Anda di halaman 1dari 22

MODUL

LANDASAN
oleh :

PSIKOLOGI Hilmy Zaada Faidullah


(20217170038)
Lasty Ghassani

PENDIDIKAN
(20217170064)

PROGRAM STUDI
Diajukan untuk Mengkaji dan Memahami Psikologi PENDIDIKAN BAHASA
Pendidikan Mata Kuliah Landasan Pendidikan INDONESIA
FAKULTAS PASCA
SARJANA
UNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA SELATAN
0
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan modul ini hingga selesai. Selawat dan salam semoga
tercurahlimpahkan kepada Nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad saw. Juga pada
keluarganya, para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Modul ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
yang kami pelajari di semester 1. Materi yang akan kami bahas dalam modul ini berjudul
Landasan Psikologi Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan modul ini banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
senantiasa berpartisipasi atas dibuatnya modul ini, khususnya kepada Ibu Dr. Yuyun Nuriah
selaku dosen pembimbing mata kuliah Landasan Pendidikan, dan umumnya kepada rekan
sekalian yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Modul ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik
dalam hal isi maupun sistematika penulisannya karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan modul ini. Dan kami berharap semoga modul ini dapat
menambah pengetahuan, pengalaman dan manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 2021 Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 3
B. Deskripsi Singkat ................................................................................................... 4
C. Tujuan Pembelajaran Psikologi Pendidikan .......................................................... 4
D. Manfaat Pembelajaran Psikologi Pendidikan ........................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Landasan Psikologi Pendidikan ............................................................................. 6
B. Ruang Lingkup dan Pokok Bahasan Landasan Psikologi Pendidikan...................11
C. Bentuk Psikologi Pendidikan ................................................................................12
D. Implikasi Psikologi dalam Konsep Pendidikan .....................................................16
E. Peran dan Kontribusi Psikologi dalam Dunia Pendidikan .....................................17
BAB 3 PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................................20
B. Harapan...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar, sengaja dan bertanggungjawab
yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk mencapai perubahan dan
perkembangan ke taraf yang lebih maju. Pendidikan sebagai suatu produk meliputi
semua perubahan yang berlangsung sebagai hasil partisipasi individu dalam pengalaman-
pengalaman belajar. Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya
akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik, serta
kemampuan mengaplikasikannya dalam praktik pendidikan. Pernyataan ini mengacu
kepada asumsi bahwa salah satu peranan pendidik adalah membantu peserta didik untuk
dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan peserta didik sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Dalam mencapai tujuan pendidikan, tidak dapat lepas dari tingkah laku atau
perbuatan individu. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku dalam arti yang
luas, mencakup perbuatan dan penghayatan. Perbuatan adalah tingkah laku yang dapat
diamati secara langsung, terutama gerakan atau perbuatan peserta didik. Sedangkan
penghayatan adalah tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung seperti
perasaan, pikiran, motivasi, reaksi, dan sebagainya. Sehingga inilah yang menjadi titik
temu antara psikologi dan pendidikan.
Psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan.
Psikologi pendidikan adalah studi tentang bagaimana manusia belajar dalam setting
pendidikan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial
sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana peserta
didik belajar, bertumbuh, dan berkembang. Oleh karena itu, psikologi merupakan salah
satu landasan pokok dari pendidikan.
Modul ini dibuat untuk memberikan pandangan tentang landasan psikologi
pendidikan sehingga akan mengantarkan Anda untuk memahami tujuan dan manfaat
mempelajari psikologi pendidikan, bentuk dari psikologi pendidikan, implikasi psikologi
terhadap pendidikan, peran dan kontribusi psikologi dalam pendidikan, serta ruang
lingkup apa saja yang menjadi batasan dan pembahasan dalam psikologi pendidikan.
B. Deskripsi Singkat
Landasan psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu
dari sudut karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu.
Dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah analisis psikologi akan membantu para
guru memahami struktur psikologi peserta didik dan kegiatan peserta didik, sehingga
pendidik dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif dan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Pada dasarnya psikologi pendidikan mempelajari seluruh tingkah laku manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Manusia yang terlibat dalam proses pendidikan ini
ialah guru dan siswa, maka objek yang dibahas dalam psikologi pendidikan adalah
tingkah laku siswa yang berkaitan dengan proses belajar dan tingkah laku guru yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Sehingga objek utama yang dibahas dalam
psikologi pendidikan adalah masalah belajar dan pembelajaran.
Psikologi memiliki berbagai cabang, namun dalam pendidikan lebih
memprioritaskan psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi sosial, karena
pendidikan lebih membahas tentang tingkah laku atau subjek dari peserta didik. Tinjauan
tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi sosial dan kesiapan belajar
serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari ilmu psikologi. Sumbangsih
psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar karena menyangkut semua aspek di bidang
pendidikan, bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri, akan tetapi juga
menyangkut masalah-masalah di luar proses belajar mengajar seperti: kontribusi terhadap
pengembangan kurikulum, kontribusi terhadap sistem pembelajaran, juga berkontribusi
terhadap sistem penilaian merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di
dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.

C. Tujuan Pembelajaran Psikologi Pendidikan


1. Untuk membantu para pendidik dan calon pendidik agar menjadi lebih bijaksana
dalam membimbing peserta didik.
2. Agar pendidik dan calon pendidik dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang
efisien dan efektif.
3. Agar pendidik dan calon pendidik memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal
mendidik.

D. Manfaat Pembelajaran Psikologi Pendidikan


1. Memahami siswa sebagai pembelajar, yang meliputi perkembangannya, karakteristik,
kemampuan dan kecerdasan, motivasi, minat, pengalaman, sikap, kepribadian dan
lain-lain.
2. Memahami prinsip, teknik, metode, dan teori pembelajaran yang tepat untuk
memaksimalkan potensi belajar anak didik.
3. Memilih dan menetapkan tujuan pembelajaran.
4. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
5. Memilih alat bantu pembelajaran.
6. Menilai hasil dari proses pembelajaran.
7. Memilih sistem evaluasi yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN


1. Definisi Landasan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan. Secara etimologi, landasan berasal dari
bahasa Inggris yaitu foundation yang artinya fondasi. Fondasi merupakan bagian
terpenting dari suatu bangunan, atau terpenting untuk mengawali sesuatu usaha. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008: 782) disebutkan bahwa “landasan
adalah alas; dasar; tumpuan.” Hal tersebut sejalan dengan pendapat Neolaka dan Amos
Neolaka (2017: 1) yang menjelaskan bahwa “Landasan adalah dasar tempat berpijak atau
menjadi dasar dimulainya suatu perbuatan atau kegiatan.” Titik tolak atau dasar pijakan
ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat
konseptual (contoh: landasan pendidikan).
Berdasarkan pernyataan tersebut, landasan dapat diartikan sebagai dasar tempat
berpijak dan pedoman untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dalam hal ini
adalah kegiatan pendidikan.
2. Definisi Psikologi
Berbicara mengenai psikologi berarti kita berbicara mengenai jiwa manusia dan
perilakunya. Pembicaraan mengenai psikologi diawali dengan kajian psikologi dari segi
etimologinya. Secara etimologis, psikologi berasal dari bahasa Inggris yaitu Psychology.
Kata psychologi merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani),
yaitu dari kata Psyche dan Logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh/sukma”, sedangkan kata
logos berarti “ilmu”. Secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa (Syah, 2010: 7).
Plato dan Aristoteles dalam Suryabrata (2004: 6) mengatakan bahwa “psikologi
adalah ilmu yang mempelajari hakekat jiwa.” Caplain (1977) dalam Syah (2010: 9)
menjelaskan “psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan,
juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika
mereaksi arus perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang
mengubah lingkungan.” Sedangkan Rahmat (2018: 1) dalam bukunya berpendapat bahwa
“Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya objek yang dipelajari,
tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. Hal ini karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat absrak
dan tidak bisa diamati secara langsung.” Karena jiwa itu abstrak dan tidak dapat dikaji
secara empiris, maka kajiannya bergeser pada gejala-gejala jiwa atau tingkah laku
manusia, oleh karena itu yang dikaji adalah gejala jiwa atau tingkah laku manusia. Lalu
Rahmat (2018: 2) menjelaskan “Berkenaan dengan objek psikologi ini, hal yang paling
mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri, yakni dalam
bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian,
psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.”
Psikologi lazim diartikan sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari perilaku
manusia. Psikologi tidak mempelajari jiwa, melainkan gejala-gejala kejiwaan yang secara
umum sering disebut tingkah laku.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun
dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku
yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak
disadari.
3. Definisi Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia, karena di mana pun dan kapan pun di dunia terdapat proses pendidikan. Secara
etimologi pendidikan berasal dari Bahasa Inggris yaitu education dan juga berasal dari
Bahasa Latin yaitu Eductum, jika dimaknai perkata “E” diartikan sebagai proses
pengembangan dari dalam keluar dan kata “Duco” diartikan sedang berkembang. Dalam
Bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini ditambahi awalan
“pe“ menjadi kata benda “pendidikan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat (2008: 326) “pendidikan berasal dari kata “didik”, jika ditambahi awalan “me-“
menjadi kata kerja “mendidik” yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntutan, dan pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.”
Kegiatan pendidikan banyak cakupannya dan sangat berkaitan dengan
perkembangan manusia, mulai dari perkembangan jasmaniah dan rohaniah, antara lain:
perkembangan fisik, pikiran, perasaan, kemauan, kesehatan, keterampilan, sosial, hati
nurani, bahkan kasih sayang. Meskipun pendidikan merupakan gejala yang umum dalam
setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan sudut pandang yang dianut oleh masing-
masing bangsa atau masyarakat bahkan individu menyebabkan perbedaan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut, oleh karena itu Hasan (2021: 1)
berpendapat bahwa “Selain bersifat universal, pendidikan juga bersifat nasional. Sifat
nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan bangsa itu.”
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.”
Selain itu, Neolaka, dan Amos Neolaka (2017: 1) juga berpendapat bahwa “Pendidikan
adalah kegiatan membudayakan manusia muda atau membuat orang muda ini hidup
berbudaya sesuai standar yang diterima oleh masyarakat.” Pengertian pendidikan juga
dikemukakan oleh Saputra, dkk (2021: 13) bahwa “Pendidikan adalah tempat manusia
dibina dan dikembangkan setiap potensi yang dimilikinya.” Lebih lengkap lagi, Hasan,
dkk (2021: 2) menjelaskan bahwa “Pendidikan merupakan proses komunikasi yang
didalamnya terkandung suatu proses transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar sekolah, di
lingkungan masyarakat, di lingkungan keluarga dan pembelajarannya berlangsung
sepanjang hayat dari satu generasi ke generasi lainnya.”
Pengertian dan beberapa pandangan mengenai pendidikan di atas menghasilkan
simpulan bahwa pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian.
Pengertian pendidikan memang sangat beragam dan tidak ada yang salah karena
setiap masyarakat ataupun individu memberikan pengertian menurut sudut pandang
mereka masing-masing.
4. Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang menyelidiki masalah
psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan, dan juga salah satu cabang ilmu
pendidikan yang dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil-hasil penelitian psikologi,
yang bertolak dari asumsi bahwa pendidikan ialah hal ihwal individu yang sedang belajar.
Psikologi pendidikan menjadi sesuatu yang mesti dipelajari bagi calon pendidik. Selama
ini masih banyak pendidik yang tidak memperhatikan kondisi peserta didik dan tidak
memperhatikan minat dan bakat peserta didik. Masih banyak dari sebagian pendidik yang
menganggap dirinya sebagai penguasa yang selalu merasa benar dan menganggap peserta
didik adalah ibarat kertas kosong yang dapat diisi goresan tinta, akhirnya yang terjadi
pada sistem pendidikan hanyalah dalam bentuk transfer pengetahuan (knowledge) atau
pendidik menganggap peserta didik dari sudut pandang behaviroistik saja. Dengan adanya
psikologi pendidikan diharapkan akan lahir pendidikan yang humanistis yang memahami
peserta didik sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu psikologi pendidikan
merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Beberapa para ahli berpendapat mengenai psikologi pendidikan, seperti Tardif
(Syah, 2010: 13) yang mengatakan bahwa “psikologi pendidikan adalah bidang studi
yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-
usaha kependidikan.” Menurut Witherington (Buchori dalam Syah, 2010: 13) “psikologi
pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan manusia.”
Pendapat yang sama dijelaskan Barlow (Romlah, 2010: 24) bahwa,
Psikologis pendidikan merupakan sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis
yang menjadikan serangkaian sumber untuk membantu seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru dalam proses pembelajaran secara efektif. Titik
tekan dari pengertian ini adanya interaksi antara guru dan siswa dalam kelas. Guru
adalah seseorang yang berkewajiban atau bertugas mengajar yang didalamnya
terdapat serangkaian mengajar, sedangkan siswa adalah sekumpulan individu yang
sedang belajar dan didalamnya terdapat strategi belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan prestasi yang di capainya.

Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi


yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Guru dalam menjalankan
perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang
berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan
kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan ialah
ilmu yang mempelajari penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan. Dalam
psikologi pendidikan dibahas berbagai tingkah laku yang muncul dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
5. Definisi Landasan Psikologi Pendidikan
Dari tata hubungan interdisipliner dengan ilmu sosial lainnya, khususnya terhadap
pendidikan, psikologi pun memberikan landasan, yaitu dalam hal pembinaan perilaku.
Karena pada dasarnya, perbaikan perilaku merupakan sasaran utama penyelenggaraan
pendidikan. Sebagai ilmu perilaku, psikologi khusus mengarahkan kegiatan studinya
terhadap fenomena kejiwaan. Fakta menunjukkan bahwa karena potensi kejiwaan
cenderung mengalami perubahan dan perkembangan secara bertahap, perilaku manusia
pun cenderung mengalami perubahan dan perkembangan secara bertahap pula. Oleh
sebab itu, pelaksanaan pendidikan dalam hal pengembangan materi pendidikan juga harus
disesuaikan dengan tahapan-tahapannya. Dalam hal ini, seluruh kegiatan penyelenggaraan
pendidikan dipandang perlu dikembangkan berdasar pada psikologi
perkembangan peserta didik.
Menurut Tirtarahardja, dan La Sulo (2010: 24) landasan psikologi pendidikan
diartikan sebagai berikut,
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan
yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan
tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses
pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang
berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar.

Sejalan dengan pendapat tersebut Hasan, dkk (2021: 12) mengemukakan


pendapatnya bahwa,
Landasan psikologis dalam pendidikan adalah suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada
umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada
setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia
sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan
proses pendidikan.

Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari studi


ilmiah dalam bidang psikologi yang menjadi sandaran, tumpuan atau titik tolak studi dan
praktik pendidikan.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan atau
salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan dan sangat sulit untuk
dipisahkan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi
oleh pemahamannya tentang peserta didik. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia,
sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian
keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis
psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan
kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan
secara efektif.

B. RUANG LINGKUP DAN POKOK BAHASAN LANDASAN PSIKOLOGI


PENDIDIKAN
Pada dasarnya psikologi pendidikan mempelajari seluruh tingkah laku manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Manusia yang terlibat dalam proses pendidikan ini
ialah pendidik dan peserta didik, maka objek yang dibahas dalam psikologi pendidikan
adalah tingkah laku peserta didik yang berkaitan dengan proses belajar dan tingkah laku
pendidik yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Sehingga objek utama yang
dibahas dalam psikologi pendidikan adalah masalah belajar dan pembelajaran.
1. Peserta Didik
Peserta didik menduduki tempat yang paling utama dalam intraksi ini. Seluruh
kegiatan intraksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan peserta didik, yaitu membantu
pengembangan semua potensi dan kecakapan yang di milikinya. Sehubungan dengan hal
itu, maka hal-hal yang berkenan dengan perkembangan, potensi dan kecakapan, dinamika
perilaku serta kegiatan peserta didik terutama perilaku belajar menjadi kajian utama
dalam landasan psikologis proses pendidikan.
2. Pendidik
Pendidik sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam intraksi pendidikan
dengan peserta didik, menduduki tempat selanjutnya dalam intraksi ini. Berbagai bentuk
aktivitas mendidik, mengajar, melatih dan membimbing yang dilakukan pendidik,
tuntunan kemampuan profesional serta latar belakang sosial peribadi dari pendidik
menjadi bahan studi selanjutnya dalam landasan psikologis pendidikan.
3. Lingkungan Pendidikan
Sekolah yang terlibat langsung dalam intraksi pendidikan, keluarga yang
mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan siswa, dan masyarakat yang
walaupun tidak terlibat secara langsung dalam intraksi belajar mengajar di sekolah tetapi
mempunyai peran yang cukup besar juga menjadi bahan kajian yang cukup penting dalam
landasan psikologis dalam proses pendidikan.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi
pendidikan, namun jika disimpulkan dari pembahasan di atas, maka pembahasan landasan
psikologi yaitu:
1. Gejala Jiwa dalam Pendidikan
2. Perbedaan Individu dan Aplikasinya dalam Pendidikan
3. Masalah Belajar
4. Masalah Pembelajaran
5. Pengukuran dan Penilaian
6. Diagnostik Kesulitan Belajar

C. BENTUK PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Psikologi memiliki berbagai cabang, namun dalam pendidikan lebih
memprioritaskan psikologi perkembangan dan psikologi belajar, karena pendidikan lebih
membahas tentang tingkah laku atau subjek dari peserta didik.
1. Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan
yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989) : Pendekatan pentahapan, Pendekatan
diferensial dan Pendekatan ipsatif.
a. Pendekatan pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri
pada tahap-tahap yang lain.
b. Pendekatan diferensial, pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang
membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu
kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek,
bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya
c. Pendekatan ipsatif, pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu,
dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang
secara individual
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang
bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai
faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang
bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-
tahap perkembangan anak.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau (Pidarta, 2009: 198) membagi masa
perkembangan anak atas empat tahap yaitu :
a. Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
b. Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup
manusia primitif.
c. Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk berpetualang.
d. Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati,
dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
Menurut Jean Piaget (Pidarta, 2009: 203) ada empat tingkat perkembangan kognisi,
yaitu:
a. Periode sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun.
Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks. Reaksi intelektual hampir
seluruhnya karena rangsangan langsung dari alat-alat indra. Punya kebiasaan
memukul-mukul dan bermain-main  dengan permainannya. Mulai dapat menyebutkan
nama-nama objek tertentu.
b. Periode praoperasional pada umur 2 – 7 tahun.
Perkembangan bahasa anak ini sangat pesat. Peranan intuisi dalam memutuskan
sesuatu masih besaar, menyimpulkan sebagian kecil yang diketahui. Analisis rasional
belum berjalan.
c. Periode operasi konkret pada umur 7 – 11 tahun.
Mereka sudah bisa berfikir logis, sitematis, dan memecahkan masalah yang bersifat
konkret. Mereka sudah mampu mengerjakan penambahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian.
d. Periode operasi formal pada umur 11 – 15 tahun.
Anak-anak ini sudah dapat berfikir logis terhadap masalah baik yang konkret maupun
yang abstrak. Dapat membentuk ide-ide dan masa depan yang realistis.
Pembahasan mengenai psikolologi perkembangan, yang mencakup perkembangan
umum, kognisi, moral, afeksi, dan kemampuan belajar dapat memberikan petunjuk yang
sangat berharga kepada guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. karena itu guru
harus paham akan perkembangan tahap-tahap tersebut agar dapat membantu peserta didik
melalui perkembangannya secara optimal pada segala jenjang pendidikan di sekolah.
2. Psikologi Pembelajaran atau Belajar
Menurut Pidarta (2009: 206) “belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain. Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan
sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2).
Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua,
perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai proses belajar, sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada
hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia
sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini
selanjutnya lazim disebut dengan teori belajar yaitu Teori belajar klasik , Teori belajar
behaviorisme dan Teori belajar kognisi. (Pidarta, 2009: 218).
a. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (disiplin mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam
pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
b. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
c. Teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang
membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan
ide.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut:
a. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik
tentang tentang respons anak yang diharapkan, beberapakali secara berturut-turut.
b. Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar
lebih sempurna dan lebih diingat.
c. Penguatan, respons yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan
menguatkan respons itu.
d. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
e. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak dalam
belajar.
f. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor –faktor dalam pengajaran.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada
hakikatnya menyangkut dua hal yaitu  proses belajar dan hasil belajar.
3. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (Pidarta, 2009: 219) “psikologi sosial adalah psikologi yang
mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri
psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu
dan antar individu”.
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu :
a. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya
atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang kepribadiannya.
b. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
c. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada
waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang
orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik
akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan
aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk bersosialisasi
dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya kewajiban untuk menggali
motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (Pidarta, 2009: 222) faktor-faktor yang menentukan motivasi
belajar adalah minat dan kebutuhan individu, persepsi kesulitan akan tugas-tugas dan
harapan sukses. Faktor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah,
a. Minat dan kebutuhan individu. jika minat, jasmani, dan sosial dipenuhi, maka
motivasi belajarnya akan muncul
b. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas, jika anak memandang kesulitan pelajaran tidak
terlalu berat, maka motivasi belajar anak akan muncul
c. Harapan sukses, harapan ini umumnya muncul karena anak menginginkan kesuksesan
di masa mendatang.

D. IMPLIKASI PSIKOLOGI DALAM KONSEP PENDIDIKAN


Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi sosial dan
kesiapan belajar serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep
pendidikan. Implikasinya kepada konsep pendidikan, yaitu:
1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi dan pada
kognisi, semuanya memberi petunjuk pada pendidik serta bagaimana membina anak-anak
agar mereka mau belajar dengan sukarela.
2. Psikologi belajar
a. Klasik, disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal
dan aktualisasi diri.
b. Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk prilaku nyata, seperti mau
menyumbang, giat bekerja, gemar bernyanyi dan sebagainya.
c. Kognisi cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang
membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk berkreasi
menciptakan sesuatu atau ide baru.
3. Psikologi sosial
a. Persepsi diri atau konsep tentang diri sendiri ternyata bersumber dari perilaku yang
overt dan persepsi kita terhadap lingkungan dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta
perasaan kita. Agar para peserta didik mengalami konsep diri yang riil maka pendidik
perlu mengembangkan perilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara
wajar, dan sikap keras perasaan yang positif. Kosep diri yang keliru dapat merusak
perkembangan anak.
b. Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi dan meniru sikap para tokoh.
Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal. Oleh sebab itu,
cara pembentukan sikap ini perlu direncanakan dan dilaksanakan pada waktu dan
situasi yang tepat.
Sama halnya dengan sikap, motivasi peserta didik juga perlu dikembangkan pada saat
yang memungkinkan melalui:
a. Pemenuhan minat dan kebutuhannya.
b. Tugas-tugas yang menantang.
c. Menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering memberikan pengalaman
sukses.
Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan dan
belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini perlu dikembangkan oleh para
pendidik.
a. Pendidik perlu membendungkan perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan
agresif prososial dan sanksi. Pengurangan agresif anti sosial dapat dilakukan dengan
menanamkan ketertiban, tidak menggangu atau sama lain dan berupaya agar anak-
anak tidak mengalami putus asa.
b. Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak.
Sebab kepemimpinan sangat besar perannya dalam mencapai sukses belajar bersama
dan sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
c. Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik
agar materi yang dipelajari ankak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan
baik. Kesiapan afeksi harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi
sedangkan kesiapan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan
kognisi mereka.

E. PERAN DAN KONTRIBUSI PSIKOLOGI DALAM DUNIA PENDIDIKAN


1. Peran Psikologi dalam Dunia Pendidikan
Peranan psikologi dalam pendidikan ialah bertujuan untuk memberikan orientasi
mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan
psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan dalam situasi
proses belajar mengajar. Psikologi dalam dunia pendidikan banyak mempengaruhi
perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulim maupun prosedur dan metode-
metode belajar mengajar. Psikologi berperan memberikan jalan untuk mendapatkan
pemecah masalah-masalah sebagai berikut: (Marbun, 2018: 11-13).
a. Perubahan yang terjadi pada peserta didik selama dalam proses pendidikan.
b. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
c. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
d. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu.
e. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para pendidik.
f. Pengaruh interaksi antara pendidik dan peserta didik dan anara peserta didik dengan
peserta didik.
g. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh peserta didik
selama proses pendidikan.
h. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu lain dalam batas kemampuan
belajar.
2. Kontribusi Psikologi dalam Dunia Pendidikan
Kontribusi psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia
pendidikan memang sangat besar karena menyangkut semua aspek di bidang pendidikan,
bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri, akan tetapi juga menyangkut
masalah-masalah di luar proses belajar mengajar.
Berikut beberapa kontribusi psikolgi dalam dunia pendidikan, diantaranya:
membekali pengetahuan dan pemahaman kepada para pendidik tentang aktivitas umum
jiawa peserta didik dalam proses pendidikan. Membentuk pendidik yang kreatif, memiliki
rasa ingin tahu yang kuat tentang mengapa dan bagaimana peserta didik serta memahami
perubahan kondisi yang memungkinkan belajar lebih efektif. Mengingat begitu besarnya
kontribusi psikologi dalam dunia pendidikan, maka tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah
sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam
pengembangan teori dan praktek pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan
kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
a. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku
dalam konteks belajar mengajar. Pada intinya kajian psikologis ini memberikan
perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out put pendidikan dapat berjalan
dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian,
kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan
keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik
individulainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan
kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
b. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari
sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran,
seperti: teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori
daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi
yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya
teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses
pembelajaran.
c. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaian pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan
guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian
psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah
dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan,
bakat maupun kepribadian individu lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan
aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi
upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada
gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, landasan psikologis
pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai
informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk
mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Bentuk-bentuk landasan psikologi
pendidikan mencakup: psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi sosial
yang memberikan implikasi terhadap konsep pendidikan. Dalam perkembangannya
landasan psikologis pendidikan memiliki peranan sebagai  perkembangan kurikulum
dalam sistem pembelajaran dan penilaian.
Dari pemahaman mengenai landasan psikologi pendidikan, menghantarkan kita
pada kesimpulan bahwa dalam proses mengajar, penguasaan terhadap ilmu psikologi
pendidikan merupakan suatu tuntutan terhadap orang yang bergelut dalam dunia
pendidikan sebagai salah satu keahlian pendidik. Sebab, seorang pendidik yang memiliki
keahlian mendidik akan mampu membuat individu orang lain (siswa-siswi) belajar dan
kualitas seorang pendidik memberi pengaruh terhadap peningkatan kompetensi peserta
didik.

B. Harapan
Modul ini adalah salah satu bahan ajar mata kuliah landasan pendidikan. Namun,
harus dimengerti pula bahwa modul ini bukanlah satu-satunya rujukan untuk melengkapi
pengetahuan mengenai landasan psikologi pendidikan, maka sangat disarankan untuk
membaca buku pengetahuan lain, modul lain, ataupun rujukan lainnya.
Semoga modul ini dapat menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan
menyenangkan, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Edisi
Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasan, Muhammad, dkk. (2021). Landasan Pendidikan. Jawa Tengah: Tahta Media Grup.

Marbun, Stefanus M. (2018). Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia

Neolaka, Amos, dan Grace Amialia Neolaka. (2017). Landasan Pendidikan. Depok: PT.
Kharisma Putra Utama.
Pidarta, Made. (2009). Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rahmat, Pupu Saeful. (2018). Psikologi Pendidikan. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.

Romlah. (2010). Psikologi Pendidikan. Malang: UMM Press.

Saputra, Dani Nur, dkk. (2021). Landasan Pendidikan. Bandung: Media Sains Indonesia.

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Revisi, Ce).
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. (2010). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai