1
Oleh sebab itu jabatan guru memerlukan beberapa persyaratan khusus,
meskipun jabatan guru termasuk dalam kategori profesi terbuka yang dapat dimasuki
oleh semua orang. Kriteria persyaratan yang disusun oleh National Educational
Association (NEA) dipakai sebagai acuan, meliputi jabatan yang:
1) Melibatkan intelektual.
2) Menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3) Memerlukan persiapan profesional.
4) Memerlukan latihan dalam jabatan.
5) Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6) Menentukan baku-mutu sendiri.
7) Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
8) Mempunyai organisasi profesi.
(2) Jabatan Guru menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
Semua profesi mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan
anggotanya dari orang awam, dan memungkinkan anggota mengadakan
pengawasan. Soetjipto dan Kosasi (1999) menyatakan anggota suatu profesi
menguasai bidang ilmu yang membangun keahliannya dan melindungi
masyarakat dari salah guna, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu
yang ingin mencari keuntungan (misalnya orang-orang
yang tidak bertanggungjawab yang membuka praktik dokter). Namun belum
ada kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan
(education) atau keguruan (teaching).
Terdapat berbagai pendapat tentang apakah pembelajaran memenuhi
persyaratan kedua ini. Individu yang bergerak di bidang pendidikan
menyatakan bahwa pendidikan keguruan telah mengembangkan bidang
khusus yang sangat penting dalam mempersiapkan guru yang berwenang.
Sebaliknya, ada yang berpendapat pendidikan belum mempunyai batang
tubuh ilmu khusus yang dijabarkan secara alamiah. Kelompok pertama
(Usman, 2001) percaya bahwa pembelajaran adalah suatu sains (science),
sementara kelompok kedua mengatakan pembelajaran adalah suatu kiat (art).
Namun, dalam Encyclopedia of Educational Research, terdapat bukti
bahwa pendidikan secara intensional mengembangkan batang tubuh ilmu
khusus. Sebaliknya ada juga yang berpendapat ilmu pendidikan sedang dalam
krisis identitas karena batang tubuhnya tidak jelas, batasnya kabur,
strukturnya sebagai a body of knowledge yang samar- samar (Sanusi dkk,
1991). Sebaliknya, ilmu perilaku (behavioral sciences), ilmu pengetahuan
alam, dan bidang kesehatan dapat dibimbing langsung dengan peraturan dan
prosedur yang ekstensional dan menggunakan metodologi yang jelas;
sedangkan ilmu pendidikan kurang terdefinisi dengan baik.
Disamping itu, ilmu dalam pembelajaran masih banyak yang belum teruji
validitasnya dan belum disetujui oleh sebagian besar ahlinya (Semiawan dkk.,
1998) sebagai hasilnya, banyak orang awam seperti juga ahlinya selalu
berdebat dan berselisih, bahkan terkadang menimbulkan pembicaraan yang
negatif. Hasil lain dari bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik ini
adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda antara satu tempat dengan
tempat lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan menentukan beberapa
topik inti yang wajib ada dalam kurikulum (Whitty, 2006). Untuk melangkah
kepada jabatan profesional, guru harus mempunyai pengaruh yang cukup
besar dalam
membuat keputusan tentang jabatannya sendiri. Organisasi guru atau guru
harus mempunyai kekuasaan dan kepemimpinan potensial yang bekerjasama,
dan bukan didikte oleh kelompok yang berkepentingan, misalnya oleh
Yayasan atau Kantor Dinas Pendidikan Nasional beserta jajarannya (Soetjipto
& Kosasi, 1999).