Skripsi Kematian
Skripsi Kematian
Skripsi Kematian
OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Satriawan Abadi, Sp.PD-KIC
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
II
III
IV
V
LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya
saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain
baik berupa tulisan, data, gambar atau ilustrasi baik yang telah
ketentuan akademis.
NIM : C11114821
VI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………..………………...………………………………..…….i
HALAMAN PENGESAHAN………………...………………………………..……ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….………….vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..……….......xi
ABSTRAK………………………………………………………………….………xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………...…………………………...…………1
1.3 Tujuan…………………………………………………………...……………3
VII
2.1.3 Klasifikasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)………………………......…9
2.2 Kematian……………..……...………………………………………...…….15
VIII
4.4 Jenis Data dan Instrumen Sampel..……………………………………….…25
BAB 6 PEMBAHASAN
IX
6.2 Distribusi kematian berdasarkan jenis kelamin………………………….…38
7.1 Kesimpulan………………………………………………………………....43
7.2 Saran………………………………………………………………………..43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….……44
LAMPIRAN
X
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan doa yang tulus kami kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat merampungkan skripsi ini, sebagai
salah satu syarat dalam penyelesaian tugas Mata Kuliah Skripsi Fakultas Kedokteran
serta bantuan moral dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga segala
rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih dan
bimbingan dan arahan kepada saya mulai dari penyusunan proposal sampai
2. Dr. dr. Femi Syahriani, Sp. PD, K-R dan Dr. dr. Risna Halim, Sp. PD selaku
penguji bermula dari ujian proposal hingga ke ujian akhir yang sudi
3. Ketua bagian dan seluruh staf dosen matakuliah Skripsi yang memberikan
XI
4. Bapa saya, Mohd Lotfi bin Kassim dan ibu saya, Norhayati binti Mohamad
serta saudara dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan dan
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Saya menyadari bahwa apa yang
telah dibuat ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga saya mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Saya
Amin.
NIM: C11114821
XII
PROFIL KEMATIAN PASIEN KURANG 8 JAM DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN
2016
ABSTRAK
Latar Belakang: Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah
sakit yang digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk
pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. 8 jam pertama merupakan
golden period dalam menangani pasien di IGD. Oleh yang demikian, penelitian ini
dibuat untuk mengetahui lebih jelas tentang beberapa data yang berhubung dengan
profil kematian pasien yang dirawat kurang 8 jam di IGD RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar pada tahun 2016. Metode: Penelitian dilaksanakan pada
bulan Oktober 2017 sampai November 2017. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dan menggunakan metode total sampling. Subjek terdiri dari 288 pasien
yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hasil:
Kematian pasien di IGD terbanyak berada pada kelompok usia 51-60 tahun
(20.49%), jenis kelamin lelaki (62.85%), dan pada 2 jam pertama setelah masuk
IGD. Manakala diagnosis penyebab kematian terbanyak adalah penyakit pada sistem
sirkulasi dan kegagalan multi organ (23.96%). Kesimpulan: Insidens kematian
pasien di IGD terbanyak berada pada kelompok usia 51-60 tahun, jenis kelamin
lelaki dan pada 2 jam pertama setelah masuk IGD. Manakala diagnosis penyebab
kematian terbanyak adalah penyakit pada sistem sirkulasi dan kegagalan multi organ.
Kata kunci: kematian pasien di IGD, umur, jenis kelamin, diagnosis utama, lama
penanganan
__________________________________________________________________
1Mahasiswi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2Dosen Pembimbing Skripsi
XIII
DEATH PROFILE BELOW 8 HOURS IN EMERGENCY DEPARTMENT,
DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR IN 2016
ABSTRACT
XIV
BAB 1
PENDAHULUAN
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit yang
dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk
pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland Health ED,
2012).
Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
(selanjutnya disebut IGD) harus dapat memberikan pelayanan 24 jam secara terus
Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima, melakukan triase,
pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu
(Ferero, 2014).
dan situasi bencana. Terdapat beberapa tipe pasien khusus yang biasanya ditemui di
IGD yang mungkin membutuhkan pemeriksaan dan tindakan yang khusus antara lain
pasien dengan trauma mayor, pasien lansia, anak-anak dan remaja, pasien dengan
1
2
gangguan jiwa, pasien dengan penyakit infeksius, dan pasien yang terpapar
medis (radiologi, laboratorium klinik, depo farmasi dan bank darah/ unit transfusi
darah) dan penunjang non medis (komunikasi khusus, telepon dan radiomedik).
(Kemenkes, 2012)
8 jam pertama merupakan golden period dalam menangani pasien di IGD. Oleh yang
demikian, penelitian ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas tentang beberapa data
yang berhubung dengan profil kematian pasien yang dirawat kurang 8 jam di IGD
Belum diketahui profil kematian pasien (kurang 8 jam) di Instalasi Gawat Darurat
1.4 Tujuan
Melalui identifikasi profil kematian pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2016, diharapkan hasil penilitan ini
i) Peneliti
tahun 2016.
Gawat Darurat.
5
Penelitian ini diharap dapat menjadi bahan kajian atau data awal untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah satu bagian di dalam sebuah rumah
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan
Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
(Selanjutnya Disebut IGD) harus dapat memberikan pelayanan 24 jam secara terus
serta dibantu oleh tenaga medis, keperawatan dan tenaga lain yang telah memperoleh
6
7
medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi
pasien yang datang dengan gawatdarurat medis. Salah satu indikator mutu pelayanan
Prosedur pelayanan disuatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akan
diterima oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di rawat inap, rawat
suatu prosedur pelayanan rumah sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal pelayanan
petugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya,
dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab. (Depkes RI,
2006).
Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien yang masuk ke
IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu
darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Semua itu
dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya
manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai dengan standar. (Kemenkes, 2009)
8
seminggu.
iv) Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
v) Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah
sampai di IGD.
pelaksana).
vii) Setiap rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat
spesialis yang selalu siaga di tempat (on-site) bertugas dalam 24 jam, dokter
umum yang selalu siap ditempat (on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi
gawat darurat dan dapat melakukan rujukan dan komunikasi yang siaga 24
jam.
Instalasi Gawat Darurat Bintang III (Standar Minimal Rumah Sakit Tipe B)
dalam 24 jam, dokter umum yang selalu siap ditempat (on-site) 24 jam yang
transportasi untuk pasien gawat darurat dan dapat melakukan rujukan dan
jam, dokter umum yang selalu siap ditempat (on-site) 24 jam yang memiliki
gawat darurat dan dapat melakukan rujukan dan komunikasi yang siaga 24
jam.
Memiliki dokter umum yang selalu siap ditempat (on-site) 24 jam yang
untuk pasien gawat darurat dan dapat melakukan rujukan dan komunikasi
a) Anak
epistaksis, tanda pendarahan lain disertai febris, gagal ginjal akut, gagal nafas
akut, gangguan kesadaran, fungsi vital masih baik, hematuri, hipertensi berat,
umum masih baik, intoksikasi disertai gangguan fungsi vital (minyak tanah,
disertai dehidrasi ataupun tidak, panas tinggi >40°c, resusitasi cairan, sangat
kesadaran dan keadaan umum masih baik, syok berat (profound) : nadi tak
teraba, tekanan darah terukur, tetanus, tidak kencing > 8jam, tifus
b) Bedah
acuta, astresia ani (anus malformasi), akut abdomen, bph dengan retensio
urine, cedera kepala berat, cedera kepala sedang, cedera tulang belakang
12
(vertebral), cedera wajah dengan gangguan jalan, nafas, cedera wajah tanpa
gangguan jalan nafas (antara lain: patah tulang hidung/nasal terbuka dan
tertutup, patah tulang pipi (zygoma) terbuka dan tertutup, patah tulang rahang
(maxilla dan mandibula) terbuka dan tertutup, luka terbuka daerah wajah),
cellulitis, cholesistitis akut, corpus alienum (pada: intra cranial, leher, thorax,
internal bleeding, luka bakar, luka terbuka daerah abdomen, luka terbuka
dugaan cedera pembuluh darah, patah tulang iga multipel, patah tulang leher,
rectal bleeding, ruptur otot dan tendon, strangulasi penis, syok neuroragik,
esophagus fistel, trauma tajam dan tumpul daerah leher, trauma tumpul
c) Kardiovaskular
yang akut, edema paru akut, henti jantung, hipertensi berat dengan
pea (pulseless electrical activity) dan asistol, sesak nafas karena payah
d) Kebidanan
Abortus, atonia uteri, distosia bahu, eklamsia, ekstraksi vacum, infeksi nifas,
postpartum, perlukaan jalan lahir, pre eklampsia & eklampsia, sisa plasenta.
e) Mata
f) Paru-paru
injury paru, massive hemoptisis, efusi pleura masif, oedema paru non
asmaticus, tenggelam.
g) Penyakit dalam
benda asing tenggorokan, benda asing telinga dan hidung, disfagia, obstruksi
saluran nafas atas gr. Ii/iii jackson, obtruksi saluran nafas atas gr. Iv jackson,
dibidang tht, syok karena kelainan di bidang tht, trauma (akut) dibidang tht &
i) Psikiatri
2.2 Kematian
Mati adalah proses yang berlangsung secara berangsur. Tiap sel dalam tubuh
oksigen dan oleh karenanya mempunyai saat kematian yang berbeda pula.
(IDI,1988)
Dalam tubuh manusia, ada tiga organ penting yang selalu dilihat dalam
mati batang otak). Di antara ketiga organ tersebut, kerusakan permanen pada
batang otak merupakan tanda bahawa manusia itu secara keseluruhan tidak dapat
a) Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau
irreversible, atau
Bila setiap kasus didekati secara sistematis, tidak akan terjadi kesalahan.
a) Bahwa pasien dalam keadaan komadan henti napas, yaitu tidak responsive
diperbaiki lagi, yang disebabkan oleh gangguan yang dapat menuju mati
batang otak.
ii) Beri 5% CO₂ selama 5 menit berikutnya untuk menjamin PCO₂ awal 53
iii) Lepaskan pasien dari ventilator. Insuflasikan trakhea dengan 100% O₂:6
iv) Lepas dari ventilator selama 10 menit. Jika mungkin periksa PCO₂ akhir.
jantung, paru atau organ multipel yang lain atau dalam tingkat
henti jantung.
sendiri.
mekanis, infus i.v., obat vasoaktif kuat, nutrisi parentral total. Makanan lewat
pipa lambung, cairan i.v. antibiotika masih dapat diberikan pada keadaan
tertentu.
untuk mengembalikan napas spontan. Bila upaya ini gagal, terapi ventilator
tidak lagi diberikan dan pasien dibiarkan mati secara alamiah. Bila secara
tidak terduga pasien dapat bernapas spontan kembali, terapi ventilator dapat
diteruskan.
BAB 3
KERANGKA TEORI
i) Umur
Umur
Jenis Kelamin
Kematian Pasien di
IGD
Diagnosis Utama
Kematian
Lama Waktu
Penanganan
20
21
i) Umur
a) 0 – 10 tahun
b) 11 - 20 tahun
c) 21 – 30 tahun
d) 31 – 40 tahun
e) 41 – 50 tahun
f) 51 – 60 tahun
g) 61 – 70 tahun
h) 71 – 80 tahun
i) 81 – 90 tahun
Definisi: Per bedaan jenis kelamin dari pasien sesuai dengan yang tercatat
a) Laki-laki
b) Perempuan
b) II: Neoplasma
kromosom
Definisi: Perhitungan lama waktu dari pasien masuk rumah sakit (IGD)
sehingga meninggal.
a) 0-2jam
b) >2-4jam
c) >4-6 jam
d) >6-8 jam
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1Desain Pelitian
Gawat Darurat (kurang 8 jam) berdasarkan data-data yang telah tercatat dalam
rekam medis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2016.
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang meninggal di Instalasi Gawat
Darurat (kurang 8 jam) RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2016.
24
25
Sampel penelitian adalah seluruh pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2016 dan memiliki semua
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2016 dan memiliki semua variabel
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
mencatat data yang dibutuhkan dalam penelitian yang diambil dari rekam
medis pasien.
medis pasien.
4.5.3Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan di dalam bentuk tabel dan diagram
2016.
27
ii) Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat di rekam medis.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
dilakukan sepanjang bulan Oktober 2017 di Bahagian Rekam Medis RSUP Dr.
sekunder dari rekam medik. Jumlah pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar untuk tahun 2016 yang teregistrasi
adalah sebanyak 340 orang. Dari 340 orang pasien, hanya sebanyak 288 rekam medis
yang lengkap dan digunakan sebagai populasi sampel untuk dimasukkan dalam
penelitian.
Penelitian kemudian dilakukan dengan mencatat data dari 288 rekam medik
yang tersedia. Data yang diambil dari rekam medik adalah umur, jenis kelamin,
28
29
Dari penelitian di dapatkan umur pasien yang meninggal berada pada interval
<1 tahun hingga 86 tahun. Umur tersebut kemudian di kategorikan sesuai mengikut
Tabel 5.1 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan umur.
25,00%
20,49%
20,00%
15,63%
14,58% 14,58%
15,00%
5,00%
2,43%
0,00%
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
Gambar 5.1 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan umur.
30
Tabel 5.1 dan gambar 5.1 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan
subjek terbanyak berada pada kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 59 orang
(20.49%), diikuti dengan kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 45 orang (15.63 %),
umur 0-10 tahun dan 61-70 tahun yaitu sebanyak 42 orang (14.58%), umur 31-40
tahun sebanyak 26 orang (9.03 %), umur 11-20 tahun sebanyak 25 orang (8.68%),
71-80 tahun sebanyak 22 orang (7.64%), umur 21-30 tahun sebanyak 20 orang
(8.68%) dan terendah pada umur 81-90 tahun yaitu sebanyak 7 orang (2.43 %).
31
Tabel 5.2 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin.
37%
Lelaki
63%
Perempuan
Gambar 5.2 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan tabel 5.2 dan gambar 5.2, didapatkan bahwa pasien yang
pasien lelaki yaitu sebanyak 181 orang (63%), kemudian perempuan sebanyak 107
orang (37%).
32
Tabel 5.3 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan diagnosis utama.
30,00%
15,00%
10,00%
6,25% 6,94%
5,56%
4,17%
5,00%
2,08% 1,74%1,04%
1,04%1,04% 0,35% 0,35% 0,35%
0,00%
I II III IV VI IX X XI XII XIV XVI XVII XVIII XIX XX
Distribusi pasien yang meninggal di IGD berdasarkan diagnosis utama (klassifikasi ICD 10)
Gambar 5.3 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan diagnosis utama.
International Classification of Diseases (ICD) 10, penyakit pada sistem sirkulasi dan
gejala, tanda kelainan klinik dan kelainan lab yang tidak ditemukan pada klasifikasi
lain merupakan diagnosis utama dari kematian pasien di IGD dengan jumlah pasien
sebanyak 69 orang (23.96%), diikuti keracunan, cedera dan beberapa penyebab yang
dari luar sebanyak 61 orang (21.18%), penyakit yang mengenai sistem saraf
orang (6.25%), penyakit pada sistem pernapasan dengan jumlah pasien sebanyak 16
sistem pencernaan sebanyak 6 orang (2.08%), penyakit pada sistem saluran kemih
dan genital sebanyak 5 orang (1.74%), penyakit darah dan organ pembentuk darah
termasuk gangguan sistem imun, endokrin nutrisi dan gangguan metabolik serta
34
keadaan yang berasal dari periode perinatal ketiga-tiganya dengan jumlah dan
persentase yang sama yaitu sebanyak 3 orang (1.04%), dan yang paling sedikit
adalah penyakit pada kulit dan jaringan subkutan, malformasi kongenital, deformasi
dan kelainan kromosom serta penyebab morbiditas dan kematian eksternal, ketiga-
tiganya juga dicatat dengan jumlah dan presentase yang sama yaitu sebanyak 1 orang
(0.35%).
35
Tabel 5.4 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan lama waktu
penanganan.
30,00% 28,47%
25,00% 23,96%
20,00% 18,06%
17,01%
15,00% 12,50%
10,00%
5,00%
0,00%
0- 2 >2- 4 >4- 6 >6- 8 DOA
Gambar 5.4 Distribusi pasien yang meninggal kurang 8 jam di IGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 berdasarkan lama waktu
penanganan.
Berdasarkan tabel 5.4 dan gambar 5.4 didapatkan bahawa kebanyakan pasien
meninggal di IGD dalam waktu 2 jam pertama yaitu sebanyak 82 orang (28.47%),
diikuti 2-4 jam berikutnya dengan jumlah pasien sebanyak 69 orang (23.96%),
seterusnya 4-6 jam berikutnya dengan jumlah pasien sebanyak 52 orang (18.06%)
kemudian 6-8 jam berikutnya sebanyak 49 orang (17.01%), dan yang terakhir
36
merupakan kematian ketika pasien sampai di IGD (death on arrival) yaitu sebanyak
36 orang (12.50%).
BAB 6
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang profil kematian pasien kurang 8 jam di Instalasi
didapatkan sebanyak 340 orang pasien telah meninggal kurang 8 jam di IGD.
Sebanyak 288 data rekam medik yang lengkap dan tersedia diambil untuk dijadikan
37
38
IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo berada pada kelompok umur 51-60 tahun
yaitu sebanyak 59 orang (20.49%) dan terendah pada kelompok 81-90 tahun yaitu
Penelitian yang sama telah dilakukan di IGD sebuah rumah sakit selatan
Nigeria pada tahun 2012, rentang usia pasien yang meninggal adalah 4 – 87 tahun.
(Ugare,2012)
dicatatkan pada kelompok umur 51-60 tahun. Hal ini karena kelompok umur tersebut
menimbulkan kemungkinan bahwa terdapat beberapa penyakit lain yang dihidap oleh
pasien yang bisa berkontribusi dalam mempercepat kematian selain diagnosis utama.
Kematian pasien paling sedikit dicatat pada kelompok umur 81-90 tahun, hal ini pula
mungkin disebabkan karena jumlah pasien yang masuk ke IGD dalam kelompok
IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar mengenai jenis kelamin, sebanyak
181 orang pasien yang meninggal (62.85%) merupakan pasien lelaki dan selebihnya
District Hospital, didapatkan ratio antara pasien lelaki dengan pasien perempuan
Nigeria pada tahun 2012, berdasarkan penelitian tersebut, ratio antara pasien lelaki
yang meninggal di IGD dengan pasien perempuan adalah 2.1:1. (Ugare, 2012)
pasien lelaki di IGD lebih ramai dibanding pasien perempuan. Hasil yng dicatatkan
melalui penelitian ini, didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan
penelitian-penelitian yang telah dijalankan oleh peneliti lain sebelum ini, yaitu lebih
menggunakan klasifikasi ICD 10, penyakit pada sistem sirkulasi dan gejala, tanda
kelainan klinik dan kelainan lab yang tidak ditemukan pada klasifikasi lain
merupakan diagnosis utama dari kematian pasien di IGD dengan jumlah pasien
sebanyak 69 orang (23.96%) dan yang paling sedikit adalah penyakit pada kulit dan
antara penyebab utama kematian pasien di IGD dengan 51.9% . Hal ini sesuai
jam setelah serangan merupakan masa penting karena proses kerusakan jaringan otak
dan iskemik dapat terjadi dan kematian paling banyak terjadi pada masa ini.
(Limantara, 2015)
Penelitian lain telah dilakukan di IGD sebuah rumah sakit selatan Nigeria
pada tahun 2012, didapatkan hanya 41.4% dari sampel yang diambil meninggal
diebabkan oleh trauma; kecelakaan lalu lintas (80.3%), manakala selebihnya, yaitu
penanganan yang cepat dan tepat. Sekiranya penanganan yang dilakukan mengambil
masa yang lama, hal ini akan menyebabkan kurangnya darah yang sampai ke otak
dan menyebabkan prognosis yang buruk. Selain itu, gejala, tanda kelainan klinik dan
kelainan lab yang tidak ditemukan pada klasifikasi lain juga merupakan diagnosis
utama dari kematian pasien di IGD dengan jumlah pasien yang sama banyak seperti
kematian bagi gejala, tanda kelainan klinik dan kelainan lab yang tidak ditemukan
pada klasifikasi lainnya adalah sepsis yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya
hasil adalah penyakit pada kulit dan jaringan subkutan, malformasi kongenital,
eksternal, ketiga-tiganya dicatat dengan jumlah dan presentase yang sama yaitu
sebanyak 1 orang (0.35%). Hal ini adalah kerana ketiga-tiga diagnosis tersebut jarang
di IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dalam waktu 2 jam pertama yaitu sebanyak
82 orang (28.47%), dan yang paling sedikit meninggal 6-8 jam setelah sampai di
ketika sampai di IGD atau ketika dalam perjalanan ke IGD (death on arrival).
Penelitian yang dijalankan di IGD sebuah rumah sakit selatan Nigeria pada
tahun 2012, sebanyak 86.2% dari sampel yang diambil, meninggal di IGD lebih 6
dalam memulai resusitasi paru kardio (CPR) selama serangan jantung misalnya,
dapat meningkatkan angka kematian dan morbiditas hingga 7 sampai 10%. Meislin
berdasarkan waktu yang terdiri dari hal berikut; menerima panggilan, waktu
pemrosesan panggilan, waktu alokasi kontrol, waktu mobilisasi kru, waktu tempuh
ke tempat kejadian, waktu bepergian ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau rumah
sakit dan berakhir dengan waktu yang dihabiskan di IGD atau di rumah sakit.
42
Penentu penting episode EMS yang berhasil dapat diilustrasikan dengan jelas dengan
kasus-kasus dari pasien gagal jantung di rumah sakit. Konsep bahwa interval waktu
antara mendapatkan perawatan awal awal pada fase golden hour panggilan yang
disediakan oleh ambulans memiliki efek lebih besar pada tingkat kesakitan dan
dan mantap. Semakin cepat penanganan terhadap pasien yang masuk di instalasi
gawat darurat, semakin baik prognosis sesuatu penyakit pasien. Setelah dilakukan
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo pada 2 jam pertama setelah masuk di IGD. Hal ini
menunjukkan bahwa penanganan pada pasien pada waktu tersebut kurang effisien.
yang terlalu lama, fasilitas yang kurang (seperti ambulans) atau faktor eksternal
seperti pasien terlambat dibawa ke IGD. Hal yang demikian karena sekiranya pasien
terlmbat dibawa kerumah sakit (misalnya karena macet dan lain-lain) pasien pastinya
tiba di rumah sakit dalam kondisi yang sudah kritis dan pastinya prognosis jelek.
sakit di Malaysia merupakan antara yang terbaik di ASEAN. Antara fasilitas yang
7.1 Kesimpulan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun
1. Kematian pasien di IGD terbanyak berada pada kelompok usia 51-60 tahun
(20.49%).
2. Pasien lelaki yang meninggal di IGD lebih ramai dibanding pasien perempuan.
Jumlah pasien lelaki yang meninggal adalah sebanyak 181 orang (62.85%),
3. Diagnosis kematian terbanyak adalah kelainan sistem sirkulasi serta gejala, tanda
kelainan klinik dan kelainan lab yang tidak ditemukan pada klasifikasi lain dengan
4. Pasien paling ramai meninggal di IGD pada 2 jam peratama setelah masuk IGD.
7.2 Saran
2016, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan agar penelitian seperti ini dapat
diperbaiki di masa akan datang. Antara saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pentingnya pelayanan yang cepat dan tepat pada 2 jam pertama setelah masuk
43
44
2. Butuh telaah lebih lanjut mengenai angka kematian di agar dapat menigkatkan
3. Penyuluhan kepada masyarakat sejak dini tentang tatalaksana awal untuk kasus
emergensi terutama yang bisa dilakukan oleh orang awam, supaya dapat
lambat tiba.
45
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah
Forero & Nugus, P. 2014. Australasian College for Emergency Medicine (ACEM)
Hamzah, et al. 2005. Ambulance Services at Hospital Universiti Sains Malaysia and
Kemenkes. 2012. Riset Fasilitas Kesehatan 2011. Jakarta: Badan Penelitian dan
No.856/MENKES/SK/IX/2009
No.336/PB/A.4/88
Menkes RI