PLTG

kendala utama perkembangan pembangkit ini di Indonesia adalah pada proses penyediaan bahan bakar gas itu sendiri.
Pemeriksaan BPK menemukan bahwa jumlah kebutuhan gas bumi untuk sejumlah pembangkit PLN di Jawa dan
Sumatera sebanyak 1.459 juta kaki kubik per hari, sedangkan pasokan gas yang disediakan oleh para pemasok
sebanyak 590 juta kaki kubik per hari. Dengan demikian terjadi kekurangan pasokan gas sebanyak 869 juta kaki kubik
per hari

July 19, 2011 · Filed under tekhnologi · Tagged combined cycle, hrsg, pembangkit listrik tenaga gas dan uap, pltgu,
simple cycle, stg
tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa referensi termasuk laporan kerja praktek semala di PLTGU.
banyak ilmu yang didapatkan, termasuk juga pengalaman, untuk share pengalaman yang sangat seru selama
disemarang, bareng mirza (si tuan rumah), pepeng (frengki cuci putih), anak sempe mesum(wilman) dan abang odong-
odong (Andrean Pe A), kocak habis mungkin lain waktu aja ya ,… oke .. mari kita bahas tentang PLTGU

Apa itu PLTGU ??


ya, PLTG merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. jadi disini suadah jelas ada dua
mode pembangkitan. yaitu pembangkitan dengan turbin gas dan pembangkitan dengan turbin uap. turbin gas lebih
dikenal dengan istilah GTG (Gas Turbin Generator) sedangkan turbin uap dikenal dengan STG(Steam Turbin
Generator), tidak  hanya itu saja, terdapat juga bagian yang namanya HRSG (Heat Recovery Steam Generator). untuk
lebih jelasnya, .. teng tredenggg …
Untuk GTG, Gas yang digunakan bukanlah gas alam , melainkan gas hasil pembakaran bahan bakar High Speed
Diesel (HSD)  dan Marine Fuel Oil (MFO) sehingga menghasilkan emisi sisa pembakaran. Emisi ini diolah
sedemikian rupa sehingga kadar zat berbahayanya tidak melebihi standar yang ditetapkan pemerintah. Bahan bakar ini
disuplai ke tangki-tangki penampungan bahan bakar  melalui pipa bawah laut.
Turbin gas ini dapat dioperasikan dalam dua mode, yaitu konfigurasi simple cyle dan konfigurasi combined cycle.
Dalam keadaan simple cycle turbin gas atau biasa dikenal Gas Turbin Generator (GTG) bekerja sendiri sehingga tidak
ada pemanfaatan kembali sisa energi dari gas panas yang terbuang. Gas buang langsung di alirkan ke atmosfir. Pada
keadaan combined cycle pada umumnya terdiri dari beberapa turbin gas dimana energi sisa pada gas buangnya akan
dimanfaatkan kembali untuk pemanasan air di Heat Recovery Steam Generator (HRSG) untuk menghasilkan uap yang
akan digunakan untuk pembangkitan turbin uap atau Steam Turbin Generator (STG).
SIMPLE CYCLE CONFIGURATION
 
Konfigurasi simple cycle
            Pada dasarnya sistem pengoperasian simple cycle bukanlah sebuah sistem yang hanya terdiri dari compressor,
combustor, turbin dan generator. Semua sistem pembangkitan sudah didesain untuk keadaan combined cycle. Hanya
saja terdapat diverter damper box untuk mengatur apakah gas sisa hasil pembangkitan di STG akan dikirim ke HRSG
untuk digunakan kembali atau langsung dibuang ke atmosfir melalui cerobong asap (stack). Dalam keadaan symple
cycle , hubungan ke HRSG ditutup sehingga gas langsung dibuang.
Pengoperasian simple cycle digunakan jika permintaan beban tidak terlalu tinggi. Namun bisanya hanya dalam waktu
sekejap, karena sistem ini kurang efesien. Hal ini terbukti,  dalam keadaan jika hanya mengandalkan GTG saja untuk
pembangkitan dengan bahan bakar HSD ataupun MFO maka perusahaan akan cenderung rugi karena tidak
seimbangnya harga bahan bakar dengan harga jual listrik ke masyarakat yang disubsidi. Jika ada pemanfaatan
kembali, paling tidak telah menekan pengeluaran untuk bahan bakar untuk jumlah listrik yang dihasilkan sama.
COMBINED CYCLE CONFIGURATION

Konfigurasi combined cycle


           Perbedaan mendasar sistem ini dengan simple cycle yaitu adanya pemanfaatan kembali energi dari sisa panas
yang terbuang. Panas ini digunakan untuk pemanasan air di HRSG sehingga menghasilkan uap untuk menggerakan
turbin uap di STG.
 HRSG
HRSG merupakan heat exchanger dari gas ke air dengan memanfaatkan energi sisa gas turbin untuk menghasilakan
uap dengan tekanan dan temparatur yang tinggi. Dalam setiap aplikasi combined cycle, uap dihasilkan dengan
beberapa macam tekanan dan temperatur sehingga tidak tidak banya gas sisa yang terbuang..Selain itu ada yang
dipanaskan kembali sehingga nantinya menjadi main steam yang akan dikirim ke STG. Pada umunnya terdiri dari tiga
lapisan yaitu superheater, evaporator dan economizer. Hasi dari pemanasan ini akan menghasilkan uap bertekanan
tinggi yang akan ditampung di drum High Pressure (HP) dan Low Pressure (LP).
STG
Steam Turbin Generator merupakan pembangkit listrik dengan memanfaatkan tenaga uap untuk memutar turbin uap.
Pada dasarnya turbin uap terdiri dari dua bagian yaitu rotor dan stator. Pada rotor terdapat banya blade (sudu) yang
akan digerakan oleh uap bertekanan tinggi yang disemprotkan melalui nozzle. Turbin yang bergerak akan
menghasilkan listrik melaui generator.
           
Penggunaan sistem combined cycle ini lebih efesien dan mampu menghasilkan daya yang lebih besar dengan cost
yang rendah. Pada PLTGU Tambak Lorok blok 1 ini, skema yang digunakan dikenal dengan isltilah 3 -3 -1. Dimana
terdapat 3 GTG, 3 HRSG dan bermuara ke 1 STG. Gambar dibawah ini menunjukan skema pembangunan power
plant combined cycle.
           
Prinsip Kerja Pembangkit Uap Tenaga Gas dan Uap (PLTGU

Nih ada pengalaman dari kerja praktek saya di Indonesia Power UBP Perak-Grati yang mungkin berguna buat
temen2 yang pingin tau tentang PLTGU.
Prinsip pokok dari semua pembangkit listrik bertenaga gas dan uap adalah Brayton Bycle. Apabila kita hanya bicara
tentang PLTG maka kita harus berpikir tentang open cycle tetapi apabila ingin mengetahui siklus kerja PLTGU maka
kita harus mengetahui tentang combined cycle.

Pada open cycle dimulai dari pemompaan bahan bakar dan pemasukan udara dari intake air filter menuju
combuster. Di combuster campuran bahan bakar dan udara disemprotkan oleh nozzle sehingga di ruang bakar
terjadi pembakaran. Pembakaran tadi akan memutar turbin gas yang selanjutnya akan memutar generator yang
akan menghasilkan energi listrik. Gas buang dari turbin gas akan langsung dibuang melalui bypass stack.
Sedangkan untuk PLTGU menggunakan combined cycle dimana gas buang dari turbin gas akan dimanfaatkan kembali
untuk mengoperasikan turbin uap. Dibutuhkan HRSG (Heat Recovery Steam Generator) yang prinsip kerjanya sama
dengan boiler. Gas buang dari turbin gas tidak langsung dibuang melalui bypass stack akan tetapi masuk ke HRSG.
Setelah masuk ke HRSG maka gas tadi akan berubah menjadi uap bertekanan tinggi yang kemudian digunakan untuk
memutar High Pressure Steam Turbine (HPST), kemudian HPST memutar Low Pressure Steam Turbine (LPST) yng
akhirnya akan membangkitkan generator. Hasil pembuangan LPST akan dikondensasi dan dialirkan ke pompa. Dari
pompa kemudian dilairkan kembali ke HRSG. Begitu seterusnya sehingga terbentuk siklus tertutup.

Anda mungkin juga menyukai