Anda di halaman 1dari 66

Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

MODUL IV : STABILITAS PIGMEN Kelompok : 12


MAKROALGA
Tanggal : 28 Oktober 2021

Nama : Lidwina Arsika Prima K NIM: 26060119130053 Ttd :

Pengantar Teori Praktikum


Pigmen alami adalah zat warna yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau
dari sumber-sumber mineral. Jenis zat warna alami yang sering digunakan untuk
pewarna makanan antara lain Klorofil, Karotenoid, Lutein dan Zeaxanthin,
Flavonoid murni artinya tidak mengandung senyawa lain terdiri dari : antosianin
yaitu pigmen yang berwarna merah, biru dan ungu, antoxantin yang memberikan
warna kuning, dan tanin yang berwarna coklat (Dwiari, 2008).
Makro dan mikroalga mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi
sebagai zat antioksidan. Indonesia sebagai negara yang terletak di negara tropis
mempunyai potensi yang besar akan produksi senyawa antiokaidan. Sinar
matahari yang bersinar sepanjang tahun di Indonesia memungkinkan tumbuhan
yang memproduksi senyawa antioksidan.
Secara umum terdapat tiga reaksi yang dapat menjelaskan degradasi
pigmen klorofil, yaitu reaksi peofitinasi, pembentukan klorofilid, dan oksidasi.
Reaksi peofitinasi adalah reaksi pembentukan peofitin. Peofitin adalah bentuk
klorofil yang kehilangan ion Mg2+ sehingga warna yang diekspresikan bukan
hijau melainkan hijau kecoklatan. Klorofil a diketahui mengalami reaksi
peofitinasi lima sampai sepuluh kali lebih cepat dibandingkan dengan klorofil b.
Reaksi peofitinasi ini dapat terjadi ketika klorofil diperlakukan dengan asam. Ion
Mg2+ yang berada di tengah-tengah molekul akan lepas dan digantikan oleh ion
hidrogen. Di larutan HCl 13%, reaksi peofitinasi dapat terjadi hanya dalam waktu
1-2 menit. Reaksi ini akan berjalan lebih cepat lagi jika terkena panas.

Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan
dengan benar pengamatan terhadap stabilitas pigmen dengan berbagai perlakuan.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum topik ini mahasiswa mampu melakukan:
a. Pengujian stabilitas pigmen rumput laut dan makroalga pada kondisi yang
berbeda.

Prosedur Kerja
A.Bahan
 Ulva lactuca
 Sargassum sp.
 Etil Asetat
 Metanol

B.Alat
 Erlenmeyer 1 L
 Beaker Glass 1 L
 Botol vial
 Corong besar
 pH paper

C.Metoda
Ekstraksi pigmen
Sampel disiapkan (Sargassum sp. Dan Ulva lactuca) disiapkan, lalu
ditimbang dengan timbangan analitik 2 gram dan dimasukkan ke dalam glass
beaker. Setelah itu, dimaserasi dengan pelarut (etanol dan metanol) untuk
mengekstrak pigmen fikosianin, fukoxanthin, dan klorofil dari sampel tersebut
selama 24 jam. Kemudian, ekstrak pigmen disaring dengan kertas saring untuk
memisahkan endapan dan dimasukkan ke dalam botol vial.. Kemudian disimpan
selama 48 jam dengan ditambah perlakuan suhu pada masing-masing pigmen.
Pengamatan dilakukan 24 jam sekali dengan mengamati perubahan warna dan pH
pada masing-masing pigmen yang telah diberi perlakuan
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Perlakuan Suhu
1. Siapkan masing-masing sebanyak 10 ml hasil ekstraksi pigmen rumput laut
2. Simpan hasil ekstaksi pigmen pada suhu 0, 5, 30, 40, 50 dan 60 selama 6 hari
pada waterbath dan dryer/incubator/refrigerator.
3. Lihat perubahan yang terjadi pada masing-masing perlakuan setiap 24 jam.

Perlakuan pH
1. Siapkan masing-masing sebanyak 10 ml hasil ekstraksi pigmen rumput laut
dan mikrolaga
2. Tambahkan 1 M HCl atau 1 M CH3COOH ke dalam larutan pigmen agar pH
menjadi 1,3 dan 5
3. Tambahkan 1 M NaOH atau 1 M KOH ke dalam larutan pigmen agar pH
menjadi 8,10, 12 dan 14.
4. Larutan pigmen kontrol ber pH 7.
5. Simpan semua perlakuan selama 3 hari pada suhu 40 oC atau 60oC pada
dryer/inkubator dan waterbath.
6. Lihat perubahan yang terjadi pada masing-masing perlakuan setiap 24 jam.
7. Konsentrasi korofil dan fukosantin diukur pada spektrofotometer berturut-
turut pada panjang gelombang 450 nm dan setiap 24 jam.
8. Hitung berapa prosentase fucoxanthin dan phycoeritin yang hilang.
9. Buatlah grafik penurunan korofil dan fukosantin.

Perlakuan Cahaya
1. Siapkan masing-masing sebanyak 10 ml hasil ekstraksi pigmen rumput laut
dan mikrolaga
2. Simpan hasil ekstaksi pigmen pada suhu 0, 5, 30, 40, 50 dan 60 selama 6 hari
3. Lihat perubahan yang terjadi pada masing-masing perlakuan setiap 24 jam.
4. Konsentrasi korofil dan fukosantin diukur pada spektrofotometer berturut-
turut pada panjang gelombang 450 nm dan …. Setiap 24 jam.
5. Konsentrasi korofil dan fukosantin diukur pada spektrofotometer berturut-
turut pada panjang gelombang 450 nm dan …. Setiap 24 jam.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Lembar Hasil Pengamatan

Tabel 8. Sampel dan pelarut yang digunakan


No Sampel Pelarut

1. Ulva lactuca Metanol

2. Ulva lactuca Etil Asetat

Tabel 9. Pengamatan Setelah Maserasi 24 jam.


No Sampel Pigmen Hasil Pengamatan
Warna pH
1. Ulva lactuca + Metanol Klorofil Hijau tua 6

2. Ulva lactuca + Etil asetat Klorofil Hijau muda 6

Tabel 10. Pengamatan Setelah Waterbath pada Suhu 60°C


No Sampel Pigmen Hasil Pengamatan
Warna pH
1. Ulva lactuca + Metanol Klorofil Hijau tua 7

2. Ulva lactuca + Etil asetat Klorofil Hijau muda 6

Tabel 11. Hasil Pengamatan Setelah Maserasi 24 jam


No Sampel L* a* b* Derajat Hue
1. Ulva lactuca + Metanol 18,47 -1,23 -0,52 203,02

2. Ulva lactuca + Etil asetat 24,68 0,47 6,25 83,21

Tabel 12. Hasil Pengamatan Setelah Waterbath pada Suhu 60°C


No Sampel L* a* b* Derajat Hue
1. Ulva lactuca + Metanol 18,95 -0,42 -0,93 245,95

2. Ulva lactuca + Etil asetat 25,79 0,44 7,78 86,89


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Pembahasan:
Pigmen merupakan zat pewarna yang dapat mengubah warna pada cahaya
tampak sebagai akibat dari absorpsi selektif terhadap Panjang gelombang tertentu.
Gelombang pada pigmen tersebut yang akan menghasilkan dan memantulkan
warna yang terbentuk. Salah satu makhluk hidup penghasil pigmen adalah rumput
laut. Rumput laut termasuk ke dalam pigmen alami karena dihasilkan oleh
organisme atau makhluk hidup. Pigmen dari bahan alami memiliki nilai ekonomi
karena lebih kecil kandungan bahaya pada produk. Contoh pigmen yang
dihasilkan oleh rumput laut adalah fikosianin penghasil warna bitu, klorofil
penghasil warna hijau, fikosantin penghasil warna coklat, fikoeritin penghasil
warna keemas an, dan xantofil penghasil warna kuning. Perbedaan pigmen pada
rumput laut tersebut didasarkan pada kemampuan adaptasi fotosintesis masing-
masing rumput laut. Menurut Haryatfrehni et al. (2015), secara umum makroalga
dibagi menjadi Chlorophyta atau alga hijau, Phaeophyta atau alga coklat, dan
Rhodophyta atau alga merah berdasarkan pigmentasi. Perbedaan antara pigmen
alga adalah pada kemampuan adaptasi lingkungan yang diperlukan untuk
mengoptimalkan perangkap cahaya untuk proses fotosintesis di kedalaman
tertentu. Ada tiga jenis pigmen makroalga secara umum, yaitu klorofil, karotenoid,
dan fikobilin.
Rumput laut yang digunakan dalam pengujian adalah jenis Ulva lactuca.
Rumput laut Ulva lactuca merupakan jenis gangga hijau yang menempel pada
batu. Rumput laut tersebut memiliki warna hijau ke hijau gelap. Ulva lactuca
merupakan rumput laut yang memiliki bentuk lembaran terdiri dari dua sel.
Rumput laut tersebut mudah dibudidayakan asalkan daerah tempat pembudidaya
memiliki nutrisi yang melimbah atau cukup bagi metabolism dan kehidupan Ulva
lactuca. Ulva lactuca memiliki kandungan pigmen klorofil yang melimpah dan
dibuktikan dengan warna dari rumput laut tersebut, yaitu hijau. Melimpahnya
pigmen klorofil pada Ulva lactuca membantu rumput laut tersebut untuk
melakukan proses fotosintesis. Menurut Areco et al. (2021), alga hijau Ulva
lactuca dapat ditemukan pada daerah tropis hingga kutub, meskipun dengan strain
yang bervariasi pada setiap daerah. Rumput laut spesies Ulva lactuca yang
dibudidayakan memiliki nutrisi yang tinggi sebagai sumber dari biomassa untuk
n-3 PUFA, pigmen, dan fenolat dengan aktivitas antioksidan dan antiinflamasi.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Metode yang digunakan pada praktikum stabilitas pigmen makroalga


dengan sampel Ulva lactuca. Sampel yang telah dihaluskan dengan blender
kemudian dimaserasi dengan pelarut etil asetat dan metanol untuk mengekstrak
pigmen pada glass beaker selama 24 jam. Ekstrak pigmen kemudian disaring
dengan kertas saring untuk memisahkan endapan dan dimasukkan ke dalam botol
vial. Filtrat yang disimpan selama 48 jam kemudian di amati perubahan warna dan
pH setiap 24 jam sekali. Hasil ekstraksi yang telah melalui pengamatan kemudian
dilakukan pengujian menggunakan colorimeter dan waterbath dengan suhu 60°C.
Hasil pengujian pigmen dengan menggunakan colorimeter yang ditunjukan pada
layar kemudian dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter. Hasil
pengujian dengan menggunakan waterbath kemudian dilakukan pengujian pH
dengan pH meter dan pengujian pigmen dengan colorimeter. Metode ekstraksi
yang digunakan pada pengujian pigmen adalah metode maserasi. Metode maserasi
adalah metode ekstraksi dengan menggunakan beberapa jenis pelarut seperti
etanol dan metanol. Menurut Ruslan dan Wiraningtyas (2019), ekstraksi zat warna
dengan metode maserasi dilakukan pada berbagai pelarut yaitu pelarut air,
metanol dan etanol. Pemilihan ketiga pelarut tersebut karena memiliki sifat
kepolaran yang berbeda. Perbedaan tingkat kepolaran pelarut mengakibatkan
perbedaan senyawa yang terikat pada masing-masing pelarut.
Pelarut yang digunakan pada pengujian pigmen warna dengan sampel
Ulva lactuca adalah etil asetat dan metanol. Pelarut yang digunakan dipilih karena
memiliki sifat kepolaran yang berbeda. Pelarut etil asetat digunakan karena dapat
mengabsorpsi zat warna pada sampel Ulva lactuca dengan stabil. Pelarut etil
asetat juga tidak merusak pH pada sampel secara signifikan sehingga pH yang
dihasilkan setelah ekstraksi stabil. Metanol termasuk dalam pelarut golongan
alkohol. Alkohol yang biasanya digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi adalah
golongan alkohol rendah atau yang memiliki rantai atom C pendek seperti
metanol, etanol, propanol, dan butanol. Menurut Hutapea et. al. (2014), pelarut
metanol bersifat universal yang mampu mengikat semua komponen kimia yang
terdapat pada tumbuhan bahan alam, baik yang bersifat non polar, semi polar, dan
polar. Artinya semua zat warna yang bersifat non polar, semi polar, dan polar
dapat terekstraksi secara sempurna.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Hasil yang didapatkan adalah perubahan kenampakan warna pada kedua


sampel pengujian tersebut, pada sampel dengan pelarut metanol didapatkan warna
hijau tua sedangkan pada pelarut etil asetat didapatkan warna hijau muda dengan
nilai pH 6 pada kedua sampel pengujian tersebut. Pengujian dengan perlakuan
pemberian suhu 60°C dengan waterbath didapatkan hasil yang relatif sama,
dimana pada penggunaan metanol didapatkan warna hijau tua dan etil asetat
mendapatkan warna hijau muda, namun perbedaannya terdapat pada nilai pH pada
sampel pelarut metanol dengan nilai 7 sedangkan dengan pelarut etil asetat
didapatkan nilai pH 6. pengujian colorimeter dilakukan dengan dua perlakuan
berbeda, perlakuan pertama hasil ekstraksi yang telah melalui proses maserasi
selama 24 jam langsung dilakukan penghitungan. Hasil yang didapatkan pada
sampel ulva lactuca dengan pelarut metanol dan etil asetat mendapatkan nilai L*,
a*, dan b* bertutut-turut sebagai berikut : 18,47; -1,23; -0,52 dan 24,68; 0,47; 6,25
dengan nilai derajat hue pada sampel pelarut metanol didapatkan nilai sebesar
203,02 dan 83,21 pada sampel pelarut etil asetat. Menurut Aditomo et al. (2017),
nilai hue merupakan warna dominan suatu benda, bahan atau larutan. Nilai hue
memiliki satuan berupa derajat (0). Nilai hue mewakili panjang gelombang
dominan yang akan menentukan warna suatu bahan. Kisaran warna dapat
menentukan warna suatu produk adalah merah, kuning, hijau, biru dan ungu.
Faktor yang mempengaruhi hasil warna yang didapatkan pada pengujian
dapat disebabkan oleh kadar pigmen yang berbeda pada setiap jenis alga, selain
itu terdapat faktor lingkungan, intensitas cahaya, suhu, salinitas, unsur hara,
musim dan penangkapan pasca panen, selain faktor internal dari rumput laut
terdapat juga faktor dari pengujian seperti jenis penggunaan pelarut, Keberhasilan
ektraksi pigmen fotosintesis ditandai dengan pecahnya sel ulva lactuca,
menghasilkan ekstrak hijau pekat sampai berubah menjadi warna hijau pucat.
Perubahan warna pada perlakuan waterbath 60°C dapat dipengaruhi oleh suhu
yang digunakan, dimana pigmen fotosintesis atau klorofil yang terdapat pada
sampel ulva lactuca dinilai tidak stabil. Menurut Hasanela et al. (2020), kestabilan
pigmen fotosintesis sangat dipengaruhi oleh foktor fisik dan kimia diantaranya
cahaya, pH, oksigen dan suhu. Oleh sebab itu, ektraksi pigmen fotosintesis
dilakukan dalam suasana gelap dan diberi penangas es.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kesimpulan dan saran:


Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan untuk Praktikum Modul IV Stabilitas
Pigmen Makroalga adalah pengujian pigmen warna pada rumpul laut dengan
metode maserasi. Pengamatan stabilitas warna pada sampel rumput yang
digunakan melalui beberapa perlakuan diantaranya perlakuan suhu, warna dan
cahaya. Perlakuan suhu yairu dengan meletakkan hasil ekstraksi pada waterbath
dan dryer/incubator/refrigerator dengan suhu 0, 5, 30, 40, 50 dan 60 selama 6
hari. Perlakuan pH yaitu diawali dengan pengukuran pH dengan pHmeter dan
kemudian diukur panjang gelombangnya menggunakan spektofotometer.
Perlakuan cahaya pada hasil ekstraksi yaitu dengan mengukur konsentrasi klorofil
dan fukosantin dengan menggunakan spektofotometer.
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Praktikum Modul IV Stabilitas Pigmen
Makroalga adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya materi yang diberikan lebih mendetail dan lengkap, agar praktikan
lebih memahami materi dan memudahkan dalam pembuatan laporan
praktikum.
2. Sebaiknya praktikan lebih mempelajari dan lebih aktif dalam kegiatan
praktikum, agar praktikan lebih memahami materi sebelum melakukan
praktikum.
3. Sebaiknya sampel yang digunakan tidak hanya satu spesies, agar praktikan
lebih memahami perbedaan pigmen pada rumput laut yang terdapat di daerah
asal.

Nilai : 92

Draft : ACC

Nama dan paraf asisten:

Nabilatus Sunayya
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Daftar Pustaka
Aditomo, R. S. Nopianti, I. R. dan Widiastuti. 2017. Karakteristik Fisiko-Kimia
dan Sensori Nugget Rumput Laut dengan Penambahan Tepung Ikan
Motan (Thynnichthys thynnoides). Jurnal FishtecH, 6(2) : 163-173.

Areco, M. M., V. N. Salomone, dan M. S. Alfonso. 2021. Ulva lactuca : A


Bioindicator for Anthropogenic Contamination and Its Environmental
Remediation Capacity. Marine Environmental Research,171 : 1-14.

Haryatfrehni, R., S. C. Dewi, A. Meilianda, S. Rahmawati, dan I. Z. R. Sari. 2015.


Preliminary Study the Potency of Macroalgae in Yogyakarta :
Extraction and Analysis of Algal Pigments from Common
Gunungkidul Seaweeds. Procedia Chemistry, 14 : 373-380.

Hasanela, N., N. Gaspersz, R. Silaban, dan M. R. Sohilait. 2020. Pengaruh Lama


Penyimpanan Ekstrak Kasar Makroalga Ulva Lactuca Terhadap
Kestabilan Pigmen Fotosintesis. Jurnal Inovasi Pendidikan dan
Sains, 1(3) : 72-78.

Hutapea, E. R. F., L. O. Siahaan, dan R. Tambun. 2014. Ekstraksi pigmen


antosianin dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum) dengan pelarut
metanol. Jurnal Teknik Kimia USU, 3(2) : 34-40.

Wiraningtyas, A. dan Ruslan. 2019. Ekstraksi Zat Warna dari Rumput Laut
Sargassum sp. Jurnal Redoks (Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu
Kimia), 2(1) : 1-10.
MODUL PRAKTIKUM
Mata Kuliah Bioteknologi Hasil Perikanan
Semester Ganjil 2020/2021

Disusun oleh:
Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc. (19611124 198703 2 001)

Romadhon, S.Pi., M.Biotech. (19760906 200501 1 002)

Eko Susanto, S.Pi., M.Sc., Ph.D. (19820913 200604 1 003)

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Universitas Diponegoro
Semarang
2021
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

MODUL PRAKTIKUM
MATA KULIAH BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

Dosen Pengampu:

Romadhon, S.Pi., M.Biotech.

Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc.

Eko Susanto, S.Pi., M.Sc., Ph.D


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Tim Praktikum

Mata Kuliah Bioteknologi Hasil Perikanan

Tahun 2021

Koordinator Mata Kuliah : Romadhon, S.Pi., M.Biotech.

Anggota : Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc.

Eko Susanto, S.Pi., M.Sc., Ph.D


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Asisten Praktikum

Mata Kuliah Bioteknologi Hasil Perikanan

Tahun 2021

Angelina Letycia Malau 26060118140082

Tri Ulfa Agustiyani 26060118130057

Nabilatus Sunayya 26060118130077


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

GARIS - GARIS BESAR PROGRAM PRAKTIKUM

MATA KULIAH : BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

KODE MK/ SKS/ SEMESTER : PKT 302P/ 3 sks / GANJIL

TIM PENGAMPU KULIAH & PRAKTIKUM : Romadhon, S.Pi., M.Biotech.

Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc.

Eko Susanto, S.Pi., M.Sc., Ph.D.\

WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM : Semester Ganjil 2020/2021


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

DESKRIPSI SINGKAT MATA KULIAH : Bioteknologi Hasil Perikanan mencakup penjelasan tentang ekstrasi senyawa bioaktif
dan senyawa biofunctional dari berbagai makro dan mikro alga, hewan vertebrata &
invertebrata laut, limbah hasil perikanan. Peranan penting enzim dan
mikroorganisme serta pemanfaatannya dalam bidang bioteknologi hasil perikanan.

STANDAR KOMPETENSI MATA KULIAH : Setelah mengikuti mata kuliah inidiharapkan mahasiswa mampu melakukan ekstraksi senyawa
antiokidan dan antibakteri dari makro dan mikroalga dan mampu mahasiswa mampu melakukan uji
aktivitas senyawa antiokidan dan antibakteri dari makro dan mikroalga
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

MODUL I: EKTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DAN BIOFUNGSIONAL DARI ALGA DAN UJI AKTIVITASNYA

Nama Mata Kuliah : Bioteknologi Hasil Perikanan

Kode dan SKS mata kuliah : PKT302P / 3 SKS

Semester ke : V

Prasyarat Praktikum : Biologi, Kimia Pangan, mikrobiologi hasil perikanan

Waktu yang diperlukan : 4 x 100 menit kegiatan

Kompetensi Mata Kuliah : Bioteknologi Hasil Perikanan mencakup penjelasan tentang ekstrasi senyawa bioaktif dan senyawa biofunctional dari berbagai
makroalga, hewan vertebrata & invertebrata laut, limbah hasil perikanan. Peranan penting enzim dan mikroorganisme serta
pemanfaatannya dalam bidang bioteknologi hasil perikanan.

Indikator Kinerja Praktikum pada : Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan dengan benar:
Modul ke I
a. Senyawa antioksidan dan antimikroba dari makroalga

b. Uji aktivitas senyawa antiokasidan dan antimikroba


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

DOSEN
KOMPETENSI DASAR TOPIK PRAKTIKUM MINGGU SUMBER
POKOK
SUB POKOK BAHASAN
BAHASAN PENGAM
KE BACAAN
PU

1 2 3 4 5 6 7

Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi senyawa Ekstraksi senyawa 1. Ekstraksi senyawa bioaktif Topik I Ekstraksi dan I Lihat WFM
antiokidan dan antibakteri dari makroalga biofungsional dan biofunctional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
makroalga anti bakteri bacaan

Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi senyawa Ekstraksi senyawa 2. Ekstraksi senyawa bioaktif Topik II Ekstraksi dan I Lihat END
antiokidan dan antibakteri dari mikroalga biofungsional dan biofungtional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
mikroalga anti bakteri bacaan

ahasiswa mampu melakukan ekstraksi untuk uji Ekstraksi senyawa 3. Ekstraksi senyawa bioaktif Topik III Ekstraksi dan II Lihat RMD
aktivitas antioksidan biofungsional dan biofungtional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
makro dan antioksidan bacaan
mikroalga

Mahasiswa mampu melakukan uji aplikasi aktivitas Senyawa bioaktif 4. Uji aktivitas senyawa bioaktif Topik III Ekstraksi dan II Lihat ES
senyawa antiokidan dan biofungsional dan biofungtional dari alga uji aktivitas senyawa bahan
dari alga (makro antioksidan bacaan
dan mikro alga)
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

BAHAN BACAAN

1. Maggy T dan Lestari A.2000. Bioteknologi hasil laut. PKSPL IPB.

2. Bhakuni, D.S and Rawat, D.S. 2005. Bioactive marine natural products. Anamaya Publisher. India.

3. Venugopal, V. 2009. Marine products for healthcare: Functional and marine nutraceutical compounds from the ocean. CRC Press. Boca Raton.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

MODUL I : SKRINING FITOKIMIA Kelompok : 12


KUANTITATIF DARI MAKROALGA Tanggal : 11 November 2021

Nama : M. Ikhsanudin, Sofarina Khoirunnisa dan Lidwina Arsika Prima K.

Pengantar Teori Praktikum

Fitokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai


pertumbuhan dan metabolisme tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik
seperti nitrogen, kalium, air dan karbon dioksida menjadi pati, gula, protein dan
sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis
merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia,
terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses
biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa
kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya.
Skrining atau penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui informasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses
pengisolasiannya. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis
tumbuhan tersebut potensial untuk dimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan
fitokimia harus memenuhi syarat-syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan
tegas.

Tujuan

Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan


dengan benar:

1. Teknik penapisan fitokimia dari makro alga;

2. Teknik menganalisis golongan kimia dari makro alga.


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum topik ini mahasiswa mampu melakukan teknik
penapisan fitokimia secara kuantitatif dari makro alga dengan benar.

Prosedur Kerja
1. Bahan

 Bahan baku

o Ekstrak rumput laut Ulva lactuca


o Ekstrak rumput laut Sargassum sp
 Bahan kimia

o NH4OH o AlCl3
o Na2CO3 o Kloroform
o Aquades o Follin-ciocalteu
o Asam asetat 10% dalam etanol o Etanol 75%
o H2SO4 o Metanol
o Asam asetat anhidrat o Etil asetat

2. Alat

 Mortar  Mikropipet
 Gelas beaker  Pipet tetes
 Pengaduk  Botol vial
 Gelas ukur  Rak tabung reaksi
 Corong  Tabung reaksi
 Erlenmeyer  Spektrrofotometer
 Timbangan analitik
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Metoda

 Uji alkaloid
1 g serbuk sampel

Mortar

Pelarutan dalam 20 ml aquades


Penambahan 5 ml asam asetat 10% dalam
etanol
Diamkan selama 2 jam
Penyaringan

Residu Filtrat

Penambahan NH4OH 3 ml
Endapan putih

Penimbangan kertas saring

Penyaringan

Pengeringan kertas saring hingga berat konstan

Oven

Penimbangan kertas saring

Kadar Alkaloid (%) = berat konstan – berat kertas saring x 100%

berat sampel
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

 Uji saponin
1 g serbuk sampel

Erlenmeyer

Pelarutan dalam 20 ml aquades


Penambahan 5 ml etanol 75%
Gojog

Erlenmeyer

Pengendapan suspensi 30 menit

Pengambilan bagian atas dengan pipet

Penimbangan vial kosong

Botol vial

Pengeringan botol vial hingga berat konstan

Oven

Penimbangan botol vial

berat konstan – berat krus


% Kadar Saponin = berat sampel
x 100%
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

 Uji Flavonoid
1 g serbuk sampel

Gelas beaker

Pelarutan dalam 20 ml aquades


Penambahan 5 ml asam asetat 10%
dalam etanol

Gojog

Erlenmeyer

Penyaringan
Pengambilan 1 ml filtrat

Penambahkan 2 mL
AlCl3 5 %

Penambahan aquadest hingga 10 ml

Pembacaan absorbansi dengan


spektrofotometer 420 nm

Hasil yang diperoleh dihitung dengan menggunakan kurva standar yang


dibuat dengan menggunakan Quercetin.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

 Uji Fenol

1 g serbuk

Gelas bekker

Pelarutan dalam 10 ml aquades


Penyaringan

1 ml Filtrat
Residu

Penambahan 0,5 mL Follin-ciocalteu

Penambahan 1 ml Na2CO3

Diamkan selama 10 menit

Penambahan aquades sampai 10 ml

Pembacaan absorbansi 730 nm

Hasil

Hasil yang diperolah dihitung dengan menggunakan kurva standar asam


galat yang telah dibuat.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

 Uji steroid atau terpenoid

1 g serbuk

Gelas beaker

Penambahan 2 tetes Kloroform

Penambahan 2 tetes Asam asetat anhidrat

Penambahan 5 tetes H2SO4

Pengamatan warna

Hasil
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Lembar Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengujian Skrining Fitokimia Ekstrak Sargassum sp.


No Parameter Deskripsi Hasil

1. Uji Alkaloid Kadar Alkaloid (%) = 3,6%


berat konstan – berat kertas saring x 100%
berat sampel

=1,535 – 1,499 x 100%

1
= 3,6%

2. Uji Saponin Kadar Saponin (%) = -0,3%


berat konstan – berat krus x 100%
berat sampel

=17,158 – 17,161 x 100%

1
= -0,3%

3. Uji Flavonoid Y = 0,0181X – 0,1662 20,45 ppm


0,204 = 0,0181X – 0,01662
0,0181X = 0,204 – 0,01662
X = 20,45
4. Uji Flavonoid Y = 0,0009X + 0,0978 206,89 ppm
0,284 = 0,0009X + 0,0978
0,0009X = 0,284 - 0,0978
X = 206,89
5. Uji Steroid Perubahan warna menjadi hijau steroid
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Tabel 2. Hasil Absorbansi Kurva Standar Quercetin

Konsentrasi Absorbansi

10 0,052

20 0,183

30 0,352

40 0,501

50 0,799

y = 0,204

y = 0,0181 x − 0,1662

0,204 = 0,0181 x − 0,1662

0,204 + 0,1662 = 0,0181 x

0,3702 = 0,0181 x
0,3702
x=
0,0181
x = 20,45 ppm
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Tabel 3. Hasil Absorbansi Kurva Standar Asam Galat

Konsentrasi Absorbansi

0 0,025

200 0,24

400 0,435

600 0,625

800 0,9

1000 1,07

2000 1,98

3000 2,701

y = 0,284
y = 0,0009 x + 0,0978
0,284 = 0,0009 x + 0,0978
0,284 − 0,0978 = 0,0009 x
0,1862 = 0,0009 x
0,1862
x=
0,0009
x = 206,89 ppm
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Pembahasan:

Hasil perikanan berupa rumput laut merupakan sampel alami yang


memiliki banyak manfaat bagi berbagai macam bidang. Rumput laut yang
digunakan dalam pengujian kali ini adalah Ulva lactuca dan Sargassum sp.
Penggunaan kedua rumput laut tersebut dikarenakan mudah didapatkan dan
relative lebih mudah serta efisien dalam ekstraksi. Rumput laut Ulva lactuca
merupakan salah satu jenis alga hijau konsumsi karena kaya akan berbagai
senyawa yang baik bagi kesehatan. Senyawa pada rumput laut Ulva lactuca yang
baik bagi tubuh adalah antioksidan, antibakteri, antijamur, dan antitumor.
Penggunaan rumput laut Sargassum sp. dikarenakan jenis tersebut mengandung
senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri seperti flavonoid,
saponin, tanin, dan fenolat. Menurut Dwimayasanti (2018), rumput laut Ulva
lactuca termasuk dalam kategori Chorophyceae yang mampu menghambat
oksidasi. Selain Ulva lactuca, rumput laut Sargassum sp. termasuk dalam rumput
laut cokelat yang memiliki senyawa antioksidan yang mampu menghambat
oksidasi pada produk.
Pengujian yang dilakukan adalah menggunakan skrining fitokimia.
Skrining fitokimia merupakan cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi
kandungan senyawa metabolit sekunder dalam suatu bahan alami. Skrining
fitokimia dilakukan untuk menemukan tahapan pendahuluan yang dapat
memberikan gambaran terkait kandungan senyawa tertentu dalam sampel yang
akan diteliti. Skrining fitokimia dapat dilakukan secara kualitatif, semi-kualitatif,
maupun kuantitatiff sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan. Metode
skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna dengan
menggunakan pereaksi tertentu. Pemilihan pelarut dan metode ekstraksi
berpengaruh dalam proses skrining fitokimia. Perlakuan skrining fitokimia dapat
dilakukan menggunakan alat spektroskopi UV-Visible maupun FTIR untuk
menemukan senyawa yang akan diuji. Menurut Patle et al. (2020), hasil skrining
fitokimia menunjukkan bahwa ekstraksi etanol diperkaya dengan fenolat,
flavonoid, tannin, saponin, alkaloid, dan terpenoid. Pengujian fitokimia pada suatu
dilakukan dengan menggunakan analisis spektroskopi UV-Vis dan Fourier-
Transform Infrared (FTIR).
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Hasil yang didapatkan pada pengujian alkaloid adalah 3,6% yang mana
pada sampel pengujian ini mengandung senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan
suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam, yangmana
beberapa contohnya dapat dijumpai pada bagian bagian daun, ranting, biji, dan
kulit batang dari tumbuhan. Alkaloid termasuk dalam basa organik yang
mengandung unsur senyawa nitrogen (N). Endapan putih yang didapatkan setelah
melakukan penambahan NH4OH 3 ml menunjukkan bahwa sampel menganung
alkaloid yang memilki sifat polar yang tersusun dari karbon, nitrogen serta
oksigen. Metode yang digunakan dalam pengujian alkaloid adalah menggunakan
metode maserasi dengan prinsip akan memecah dinding dan membran sel dari
sampel yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dari dalam serta luar sel.
Pemanfaatan alkaloid dapat dilakukan dengan tujuan untuk menaikan tekanan
darah, mengurangi rasa sakit, obat penenang, obat penyakit jantung, antimikroba
serta pemicu sistem saraf. Menurut Wullur et al. (2012), alkaloid merupakan salah
satu metabolisme sekunder yang terdapat pada tumbuhan, yang bisa dijumpai
pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam
bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah,
mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan
lain-lain lain
Hasil yang didapatkan pada pengujian saponin adalah -0,3% yang mana
pada sampel ini tidak menunjukan adanya kandungan saponin. Pengujian saponin
dengan melakukan penambahan HCl pekat beberapa tetes pada sampel. Pengujian
saponin dengan hasil positif dapat dilihat dari terdapatnya busa yang tidak mudah
hilang atau stabil. Terdapatnya busa atau buih pada sampel pengujian dapat
dipengaruhi oleh sifat dari saponin yang dapat menurunkan tengangan pada
permukaan air. Saponin termasuk dalam senyawa glikosida kompleks dengan
berat molekultingi yang dapat ditemukan pada tanaman, hewan laut tingkat rendah
dan beberapa bakteri. Saponin memiliki kandungan zat antioksidan, anti-inflamasi,
anti-bakteri, serta anti-jamur. Menurut Novitasari (2016), istilah saponin
diturunkan dari bahasa Latin “sapo” yang berarti sabun, diambil dari kata
Saponaria vaccaria, suatu tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai
sabun untuk mencuci. Saponin juga berfungsi sebagai zat anti oksidan, anti-
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

inflamasi, anti-bakteri, dan anti-jamur sehingga bisa digunakan untuk proses


penyembuhan luka.
Hasil yang didapatkan pada pengujian flavonoid sebesar 20,45 ppm. Hasil
pengujian flavonoid menunjukkan kandungan flavonoid yang terdapat pada
sampel cukup rendah. Proses uji flavonoid tidak dianjurkan penambahan proses
pemasakan pada saat pengujian karena dapat mengakibatkan turunnya kadar
flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang berpotensi sebagai
antioksidan. Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenolik yang terdiri
dari beberapa struktur berbeda sehingga memiliki tingkat kelarutan berbeda,
umumnya senyawa flavonoid larut dalam pelarut semi polar hingga polar.
Flavonoid sebagai antioksidan yang kuat dan dapat mengikat ion logam yang
mampu mencegah efek berbahaya dari paparan sinar ultaviolet. Pengujian
kandungan flavonoid pada rumput laut perlu memerhatikan pelarut dan metode
ekstraksi yang digunakan. Menurut Helena dan Sanjayasari (2018), perlakuan
sebelum ekstraksi seperti pemilihan metode ekstraksi dan pemilihan pelarut
ekstrak perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi hasil ekstrak senyawa
metabolit sekunder. Perlakuan ekstraksi yang tidak tepat akan mempengaruhi
pelolehan nilai rendemen dan total senyawa metabolit sekunder, khususnya
flavonoid.
Hasil yang didapatkan pada pengujian fenol sebesar 206,89 ppm, yang
menunjukkan bahwa kandungan fenol pada sampel tergolong tinggi. Fenol
merupakan senyawa yang bersifat polar sehingga kelarutannya paling tinggi
dalam pelarut polar. Pelarut yang bersifat polar mampu melarutkan fenol lebih
baik sehingga kadarnya dalam ekstrak menjadi tinggi. Penetapan kandungan total
fenol pada sampel dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri
menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dan asam galat sebagai pembanding.
Prinsip dari pengujian fenol yaitu terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru
karena terdapat reaksi antara senyawa fenolik pada sampel dengan reagen Folin-
Ciocalteu dalam suasana basa yang dapat diukur dengan spektrofotometer visibel,
lalu disetarakan dengan asam galat. Semakin besar konsistensi senyawa fenolik
maka semakin banyak ion fenolat yang dapat mereduksi heteropoli menjadi
kompleks sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Senyawa fenolik
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

bereaksi dengan reagen Folin-Ciocelatu dalam suasana basa yang dibentuk


dengan menambahkan Na2CO3 agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik
menjadi ion fenolat. Menurut Pratiwi dan Wardaniati (2019), senyawa fenolik
bereaksi dengan follin-ciocalteau hanya dalam suasana basa agar terjadi disosiasi
proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Natrium karbonat digunakan
untuk menambah suasana basa, gugus hidroksil dalam senyawa fenolik bereaksi
dengan reagen follin-ciocalteau membentuk kompleks molibdenum-tungsten
berwarna biru.
Pengujian paling akhir yaitu pengujian steroid, hasil pengujian steroid
menunjukkan perubahan warna menjadi hijau. Perubahan warna pada hasil
pengujian menunjukkan bahwa terdapat kandungan steroid pada sampel. Beberapa
jenis senyawa steroid yang digunakan dalam dunia obat-obatan antara lain
estrogen, progestin, glukokortikoid serta kardenolida. Senyawa steroid jika
direaksikan dengan asam asetat anhidrat dan setetes asam sulfat pekat akan
menghasilkan warna hijau atau biru. Reaksi yang terjadi antara steroid dengan
asam asetat anhidrat adalah reaksi asetilasi gugus –OH pada steroid. Senyawa
steroid merupakan senyawa non polar yang tidak larut dalam fraksi air yang
merupakan senyawa polar. Penambahan asam asetat anhidrat bertujuan untuk
membentuk turunan asetil, sedangkan penambahan asam sulfat bertujuan untuk
menghidrolisis air yang bereaksi dengan turunan asetil membentuk larutan warna.
Perubahan warna yang terbentuk karena terjadinya oksidasi pada senyawa
triterpenoid atau steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi.
Senyawa steroid merupakan golongan senyawa yang paling banyak ditemukan
pada ekstraksi rumput laut. Senyawa steroid juga memiliki potensi sebagai
senyawa antibakteri. Senyawa steroid mampu menghambat pertumbuhan bakteri
dengan mekanisme penghambatan terhadap sintesis protein karena terakumulasi
dan menyebabkan perubahan komponen-komponen penyusun sel bakteri itu
sendiri. Menurut Sundu et al.(2018), senyawa steroid juga memiliki potensi
sebagai senyawa antibakteri. Senyawa steroid dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan mekanisme penghambatan terhadap sintesis protein karena
terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen-komponen penyusun sel
bakteri itu sendiri.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kesimpulan dan saran:


Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada modul 1 Skrining Fitokimia
Kuantitatif dari Makroalga yaitu :
1. Teknik penapisan fitokimia dari makroalga digunakan untuk mengetahui
golongan senyawa serta pemanfaatan dari rumput laut Sargassum sp. dan
serbuk Ulva lactuca. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan
beberapa pengujian seperti uji alkaloid, uji saponin, uji flavonoid, uji fenol
serta uji steroid atau uji terpenoid. Skrining fitokimia menggunakan
metode maserasi yang merupakan proses ekstraksi dengan cara merendam
menggunakan pelarut tertentu.
2. Teknik analisis golongan kimia dari makro alga dilakukan dengan skrining
fitokimia. Hasil positif pada pengujian alakoid ditandai dengan
terdapatnya endapan, serta hasil perhitungan didapatkan 3,6%. Hasil
pengujian tidak menandakan adanya senyawa saponin, serta hasil
perhitungan 0,3%. Pengujian flavonoid didapatkan hasil positif, serta hasil
perhitungan 20,45 ppm. Pengujian fenol didapatkan hasil positif ditandai
dengan terdapatnya warna biru, serta hasil perhitungan 206,89 ppm.
Pengujian steroid didapatkan hasil positif, ditandai dengan terdapatnya
warna hijau.

Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktium Bioteknologi Hasil Perikanan
modul 1 Skrining Fitokimia Kuantitatif dari Makroalga yaitu :
1. Sebaiknya hanya dilakukan beberapa pengujian, sehingga praktikan lebih
dapat mendalami pengujian yang dilakukan,
2. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati ketika melakukan pengujian
sehingga didapatkan hasil yang valid, serta
3. Sebaiknya penjelasan permateri dilakukan dengan bertahap dan detail.

Nilai : 93
Draft : ACC
Nama dan paraf asisten:

Nabilatus Sunayya
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Daftar Pustaka

Dwimayasanti, R. 2018. Rumput Laut : Antioksidan Alami Penangkal Radikal


Bebas. Oseana, 43 (2) : 13-23.

Helena, S., dan D. Sanjayasari. 2018. Kajian Senyawa Flavonoid pada Sargassum
Sp. dengan Pengeringan Asin Sebagai Sumber Antioksidan. Jurnal
Laut Khatulistiwa, 1(1) : 13-18.

Novitasari, A. 2016. Isolasi dan identifikasi saponin pada ekstrak daun mahkota
dewa dengan ekstraksi maserasi. Jurnal Sains, 6(12) : 11-14.

Patle, T. K., K. Shrivas, R. Kurrey, S. Upadhyay, R. Jangde, dan R. Chauhan.


2020. Phytochemical Screening and Determination of Phenolics and
Flavonoids in Dillenia pentagyna using UV-Vis and FTIR
Spectroscopy. Spectrochimia Acta Part A : Molecular and
Biomolecular Spectroscopy, 242 : 1-10.

Pratiwi, D dan I. Wardaniati. 2019. Pengaruh Variasi Perlakuan (Segar dan


Simplisia) Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) terhadap Aktivitas
Antioksidan dan Kadar Fenol Total. Jurnal Farmasi Higea, 11(2) :
159-165.

Sundu, R., Sapri dan F. Handayani. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Umbi Paku Atai Merah (Angiopteris ferox Copel) Terhadap
Propionibacterium acnes. Medical Sains: Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, 2(2) : 75-82.

Wullur, A. C., J. Schaduw. dan A. N. Wardhani. 2012. Identifikasi alkaloid pada


daun sirsak (Annona muricata L.). Jurnal Ilmiah Farmasi (JIF), 3(2) :
54-56.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

MODUL III : AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Kelompok : 12


EKSTRAK Sargassum sp. DAN Tgl : 30 September 2021
Ulva lactuca

Nama :Sofarina Khoirunnisa NIM: 26060119120028 Ttd:

Pengantar Teori Praktikum

Antioksidan dianggap sebagai dasar dari kesehatan dan telah digunakan


bertahun-tahun dalam perlindungan sistem biologis dan makanan dari berbahaya
efek dari proses oksidatif (Cuvelier et al, 1994.). antioksidan yang umum adalah
vitamin C, A, dan E. Namun, "molekul molekul-massa rendah" atau antioksidan
rantai-breaking (CBAs) hanya beberapa di seluruh multiplisitasalami pertahanan
yang digunakan oleh tubuh untuk memerangi ROS, spesies oksigen reaktif dan
RNS, menyerang spesies nitrogen reaktif. Antioksidan didefinisikan sebagai
bahan yang ketika ditambahkan ke makanan menghambat atau mencegah
kerusakan oksidatif makanan dan ini tidak termasuk gula, sereal, minyak, tepung,
bumbu dan rempah-rempah. Dalam sistem biologi, antioksidan telah didefinisikan
sebagai "substansi apapun yang, ketika hadir pada konsentrasi rendah
dibandingkan dengan suatu oxidisable substrat (misalnya, lipid, protein dan DNA),
secara signifikan penundaan atau mencegah oksidasi dari substrat dan bertindak
sebagai "scavenger radikal bebas".

Makro dan mikroalga mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi


sebagai zat antioksidan. Indonesia sebagai negara yang terletak di negara tropis
mempunyai potensi yang besar akan produksi senyawa antiokaidan. Sinar
matahari yang bersinar sepanjang tahun di Indonesia memungkinkan tumbuhan
yang memproduksi senyawa antioksidan.

Tujuan

Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan


dengan benar:

a. Ektraksi senyawa antioksidan dari makroalga


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

b. Pengujian aktivitas ekstrak antioksidan

Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum topik ini mahasiswa mampu melakukan:

a. Pengujian aktivitas antioksidan dari alga

Prosedur Kerja

A.Bahan

 Ekstrak Ulva lactuca

 Ekstrak Sargassum sp.

 Methanol
 Etil Asetat
 DPPH

B.Alat

 Erlenmeyer 1 L

 Beaker Glass 1 L

 Tabung reaksi

 Corong

C.Metoda

Preparasi sample dan ekstraksi senyawa antioksidan dari rumput laut

Setelah rumput laut dikumpulkan, sampel rumput laut masukkan ke dalam


kantong plastik dan bawa dalam perlakuan es ke laboratorium. Bilas rumput laut
dengan dengan air semalam untuk menghilangkan garam, pasir dan epifit,
kemudian rendam dalam air suling dua kali, lalu beku-keringkan dengan freeze
dryer. Setiap sampel beku-kering dibuat dalam bentuk halus dengan
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

menggunakan waring miller dan kemudian simpan sampel dalam freezer dengan
suhu untuk digunakan lebih lanjut.

Ekstrak dapat dilakukan dengan cara sampel yang telah kering dan dicacah
kemudian di maserasi dengan menggunakan dua pelarut, masing-masing etil
asetat dan methanol. Dalam wadah gelas sampel dimaserasi hingga seluruh
sampel terendam seluruhnya, hingga tidak ada bagian sampel yang tidak terendam
oleh larutan. Maserasi dilakukan selama 1 x 24 jam (sehari), setelah 24 jam
dimaserasi, larutan disaring dengan menggunakan kertas saring,lalu pelarut di
dalam filtrat tersebut diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu
37 °C hingga tidak tercium bau pelarut sebagai tanda bahwa pelarut telah
teruapkan sempurna.
Sampel yang telah dimaserasi, dapat dimaserasi kembali dengan
menggunakan pelarut yang sama sebelumnya, hingga sampel berubah
warna/memudar warnanya. Ekstrak kembali disaring dan diuapkan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 37 °C hingga pelarut teruapkan sempurna. Hasil
ekstrak ini disimpan kedalam vial kaca dan disimpan pada lemari pendingin.

D.Pembuatan Seri Konsentrasi :

1. Dibuat larutan induk sampel 1000 ppm, dengan cara sampel ditimbang
sebanyak 10 mg dan dilarutkan dalam 10 ml
2. Seri konsentrasi dibuat masing-masing 5 ml dari pengenceran larutan induk
sampel 1000 ppm dengan rumus m1v1 = m2v2.
3. Contoh perhitungan :
Konsentrasi 500 ppm :
m1v1 = m2v2
500 ppm x 5ml = 1000 ppm x v2
v2 = 2,5 ml
Sehingga seri konsentrasi 500 ppm dibuat dengan mengambil 2,5 ml larutan
induk sampel 1000 ppm dan diencerkan menjadi 5 ml dengan methanol.
Konsentrasi 250 ppm :
m1v1 = m2v2
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

250 ppm x 5ml = 1000ppm x v2


v2 = 1,25 ml

Sehingga seri konsentrasi 250 ppm dibuat dengan mengambil 1,25 ml larutan
induk sampel 1000 ppm dan diencerkan menjadi 5 ml dengan methanol.

4. Masing-masing konsentrasi ekstrak yang telah dibuat diambil 1 ml dengan


menggunakan mikropipet kemudian ditambahkan sebanyak 3 ml reagen
DPPH dalam tabung reaksi.
5. Inkubasi pada suhu 370C selama 30 menit dalam kondisi gelap, kemudian
absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 517 nm dengan
spektrofotometer.
6. Perubahan warna dari ungu menjadi kuning menunjukan adanya aktivitas
antioksidan pada ekstrak.
7. Larutan blanko dibuat dengan menggunakan metanol PA
% DPPH = absorbansi blanko - absorbansi sampel x 100%
absorbansi blanko

Lembar Hasil pengamatan


Tabel 7. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan
No Sampel Konsentrasi Perubahan warna absorbansi % DPPH

Sargassum +
1. 1000 ppm Ungu 0,289 51,1%
methanol

Sargassum +
2. 1000 ppm Sedikit jingga 0,398 32,7%
etil asetat

Ulva lactuca
3. 1000 ppm Ungu 0,542 8,3%
+ methanol

Ulva lactuca
4, 1000 ppm Ungu 0,426 27,9%
+ etil asetat

5. Blanko - Ungu 0,591 -


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Pembahasan:

Antioksidan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan


tubuh manusia karena fungsinya dapat menghambat dan menetralisir terjadinya
reaksi oksidasi yang melibatkan radikal–radikal bebas. Antioksidan dalam
makanan atau minuman dapat berupa antioksidan alami seperti yang terkandung
dalam sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman ataupun antioksidan sintetis (zat
aditif) seperti pada makanan dan minuman yang dikonsumsi. Penggunaan
antioksidan sintesis dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan efek
samping bagi kesehatan tubuh sehingga lebih disarankan penggunaan antioksidan
yang alami. Konsumsi antioksidan alami yang terdapat dalam buah, sayur, bunga,
dan bagian-bagaian lain dari tumbuhan dapat menghindari penyakit-penyakit
degeneratif. Menurut Purwanto et al. (2017), senyawa antioksidan telah
dibuktikan secara ilmiah untuk mengurangi resiko penyakit-penyakit kronis,
seperti kanker dan jantung koroner. Mekanisme kerja senyawa antioksidan dalam
mencegah penyakit kronis tersebut adalah dengan cara menangkap radikal bebas
dalam tubuh.

Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah Ulva lactuca. Sampel
yang digunakan dalam pengujian yaitu Ulva lactuca (selada laut), Ulva lactuca
merupakan makro alga yang tergolong dalam divisi Chlorophyta, karena sel-sel
pada rumput laut ini mengandung banyak mengandung klorofil a. Tanaman
ganggang hijau (Ulva lactuca) mengandung senyawa melatonin. Melatonin adalah
sejenis hormon yang merupakan antioksidan kuat. Melatonin mampu mengatasi
radikal bebas (antioksidan). Habitat Ulva lactuca yaitu pada perairan dangkal dan
biasanya ditemukan menempel di bebatuan, kandungan gizinya menjadikan selada
laut banyak diprosuksi menjadi beberapa produk yang memiki nutrisi yang baik
bagi tubuh manusia. Menurut Yunita et al. (2018), selada laut (Ulva lactuca L.)
merupakan jenis Chlorophyta atau ganggang hijau yang hidup di perairan dangkal
di seluruh dunia terutama di pantai yang berbatu. Di Indonesia selada laut sudah
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti sup, keripik, dan salad, namun
belum banyak dimanfaatkan secara komersial.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi senyawa antioksidan dari


rumput laut ulva latuca adalah metanol dan etil asetat. Pemilihan pelarut pelarut
memiliki peran yang penting dalam menentukan hasil ekstraksi yang ingin
didapatkan. Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi didasari dengan beberapa
faktor seperti selektivitas, kelarutan, dan titik didih. Pemilihan pelarut fraksi
didasarkan oleh tingkat kepolarannya, dimana pelarut methanol sebagai pelarut
yang paling polar. Metanol merupakan salah satu pelarut organik yang dapat
bercampur dengan air dan secara umum dapat digunakan dalam proses ekstraksi
karotenoid serta klorofil dari sampel biologis. Etil asetat yang digunakan sebagai
pelarut pada pengujian kali ini berfungsi sebagai pembanding dari pelarut metanol
yang memiliki sifat polar, dimana etil asetat merupakan pelarut yang memiliki
sifat semi-polar. Menurut Putri et al. (2013), etil asetat merupakan pelarut yang
bersifat semi polar dengan kemampuan menarik senyawa-senyawa polar dan
nonpolar, memiliki toksisitas rendah, dan mudah diuapkan sehingga dapat
digunakan untuk ekstraksi.
Metode diawali dengan mengeringkan dan mencacah sampel kemudian di
maserasi dengan menggunakan dua pelarut, masing-masing etil asetat dan
methanol hingga keseluruhan sampel terendam. Proses maserasi dilakukan selama
24jam, kemudian larutan disaring dan dilakukan penguapan dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 37 °C hingga tidak tercium bau pelarut sebagai tanda
bahwa pelarut telah teruapkan sempurna. Sampel dilakukan maserasi kembali
dengan pelarut yang sama sebelumnya, hingga sampel berubah warna/memudar
warnanya. Ekstrak kembali disaring dan diuapkan menggunakan rotary
evaporator hingga pelarut teruapkan sempurna. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan %DPPH, kemudian absorbansinya dibaca pada panjang gelombang
517 nm dengan spektrofotometer. DPPH sebagai bahan pengujian membutuhkan
donor atom hidrogen, pada penelitian ini donor diperoleh dari Ulva lactuca
sehingga DPPH akan menjadi stabil. Menurut da Costa et al. (2018), sebagai
radikal bebas, DPPH membutuhkan donor atom hidrogen untuk membuatnya
stabil. Pengujian ini akan melihat kemampuan Ulva lactuca L. untuk
mendonorkan atom hidrogen kepada DPPH dan meredam aktivitas DPPH.
Absorbansi maksimum DPPH pada panjang gelombang 517 nm.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Pengujian terhadap aktivitas antioksidan pada sampel Sargassum sp. dan


Ulva lactuca dengan menggunakan metode DPPH. Sampel yang digunakan oleh
kelompok 12 adalah Ulva lactuca yang dibedakan menjadi dua perlakuan, yaitu
dengan penambahan methanol dan etil asetat. Sampel Ulva lactuca dengan
dilakukan penambahan methanol memiliki kadar DPPH 8,3% dengan adanya
perubahan warna menjadi ungu, sedangkan pada penambahan etil asetat pada
sampel Ulva lactuca menunjukkan kadar 27,9% dengan adanya perubahan warna
menjadi ungu. Kadar DPPH tertinggi didapatkan dari sampel Ulva lactuca dengan
penambahan etil asetat yang ditunjukkan dari adanya perubahan warna menjadi
ungu dan tingginya kadar DPPH yang dihasilkan. Tingginya aktivitas antioksidan
pada sampel dari kadar DPPH dikarenakan adanya aktivitas perlawanan dari
senyawa antioksidan yang terdapat pada sampel dengan reagen DPPH sebagai
bahan penguji atau indikator. Menurut Nie et al. (2021), sifat bahan baku dapat
menghasilkan perbedaan antara antioksidan dan oksidase, dan ketajanan panas
karotenoid dalam bahan baku. Penangkalan radikal bebas DPPH oleh ektrak dapat
meningkat maupun menurun karena kandungan antioksidan pada setiap sampel.

Perbedaan hasil yang diperoleh pada praktikum disebabkan oleh


perbedaan sampel yang digunakan, kandungan yang terbuang ketika desalting,
serta konsentrasi pelarut yang digunakan. Sampel rumput laut yang digunakan,
yaitu Sargassum sp. dan Ulva lactuca memiliki kadar antioksidan yang berbeda
dikarenakan pebedaan senyawa yang terkandung pada masing-masing sampel.
Proses desalting akan mempengaruhi senyawa bioaktif pada rendemen ektrak
yang ikut terbuang ketika penghilangan garam, sehingga presentase rendemen
ektrak menurun. Penurunan ektraksi akan mempengaruhi kandungan antioksidan
pada sampel yang dilakukan. Konsentrasi pelarut dapat mempengaruhi kandungan
antioksidan karena pelarut memiliki polaritas yang berbeda dan berhubungan
dengan metabolit sekunder yang tersaring pada proses ekstraksi. Metabolit
sekunder yang dimaksud dalam hal ini adalah senyawa antioksidan yang
terkandung pada rumput laut. Menurut Lantah et al. (2017), aktivitas antioksidan
didaapatkan dari kandungan senyawa bioaktif yang terdapat dalam sampel rumput
laut itu sendiri. Selain itu, konsentrasi pelarut juga dapat mempengaruhi aktivitas
antioksidan sampel.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kesimpulan dan saran:

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan untuk Praktikum Modul III : Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Sargassum sp. dan Ulva lactuca adalah sebagai berikut :

1. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi senyawa antioksidan dari


rumput laut ulva latuca adalah metanol dan etil asetat. Metode diawali
dengan mengeringkan dan mencacah sampel kemudian di maserasi dengan
menggunakan dua pelarut, masing-masing etil asetat dan methanol hingga
keseluruhan sampel terendam. Proses maserasi dilakukan selama 24jam,
kemudian larutan disaring dan dilakukan penguapan dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 37 °C hingga tidak tercium bau pelarut
sebagai tanda bahwa pelarut telah teruapkan sempurna. Sampel dilakukan
maserasi kembali dengan pelarut yang sama sebelumnya, hingga sampel
berubah warna/memudar warnanya. Ekstrak kembali disaring dan
diuapkan menggunakan rotary evaporator hingga pelarut teruapkan
sempurna. Pengujian dilakukan dengan menggunakan %DPPH, kemudian
absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 517 nm dengan
spektrofotometer.

2. Pengujian aktivitas ekstrak antioksidan pada Sargassum sp. dan Ulva


lactuca menggunakan larutan induk sampel 1000 ppm dengan
penambahan 3 ml reagen DPPH, kemudian dimasukkan ke tabung reaksi.
Langkah selanjutnya, melakukan inkubasi pada suhu 37ºC selama 30
menit, kemudian absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 517 nm
dengan spektrofotometer. Perubahan warna dari ungu menjadi kekuningan,
artinya bahwa sampel mengandung antioksidan. Kadar DPPH tertinggi
didapatkan dari sampel Ulva lactuca dengan penambahan etil asetat yang
ditunjukkan dari adanya perubahan warna menjadi ungu dan tingginya
kadar DPPH yang dihasilkan. Tingginya aktivitas antioksidan pada sampel
dari kadar DPPH dikarenakan adanya aktivitas perlawanan dari senyawa
antioksidan yang terdapat pada sampel dengan reagen DPPH sebagai
bahan penguji atau indikator.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk Praktikum Modul III : Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Sargassum sp. dan Ulva lactuca adalah sebagai berikut :

3. Sebaiknya materi yang diberikan lebih mendetail, agar praktikan tetap


memahami materi walaupun praktikum online.

4. Sebaiknya praktikan dapat menjelaskan langkah-langkah ekstraksi yang baik,


agar dapat melakukan ektraksi yang baik kedepannya.

5. Sebaiknya data yang diberikan lebih jelas dengan memberikan reaksi yang
terjadi pada praktikum hingga menghasilkan perubahan warna, agar lebih
memudahkan dalam pengisian laporan praktikum.

Nilai : 91

Draft : ACC

Nama dan paraf asisten :

Nabilatus Sunayya
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

DAFTAR PUSTAKA

da Costa, J. F., Merdekawati, W., dan Otu, F. R. 2018. Analisis Proksimat,


Aktivitas Antioksidan, dan Komposisi Pigmen Ulva lactuca L. dari
Perairan Pantai Kukup. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi, 17 (1) : 1-17.

Lantah, P. L., L. A. D. Y. Montolalu, dan A. R. Reo. 2017. Kandungan Fitokimia


dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, 5 (3) : 73-79.

Nie, J., D. Chen, Y. Lu, dan Z. Dai. 2021. Effects of Various Blanching Methods
on Fucoxanthin Degradation Kinetics, Antioxidant Activity, Pigment
Composition, and Sensory Quality of Sargassum fusiforme. LWT-Food
Science and Technology 143 : 1-9.

Purwanto, D., S. Bahri dan A. Ridhay. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Buah Purnajiwa (Kopsia arborea blume) dengan Berbagai
Pelarut. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 3(1) : 24-32.

Putri, W. S., N. K. Warditiani dan L. P. F. Larasanty. 2013. Skrining Fitokimia


Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal
Farmasi Udayana, 2 (4) : 56-60.

Yunita, N. L. G. D., L.P. Wrasiati, dan L. Suhendra. 2018. Karakteristik Senyawa


Bioaktif Ekstrak Selada Laut (Ulva lactuca L.) pada Konsentrasi Pelarut
Etanol dan Lama Ekstraksi. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri,
6(3) : 189-195.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

MODUL II : EKSTRAKSI DAN UJI Kelompok : 12


AKTIVITAS SENYAWA Tgl : 9 September 2021
ANTI BAKTERI DARI MAKROALGA,
LIMBAH PERIKANAN DAN HEWAN
INVERTEBRATA

Nama :Muhammad Ikhsanudin NIM:26060119140082 Tanda tangan:

Pengantar Teori Praktikum

Lebih dari 100 jenis rumput laut/makro alga menghasilkan senyawa


bioaktif. Senyawa bioaktif tersebut memiliki banyak fungsi antara lain sebagai
antioksidan, anti bakteri, anti inflamatory, anti obesitas dsb. Zat antibakteria
terdapat pada alga tropis dan subtropis. Pada alga hijau ditemukan anti bakteria
dari jenis Aeroshiphonia, Cladophora, Codium, Enteromorpha, Halimeda,
Monostroma dan Ulva. Pada alga coklat Cystoseira, Dictyoa, Sargassum dan pada
semua alga pada perairan dingin, serta alga merah Ceramium, Chondrus, Corallina,
Delesseria, Gigartina, Iridia, Polyphonia dan Glacilaria. Selain dari makro alga,
juga ditemukan senyawa bioaktif pada mikroalga, limbah perikanan, dan hewan
invertebrata. Mikroalga, limbah perikanan, dan hewan invertebrata juga
mengandung senyawa bioaktif yang memiliki banyak fungsi antara lain sebagai
anti bakteri maupun antiokasidan.

Tujuan

Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan


dengan benar:

1. Teknik ekstraksi senyawa antibakteri dari makroalga, limbah perikanan,


dan hewan invertebrata;

2. Teknik uji aktivitas senyawa antibakteri dari makroalga, limbah perikanan,


dan hewan invertebrata.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum topik ini mahasiswa mampu melakukan teknik


ekstraksi dan uji akivitas senyawa antibakteri dengan benar

Prosedur Kerja

A.Bahan

● Bahan baku

o Ekstrak Rumput laut Ulva lactuca

o Ekstrak Rumput laut Sargassum sp.

o Ekstrak Cangkang Kerang Anadara granosa

o Ekstrak Cangkang Kerang Pernaviridis

o Ekstrak Cangkang Rajungan

o Ekstrak Teripang (Holothuroidea sp.)

o Darah Mimi

o Kultur bakteri (E. coli, S. aureus,)

● Bahan kimia

o Methanol teknis

o Etil asetat teknis

o n- heksan teknis

o Aquadest (1 L setiap 5 orang)

o Nutrient Agar (40 g setiap 100 orang)

o Nutrient Broth (20 g setiap 100 orang)


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

o Amoxilin

● Bahan pendukung

o Alumunium foil (1 bungkus setiap 5 orang)

o Kertas tissue (1 bungkus setiap 5 orang)

o Kertas saring Whatman no. 42 (20 buah setiap 5 orang)

o Paper disc (20 buah setiap 5 orang)

o Kapas (500 g setiap 5 orang)

o Plastic warp (1 bungkus setiap 5 orang)

B.Alat

● Autoclave (1 buah per 5 orang)

● Oven (1 buah per 5 orang)

● Laminary air flow dan UV light (1 buah per 5 orang)

● Bunsen (1 buah per 5 orang)

● Timbangan analitik (1 buah per 5 orang)

● Cawan petri (5 buah per 5 orang)

● Corong (2 buah per 5 orang)

● Gelas pengaduk

● Homogenizer

● Gelas ukur

● Pipet mikro

● Micro tube

● Pipet gondok
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

● Hotplate

● Magnetic stirrer

● Inkubator

● Jangka sorong

● Jarum ose

● Labu Erlenmeyer

● Labu Round bottom Flask

● Rotary evaporator

● Sentrifus

● Furnace

● Spatula tembaga

● Pinset

● Tabung reaksi

● Vial

C.Pengenalan Alat

Cawan Petri (Petri Dish)


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme.


Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai
penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan
yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml,
sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira dapat diisi media sebanyak 10 ml.

Mikropipet

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup


kecil, biasanya kurang dari 1000 mikro liter. Banyak pilihan kapasitas dalam
mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya
(adjustable volume pipette) antara 1 miklro liter sampai 20 mikro liter, atau
mikropipet yang tidak bias diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume
(fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 mikro liter. Untuk pengambilan
cairan mikropipet membutuhkan tip. Tip disesuaikan dengan mikropipet yang
akan digunakan.

Pipet tetes

Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan tidak
diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan reagen.

Tabung reaksi

Tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan


mikroba. Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi
dapat berupa kapas steril, tutup metal, tutup plastic, maupun alumunium foil

Autoklaf

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk


mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
(1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf
tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan
suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh
microorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan,
kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan
pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut.
Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada
tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam
waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu
6-30 detik pada suhu 65 °C. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika
suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal
atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga
terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua
objek bersuhu 121°C untuk waktu 10-15 menit.

Inkubator

Inkubator adalah alat yang dipanasi dengan aliran listrik pada suhu tertentu
yang dipakai untuk pertumbuhan mikroba. Inkubator adalah alat yang digunakan
untuk menciptakan suhu stabil dan konstan. Dengan inkubator maka mikroba
dapat tumbuh pada suhu optimum pertumbuhannya. Alat ini dilengkapi dengan
tombol pengatur suhu waktu untuk memudahkan pengaturan suhu yang
dikehendaki.

Hotplate

Hotplate adalah alat kecil portabel yang memiliki satu, dua atau lebih
pembakar gas atau elemen pemanas listrik. Hot plate digunakan sebagai pemanas
pada pembuatan media. Biasanya hot plate digunakan berdampingan dengan
magnetic stirrer.

Magnetic stirrer

Magnetic Stirrer merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengadukan


cairan kimia sehingga membantu proses homogenisasi. Beberapa analisa suatu
bahan / sampel kimia, pembuatan suatu reagent, atau larutan analit terkadang
membutuhkan proses pengadukan. Seperti namanya, alat ini tidak dapat
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

dilepaskan dengan magnetic bar yang berfungsi untuk melakukan pengadukan


tersebut. Magnetic bar terdapat di antaranya pada hot plate.

Laminary Air Flow

Laminar Air Flow adalah meja kerja steril untuk melakukan kegiatan
inokulasi/ penanaman. Laminar Air Flow merupakan suatu alat yang digunakan
dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman
dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Alat ini diberi nama
Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue
melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora
yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara
berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama (pre-
filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus yang
disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan
blower.

Stomacher

Stomacher dapat berfungsi sebagai pengganti blender karena memiliki


fungsi sebagai alat untuk homogenisasi. Stomacher tidak sama dengan blender.
Pada blender homogenisasi terjadi secara sempurna, sedangkan pada stomacher
homogenisasi yang sempurna tidak dikehendaki. Prinsip dari stomacher adalah
untuk membilas bakteri atau mikroorganisme pada permukaan sampel. Komponen
pada stomacher meliputi: kantong plastik steril dan stomacher (suatu alat
berbentuk kotak yang pada bagian dalam ada suatu pedal penumbuk)

Oven

Sterilisasi dengan pemanasan kering untuk peralatan gelas yang tahan


terhadap pemanasan tinggi dilakukan dengan menggunakan oven. Disamping itu
oven dapat juga digunakan untuk analisa lain misalnya analisa kadar air dan
preparasi sampel untuk penentuan kadar lemak. Oven juga digunakan untuk
mengeringkan peralatan gelas yang telah digunakan. Sterilisasi dengan cara ini
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sterilisasi basah
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

(autoclave), karena energi panas sulit menetrasi alat yang akan


disterilkan. Misalnya waktu untuk membasmi spora dibutuhkan suhu 160oC
selama 2 jam. Untuk mensterilkan peralatan gelas diperlukan suhu 160oC – 180oC.

Vortex

Vortex merupakan alat pengaduk untuk menghomogenkan cairan dalam


suatu tabung reaksi

Furnace

Furnace merupakan sebuah perangkat yang digunakan untuk pemanasan.


Furnace sering di analogikan dengan furnace sebagai keperluan industri yang
digunakan untuk banyak hal, seperti pembuatan keramik, ekstraksi logam dari
bijih (smelting) atau di kilang minyak dan pabrik kimia lainnya. Furnace terdiri
dari beberapa macam yaitu, Muffle furnace, Salt bath furnace, Vacuum furnace
dan Fluidized-bed furnace.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

D.Metode

Sampel

Penanganan sampel makroalga

Sampel Sargassum sp. dan Ulva Lactuca yang telah diperoleh dari
perairan dicuci dengan menggunakan air payau dalam bak tersebut agar bersih
dari kotoran dan tanaman epifit yang menempel. Kemudian sampel dimasukkan
kedalam cool box sehingga suhu sampel terjaga yaitu tetap rendah dan tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Sampel dikeringkan setelah itu sampel
dipotong-potong dengan panjang 2-3 cm, sehingga membentuk rumput laut kering
yang telah tercacah menyerupai daun teh kering. (Senyawa antibakteri juga dapat
diambil dari sampel basah/segar).

Penanganan sampel cangkang kerangdanrajungan

Sampel cangkang yang telah diperoleh, dicuci dengan menggunakan air


dalam bak agar bersih dari kotoran yang menempel. Kemudian sampel direndam
dalam bak yang berisi pelarut asam/basa agar bahan pengotor yang masih
menempel hilang dan bilas dengan air hingga netral. Sampel dikeringkan setelah
itu dipotong-potong dan dihancurkan hingga ukuran lebih kecil.

Penanganan sampel hewan invertebrata

Sampel Holothuroidea sp. yang telah diperoleh dari perairan, dicuci


dengan menggunakan air dalam bak agar bersih dari kotoran yang menempel.
Kemudian sampel dimasukkan kedalam cool box sehingga suhu sampel terjaga
yaitu tetap rendah dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sampel
dikeringkan setelah itu sampel dipotong-potong dengan panjang 2-3 cm.
(Senyawa antibakteri juga dapat diambil dari sampel basah/segar).
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Ekstraksi

Sampel Sargassum sp., Ulva Lactuca, dan Holothuroidea sp.yang telah


kering dan dicacah kemudian di maserasi dengan menggunakan tiga pelarut,
masing-masing n-heksan, etil asetat, dan methanol. Dalam wadah gelas sampel
dimaserasi hingga seluruh sampel terendam seluruhnya, hingga tidak ada bagian
sampel yang tidak terendam oleh larutan. Maserasi dilakukan selama 1 x 24 jam
(sehari), setelah 24 jam dimaserasi, larutan disaring dengan menggunakan kertas
saring, lalu pelarut di dalam filtrat tersebut diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 37°C hingga tidak tercium bau pelarut sebagai tanda bahwa
pelarut telah teruapkan sempurna.

Sampel yang telah dimaserasi, dapat dimaserasi kembali dengan menggunakan


pelarut yang sama sebelumnya, hingga sampel berubah warna/memudar warnanya.
Ekstrak kembali disaring dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada
suhu 37 °C hingga pelarut teruapkan sempurna. Hasil ekstrak ini disimpan
kedalam vial kaca dan disimpan pada lemari pendingin.

Sampel cangkang kerangdanrajunganyang telah berukuran kecil/serbuk partikel


(mesh), kemudian di furnace dengan suhu 900 °C selama 2 jam. Sampel yang
telah di furnace di diamkan hingga dingin dan disimpan dalam wadah kedap udara.

Penyiapan Media NA dan NB

Berikut adalah tahapan prosedur dalam pembuatan media agar dan nutrien
broth.

● Pembuatan media NA (Nutrient Agar) dilakukan dengan cara melarutkan 27


gram NA ke dalam 1000 ml aquades, dipanaskan hingga mendidih
menggunakan hotplate serta dilakukan pengadukan menggunakan pengaduk
magnetik hingga homogen;
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

● Media tersebut disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 °C tekanan 1 atm
selama 15 menit. Setelah steril, larutan agar di tuang ke dalam petri dish
sekitar 10 ml per petri dish;

● Petri dish yang sudah berisi NA diletakkan pada laminary air flow selama
24 jam serta disinari dengan UV sesering mungkin. Hal ini untuk
memastikan bahwa media agar yang digunakan tidak terkontaminasi oleh
bakteri sebelum siap untuk ditempati bakteri kultur;

● Pembuatan media NB (Nutrient broth)yaitu dengan cara melarutkan1,3


gram NB kedalam 100 ml aquades;

● Larutan NB dipanaskan hingga mendidih menggunakan hotplate serta


dilakukan pengadukan menggunakan pengaduk magnetik hingga homogen;

● Selanjutnya larutan NB itu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 °C


tekanan 1 atm selama 15 menit;

● Tabung reaksiyang sudah berisi NB diletakkan pada laminary air flow


selama 24 jam serta disinari dengan UV sesering mungkin. Hal ini untuk
memastikan bahwa media agar yang digunakan tidak terkontaminasi oleh
bakteri sebelum siap untuk ditempati bakteri kultur;

● NB yang akan dipakai didinginkan pada suhu kamar hingga mencapai suhu
sekitar 30 °C setelah itu bakteri siap untuk diinokulasi kedalam NB yang
telah steril.

Penyiapan kultur bakteri

Tahapan prosedur dalam penyiapan kultur bakteri adalah sebagai berikut.

● Kultur bakteri dari stok padat diambil sebanyak 5 lup kedalam 10 ml NB


steril di dalam tabung reaksi;

Satu tabung reaksi untuk satu spesies bakteri;


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

● Setelah ditutup rapat, kultur bakteri baru ini dimasukkan ke dalam inkubator
dengan suhu ruangan yaitu 37 °C selama 24 jam; dan

● Penyimpanan ini bertujuan memberikan waktu untuk bakteri biakan


melakukan adaptasi dan berkembang biak. .

Uji Kontrol Negatif Pelarut

Uji kontrol negatif yaitu berupa uji sensitifitas bakteri uji terhadap pelarut.
Prosedur dalam uji kontrol negatif adalah pelarut ekstrak dengan kuantitas 50 µL
diteteskan pada lubang sumuran dan diinkubasi selama 24, dan 48 jam. Idealnya
pelarut tidak boleh mempunyai pengaruh terhadap bakteri uji.

Uji Kontrol Positif

Uji kontrol positif menggunakan antibiotik amoksilin yang bertujuan


sebagai pembanding dalam uji sensitivitas ekstrak terhadap bakteri uji. Prosedur
pada uji kontrol positif antibiotik adalah 50 µL amoksilin diteteskan pada lubang
sumuran, kemudian diinkubasi selama 48 jam. Pengamatan dilakukan setiap 24
jam sekali dengan pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar
sumuran (zona hambat = diameter zona bening dikurangi diameter sumuran).

Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri menggunakan ekstrak Sargassum sp., Ulva


lactuca, cangkang Anadara granosa, dan Holothuroidea sp.bertujuan untuk
mengetahui seberapa efektif ekstrak tersebut dalam menghasilkan zona hambat
antibakteri. Prosedur pada uji antibakteri adalah buat lubang sumuran dengan cara
menuangkan media nutrient broth hard agar, tunggu hingga mengeras kemudian
letakkan pangkal blue tip sejumlah sesuai lubang sumuran yang diinginkan
kemudian tuangkan soft agar yang telah berisi kultur bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Ambil pangkal blue tip sehingga menghasilkan lubang
sumur. Masukkan 50 µl ekstrak makroalga pada tiap tiap lubang sumur. Amati
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

hasil pada inkubator setiap 24 jam selama 2 hari. Hitung diameter zona hambat
menggunakan jangka sorong.

Lembar Hasil pengamatan

Hasil Ektrasi sampel

Tabel 1. Hasil Kenampakan Ekstrak Sampel

No Sampel Kenampakan

1. Ulva latuca Hijau

2. Sargassum sp Hijau

3. Anadara granosa Putih Keruh

4. Perna viridis Coklat

5. Cangkang Rajungan Kuning

6. Teripang Orange
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kontrol

Tabel 2. Daya Hambat Kontrol Poisitif dan Kontrol Negatif

No Sampel Jenis bakteri Daya Hambat

1. Amoxilin Staphylococcus aereus 23,68

2. Amoxilin Escherichia coli 22,53

3. Aquuadest Staphylococcus aereus 0

4. Aquadest Escherichia coli 0

5. Etil Staphylococcus aereus 1

6. Etil Escherichia coli 0

7. Metanol Staphylococcus aereus 1,3

8. Metanol Escherichia coli 0


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Sampel

Tabel 3. Daya Hambat Ekstrak terhadap Bakteri

No Sampel Jenis bakteri Daya Hambat

1. Ulva latuca Staphylococcus aereus 7

2. Ulva latuca Escherichia coli 7

3. Sargassum sp Staphylococcus aereus 6,323

4. Sargassum sp Escherichia coli 3,58

5. Anadara granosa Staphylococcus aereus 10,3

6. Anadara granosa Escherichia coli 3,32

7. Perna viridis Staphylococcus aereus 8,23

8. Perna viridis Escherichia coli 0,26

9. Cangkang Rajungan Staphylococcus aereus 9,15

10. Cangkang Rajungan Escherichia coli 10,20

11. Teripang Staphylococcus aereus 6,98

12. Teripang Escherichia coli 5,93


Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Gambar Zona Hambat Kontrol Positif dan Kontrol Negatif


(Sumber : Zainab dan Munawarrah, 2019)

Gambar Zona Hambat Ekstrak Sampel


(Sumber : Zainab dan Munawarrah, 2019)
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Pembahasan:
Kerang hijau dengan nama latin Perna viridis merupakan moluska yang
hidup di laut terutama pada daerah litoral, deng sepasang cangkang bivalvia,
berwama hijau sedikit kebiruan. Kerang hijau merupakan suspension feeder,
dimana moluska ini dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki
dan benang byssus, dapat hidup dengan baik pada perairan dengan kisaran
kedalaman 1 m sampai 7 m, memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas
antara 27-35 per mil. Kerang hijau tersebar luas di perairan Indonesia dan
ditemukan melimpah pada perairan pesisir, daerah mangrove dan muara sungai.
Kerang hijau merupakan salah biota laut yang mampu bertahan hidup dan
berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi tanpa mengalami gangguan
yang berarti. Daging dari kerang hijau memiliki kandungan protein yang cukup
tinggi, bila dibanfingkan dengan daging sapi, domba, ayam, ikan tembang dan
ikan selar, namun kerang ini dapat mengakumulasi logam berat dikarenakan
bersifat filter feeder. Menurut Nurhayati dan Putri (2019), kerang hijau Perna
viridis merupakan komoditas perikanan yang sangat digemari oleh masyarakat.
Selain kandungan gizinya yang tinggi, harganya pun lebih murah dibanding ikan,
udang atau kepiting. Namun demikian kerang hijau juga merupakan komoditi
perikanan yang dapat mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang tinggi
karena merupakan jenis biota laut yang bersifat filter feeder.

Nutrient Agar (NA) merupakan medium yang umum digunakan untuk


menumbuhkan dan mengisolasi berbagai jenis mikroorganisme dengan beragam
sifat yang non-fastidious growing. Media NA juga digunakan untuk pertumbuhan
mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef,
pepton, dan agar. Media nutrient agar merupakan media bahan yang digunakan
termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media
yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia.
Berdasarkan kegunaanya media nutrient agar termasuk kedalam jenis media
umum, karena media ini merupakan media yang peling umum digunakan untuk
pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk
padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri. Media


kultur lainya yang biasa digunakan untuk menumbuhkan bakteri probiotik adalah
nutrient broth. Media tersebut merupakan media standar yang dapat digunakan
untuk menumbuhkan berbagai jenis mikroorganisme, dan mengandung berbagai
komponen senyawa karbohidrat, asam amino, pepton, dan vitamin kompleks,
terutama vitamin B. Komposisi utama dari media nutrient broth adalah glukosa,
pepton, natrium klorida, dan yeast extract. Pembuatan nutrient broth (NB)
digunakan sebagai media pembiakan bakteri. NB yang dibuat terdiri dari ekstrak
ragi yang digunakan sebagai sumber protein, pepton sebagai sumber nitrogen dan
NaCl sebagai sumber garam-garam mineral. Penambahan akuades berfungsi untuk
melarutkan ragi, pepton dan NaCl. Tahap selanjutnya setelah NB dingin,
dilakukan penanaman bakteri dan kemudian diinkubasi dalam shaker incubator
selama 24 jam dengan suhu 37oC Shaker incubator berfungsi mengalirkan udara
yang berada dalam erlenmeyer sehingga adanya sirkulasi oksigen yang lebih baik
untuk pertumbuhan bakteri. Menurut Shanmugam et al. (2016), nutrient broth
disiapkan dan disterilkan dalam autoklaf pada tekanan 15 lbs selama 15 menit.
Spesies individu bakteri diinokulasi dalam kaldu nutrisi steril dan diinkubasi pada
37 C selama 24 jam. Media kemudian disiapkan, disterilkan dalam autoklaf pada
tekanan 15 lbs selama 15 menit dan dituangkan ke dalam cawan petri steril dan
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.

Bakteri target dalam pengujian uji aktivitas senyawa antibakteri pada


sampel Perna viridis adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Bakteri
target dalam hal ini merupakan bakteri yang menjadi sasaran dari senyawa
antibakteri yang didapatkan dari esktraksi sampel Perna viridis. Bakteri
Eschericia coli merupakan bakteri yang terdapat pada tubuh manusia, namun
memiliki sifat patogen dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Bakteri
Escherichia coli dapat diakibatkan karena adanya kontaminasi pada perairan
tempat hidup maupun air yang digunakan dalam penanganan sampel. Bakteri
target Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen sama
seperti E. coli, sehingga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada
manusia. Menurut Fitri dan Rahayu (2018), Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus merupakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia, akan tetapi
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

dapat bersifat patogen sehingga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit


infeksi pada manusia. Escherichia coli dan Staphylococcus aureus telah banyak
mengalami resisten terhadap antibiotik yang beredar di pasaran yang
menimbulkan permasalahan dalam terapi pengobatan. Ekstrak etanol memiliki
aktivitas yang signifikan sebagai agen antibakteri terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.

Pengujian aktivitas antibakteri pada suatu sampel dapat dilakukan dengan


metode cakram dan metode sumuran. Metode cakram merupakan metode yang
dilakukan dengan menyerap bahan antimikroba pada sampel yang kemudian
dijenuhkan pada bahan uji. Kertas cakram yang telah diletakkan pada permukaan
media agar kemudian diinokulasi dengan mikrba uji untuk menghasilkan zona
bening. Zona bening pada sekitar kertas cakram menunjukkan ada tidaknya
pertumbuhan mikroba. Diameter zona bening sebanding dengan jumlah mikroba
uji yang ditambahkan pada kertas cakram. Kelebihan dari metode cakram adalah
pengujian berlangsung lebih cepat. Metode sumuran merupakan metode yang
dilakukan dengan cara membuat lubang pada agar padat yang jumlah dan
bentuknya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lubang yang telah dibuat
kemudian diisi dengan menggunakan sampel untuk diuji dan diinkubasi untuk
menumbuhkan bakteri target dan dilakukan pengamatan untuk melihat daerah
hambat pada sekitar lubang. Kelebihan dari metode sumuran adalah dapat
mempermudah pengukuran luas zona hambat yang terbentuk karena aktivitas
bakteri hingga ke bawah nutrient agar. Kesulitan dari metode sumuran adalah
terdapat sisa agar pada media yang memungkinakan media agar retak atau pecah
pada sekitar sumuran dan dapat menmpengaruhi zona bening saat melakukan
pengujian. Menurut Nurhayati et al. (2020), aktivitas antibakteri dapat dipelajari
dengan menggunakan metode difusi yang dapat dilakukan dengan tiga metode,
yaitu metode sumuran, metode cakram, dan metode silinder. Metode sumuran
dilakukan dengan membuat lubang yang tegak lurus pada agar padat yang telah
diinokulasi dengan bakteri uji. Metode difusi dengan menggunakan cakram
dilakukan dengan cara kertas cakram digunakan sebagai media untuk menyerap
bahan antimikroba yang dijenuhkan ke dalam bahan uji.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Cangkang kerang hijau (Perna viridis) merupakan bagian dari tubuh


kerang yang tidak dapat dikonsumsi, berbagai penelitian menyatakan bahwa salah
satu pemanfaatan limbah kerang hijau yang dapat dilakukan yaitu dengan
membuat kitosan. Kitosan memiliki sifat antimikroba, kitosan memiliki muatan
kation yang mempunyai potensi untuk mengikat banyak komponen seperti protein.
Muatan positif dari gugus NH3+ pada kitosan dapat berinteraksi dengan muatan
negatif pada permukaan sel bakteri. Adanya kerusakan pada dinding sel
mengakibatkan pelemahan kekuatan dinding sel, bentuk dinding sel menjadi
abnormal. Aktivitas antibakteri pada kitosan berhubungan dengan kemampuan
penyerapan dinding sel bakteri. Menurut Noriawan et al. (2021), aktivitas
antibakteri dari kitosan dapat ditingkatkan dengan mengkompositkan kitosan
dengan material yang memiliki aktivitas antibakteri. Komposit merupakan
kombinasi dua material atau lebih yang berbeda dan berlainan sifat, dimana
material yang satu berfungsi sebagai komponen matriks (bahan pengikat)
sedangkan material lainnya berfungsi sebagai komponen filler (bahan pengisi).

Hasil daya hambat dari sampel kontrol pada bakteri Staphylococcus aureus,
daya hambat amoxixilin sebesar 23,68 mm, aquadest 0, etil sebesar 1 mm dan
metanol sebesar 1,3 mm. Hasil daya hambat sampel kontrol pada bakteri
Escherichia coli, daya hambat amoxixilin sebesar 22,53 mm, sedangkan pada
aquadest, etil dan metanol 0 (tidak ada daya hambat). Hasil daya hambat sampel
cangkang kerang hijau pada bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 8,23
mm, sedangkan pada Escherichia coli sebesar 0,26 mm. Hal ini menunjukkan
bahwa cangkang kerang hijau pada bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli memiliki daya hambat yang tinggi pada bakteri Staphylococcus
aureus, sedangkan daya hambat pada bakteri Escherichia coli menunjukkan daya
hambat yang rendah. Menurut Lestari et al. (2018), daya hambat kitosan dapat
pula ditingkatkan dengan cara mengkombinasikan dengan bahan lainnya yang
diketahui juga memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Kitosan
juga merupakan salah satu bahan pengawet alami yang dapat disintesa dari kulit
udang, rajungan atau kerang karena mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri.
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

Kesimpulan dan saran:

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari Modul II Materi Ekstraksi dan Uji


Aktivitas Senyawa anti Bakteri dari Makroalga, Limbah Perikanan dan Hewan
Invertebrata adalah sebagai berikut:

1. Teknik ekstraksi makroalga, limbah perikanan dan hewan invertebrata


dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana, etil
asetat dan methanol. Metode maserasi dilakukan selama 24 jam kemudian
disaring dan diuapkan dengan rotary evaporatory.

2. Teknik yang digunakan untuk pengujian aktivitas dari makroalga, limbah


perikanan, dan hewan invertebrata antibakteri adalah dengan
menggunakan metode cakram dan sumuran. Motode sumuran dengan
menuangkan nutrient broth kedalam cawan petri hingga mengeras,
kemudian dilubangi dengan pangkal blue tip sebanyak lubang sumuran
yang akan dibuat, kemudian menuangkan soft agar yang berisi kultur
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, diakhiri dengan
mengamati hasil pada inkubator setiap 24 jam selama 2 hari dan hitung
diameter dengan menggunakan jangka sorong.

Saran
Saran yang dapat diberikan dari Praktikum Bioteknologi Materi Ekstraksi
dan Uji Aktivitas Senyawaanti Bakteri dari Makroalga, Limbah Perikanan dan
Hewan Invertebrata adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya penyiapan kultur bakteri dilakukan dengan benar agar tidak
terjadi kontaminasi silang;
2. Sebaiknya uji aktivitas senyawa antibakteri dilakukan dengan
menggunakan dua metode sekaligus untuk mengetahui perbedaannya; dan
3. Sebaiknya laboratorium disterilkan terlebih dahulu agar terhindar dari
segala bentuk kontaminasi.

Nilai :……………………………………………….

Draft :……………………………………………….

Nama dan paraf asisten:……………………..

…………………………………………………………
Modul Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan 2021

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, W. N. dan D. Rahayu. 2018. Review : Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Tumbuhan Melastomataceae Terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Farmaka, 16 (2) : 69-77.

Lestari, R. B., A. M. S. Munir dan Y. A. Tribudi. 2018. Pemanfaatan Kitosan


Kulit Udang Dengan Penambahan Ekstrak Daun Kesum Sebagai
Penghambat Bakteri Pada Edible Coating. Jurnal Teknologi Pertanian,
19(3) : 207-214.

Nurhayati, D., & Putri, D. A. 2019. Bioakumulasi Logam Berat pada Kerang
Hijau (Perna viridis) di Perairan Cirebon Beradasarkan Musim yang
Berbeda. Akuatika Indonesia, 4(1), 6-10.

Nurhayati, L. S., N. Yahdiyani, dan A. Hidayatulloh. 2020. Perbandingan


Pengujian Aktivitas Antibakteri Starter Yogurt dengan Metode Difusi
Sumuran dan Metode Difusi Cakram. Jurnal Teknologi Hasil
Peternakan, 1 (2) : 41-46.

Notriawan, D., N. Nesbah, G. Ernis, M. A. Fadhila, R. H. Wibowo, R. Pertiwi,


dan V. Ilfanisari. 2021. Aktivitas Antibakteri Membran Nanokomposit
Kitosan/Nanopartikel Perak. ALCHEMY, 9(1) : 26-31.

Shanmugam, A., Kathiresan, K., & Nayak, L. 2016. Preparation, characterization


and antibacterial activity of chitosan and phosphorylated chitosan
from cuttlebone of Sepia kobiensis (hoyle,1885). Biotechnology
Reports, 9 : 25-30.

Zainab dan A. F. Munawarroh. 2019. Aktivitas Antibakteri Fraksi Larut Etil


Asetat dari Ekstrak Etanol 50% Daun Murbei Hitam (Morus nigra L.)
terhadap Staphylococcus Aureus dan Penetapan Kadar Flavonoid
Total. (Doctoral Dissertation, Universitas Ahmad Dahlan) : 1-13.

Anda mungkin juga menyukai