Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS FALETEHAN

MAKALAH ATONIA UTERI


Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas II

Disusun oleh :

Nurcholis Indra Mahesa (1020032050)

Kelas : 1B PSIK (Transfer)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN
JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Maternitas II. Dengan
judul : Atonia Uteri.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sepurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengaharapkan segala bentuk saran masukan bahkan kritikan
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia penidikan

Serang, 12 Juni 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................... 4
A. Pengertian Atonia Uteri ............................................................ 4
B. Etiologi Atonia Uteri ................................................................ 4
C. Manifestasi Klinis Atonia Uteri .................................................5
D. Diagnosis Atonia Uteri ............................................................. 5
E. Penatalaksanaan Atonia Uteri .................................................. 6
F. Pathway..................................................................................... 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 9
A. Hasil ........................................................................................ 10
B. Pembahasan ............................................................................ 12
BAB IV PENUTUP ................................................................................ 22
A. Kesimpulan ............................................................................. 22
B. Saran ....................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi


lahir (Saifuddin, 2010: 523). Bahaya perdarahan postpartum yaitu terjadinya
anemia yang dapat memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya tahan
tubuhnya, dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas. Komplikasi
perdarahan postpartum segera berupa syok hemoragi (hipovolemik) dan
kematian dapat terjadi akibat perdarahan yang tiba-tiba dan perdarahan
berlebihan. Komplikasi yang tertunda yang timbul akibat perdarahan post
partum mencakup anemia, infeksi puerperal, dan trombo embolisme (Bobak,
2005: 664).

Atonia uteri menjadi penyebab utama perdarahan post partum berkisar 5%


015% dan menjadi prioritas utama karena dapat berakibat kematian pada ibu
pasca melahirkan Gejala yang khas pada atonia uteri adalah uterus tidak
berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (Anonim.
2011).

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian atonia uteri antara lain


peregangan uterus yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar, bayi besar,
dan polihidramnion, selanjutnya pada persalinan lama, persalinan dengan
induksi atau akselerasi oksitosin, persalinan dengan tindakan dan anemia
(Anggrain, 2012).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup, AKI merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012. Penyebab langsung kematian terkait kehamilan
dan persalinan terutama adalah perdarahan 28%, sebab lain yaitu eklamsi
24%, abortus 5%, infeksi 11%, partus lama 5% dan penyebab lain 15%
(Depkes RI, 2014). Angka Kematian Ibu di Provinsi Banten 189/100.000
kelahiran hidup.

1
Universitas Faletehan
2

Pada tahun 2016 Jumlah kematian ibu di Kota Serang Banten mencapai 11
orang penyebab utama dari kematian ibu adalah perdarahan 4%, infeksi 1%,
hipertensi 8%, abortus 0%, partus lama 0%, dan sebab lain 4%. (Dinkes
Serang Kota, 2016). Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan
kematian ibu, antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan
keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(Buku KIA), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) serta penyediaan fasilitas kesehatan. Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Upaya lain yang
dilakukan pemerintah adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang
diselenggarakan sejak 2011. Program yang memiliki visi “Ibu Selamat, Bayi
Lahir Sehat” ini diharapkan memberikan pengaruh besar dalam upaya
percepatan penurunan angka medical record di Rumah Sakit Kencana Kota
Serang Provinsi Banten tahun 2017.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas atonia uteri
sebagai judul makalah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
atonia uteri
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dari atonia uteri
b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan atonia uteri
c. Mampu menganalisa data dan menegakan diagnose dengan atonia
uteri
d. Mampu membuat invervensi keperawatan dengan atonia uteri

Universitas Faletehan
3

C. Manfaat Penulisan
Setelah melaksanakan studi kasus, diharapkan dapat bermanfaat bagi.
1. Penulis
Hasil stadi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman peneliti dalam menangani masalah keperawatan pada atonia
uteri

2. Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian masyarakat dalam


menurunkan atonia uteri serta dapat memahami tentang penyebab dan
penanganan atonia uteri.

3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

Memberikan informasi bagi profesi kesehatan dan masyarakat umum


untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam menangani
masalah atonia uteri.

Universitas Faletehan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Atonia Uteri


Atonia uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi
karena terlepasnya sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum
terlepas. Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus
menjadi lunak dan pembuluh darah pada bekas perlekatan plasenta terbuka
lebar. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan mengakibatkan darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Atonia uteri adalah keadaan
lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir.

B. Etiologi Atonia Uteri


Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1. Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan,
diantaranya :
a) Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
b) Kehamilan gemelli
c) Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi (grande multipara)
7. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang
pada  preeklamsia atau eklamsia.
8. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda (<20 tahun dan >35 tahun)

4
Universitas Faletehan
5
Universitas Faletehan
5

Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam
usaha melahirkan  plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

C. Manifestasi Klinis Atonia Uteri


1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah
2. Konsistensi rahim lunak Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas
atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan
yang lainnya
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok
a) Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b) Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg c.
c) Pucat
d) Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e) Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f) Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g) Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

D. Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis,
maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang
sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus
dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.
 

Universitas Faletehan
6

E. Penatalaksanaan Atonia Uteri


Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien.
Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok
berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung
pada keadaaan klinisnya.
No. Langkah penatalaksanaan Alasan
1 Massase fundus uteri segera setelah Masase merangsang kontraksi uterus.
lahihnya plasenta (maksimal 15 Saat dimasase dapat dilakukan
dektik) penilaian kontraksi uterus
2 Versihkan bekuan darahdan selaput Bekuan darah dan selaput ketuban
ketuban dari vagina dan lubang dalam vagina dan saluran serviks
servik akan dapat menghalang kontaksi
uterus secara baik.
3 Pastikan bahwa kantung kemih Kandung kemih yang pebuh akan
kosong, jika penuh dapat dipalpasi, dapat menghalangi uterus
lakukan kateterisasi menggunkan berkontraksi secara baik
teknik aseptik
4 Anjurkan kelurga untuk mulai Kompresi bimanual internal
membantu kompresi bimanual memeberikan tekanan langsung pada
eksternal pembulu darah dinding uteruus dan
juga merangsang miometrium untuk
berkontraksi.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai Keluarga dapat meneruskan
membantu kompresi bimanual kompresi bimanual eksternal selama
eksternal peolng melakukan langkah-langkah
selajutnya.
6 Kelurkan tangan perlahan-lahan Menghindai rasa nyeri
7 Berikan ergometrin 0.2 mg IM Ergometrin dan misopostol akan
(kontraindikasi hipertensi) atau bekerja dalam 5 – 7 menit dan
misopostrol 600 – 1000 mcg menyebabkan kontraksi unterus
8 Pasang infus mengunakan 16 – 18 Jaru besar memungkinkan pemberian
dan berikan 500 cc ringer laktat + larutan IV secara cepat atau tranfusi
20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc darah. RL akanmembantu
pertama secepat mungkin. memulihkan volume cairanyang
hilang selama pendarahan. Oksitusin

Universitas Faletehan
7

IV akan cepat merangsang kontraksi


uterus.
9 Ulangi kompresi bimanual internal KBI yang dilakukan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin atau
misopostrol akan membantu uterus
berkontaksi.
10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontrasi selama
1 sampai 2 menit, hal ini bukan
atonia sederhana. Ibu membutuhkan
perawatan gawat darurat di fasilitas
yang mampu melaksanakan bedah
dan tranfusi darah
11 Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kompresi uterus ini memeberikan
Teruskan melakukan KBI tekanan langsung pada pembulu drag
dinding uterus dan merangsang
uterus berkontaraksi.
12 Lanjutkan infus RL +20 IU RL dapat membantu memulihkan
oksitosin dalam 500 cc larutkan volume cairan yang hilang akibat
dengan laju 500 cc/jam sehingga pendarhan. Oksitosin dapat
menghabiskan 1,5 I infus. merangsang uterus untuk
Kemudian beriakn 125 cc/jam. Juka berkontaksi.
tidak tersedia ceiran yang cukup,
berikan 500 cc yang kedua dengan
kecepatakn sedang dan berikan
minum untuk rehidrasi

F. Pathway

Universitas Faletehan
8

Universitas Faletehan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

KASUS KOMPLIKASI POST PARTUM


Ny. N berumur 28 tahun, P2 A0 post partum spontan dengan presentasi kepala,
baru saja bersalin pukul 04.00 WIB ditolong oleh bidan di Puskesmas. 2 jam
setelah plasenta lahir, Ny. N mengeluh pusing dan mengantuk. Berdasarkan hasil
pemeriksaan, keadaan umum lemah, kesadaran somnolen, tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 110 x/menit, respirasi 30 x/menit dan suhu 38’C. Ibu tampak pucat,
ekstremitas teraba dingin serta warna kuku juga tampak pucat, turgor kulit
menurun ,TFU 1 jari di atas pusat, tidak ada kontraksi, kandung kemih kosong
dan pengeluaran darah dari vagina + 700 cc. Ibu tidak ada riwayat alergi, tidak
ada riwayat penyakit DM, tumor, hipertensi, PMS, dan TBC. Tidak ada riwayat
penyakit yang menyertai kehamilan seperti nyeri perut hebat, sakit kepala hebat,
dan kejang. Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol, dan merokok. Ibu
Menarche usia 15 tahun, siklus haid teratur 28 hari, Lamanya 5-7 hari dan tidak
ada dismenore. Selama hamil ANC > 4x di Puskesmas. Ibu pernah menjadi
akseptor KB pil. Riwayat Persalinan: Ibu masuk dengan pembukaan 3 cm jam
23.00 WIB. Pembukaan lengkap 10 cm pukul 03.45 WIB. Bayi lahir Jam 04.00
WIB dan segera menangis, jenis kelamin perempuan, BBL: 3.400 gram, PB: 50
cm, A/s: 8/10. Penyuntikan oksitoksin pada kala III dilakukan 2 kali karena
setelah 15 menit plasenta belum lahir. Plasenta lahir lengkap 30 menit setelah bayi
lahir. Untuk ADL ibu mengatakan tidak ada perubahan.

9
Universitas Faletehan
10

A. HASIL
1. Pengkajiaan
Tanggal Masuk/ Jam: 23.00 WIB
Diagnosa Medis : Post Partum Spontan dengan presentasi kepala

a. Identitas Pasien

Nama pasien : Ny. N


Umur : 28 tahun
Pekerjaan : -
Alamat :-
b. Keluhan Utama
Ny. N mengeluh pusing dan mengantuk

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. N berumur 28 tahun, P2 A0 post partum spontan dengan
presentasi kepala,baru saja bersalin pukul 04.00 WIB ditolong
oleh bidan di Puskesmas. 2 jam setelah plasenta lahir, Ny. N
mengeluh pusing dan mengantuk.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat penyakit DM,
tumor, hipertensi, PMS, dan TBC

e. Riwayat Ginekologi
Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti
nyeri perut hebat, sakit kepala hebat, dan kejang. Tidak ada
riwayat ketergantungan obat, alkohol, dan merokok
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat penyakit DM,
tumor, hipertensi, PMS, dan TBC

g. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal Dan Intranatal :


1) Riwayat penggunaan kontrasepsi

Ibu pernah menjadi akseptor KB pil


2) Riwayat menstruasi

Universitas Faletehan
11

Menarche usia 15 tahun, siklus haid teratur 28 hari, Lamanya


5-7 hari dan tidak ada dismenore.
3) Riwayat kehamilan sekarang

Selama hamil ANC > 4x di Puskesmas


4) Riwayat persalinan sekarang

Ibu masuk dengan pembukaan 3 cm jam 23.00 WIB.


Pembukaan lengkap 10 cm pukul 03.45 WIB. Bayi lahir Jam
04.00 WIB dan segera menangis, jenis kelamin perempuan,
BBL: 3.400 gram, PB: 50 cm, A/s: 8/10. Plasenta lahir
lengkap 30 menit setelah bayi lahir

h. Pola Aktivitas

Untuk ADL ibu mengatakan tidak ada perubahan.

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Somnolen
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/60 mmHg, Nadi 110 x/menit, Respirasi 30
x/menit dan suhu 38’C

d. Integumen
Ibu tampak pucat, ekstremitas teraba dingin serta warna kuku juga
tampak pucat, turgor kulit menurun
e. Abdomen
TFU 1 jari di atas pusat, tidak ada kontraksi, kandung kemih
kosong dan pengeluaran darah dari vagina + 700 cc.

3. Penatalaksanaan
Penyuntikan oksitoksin pada kala III dilakukan 2 kali karena setelah 15
menit plasenta belum lahir.

Universitas Faletehan
12

B. PEMBAHASAN

1. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Masalah
DS: Atoni uteri Hipovolemia
- mengeluh pusing

dan mengantuk
DO: Uterus tidak

- Berdasarkan hasil berkontraksi dan

pemeriksaan, lembek

keadaan umum ↓
lemah,
Perdarahan
- kesadaran
somnolen, ↓
- tekanan darah 500-600 cc/24jam
90/60 mmHg,
nadi 110 x/menit, ↓
respirasi 30 Suplai darah menurun
x/menit dan suhu

38’C.
Syok hipovolemia
- Ibu tampak pucat,
ekstremitas teraba ↓
dingin serta
Hipovolemia
warna kuku juga
tampak pucat,
turgor kulit
menurun
- TFU 1 jari di atas
pusat, tidak ada

Universitas Faletehan
13

kontraksi,
kandung kemih
kosong dan
pengeluaran
darah dari vagina
+ 700 cc.
- Penyuntikan
oksitoksin pada
kala III dilakukan
2 kali karena
setelah 15 menit
plasenta belum
lahir.
DS: Atoni uteri Resiko perfusi jaringan
DO: perifer tidak efektif

Uterus tidak
berkontraksi dan
lembek


Perdarahan


500-600 cc/24jam


Suplai darah menurun


Syok hipovolemia


Tekanan darah menurun
Heart Rate meningkat


Resiko perfusi jaringan
perifer tidak efektif
DS: Atoni uteri Intoleransi Aktivitas

Universitas Faletehan
14

- mengeluh pusing

dan mengantuk
Uterus tidak
DO: berkontraksi dan
- keadaan umum lembek
lemah,
- kesadaran ↓
somnolen, Perdarahan
- tekanan darah

90/60 mmHg,
500-600 cc/24jam
nadi 110 x/menit,
respirasi 30 ↓
x/menit dan suhu
Suplai darah menurun
38’C.

HB dan Fe2+ ¿¿ menurun


Anemia


Kelemahan


Intoleransi aktivitas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan:
DS:
- Mengeluh pusing dan mengantuk
DO:
- Berdasarkan hasil pemeriksaan, keadaan umum lemah,

Universitas Faletehan
15

- Kesadaran somnolen,
- Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit, respirasi 30
x/menit dan suhu 38’C.
- Ibu tampak pucat, ekstremitas teraba dingin serta warna kuku
juga tampak pucat, turgor kulit menurun
- TFU 1 jari di atas pusat, tidak ada kontraksi, kandung kemih
kosong dan pengeluaran darah dari vagina + 700 cc.
- Penyuntikan oksitoksin pada kala III dilakukan 2 kali karena
setelah 15 menit plasenta belum lahir.
b. Resiko perfusi jaringan perifer tidak efektif dibuktikan
dengan perdarahan.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
ditanai dengan:
DS:
- mengeluh pusing dan mengantuk
DO:
- keadaan umum lemah,
- kesadaran somnolen,
- tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit, respirasi 30
x/menit dan suhu 38’C.

C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosis Intervensi
No Perencanaan
Keperawatan Keperawatan
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
ditandai dengan intervensi Observasi:
kehilangan cairan keperawatan selama 1. Periksa landa dan
aktif ditandai 2x24 jam hipovolemia gejala
dengan: membaik dengan hipovolemia (mis.
DS: kriteria hasil: frekuensi nadi
- mengeluh - kekuatan nadi meningkat, nadi
pusing dan menurun teraba lemah,

Universitas Faletehan
16

mengantuk - turgor kulit tekanan darah


DO: meningkat menurun, tekanan
- Berdasarkan hasil - frekuensi nadi nadi menyempit,
pemeriksaan, membaik turgor kulit
keadaan umum - tekanan darah menurun,
lemah, membaik membran
- kesadaran - tekanan nadi mukosakering,
somnolen, membaik volume urin
- tekanan darah menurun,
90/60 mmHg, (Status Cairan, sumber: hematoknt
nadi 110 x/menit, SLKI, hal. 107) meningkat, haus,
respirasi 30 lemah)
x/menit dan suhu 2. Monitor intake
38’C. dan output cairan
- Ibu tampak pucat,
ekstremitas Terapeutik:
teraba dingin 3. Hitung kebutuhan
serta warna kuku cairan
juga tampak 4. Berikan posisi
pucat, turgor kulit modified
menurun Trendelenburg
- TFU 1 jari di atas 5. Berikan asupan
pusat, tidak ada cairan oral
kontraksi,
kandung kemih Edukasi:
kosong dan 6. Anjurkan
pengeluaran memperbanyak
darah dari vagina asupan cairan oral
+ 700 cc. 7. Anjurkan
- Penyuntikan menghindari
oksitoksin pada perubahan posisi
kala III dilakukan mendadak

Universitas Faletehan
17

2 kali karena
setelah 15 menit
plasenta belum
lahir. Kolaborasi:
(Sumber: SDKI, hal. 64) 8. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis.
NaCl, RL) -
Kolaborasi
pemberian cairan
IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5 %,
NaCl 0,4%)
9. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
albumin,
Plasmanate)
10. Kolaborasi
pemberian produk
darah

(Sumber: SIKI, hal. 184)

2 Resiko perfusi Setelah dilakukan Pencegahan syok


jaringan perifer tidak intervensi Observasi:
efektif dibuktikan keperawatan selama 1. Monitor status
dengan perdarahan. 2x24 jam resiko kardiopulmonal
perfusi jaringan (frekuensi dan
(Sumber: SDKI, hal. 48) perifer meningkat kekuatan nadi,
dengan kriteria hasil: frekuensi napas,
- denyut nadi TD, MAP)

Universitas Faletehan
18

perifer 2. Monitor status


menurun oksigenasi
- warna kulit (oksimetri nadi,
pucat menurun AGD)
- pengisian 3. Monitor status
perifer cairan masukan
membaik dan haluaran,
- akral membaik turgor kulit, CRT)
- turgor kulit 4. Monitor tingkat
membaik kesadaran dan
- tekanan darah respon pupil
sistolik
membaik Terapeutik:
- tekanan darah 5. Berikan oksigen
diastolik untuk
membaik mempertahankan
saturasi oksigen
(Perfusi perifer, Sumber: >94%
SLKI, hal. 84)
6. Pasang jalur IV,
jika perlu
7. Pasang kateter
urine untuk
menilai produksi
urine, jika perlu
8. Lakukan skin test
untuk mencegah
reaksi alergi

Edukasi:
9. Jelaskan
penyebab/faktor
risiko syok

Universitas Faletehan
19

10. Jelaskan tanda


dan gejala awal
syok
11. Anjurkan melapor
jika
menemukan/mera
sakan tanda dan
gejala awal syok
12. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral

Kolaborasi:
13. Kolaborasi
pemberian IV,
jika perlu
14. Kolaborasi
pemberian
transfusi darah,
jika perlu

(Sumber: SIKI, hal. 283)

3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


berhubungan dengan intervensi Observasi:
kelemahan ditanai keperawatan selama 1. Identifikasi
dengan: 2x24 jam intoleransi gangguan fungsi
DS: aktivitas meningkat tubuh yang
- mengeluh dengan kriteria hasil: mengakibatkan
pusing dan - frekuensi nadi kelelahan
mengantuk menurun 2. Monitor
DO: - saturasi kelelahan fisik
- keadaan umum oksigen dan emosional

Universitas Faletehan
20

lemah, meningkat 3. Monitor pola dan


- kesadaran - keluhan lelah jam tidur
somnolen, menurun
- tekanan darah - perasaan Terapeutik:
90/60 mmHg, lemah 4. Sediakan
nadi 110 x/menit, menurun lingkungan
respirasi 30 - warna kulit nyaman dan
x/menit dan suhu membaik rendah stimulus
38’C. - tekanan darah (mis cahaya,
membaik suara kunjungan)
(Sumber: SDKI,
- frekuensi 5. Lakukan latihan
hal.128)
napas rentang gerak
membaik pasif dan/atau
aktif
(Toleransi aktivitas,
Sumber: SLKI, hal. 149)
Edukasi:
6. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
7. Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
8. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Universitas Faletehan
21

Kolaborasi:
9. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

(Sumber: SIKI, hal. 176)

Universitas Faletehan
22

Universitas Faletehan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Atonia uteri menjadi


penyebab utama perdarahan post partum berkisar 5% 015% dan menjadi
prioritas utama karena dapat berakibat kematian pada ibu pasca melahirkan
Gejala yang khas pada atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi dan
lembek, perdarahan segera setelah anak lahir.

B. Saran

1. Bagi Penulis selanjutnya

Diharapkan penulis melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil


diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, harus terlebih dahulu memahami
masalah dengan baik, serta mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan benar. Diharapkan juga peneliti dapat menggunakan
atau memanfaatkan waktu seefektif mungkin.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat memahami tentang materi ini.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Saran bagi institusi pendidikan untuk dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam proses pembelajaran.

22
Universitas Faletehan
DAFTAR PUSTAKA

Anggrainy, Veiny. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Atonia
Uteri Di RSUP NTB. Diperoleh 20 Maret,2017
Anonim. 2011. Hubungan Faktor Risiko Ibu Bersalin Dengan atoni uteri diakses
10 juli 2017
Bobak, Lowdemik Jensen Dkk 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta
Buku Kedokteran Indonesia EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai