PEMBAHASAN
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2005), hlm. 35
2
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru-Riau : Yayasan Pusaka Riau, 2013), hlm. 66
menaklukan Hirah di bawah pimpinan Musanna. Sedangkan ke Syria, Abu Bakar
mengirim Abu Ubaidah, Amr bin ‘Ash, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil.
Dikirimnya 4 panglima sekaligus ini karena umat islam Arab memandang Syria
sebagai bagian integral yang berbicara bahasa Arab.
Disaat pasukan islam mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah, Abu
Bakar meninggal dunia di usia 63 tahun. Beliau meninggal setelah lebih kurang
15 hari terbaring di tempat tidur. Abu Bakar menjadi khalifah selama 2 tahun 3
bulan 11 hari.
Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar melakukan musyawarah untuk
memutuskan penggantinya. Terpilihlah Umar bin Khatab. Itu dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat
islam.
Awalnya berbagai keberatan muncul mengenai pengangkatan Umar. Namun,
karena dirasa Umar adalah orang yang tepat maka pengangkatan Umar mendapat
persetujuan dan baiat dari seluruh aggota masyarakat muslim.
Tugas pertama Abu Bakar adalah meneruskan ekspansi Abu Bakar pada
Syria, Damaskus. Damaskus yang merupakan Ibukota Syria ditundukkan, setahun
kemudian seluruh wilayah Syria jatuh ke tangan kaum muslimin, setelah
pertempuran di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania, pasukan
Romawi yang terkenal kuat itu tunduk kepada pasukan islam.3
Ekspansi berlanjut ke Hamah, Qinnisrin, laziqiyah dan Aleppo di bawah
pimpinan Abu Ubaidah. Surahbil dan Amr bersama pasukannya Baysan dan
Yerusalem, kota dikepung selama 4 bulan. Kota tersebut ditaklukan dengan
syarat, Umar bin Khatab sendiri yang menerima “kunci” kota tersebut, karena
kekhawatiran mereka terhadap pasukan muslim yang akan menghancurkan
gereja-gereja.4
Dari Syria, pasukan muslimin berlanjut ke Mesir dan membuat banyak
kemenangan di wilayah Afrika bagian utara. 4000 pasukan dikirim ke Mesir.
Pada tahun 18 H pasukan muslimin mencapai kota Aris dan mendudukinya tanpa
3
Badri Yatim, hlm. 37
4
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Islamika, 2008) hlm. 100
perlawanan. Kemudian menundukkan Pelusium (Al-Farama), pelabuhan di pantai
Laut Tengah yang merupakan pintu gerbang ke Mesir. Satu demi satu kota di
Mesir ditaklukkan. Kota Babilon pun tunduk pada tahun 20 H.
Ibukota Mesir, Iskandariah dikepung selama 4 bulan sebelum ditaklukan
dengan menandatangani perjanjian. Perjanjian tersebut berisi sebagai berikut :
1. Setiap warga negara diminta untuk membayar pajak individu sebanyak 2
dinar stiap tahunnya.
2. Gencatan senjata berlangsung selama 7 bulan
3. Bangsa Arab akan tinggal di markasnya selama gencatan senjata dan pasukan
Yunani tidak menyerang Iskandariah dan harus menjauhkan diri dari
permusuhan.
4. Umat islam tidak akan menghancurkan geeja-gereja dan tidak boleh
mencampuri urusan umat Kristen.
5. Pasukan tetap Yunani harus meninggalkan Iskandariah dengan membawa
hata benda dan uang, mereka akan membayar pajak individu selama satu
bulan.
6. Umat Yunani harus tetap tinggal di Iskandariah.
7. Umat islam harus menjaga 150 tentara Yunani dan 50 orang sipil sebagai
sandera sampai batas waktu dari perjanjian ini dilaksanakan.
6
Badri Yatim, op. cit., hlm.41
7
Syamruddin Nasution, op. Cit., hlm. 110
Selama berkuasa, Bani Umayyah terus melakukan perluasan wilayah hingga
daerah kekuasaannya meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah
Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Purkmenia, Uzbek
dan Kirgis di Asia Tengah.Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan
wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian
ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai
Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai
melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel.
Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada
masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim
tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad,
Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke
India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin
Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman,
kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa
pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu
ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa.
Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukkan, Tariq bin Ziyad, dengan
pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua
Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian,
Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, cepat
dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo
yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan
Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Selain wilayah kekuasaan yang sangat luas, di masa Dinasti Umayyah ini
kebudayaan juga mengalami perkembangan, antara lain seni sastra, seni rupa,
seni suara, seni bangunan, seni ukir dan lain sebagainya. Pada masa ini telah
banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil pola Romawi,
Persia dan Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah Masjid Damaskus yang
dibangun pada masa pemerintahan Walid bin abdul Malik dengan hiasan dinding
dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di Cordova
yang terbuat dari batu Pualam.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu
pengetahuan agama saja, tetapi ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran,
ilmu pasti, filsafat, astronomi, geografi, sejarah, bahasa dan sebagainya. Kota
yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan antara lain, Damaskus, Kufah,
Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada dan lain-lain, dengan masjid sebagai
pusat pengajarannya, selain madrasah atau lembaga pendidikan yang ada.
Dinasti Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang,
Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tentu yang
menyediakan kuda lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Menertibkan
angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Spesialisasi jabatan Qadhi atau
hakim yang berkembang menjadi profesi tersendiri. Abdul Malik bin Marwan
mengubah mata uang Byzantium dan Persia dengan mencetak uang tersendiri
pada tahun 659 M yang memakai kata-kata dan tulisan Arab, kemudian
melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan
memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan
Islam. Pada masa Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) banyak membangun
panti-panti untuk orang cacat, jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedung
pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
1. Diwan
Perkataan diwan, berasal dari bahasa Persia “diwanah” yang berarti catatan
atau daftar. Diwan ini, di kalangan orang Arab didirikan pertama kali didirikan
oleh Umar bin Khattab, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Pada masa bani Umayah, menurut Hasan Ibrahim Hasan, diwan yang
didirikan terbatas pada empat diwan penting, yaitu Diwan Pajak, Diwan
Persuratan, Diwan Penerimaan dan Diwan Stempel di samping ada juga diwan
lain yang posisinya berada di bawah keempat di atas seperti diwan yang mengatur
keperluan polisi dan tentara.
2. Barid
Karena luasnya wilayah kekuasaan Islam sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, pada masa bani Umayah sejak khalifah Mu’awiyah telah dibentuk
suatu badan atau lembaga yang pada masa sekarang dikenal dengan nama Kantor
Pos, yang bertugas mengantarkan surat-surat maupun dokumentasi penting
lainnya ke suatu wilayah, terutama dalam pemerintahan Islam. Lembaga ini
disebut dengan Barid yang telah dijalankan oleh para kaisar Persia dan Romawi
pada waktu itu. Oleh karena itu, mengenai sebutan Barid ini ada yang
mengatakan bahwa ia berasal dari bahasa Persia, baridah yang berarti yang
dipotong ekornya, karena orang-orang Persia biasa memotong ekor kuda yang
dipergunakan sebagai barid agar bisa dibedakan dengan hewan tunggangan
lainnya. Dalam bahasa Arab sendiri, baridmengandung arti jarak yang ditempuh
sejauh 12 mil yang kemudian berkembang dan dipergunakan untuk nama utusan.
Abdul Malik bin Marwan, khalifah ketiga bani Umayah (685-705 M.),
karena pentingnya Barid ini dalam jalannya roda pemerintahan, berpesan agar
tidak menahan petugas Barid yang datang untuk menemuinya baik siang maupun
malam, karena jika hal itu terjadi, berarti pekerjaan suatu wilayah telah hancur
selama satu tahun lamanya.
3. Kepolisian
Pada masa Bani umayah kepolisian mengalami perkembangan. Berbeda dari
masa-masa sebelumnya, pada masa ini terutama pada pemerintahan Hisyam bin
Abdul Malik (102-125H.) ketika dimasukkan seorang kepala yang berwewenang
meneliti tindakan-tindakan militer dan dianggap sebagai penengah antara
wewenang kepala polisi dan komandan militer.
Pada masa ini markas kepolisian bertambah menjadi dua setelah Shalih bin
Ali Al Abbasi mendirikan Darussyurthah Al ‘Ulya, suatu markas kepolisian yang
berlokasi di Al Mu’askar pada 132 H. setelah sebelumnya telah didirikan pula
Darussyurthah As Sufla, yang berlokasi di Fusthat.
4. Angkatan Perang
Dalam masalah angkatan perang, bani Umayah melanjutkan apa yang telah
dilakukan Umar bin Khattab yang telah membentuk Diwan Tentara yang bertugas
megidentifikasi nama-nama, sifat-sifat, gaji dan pekerjaan mereka dan
mengembangkannya dengan mengadopsi sistem Ta’biah dari orang-orang Persia,
yaitu membagi para tentara menjadi lima kesatuan. Lima kesatuan ini,
sebagaimana diuraikan Hasan Ibrahim Hasan terdiri dari Jantung Tentara karena
berada di bagian tengah kesatuan, Kesatuan Kanan karena di sebelah kanan,
Kesatuan Kiri karena posisinya di sebelah kiri, Kesatuan Pendahuluan, yaitu para
penunggang kuda yang berada di depan dan Kesatuan Pengiring yang berada di
belakang kesatuan.
Salah satu perkembangan dalam bidang angkatan perang ini adalah
dibuatnya pabrik kapal laut pada tahun 54 H. setelah serangan yang dilancarkan
oleh tentara Romawi yang menyebabkan banyak kaum muslimin yang gugur.
Berkenaan dengan angkatan laut Islam ini, Hasan Ibrahim Hasan menyatakan
bahwa bangsa Arab dalam cara berperang di laut pada mulanya meniru bangsa
Byzantium. Namun, pada perkembangannya kemudian merekalah yang menjadi
guru bangsa Eropa dalam bidang ini. Kenyataan ini seperti ditunjukkan dalam
istilah-istilah kelautan yang berasal dari bahasa Arab dan masih dipergunakan
hingga sekarang.
5. Peradilan
Pada masa bani Umayah, sebagaimana sebelumnya, para hakim yang
diangkat adalah orang-orang pilihan yang sangat takut kepada Allah Swt dan adil
dalam menetapkan suatu keputusan. Perkembangan yang terjadi adalah bahwa
pada masa ini keputusan-keputusan hakim sudah mulai dicatat. Hasan Ibrahim
Hasan mengatakan bahwa Salim bin Anas adalah hakim pertama pada masa bani
Umayah yang melakukan pencatatan ketetapan hukum.
Selain itu, peradilan pada masa bani Umayah dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu Al Qadla’, yaitu peradilan yang menyelesaikan perkara-perkara yang
berhubungan dengan agama, Al Hisbah, yang mengurus masalah-masalah pidana
dan Al Mazhalim, yaitu lembaga tertinggi yang mengadili para pejabat tinggi dan
hakim-hakim. Yang terakhir ini juga dipergunakan untuk menyelesaikan perkara-
perkara yang belum tuntaspada pengadilan Al Qadla’ dan Al Hisbah(pengajuan
banding). Pengadilan pada Al Mazhalim ini memiliki tingkat kepentingan yang
sangat tinggi sehingga, sebagaimana ditulis Hasan Ibrahim Hasan, setiap
persidangan pada Al Mazhalim harus dihadiri oleh lima kelompok persidangan,
mereka adalah para pembela dan pembantunya, para hakim penasehat, para ahli
fikih, para sekretaris dan para saksi.