Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan
dengan benar pengamatan terhadap stabilitas pigmen dengan berbagai perlakuan.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum topik ini mahasiswa mampu melakukan:
a. Pengujian stabilitas pigmen rumput laut dan makroalga pada kondisi yang
berbeda.
Prosedur Kerja
A.Bahan
Ulva lactuca
Sargassum sp.
Etil Asetat
Metanol
B.Alat
Erlenmeyer 1 L
Beaker Glass 1 L
Botol vial
Corong besar
pH paper
C.Metoda
Ekstraksi pigmen
Sampel disiapkan (Sargassum sp. Dan Ulva lactuca) disiapkan, lalu
ditimbang dengan timbangan analitik 2 gram dan dimasukkan ke dalam glass
beaker. Setelah itu, dimaserasi dengan pelarut (etanol dan metanol) untuk
mengekstrak pigmen fikosianin, fukoxanthin, dan klorofil dari sampel tersebut
selama 24 jam. Kemudian, ekstrak pigmen disaring dengan kertas saring untuk
memisahkan endapan dan dimasukkan ke dalam botol vial.. Kemudian disimpan
selama 48 jam dengan ditambah perlakuan suhu pada masing-masing pigmen.
Pengamatan dilakukan 24 jam sekali dengan mengamati perubahan warna dan pH
pada masing-masing pigmen yang telah diberi perlakuan
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Perlakuan Suhu
1. Siapkan masing-masing sebanyak 10 ml hasil ekstraksi pigmen rumput laut
2. Simpan hasil ekstaksi pigmen pada suhu 0, 5, 30, 40, 50 dan 60 selama 6 hari
pada waterbath dan dryer/incubator/refrigerator.
3. Lihat perubahan yang terjadi pada masing-masing perlakuan setiap 24 jam.
Perlakuan pH
1. Siapkan masing-masing sebanyak 10 ml hasil ekstraksi pigmen rumput laut
dan mikrolaga
2. Tambahkan 1 M HCl atau 1 M CH3COOH ke dalam larutan pigmen agar pH
menjadi 1,3 dan 5
3. Tambahkan 1 M NaOH atau 1 M KOH ke dalam larutan pigmen agar pH
menjadi 8,10, 12 dan 14.
4. Larutan pigmen kontrol ber pH 7.
5. Simpan semua perlakuan selama 3 hari pada suhu 40 oC atau 60oC pada
dryer/inkubator dan waterbath.
6. Lihat perubahan yang terjadi pada masing-masing perlakuan setiap 24 jam.
7. Konsentrasi korofil dan fukosantin diukur pada spektrofotometer berturut-
turut pada panjang gelombang 450 nm dan setiap 24 jam.
8. Hitung berapa prosentase fucoxanthin dan phycoeritin yang hilang.
9. Buatlah grafik penurunan korofil dan fukosantin.
Perlakuan Cahaya
1. Siapkan masing-masing sebanyak 10 ml hasil ekstraksi pigmen rumput laut
dan mikrolaga
2. Simpan hasil ekstaksi pigmen pada suhu 0, 5, 30, 40, 50 dan 60 selama 6 hari
3. Lihat perubahan yang terjadi pada masing-masing perlakuan setiap 24 jam.
4. Konsentrasi korofil dan fukosantin diukur pada spektrofotometer berturut-
turut pada panjang gelombang 450 nm dan …. Setiap 24 jam.
5. Konsentrasi korofil dan fukosantin diukur pada spektrofotometer berturut-
turut pada panjang gelombang 450 nm dan …. Setiap 24 jam.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Pembahasan:
Pigmen merupakan zat pewarna yang dapat mengubah warna pada cahaya
tampak sebagai akibat dari absorpsi selektif terhadap Panjang gelombang tertentu.
Gelombang pada pigmen tersebut yang akan menghasilkan dan memantulkan
warna yang terbentuk. Salah satu makhluk hidup penghasil pigmen adalah rumput
laut. Rumput laut termasuk ke dalam pigmen alami karena dihasilkan oleh
organisme atau makhluk hidup. Pigmen dari bahan alami memiliki nilai ekonomi
karena lebih kecil kandungan bahaya pada produk. Contoh pigmen yang
dihasilkan oleh rumput laut adalah fikosianin penghasil warna bitu, klorofil
penghasil warna hijau, fikosantin penghasil warna coklat, fikoeritin penghasil
warna keemas an, dan xantofil penghasil warna kuning. Perbedaan pigmen pada
rumput laut tersebut didasarkan pada kemampuan adaptasi fotosintesis masing-
masing rumput laut. Menurut Haryatfrehni et al. (2015), secara umum makroalga
dibagi menjadi Chlorophyta atau alga hijau, Phaeophyta atau alga coklat, dan
Rhodophyta atau alga merah berdasarkan pigmentasi. Perbedaan antara pigmen
alga adalah pada kemampuan adaptasi lingkungan yang diperlukan untuk
mengoptimalkan perangkap cahaya untuk proses fotosintesis di kedalaman
tertentu. Ada tiga jenis pigmen makroalga secara umum, yaitu klorofil, karotenoid,
dan fikobilin.
Rumput laut yang digunakan dalam pengujian adalah jenis Ulva lactuca.
Rumput laut Ulva lactuca merupakan jenis gangga hijau yang menempel pada
batu. Rumput laut tersebut memiliki warna hijau ke hijau gelap. Ulva lactuca
merupakan rumput laut yang memiliki bentuk lembaran terdiri dari dua sel.
Rumput laut tersebut mudah dibudidayakan asalkan daerah tempat pembudidaya
memiliki nutrisi yang melimbah atau cukup bagi metabolism dan kehidupan Ulva
lactuca. Ulva lactuca memiliki kandungan pigmen klorofil yang melimpah dan
dibuktikan dengan warna dari rumput laut tersebut, yaitu hijau. Melimpahnya
pigmen klorofil pada Ulva lactuca membantu rumput laut tersebut untuk
melakukan proses fotosintesis. Menurut Areco et al. (2021), alga hijau Ulva
lactuca dapat ditemukan pada daerah tropis hingga kutub, meskipun dengan strain
yang bervariasi pada setiap daerah. Rumput laut spesies Ulva lactuca yang
dibudidayakan memiliki nutrisi yang tinggi sebagai sumber dari biomassa untuk
n-3 PUFA, pigmen, dan fenolat dengan aktivitas antioksidan dan antiinflamasi.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Nilai : 92
Draft : ACC
Nabilatus Sunayya
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Daftar Pustaka
Aditomo, R. S. Nopianti, I. R. dan Widiastuti. 2017. Karakteristik Fisiko-Kimia
dan Sensori Nugget Rumput Laut dengan Penambahan Tepung Ikan
Motan (Thynnichthys thynnoides). Jurnal FishtecH, 6(2) : 163-173.
Wiraningtyas, A. dan Ruslan. 2019. Ekstraksi Zat Warna dari Rumput Laut
Sargassum sp. Jurnal Redoks (Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu
Kimia), 2(1) : 1-10.
MODUL PRAKTIKUM
Mata Kuliah Bioteknologi Hasil Perikanan
Semester Ganjil 2020/2021
Disusun oleh:
Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc. (19611124 198703 2 001)
MODUL PRAKTIKUM
MATA KULIAH BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
Dosen Pengampu:
Tim Praktikum
Tahun 2021
Asisten Praktikum
Tahun 2021
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DESKRIPSI SINGKAT MATA KULIAH : Bioteknologi Hasil Perikanan mencakup penjelasan tentang ekstrasi senyawa bioaktif
dan senyawa biofunctional dari berbagai makro dan mikro alga, hewan vertebrata &
invertebrata laut, limbah hasil perikanan. Peranan penting enzim dan
mikroorganisme serta pemanfaatannya dalam bidang bioteknologi hasil perikanan.
STANDAR KOMPETENSI MATA KULIAH : Setelah mengikuti mata kuliah inidiharapkan mahasiswa mampu melakukan ekstraksi senyawa
antiokidan dan antibakteri dari makro dan mikroalga dan mampu mahasiswa mampu melakukan uji
aktivitas senyawa antiokidan dan antibakteri dari makro dan mikroalga
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
UNIVERSITAS DIPONEGORO
MODUL I: EKTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DAN BIOFUNGSIONAL DARI ALGA DAN UJI AKTIVITASNYA
Semester ke : V
Kompetensi Mata Kuliah : Bioteknologi Hasil Perikanan mencakup penjelasan tentang ekstrasi senyawa bioaktif dan senyawa biofunctional dari berbagai
makroalga, hewan vertebrata & invertebrata laut, limbah hasil perikanan. Peranan penting enzim dan mikroorganisme serta
pemanfaatannya dalam bidang bioteknologi hasil perikanan.
Indikator Kinerja Praktikum pada : Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan dengan benar:
Modul ke I
a. Senyawa antioksidan dan antimikroba dari makroalga
DOSEN
KOMPETENSI DASAR TOPIK PRAKTIKUM MINGGU SUMBER
POKOK
SUB POKOK BAHASAN
BAHASAN PENGAM
KE BACAAN
PU
1 2 3 4 5 6 7
Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi senyawa Ekstraksi senyawa 1. Ekstraksi senyawa bioaktif Topik I Ekstraksi dan I Lihat WFM
antiokidan dan antibakteri dari makroalga biofungsional dan biofunctional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
makroalga anti bakteri bacaan
Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi senyawa Ekstraksi senyawa 2. Ekstraksi senyawa bioaktif Topik II Ekstraksi dan I Lihat END
antiokidan dan antibakteri dari mikroalga biofungsional dan biofungtional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
mikroalga anti bakteri bacaan
ahasiswa mampu melakukan ekstraksi untuk uji Ekstraksi senyawa 3. Ekstraksi senyawa bioaktif Topik III Ekstraksi dan II Lihat RMD
aktivitas antioksidan biofungsional dan biofungtional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
makro dan antioksidan bacaan
mikroalga
Mahasiswa mampu melakukan uji aplikasi aktivitas Senyawa bioaktif 4. Uji aktivitas senyawa bioaktif Topik III Ekstraksi dan II Lihat ES
senyawa antiokidan dan biofungsional dan biofungtional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
dari alga (makro antioksidan bacaan
dan mikro alga)
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
BAHAN BACAAN
2. Bhakuni, D.S and Rawat, D.S. 2005. Bioactive marine natural products. Anamaya Publisher. India.
3. Venugopal, V. 2009. Marine products for healthcare: Functional and marine nutraceutical compounds from the ocean. CRC Press. Boca Raton.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Tujuan
Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum topik ini mahasiswa mampu melakukan teknik
penapisan fitokimia secara kuantitatif dari makro alga dengan benar.
Prosedur Kerja
1. Bahan
Bahan baku
o NH4OH o AlCl3
o Na2CO3 o Kloroform
o Aquades o Follin-ciocalteu
o Asam asetat 10% dalam etanol o Etanol 75%
o H2SO4 o Metanol
o Asam asetat anhidrat o Etil asetat
2. Alat
Mortar Mikropipet
Gelas beaker Pipet tetes
Pengaduk Botol vial
Gelas ukur Rak tabung reaksi
Corong Tabung reaksi
Erlenmeyer Spektrrofotometer
Timbangan analitik
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Metoda
Uji alkaloid
1 g serbuk sampel
Mortar
Residu Filtrat
Penambahan NH4OH 3 ml
Endapan putih
Penyaringan
Oven
berat sampel
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Uji saponin
1 g serbuk sampel
Erlenmeyer
Erlenmeyer
Botol vial
Oven
Uji Flavonoid
1 g serbuk sampel
Gelas beaker
Gojog
Erlenmeyer
Penyaringan
Pengambilan 1 ml filtrat
Penambahkan 2 mL
AlCl3 5 %
Uji Fenol
1 g serbuk
Gelas bekker
1 ml Filtrat
Residu
Penambahan 1 ml Na2CO3
Hasil
1 g serbuk
Gelas beaker
Pengamatan warna
Hasil
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
1
= 3,6%
1
= -0,3%
Konsentrasi Absorbansi
10 0,052
20 0,183
30 0,352
40 0,501
50 0,799
y = 0,204
y = 0,0181 x − 0,1662
0,3702 = 0,0181 x
0,3702
x=
0,0181
x = 20,45 ppm
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Konsentrasi Absorbansi
0 0,025
200 0,24
400 0,435
600 0,625
800 0,9
1000 1,07
2000 1,98
3000 2,701
y = 0,284
y = 0,0009 x + 0,0978
0,284 = 0,0009 x + 0,0978
0,284 − 0,0978 = 0,0009 x
0,1862 = 0,0009 x
0,1862
x=
0,0009
x = 206,89 ppm
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Pembahasan:
Hasil yang didapatkan pada pengujian alkaloid adalah 3,6% yang mana
pada sampel pengujian ini mengandung senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan
suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam, yangmana
beberapa contohnya dapat dijumpai pada bagian bagian daun, ranting, biji, dan
kulit batang dari tumbuhan. Alkaloid termasuk dalam basa organik yang
mengandung unsur senyawa nitrogen (N). Endapan putih yang didapatkan setelah
melakukan penambahan NH4OH 3 ml menunjukkan bahwa sampel menganung
alkaloid yang memilki sifat polar yang tersusun dari karbon, nitrogen serta
oksigen. Metode yang digunakan dalam pengujian alkaloid adalah menggunakan
metode maserasi dengan prinsip akan memecah dinding dan membran sel dari
sampel yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dari dalam serta luar sel.
Pemanfaatan alkaloid dapat dilakukan dengan tujuan untuk menaikan tekanan
darah, mengurangi rasa sakit, obat penenang, obat penyakit jantung, antimikroba
serta pemicu sistem saraf. Menurut Wullur et al. (2012), alkaloid merupakan salah
satu metabolisme sekunder yang terdapat pada tumbuhan, yang bisa dijumpai
pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam
bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah,
mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan
lain-lain lain
Hasil yang didapatkan pada pengujian saponin adalah -0,3% yang mana
pada sampel ini tidak menunjukan adanya kandungan saponin. Pengujian saponin
dengan melakukan penambahan HCl pekat beberapa tetes pada sampel. Pengujian
saponin dengan hasil positif dapat dilihat dari terdapatnya busa yang tidak mudah
hilang atau stabil. Terdapatnya busa atau buih pada sampel pengujian dapat
dipengaruhi oleh sifat dari saponin yang dapat menurunkan tengangan pada
permukaan air. Saponin termasuk dalam senyawa glikosida kompleks dengan
berat molekultingi yang dapat ditemukan pada tanaman, hewan laut tingkat rendah
dan beberapa bakteri. Saponin memiliki kandungan zat antioksidan, anti-inflamasi,
anti-bakteri, serta anti-jamur. Menurut Novitasari (2016), istilah saponin
diturunkan dari bahasa Latin “sapo” yang berarti sabun, diambil dari kata
Saponaria vaccaria, suatu tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai
sabun untuk mencuci. Saponin juga berfungsi sebagai zat anti oksidan, anti-
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktium Bioteknologi Hasil Perikanan
modul 1 Skrining Fitokimia Kuantitatif dari Makroalga yaitu :
1. Sebaiknya hanya dilakukan beberapa pengujian, sehingga praktikan lebih
dapat mendalami pengujian yang dilakukan,
2. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati ketika melakukan pengujian
sehingga didapatkan hasil yang valid, serta
3. Sebaiknya penjelasan permateri dilakukan dengan bertahap dan detail.
Nilai : 93
Draft : ACC
Nama dan paraf asisten:
Nabilatus Sunayya
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Daftar Pustaka
Helena, S., dan D. Sanjayasari. 2018. Kajian Senyawa Flavonoid pada Sargassum
Sp. dengan Pengeringan Asin Sebagai Sumber Antioksidan. Jurnal
Laut Khatulistiwa, 1(1) : 13-18.
Novitasari, A. 2016. Isolasi dan identifikasi saponin pada ekstrak daun mahkota
dewa dengan ekstraksi maserasi. Jurnal Sains, 6(12) : 11-14.
Sundu, R., Sapri dan F. Handayani. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Umbi Paku Atai Merah (Angiopteris ferox Copel) Terhadap
Propionibacterium acnes. Medical Sains: Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, 2(2) : 75-82.
Tujuan
Kompetensi
Prosedur Kerja
A.Bahan
Methanol
Etil Asetat
DPPH
B.Alat
Erlenmeyer 1 L
Beaker Glass 1 L
Tabung reaksi
Corong
C.Metoda
menggunakan waring miller dan kemudian simpan sampel dalam freezer dengan
suhu untuk digunakan lebih lanjut.
Ekstrak dapat dilakukan dengan cara sampel yang telah kering dan dicacah
kemudian di maserasi dengan menggunakan dua pelarut, masing-masing etil
asetat dan methanol. Dalam wadah gelas sampel dimaserasi hingga seluruh
sampel terendam seluruhnya, hingga tidak ada bagian sampel yang tidak terendam
oleh larutan. Maserasi dilakukan selama 1 x 24 jam (sehari), setelah 24 jam
dimaserasi, larutan disaring dengan menggunakan kertas saring,lalu pelarut di
dalam filtrat tersebut diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu
37 °C hingga tidak tercium bau pelarut sebagai tanda bahwa pelarut telah
teruapkan sempurna.
Sampel yang telah dimaserasi, dapat dimaserasi kembali dengan
menggunakan pelarut yang sama sebelumnya, hingga sampel berubah
warna/memudar warnanya. Ekstrak kembali disaring dan diuapkan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 37 °C hingga pelarut teruapkan sempurna. Hasil
ekstrak ini disimpan kedalam vial kaca dan disimpan pada lemari pendingin.
1. Dibuat larutan induk sampel 1000 ppm, dengan cara sampel ditimbang
sebanyak 10 mg dan dilarutkan dalam 10 ml
2. Seri konsentrasi dibuat masing-masing 5 ml dari pengenceran larutan induk
sampel 1000 ppm dengan rumus m1v1 = m2v2.
3. Contoh perhitungan :
Konsentrasi 500 ppm :
m1v1 = m2v2
500 ppm x 5ml = 1000 ppm x v2
v2 = 2,5 ml
Sehingga seri konsentrasi 500 ppm dibuat dengan mengambil 2,5 ml larutan
induk sampel 1000 ppm dan diencerkan menjadi 5 ml dengan methanol.
Konsentrasi 250 ppm :
m1v1 = m2v2
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Sehingga seri konsentrasi 250 ppm dibuat dengan mengambil 1,25 ml larutan
induk sampel 1000 ppm dan diencerkan menjadi 5 ml dengan methanol.
Sargassum +
1. 1000 ppm Ungu 0,289 51,1%
methanol
Sargassum +
2. 1000 ppm Sedikit jingga 0,398 32,7%
etil asetat
Ulva lactuca
3. 1000 ppm Ungu 0,542 8,3%
+ methanol
Ulva lactuca
4, 1000 ppm Ungu 0,426 27,9%
+ etil asetat
Pembahasan:
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah Ulva lactuca. Sampel
yang digunakan dalam pengujian yaitu Ulva lactuca (selada laut), Ulva lactuca
merupakan makro alga yang tergolong dalam divisi Chlorophyta, karena sel-sel
pada rumput laut ini mengandung banyak mengandung klorofil a. Tanaman
ganggang hijau (Ulva lactuca) mengandung senyawa melatonin. Melatonin adalah
sejenis hormon yang merupakan antioksidan kuat. Melatonin mampu mengatasi
radikal bebas (antioksidan). Habitat Ulva lactuca yaitu pada perairan dangkal dan
biasanya ditemukan menempel di bebatuan, kandungan gizinya menjadikan selada
laut banyak diprosuksi menjadi beberapa produk yang memiki nutrisi yang baik
bagi tubuh manusia. Menurut Yunita et al. (2018), selada laut (Ulva lactuca L.)
merupakan jenis Chlorophyta atau ganggang hijau yang hidup di perairan dangkal
di seluruh dunia terutama di pantai yang berbatu. Di Indonesia selada laut sudah
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti sup, keripik, dan salad, namun
belum banyak dimanfaatkan secara komersial.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Kesimpulan
Saran
5. Sebaiknya data yang diberikan lebih jelas dengan memberikan reaksi yang
terjadi pada praktikum hingga menghasilkan perubahan warna, agar lebih
memudahkan dalam pengisian laporan praktikum.
Nilai : 91
Draft : ACC
Nabilatus Sunayya
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
DAFTAR PUSTAKA
Nie, J., D. Chen, Y. Lu, dan Z. Dai. 2021. Effects of Various Blanching Methods
on Fucoxanthin Degradation Kinetics, Antioxidant Activity, Pigment
Composition, and Sensory Quality of Sargassum fusiforme. LWT-Food
Science and Technology 143 : 1-9.
Purwanto, D., S. Bahri dan A. Ridhay. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Buah Purnajiwa (Kopsia arborea blume) dengan Berbagai
Pelarut. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 3(1) : 24-32.
Tujuan
Kompetensi
Prosedur Kerja
A.Bahan
● Bahan baku
o Darah Mimi
● Bahan kimia
o Methanol teknis
o n- heksan teknis
o Amoxilin
● Bahan pendukung
B.Alat
● Gelas pengaduk
● Homogenizer
● Gelas ukur
● Pipet mikro
● Micro tube
● Pipet gondok
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
● Hotplate
● Magnetic stirrer
● Inkubator
● Jangka sorong
● Jarum ose
● Labu Erlenmeyer
● Rotary evaporator
● Sentrifus
● Furnace
● Spatula tembaga
● Pinset
● Tabung reaksi
● Vial
C.Pengenalan Alat
Mikropipet
Pipet tetes
Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan tidak
diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan reagen.
Tabung reaksi
Autoklaf
sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan,
kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan
pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut.
Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada
tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam
waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu
6-30 detik pada suhu 65 °C. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika
suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal
atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga
terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua
objek bersuhu 121°C untuk waktu 10-15 menit.
Inkubator
Inkubator adalah alat yang dipanasi dengan aliran listrik pada suhu tertentu
yang dipakai untuk pertumbuhan mikroba. Inkubator adalah alat yang digunakan
untuk menciptakan suhu stabil dan konstan. Dengan inkubator maka mikroba
dapat tumbuh pada suhu optimum pertumbuhannya. Alat ini dilengkapi dengan
tombol pengatur suhu waktu untuk memudahkan pengaturan suhu yang
dikehendaki.
Hotplate
Hotplate adalah alat kecil portabel yang memiliki satu, dua atau lebih
pembakar gas atau elemen pemanas listrik. Hot plate digunakan sebagai pemanas
pada pembuatan media. Biasanya hot plate digunakan berdampingan dengan
magnetic stirrer.
Magnetic stirrer
Laminar Air Flow adalah meja kerja steril untuk melakukan kegiatan
inokulasi/ penanaman. Laminar Air Flow merupakan suatu alat yang digunakan
dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman
dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Alat ini diberi nama
Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue
melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora
yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara
berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama (pre-
filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus yang
disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan
blower.
Stomacher
Oven
Vortex
Furnace
D.Metode
Sampel
Sampel Sargassum sp. dan Ulva Lactuca yang telah diperoleh dari
perairan dicuci dengan menggunakan air payau dalam bak tersebut agar bersih
dari kotoran dan tanaman epifit yang menempel. Kemudian sampel dimasukkan
kedalam cool box sehingga suhu sampel terjaga yaitu tetap rendah dan tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Sampel dikeringkan setelah itu sampel
dipotong-potong dengan panjang 2-3 cm, sehingga membentuk rumput laut kering
yang telah tercacah menyerupai daun teh kering. (Senyawa antibakteri juga dapat
diambil dari sampel basah/segar).
Ekstraksi
Berikut adalah tahapan prosedur dalam pembuatan media agar dan nutrien
broth.
● Media tersebut disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 °C tekanan 1 atm
selama 15 menit. Setelah steril, larutan agar di tuang ke dalam petri dish
sekitar 10 ml per petri dish;
● Petri dish yang sudah berisi NA diletakkan pada laminary air flow selama
24 jam serta disinari dengan UV sesering mungkin. Hal ini untuk
memastikan bahwa media agar yang digunakan tidak terkontaminasi oleh
bakteri sebelum siap untuk ditempati bakteri kultur;
● NB yang akan dipakai didinginkan pada suhu kamar hingga mencapai suhu
sekitar 30 °C setelah itu bakteri siap untuk diinokulasi kedalam NB yang
telah steril.
● Setelah ditutup rapat, kultur bakteri baru ini dimasukkan ke dalam inkubator
dengan suhu ruangan yaitu 37 °C selama 24 jam; dan
Uji kontrol negatif yaitu berupa uji sensitifitas bakteri uji terhadap pelarut.
Prosedur dalam uji kontrol negatif adalah pelarut ekstrak dengan kuantitas 50 µL
diteteskan pada lubang sumuran dan diinkubasi selama 24, dan 48 jam. Idealnya
pelarut tidak boleh mempunyai pengaruh terhadap bakteri uji.
hasil pada inkubator setiap 24 jam selama 2 hari. Hitung diameter zona hambat
menggunakan jangka sorong.
No Sampel Kenampakan
2. Sargassum sp Hijau
6. Teripang Orange
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Kontrol
Sampel
Pembahasan:
Kerang hijau dengan nama latin Perna viridis merupakan moluska yang
hidup di laut terutama pada daerah litoral, deng sepasang cangkang bivalvia,
berwama hijau sedikit kebiruan. Kerang hijau merupakan suspension feeder,
dimana moluska ini dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki
dan benang byssus, dapat hidup dengan baik pada perairan dengan kisaran
kedalaman 1 m sampai 7 m, memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas
antara 27-35 per mil. Kerang hijau tersebar luas di perairan Indonesia dan
ditemukan melimpah pada perairan pesisir, daerah mangrove dan muara sungai.
Kerang hijau merupakan salah biota laut yang mampu bertahan hidup dan
berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi tanpa mengalami gangguan
yang berarti. Daging dari kerang hijau memiliki kandungan protein yang cukup
tinggi, bila dibanfingkan dengan daging sapi, domba, ayam, ikan tembang dan
ikan selar, namun kerang ini dapat mengakumulasi logam berat dikarenakan
bersifat filter feeder. Menurut Nurhayati dan Putri (2019), kerang hijau Perna
viridis merupakan komoditas perikanan yang sangat digemari oleh masyarakat.
Selain kandungan gizinya yang tinggi, harganya pun lebih murah dibanding ikan,
udang atau kepiting. Namun demikian kerang hijau juga merupakan komoditi
perikanan yang dapat mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang tinggi
karena merupakan jenis biota laut yang bersifat filter feeder.
Hasil daya hambat dari sampel kontrol pada bakteri Staphylococcus aureus,
daya hambat amoxixilin sebesar 23,68 mm, aquadest 0, etil sebesar 1 mm dan
metanol sebesar 1,3 mm. Hasil daya hambat sampel kontrol pada bakteri
Escherichia coli, daya hambat amoxixilin sebesar 22,53 mm, sedangkan pada
aquadest, etil dan metanol 0 (tidak ada daya hambat). Hasil daya hambat sampel
cangkang kerang hijau pada bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 8,23
mm, sedangkan pada Escherichia coli sebesar 0,26 mm. Hal ini menunjukkan
bahwa cangkang kerang hijau pada bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli memiliki daya hambat yang tinggi pada bakteri Staphylococcus
aureus, sedangkan daya hambat pada bakteri Escherichia coli menunjukkan daya
hambat yang rendah. Menurut Lestari et al. (2018), daya hambat kitosan dapat
pula ditingkatkan dengan cara mengkombinasikan dengan bahan lainnya yang
diketahui juga memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Kitosan
juga merupakan salah satu bahan pengawet alami yang dapat disintesa dari kulit
udang, rajungan atau kerang karena mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
Kesimpulan
Saran
Saran yang dapat diberikan dari Praktikum Bioteknologi Materi Ekstraksi
dan Uji Aktivitas Senyawaanti Bakteri dari Makroalga, Limbah Perikanan dan
Hewan Invertebrata adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya penyiapan kultur bakteri dilakukan dengan benar agar tidak
terjadi kontaminasi silang;
2. Sebaiknya uji aktivitas senyawa antibakteri dilakukan dengan
menggunakan dua metode sekaligus untuk mengetahui perbedaannya; dan
3. Sebaiknya laboratorium disterilkan terlebih dahulu agar terhindar dari
segala bentuk kontaminasi.
Nilai :……………………………………………….
Draft :……………………………………………….
…………………………………………………………
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, D., & Putri, D. A. 2019. Bioakumulasi Logam Berat pada Kerang
Hijau (Perna viridis) di Perairan Cirebon Beradasarkan Musim yang
Berbeda. Akuatika Indonesia, 4(1), 6-10.