Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 3

BUKU INFORMASI
MEMBANTU LANSIA GERAK BADAN MIRING KANAN DAN MIRING KIRI

Q 87302000121

LPKS UNUSA
Jalan Jemur Sari
Surabaya 2021

1
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR
ISI .......................................................................................................................................... 2 /8

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3 /8
A. Tujuan Umum ........................................................................................................... 3 /8
B. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 3 /8

BAB I
MENGIDENTIFIKASI PROGRAM MOBILISASI LANSIA DI TEMPAT TIDUR .. 4 /8
A. Identifikasi kebutuhan mobilisasi lansia…………………………………………… 4 /8
B. Koordinasi dengan teman sejawat …………………………………………………. 4 /8

BAB II
MELAKUKAN PERSIAPAN ALAT ......................................................................... 5 /8
A. Alat yang digunakan disiapkan sesuai fungsi dan kegunaanya…………………… 5 /8
B. Alat yang didekatkan pada lansia supaya mudah menggunakannya……………… 5 /8

BAB III
MELAKUKAN PERSIAPAN……………………………………………………….. 8 /8
A. Salam disampaikan kepada lansia…………………………………………………. 8 /8
B. Tujuan dan langkah – langkah mobilisasi di jelaskan…………………………….. 8 /8

BAB IV
MELAKUKAN MOBILISASI………………………………………………………..
A. SOP melakukan mobilisasi ………………………………………………………..
BAB V
MENCATAT DAN MELAPOR………………………………………………………
A. Pencatatan implementasi…………………………………………………………….
B. Pelaporan hasil kemajuan ……………………………………………………………

2
PENDAHULUAN

A. Tujuan Instruksi Umum (deskrisi n batasan variabel)

Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu melakukan tugas membantu
gerak mobilisasi miring kanan dan kiri dengan baik dan benar.

B. Tujuan Instruksi Khusus (element)

Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi mengenai


membantu gerak mobilisasi miring kanan dan kiri dengan baik dan benar bertujuan agar
peserta latih diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Dapat melakukan untuk membantu gerak mobilisasi miring kanan dan kiri yang lebih
nyaman dan benar

2. Dapat mengendalikan resiko jatuh dan meminimalkan resiko luka tekan akibat tirah
baring

3. Dapat memonitor pergerakan lansia secara berkala saat dilakukan pemindahan.

3
BAB I
MENGIDENTIFIKASI PROGRAM MOBILISASI LANSIA DI TEMPAT TIDUR

A. Identifikasi kebutuhan mobilisasi lansia


Secara umum jenis mobilisasi ada dua yaitu mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian.
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh, bebas
tanpa pembatasan jelas yang dapat mempertahankan untuk berinteraksi sosial dan
menjalankan peran sehari-harinya. Mobilisasi penuh ini memberikan fungsi saraf motorik
volunter dan sensorik yang dapat mengontrol 9 seluruh area tubuh seseorang yang melakukan
mobilisasi, sedangkan mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas, tidak mampu bergerak secara bebas, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
saraf motorik dan sensorik pada area tubuh seseorang. Mobilisasi sebagian dibagi lagi
menjadi dua yaitu mobilisasi sebagian temporer dan mobilisasi sebagian permanen, mobilisasi
sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan bersifat
sementara, hal tersebut dapat disebabkan adanya trauma reversibel pada sistem
muskuloskletal, sebagai contoh adanya dislokasi sendi dan tulang, dan mobilisasi sebagian
permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan bersifat menetap,
hal tersebut disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang reversibel sebagai contoh
terjadinya hemiplegia dan stroke paraplegia karena injuri tulang belakang, pada poliomelitis
karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik (A. Aziz Alimul Hidayat &
Muarifatul Uliyah 2015).

B. Koordinasi dengan teman sejawat

Tenaga perawat merupakan salah satu sumber daya rumah sakit yang memiliki jumlah yang
cukup besar serta memiliki peranan yang sangat menentukan mutu pelayanan suatu rumah
sakit. Perawat dalam melaksanakan asuhan kepada pasien memiliki tugas yang bervariasi,
antara lain melakukan tindakan mandiri seperti memenuhi kebutuhan activity daily living
(ADL) pasien, memandikan di tempat tidur, membantu mobilisasi pasien dengan cara
mengangkat pasien dewasa yang berat, merawat luka, cara memindahkan pasien dan lain –
lain. Perawat dalam melakukan pekerjaannya tersebut banyak menggunakan gerakan
membungkuk dan memutar tubuh, khususnya di sekitar tulang punggung bawah, mengangkat
benda berat, dan mentransfer pasien merupakan faktor risiko terbesar terkena Nyeri punggung
Belakang (Roupa, at all. 2008).

4
BAB II
MELAKUKAN PERSIAPAN ALAT

A. Identifikasi alat yang di gunakan


Alat yang perlu di siapkan untuk mengganti posisi tidur /mobilisasi ditempat tidur adalah
1. bantal 2-3 buah
2. guling 1-2 buah
3. set baju bersih bila kotor
4. linen set bila kotor
5. tempat baju kotor
6. tempat linen kotor

B. Kegunaan alat
Bantal dan guling dipakai untuk membantu menyanggah tubuh saat lansia di miringkan
agar tidak kembali pada posisi semula, selain itu juga memberikan rasa nyaman dan aman,
sehingga lansia tidak terasa capek dan pegal

5
BAB III
MELAKUKAN PERSIAPAN

A. Pra Interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya
dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat
mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang
lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 20011 dalam Suryani, 2009). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada
saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh
klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam Suryani, 2009) sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian). Tugas perawat
dalam tahapan ini adalah:
1.  Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
2.  Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3.  Mengumpulkan data tentang klien.
4.  Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

B. Tujuan dan langkah langkah mobilisasi


Posisi miring kanan dan miring kiri merupakan posisi yang diberikan pada pasien tirah baring
untuk mengurangi tekanan yang terlalu lama dan gaya gesekan pada kulit, di samping itu juga
mencegah terbentuknya luka tekan, kemudian mengubah posisi setiap 2 jam sekali (Effendi,
2011). Pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf dan peningkatan
kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh
kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur (Perry & Potter, 2013).

Posisi berbaring kesamping Posisi diatur berbaring kesamping kanan / kiri.


Lengan yang dibawah tubuh diatur fleksi didepan kepala atau diatas bantal. Sebuah bantal
dapat diletakkan dibawah kepala dan bahu. Untuk menyokong otot sternokleidomartoid dapat
dipasang bantal di bawah tangan. Untuk mencegah lengan aduksi dan bahu beratasi ke dalam,

6
sebuah bantal dapat diletakkan dibawahnya. Untuk mencegah paha beraduksi dan berotasi ke
dalam, sebuah bantal dapat diletakkan di bawah kaki atas, sambil kaki atas diatur sedikit
menekuk kedepan (Potter & Perry, 2013). Posisi Miring Pada posisi miring (lateral) pasien
bersandar disamping, dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
Kesejajaran tubuh harus sama ketika berdiri. Contohnya struktur tulang belakang harus
diperhatikan, kepala harus di sokong pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang
harus dihindari (Potter & Perry, 2013). Tujuan Mengatur Posisi Tujuan mengatur posisi
pasien adalah memberikan rasa nyaman pada pasien, mempertahankan atau menjaga postur
tubuh tetap baik, menghindari komplikasi yang mungkin timbul akibat tirah baring. Posisi
pasien sebaiknya dirubah setiap 2 jam bila tidak ada kontra indikasi. Pengaturan Posisi Para
peserta dalam kelompok eksperimen Chair et al., (2003) memiliki posisi bervariasi dari
supinasi, sisi kanan-kiri berbaring dan sisi-berbaring per jam dari dua jam setelah
pengangkatan selubung, sementara kelompok kontrol dipertahankan supinasi untuk jangka
waktu yang sama (8-24 jam tergantung pada ahli jantung).

7
BAB IV
MELAKUKAN MOBILISASI

A. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan


Mencuci tangan merupakan pilar utama untuk mencegah infeksi yang masuk melalui tangan,
karena tangan merupakan sumber penularan kuman secara langsung ataupun tidak langsung.
Tangan yang kotor dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada tubuh seperti
diare dan influenza.
Cuci tangan bertujuan memutus rantai transmisi atau penyebaran mikroorganisme (kuman
atau bakteri dan virus) melalui tangan. Dengan menghentikan penyebaran kuman, kita dapat
mengurangi infeksi di antara para pasien.

Untuk mencegah :

1. Kolonisasi kuman penyakit pada pasien termasuk kuman yang multiresisten


2. Penyebaran patogen ke area perawatan
3. Infeksi yang disebabkan kuman endogen
4. Kolonisasi dan infeksi pada petugas kesehatan

Enam langkah cuci tangan menurut WHO 6


1. Gosok ke-dua telapak tangan hingga merata
2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak kiri di atas punggung tangan
kanan
3. Telapak dengan telapak tangan dan jari-jari tangan saling terkait
4. Jari-jari tangan pada sisi dalam telapak tangan dengan gerakan saling mengunci
5. Gosok ibu jari (jempol) kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan sebaliknya
6. Gosok dengan memutar ujung-ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya

B. Tahapan mobilisasi miring kanan/kiri


pengaturan posisi, pengaturan atau perubahan posisi ini dilakukan setiap dua sampai tiga jam
sekali. Dimulai dari tidur terlentang, miring kekiri maupun miring kekanan. Pengaturan atau
perubahan pasisi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya luka tekan pada pasien, luka tekan
dapat terjadi dalam waktu 3 hari sejak terpaparnya kulit akan tekanan. Jika penekanan ini

8
hanya berlangsung untuk waktu lama, maka akan ada akibat – akibat yang merugikan bagi
aliran darah. Pada penekanan yang berlangsung waktu lama, maka timbul masalah dalam
peredaran zat-zat makanan dan zat asam yang harus di salurkan pada bagian – bagian kulit
yang mengalami penekanan, jaringan-jaringan yang tak mendapat cukup makan dan zat – zat
asam perlahan akan mati, dari sinilah kemudian timbul 12 luka–luka dekubitus (Ginsbreng,
2008). Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat(Nurarif, Hardhi, 2013).
Akibatnya dari penekan pada kulit, tak lama setelah itu akan terjadi pendarahan dan nekrosis
pada lapisan jaringan, selain itu terdapat aliran darah kapiler akibat tekanan eksternal pada
kulit. Oleh sebab itu pasien harus diubah posisi sesuai dengan tingkat aktivitas, kemampuan
persepsi, dan rutinitas sehari – hari dengan dilakukanya alih baring/tirah baring setiap 2 jam
dan 4 jam yang dapat memberikan rasa nyaman pada pasien, mempertahankan atau menjaga
postur tubuh dengan baik menghindari komplikasi yang mungkin timbul akibat tirah baring
seperti luka tekan (dekubitus), maka dengan dilakukannya tindakan alih baring tersebut akan
mencegah terjadinya dekubitus. Alih baring adalah suatu keadaan individu yang mengalami
atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik(Mubarak, Lilis, Joko, 2015). Alih baring
dapat mencegah dekubitus pada daerah tulang yang menonjol yang bertujuan untuk
mengurangi penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi tidur tertentu yang dapat
menyebabkan lecet. Penelitian yang dilakukan Sari, (2007), terjadinya dekubitus pada posisi
tubuh lateral dengan sudut maximum 300 juga akan mencegah kulit dari pergesekan (friction)
dan perobekan jaringan (shear). Pergesekan akan mengakibatkan abrasi dan merusak
permukaan epidermis kulit, sedangkan perobekan jaringan bisa mengakibatkan oklusi dari
pembuluh darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam, seperti otot(Beebe, J. A.,
Catherine E. L., 2009). Tapi pengaturan tentang bagaimana posisi yang paling tepat masih
sangat sedikit, terbukti baru 17 literatur yang ditemukan dari tahun 1965-2006. Pengaturan
posisi ini juga dapat mencegah komplikasi akibat tirah baring(Wirawan, 2009). Salah satu
komplikasi lain yang dapat muncul seperti osteoporosis, karena tanpa adanya aktivitas yang
memberi beban pada tulang, tulang akan mengalami demineralisasi(oesteoporosis,) proses ini
akan menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kepadatannya sehingga tulang menjadi
keropos dan mudah patah(Mubarak, Lilis, Joko, 2015). Pengaturan posisi ini dapat diubah
setiap dua jam. Pertama dalam posisi berbaring terlentang, posisi kepala, leher, dan punggung
harus lurus. Letakkan bantal dibawah lengan yang lumpuh secara hati-hati, sehingga bahu
terangkat keatas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar ke arah luar, siku dan
9
pergelangan tangan agak ditinggikan. Letakkan pula bantal dibawah paha yang lumpuh
dengan posisi agak memutar ke arah dalam, lutut agak ditekuk. Kemudian setelah dua jam
memiringkan pasien ke sisi yang sehat 13 dengan bahu lumpuh harus menghadap kedepan,
lengan yang lumpuh memeluk bantal dengan siku diluruskan. Kaki yang lumpuh diletakkan di
depan, di bawah paha dan tungkai diganjal bantal, lutut ditekuk. Setelah kurang lebih dua jam
memiringkan pasien ke sisi yang lumpuh dengan lengan yang lumpuh menghadap kedepan,
pastikan bahwa bahu penderita tidak memutar secara berlebihan. Tungkai agak ditekuk,
tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang lumpuh dengan diganjal bantal(Purwanti,
Arina, 2008).

POSISI LATERAL (SIDE-LYING)

Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala
menoleh ke samping. Posisi lateral bertujuan untuk mengurangi lordosis dan meningkatkan
kelurusan punggung yang baik, baik untuk posisi tidur dan membantu menghilangkan tekanan
pada sakrum dan tumit.

10
POSISI SIMS

Posisi sims atau semipronasi adalah posisi klien berbaring pada pertengahan antara posisi lateral
dan posisi pronasi. Pada posisi ini lengan bawah ada di belakang klien, sedangkan lengan atas ada
di depan tubuh klien. Tujuan pemberian posisi sims adalah memfasilitasi drainase dari mulut pada
klien tidak sadar, mengurangi penekanan pada sakrum pada klien yang mengalami paralisis,
memudahkan pemeriksaan dan perawatan area perineal dan posisi ini baik untuk pemberian
enema.

C. Alokasi waktu mobilisasi miring kanan/kiri

Waktu untuk mobilisasi miring kanan/ kiri atau berpindah posisi setiap 2 jam sekali, kecuali
malam hari biarkan lansia istirahat tanpa ada gangguan

D. Gerakan tangan dan kaki untuk mencegah kekakuan

BAB V
MENCATAT DAN MELAPOR
A. Dokumentasi implementasi

11
Dokumentasi hasil tindakan bisa dituliskan pada catatan yang sudah disediakan oleh panti,
rumah sakit maupun membuat catatan tersendiri bila lansia di rawat di rumah
B. Catatan perkembangan dan pelaporan
Catatan perkembangan diperlukan untuk mengetahui tingkat kemajuan dari lansia yang
sedang dirawat, catatan tersebut sebagai bukti dokumentasi untuk dilaporkan kepada dokter
keluarga yang merawat atau keluarganya.

12

Anda mungkin juga menyukai