Oleh :
Khofifah Nurul Islakh Alfa’iz
NIM 182310101012
Ruang Interna
(Merpati)
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah salah
satu penyakit yang terjadi pada sistem kardiovaskuler. Congestive Heart Failure
(CHF) merupakan ketidakmampuan jantung memompakan darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan yang menyebabkan
curah jantung meningkat, sehingga menimbulkan nyeri pada dada (Lermiana, dkk.,
2016). Congestive Heart Failure (CHF) merupakan sindrom yang ditandai dengan
adanya ketidakmampuan jantung dalam mempertahankan aliran darah yang
memadai dalam sistem sirkulasi, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal,
edema perifer dan paru, retensi cairan dan natrium yang berlebihan yang
menyebabkan jantung mengalami penurunan kekuatan serta membengkak (Andry,
2006).
Kelas III Adanya batasan aktfitas bermakna, tidak ada keluhan saat
istirahat, menjadi kelelahan, palpitasi, atau sesak karena aktifitas
fisik ringan
Kelas IV Aktifitas fisik terhambat tanpa keluhan, ada gejala saat istirahat,
keluhan meningkat saat melakukan aktifitas
1.6 Patofisiologi
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif terjadi karena
ketidakmampuan jantung dalam mempertahankan oksigen sehingga terjadi
peningkatan beban kerja jantung atau kontraksi jantung berlebih yang menyebabkan
curah jantung meningkat. Akibat adanya peningkatan curah jantung menyebabkan
penyaluran cairan dan elektrolit kembali lagi melalui pengaturan cairan oleh ginjal
dan vasokontriksi perifer yang bertujuan memperbesar aliran balik vena ke dalam
ventrikel sehingga meningkatkan kembali tekanan akhir diastolic dan curah jantung.
Ketika terjadi penurunan curah jantung tubuh, jantung akan melakukan mekanisme
kompensasi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau mempertahankan
curah jantung dan tekanan darah. Apabila mekanisme telah digunakan dengan
maksimal dan curah jantung atau sirkulasi darah dalam tubuh tetap tidak
mencukupi, maka akan menimbulkan gejala gagal jantung. Berdasarkan letak empat
ruang jantung, proses terjadinya gagal jantung kongestif dibedakan menjadi tiga
yaitu gagal jantung kongestif sebelah kiri, kanan, dan campuran.
1. Gagal jantung kongestif sebelah kiri
Gagal jantung kongestif sebelah kiri terjadi karena ruang ventrikel atau bilik
kiri jantung tidak berfungsi dengan baik. Dimana bagian ini tidak berfungsi untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui aorta yang kemudian diteruskan ke
pembuluh darah arteri. Biliki kiri yang tidak berfungsi secara optimal menyebabkan
peningkatan tekanan serambi kiri dan pembuluh darah yang mana kondisi ini
menyebabkan edema paru. Aliran darah yang kurang menyebabkan fungsi ginjal
menajdi terganggu sehinggan tubuh menimbun air dan garam lebih banyak. Selain
itu, ketidakmampuan bilik kiri jantung melakukan relaksasi menyebabkan
penumpukan darah pada jantung.
2. Gagal jantung kongestif sebelah kanan
Gagal jantung kongestif sebelah kanan terjadi ketika bilik kanan jantung tidak
mampu memompa darah ke paru-paru yang mengakibatkan darah kembali ke
pembuluh darah vena sehingga menyebabkan penumpukan cairan di perut dan
bagian tubuh yang lainnya. Gagal jantung kongestif kiri seringkali mengawali
terjadinya gagal jantung kongestif kanan dimana adanya tekanan berlebih pada
paru, sehingga ketika sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru menjadi
terganggu.
3. Gagal jantung kongestif campuran
Gagal jantung kongestif kanan dan gagal jantung kongestif kiri terjadi secara
bersamaan.
2. Diagnosa
Diagnosia keperawatan merupakan sebuah penilaian klinis mengenai
respons manusia terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan terhadap respons dari individu, keluarga, kelompok, atau komunitas
(NANDA-I, 2018). Diagnosa keperawatan harus didapatkan dengan tepat agar
dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya dengan tepat dan benar sesuai
pengkajian yang telah dilakukan. Diagnosa keperawatan yang bisa muncul
dalam asuhan keperawatan pada pasien congestive heart failure (CHF) atau
gagal jantung kongestif, antara lain:
1. Penurunan curah jantung bd perubahan kontraktilitas
2. Intoleransi aktivitas bd ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Hipervolemia bd kelebihan asupan natrium
4. Pola napas tidak efektif bd hambatan upaya napas (keletihan otot
pernafasan)
5. Perfusi perifer tidak efektif bd kurang terpapar informasi tentang faktor
pemberat (merokok, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
3. Intervensi
Intervensi atau perencanaan keperawatan merupakan perencaan tindakan
oleh perawat yang akan diberikan kepada pasien. Intervensi yang diberikan harus
sesuai dengan kondisi atau masalah kesehatan pada pasien. Tahap dari intervensi
keperawatan meliputi menetapkan prioritas, menetapkan tujuan dan kriteria hasil
yang akan diharapkan, melakukan intervensi keperawatan yang tepat dan
mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
4. Implementasi
Implementasi merupakan penerapan tindakan yang telah direncanakan
yang bertujuan untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan sehingga dapat
meningkatkan tingkat kesejahteraan pasien. Implemetasi dilakukan setelah
intervensi keperawatan yang telah tersusun dengan tepat dan memiliki tujuan
untuk meencapai kriteria hasil yang diharapkan. Pada proses ini berfokus pada
kebutuhan klien, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi keperawatan, dan kegiatan komunikasi yang efektif.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan observasi data subjektif, objektif, assessement, intervensi
atau perencanaan serta implementasi (SOAP) yang ditulis oleh perawat pada
catatan perkembangan setelah dilaksanakan prosedur keperawatan maupun
setelah dilaksanakan prosedur keperawatan maupun setelah batas waktu asuhan
keperawatan diberikan. Perawat akan melakukan perbandingan secara sistematik
dan terencana mengenai kesehatan klien yang bertujuan untuk mengetahui
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu adanya
pendekatan lain (Kemenkes, 2017).
DISCHARGE PLANNING
DISCHARGE PLANNING NO.REG :
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS Tanggal KRS
Diagnosa Diagnosa
Bagian Bagian
Dipulangkan dari RS dengan keadaan
a. Sembuh d. Pulang paksa
b. Meneruskan obat jalan e. Lari
c. Pindah ke RS lain f. Meninggal
A. Kontrol
1. Waktu :
2. Tempat :
B. Lanjutan perawatan dirumah
Menganjurkan melakukan teknik napas dalam secara mandiri apabila terjadi
nyeri dada
C. Aturan diet/nutrisi
Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung garam, kolesterol, alkohol
dan membatasi asupan cairan
( ) ( )
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Rori., Widaryati., dan Darsih. 2017. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin
dengan Kualitas Hidup Pada Penderita gagal Jantung di RD PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
Inamdar, Arati A., dan Inamdar, Ajinkya C. 2016. Heart Failure: Diagnosis,
Management and Utilization. Journal of Clinical Medicine. 5(7) : 1 – 28.
Mailani, Fitri. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Endurance: STIKes YPAK Padang.
Putranti, FR. 2020. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Dengan Gagal
Jantung Kongestif di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Thesis. Yogyakarta:
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yancy, Clyde W., et al. 2017. 2017 ACC/AHA/HFSA Focused Update of the
2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure.
Circulation. 136(6) : e137 – 161.
LAMPIRAN