SKRIPSI
Disusun Oleh:
Kadek Indah Paramita Andriani Suardana
NIM: 139114018
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Artinya
“Berdoa semoga seluruh makhluk memandang kami dengan cara pandang sebagai
seorang sahabat, berdoa semoga saya memandang seluruh makhluk dengan cara
pandang sebagai seorang sahabat, berdoa semoga kita sama-sama mempunyai
cara pandang demikian”.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian
karya sendiri dan tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali pada
bagian-bagian yang dirujuk sumbernya baik dalam kutipan maupun daftar pustaka
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Saya yang menyatakan,
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ORANG TUA
ABSTRAK
Penelitian ini yang menjadi perhatian penuh adalah tentang gejala Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada remaja yang mengalami kekerasan oleh
orang tua di Kecamatan Sukawati-Bali padahal budaya Bali menekankan pada
keharmonisan. Penelitian ini juga mengeksplorasi mengenai bentuk-bentuk
kekerasan yang dialami oleh remaja pada masa kanak-kanak dan gejala trauma
psikologis yang dialami oleh remaja yang pernah mengalami kekerasan oleh
orang tua di masa kanak. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 remaja akhir, yang
terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan dengan usia (17-21) yang berasal dari
keluarga yang masih lengkap. Pengambilan data yang dilakukan dengan strategi
atau desain kualitatif, melalui wawancara semi terstruktur. Analisis data yang
dilakukan ialah dalam bentuk Analisis Isi Kualitatif (AIK) yang menggunakan
pendekatan deduktif; analisis isi terarah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
seluruh partisipan berusaha untuk menggantikan sosok keluarga dengan
pertemanan, bentuk kekerasan yang diterima berupa kekerasan fisik dan
kekerasan verbal yang diakibatkan oleh faktor stress ekonomi dari keluarga.
Peristiwa kekerasan memberikan dampak emosional berupa trauma psikologis
yang dialami dalam waktu yang cukup lama sehingga memunculkan gejala-gejala
post traumatic stress disorder yaitu intrusive re-experincing, avoidance, negative
ateraction in mood and cognition dan arrousal dengan gejala arrousal yang
dirasakan semakin memburuk hingga saat ini. Durasi kemunculan gejala PTSD
dialami bertahun – tahun setelah mengalami kekerasan secara fisik dan verbal
dengan kemunculan yang tidak tentu.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta izin dari saya maupun royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan
Yogyakarta,
Saya yang menyatakan,
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak henti-hentinya peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala curahan anugerah, kasih dan rahmat-Nya yang diberikan,
peneliti memperoleh suplemen terhadap mental, pikiran Dan Jiwa Untuk Dapat
Remaja yang Pernah Mengalami Kekerasan oleh Orang Tua” sebagai syarat untuk
baik suka maupun duka yang dijalani pada saat menempuh pembelajaran di
demikian tetap penulisan skripsi ini tidaklah mungkin sempurna, sehingga peneliti
sadar bahwa penulisan ini nantinya tidak akan pernah lepas dari kritikan,
masukan, serta bantuan yang tak terhingga dari berbagai pihak yang terlibat
langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan rasa
1. Sang Hyang Widhi Wasa yang Maha Pendengar dan Maha baik. Terimakasih
skripsi ini.
bergerak lebih jauh untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih atas
perhatian, dukungan dan kepedulian atas apa yang peneliti perjuangkan dalam
4. Orang Tua yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya.
sangat besar kepada Ayah saya yang selalu perhatian dan sering bolak-balik
Bali-Jogja hanya untuk memberikan semangat ketika saya mulai sakit dan
mulai stres.
5. Terimakasih kepada Mokgek, Moktu, Bli Damar, Bli Erik, Mang Dika, Pekak,
juga selalu kompak buat nyemangatin Indah. Terutama buat Mokgek yang
selalu bawel kalau adiknya sakit, selalu ada di saat adiknya butuh tempat
curhat dan pastinya yang selalu merawat gigi Indah secara tulus dan ikhlas.
Buat adik Mang Dika terimakasih sudah menjaga dan nganterin kakaknya
kemana-mana.
6. Terimakasih kepada “Amakusa Geng” Kak Rina, Kak Seruni, Kak Herta,
Ratri, kak Dewi yang sudah menjadi keluarga kecil Indah selama Indah
tinggal bersama kalian. Makasih udah cerewet kalau Indah telat makan atau
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Terimakasih kepada Taru dan Nana yang selalu memberikan dukungan dan
kebahagiaan ketika Indah ada di fase ingin menjauh dari semua teman di
sempat menghilang. Kalian masih mencari Indah dan akhirnya kalian menjadi
tempat berkeluh kesah, tempat seru-seruan, tempat dimana Indah bisa tertawa
lagi, yang awalnya sedih, sakit, sembuh, sedih lagi muter kayak gitu terus, tapi
10. Terimakasih kepada semua Informan yang sudah sangat baik mau meluangkan
11. Semua Pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas
Yogyakarta,
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengertian PTSD............................................................................................ 19
Remaja ............................................................................................................... 23
Partisipan ........................................................................................................... 31
Hasil Penelitian.................................................................................................. 55
Pembahasan ....................................................................................................... 80
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kesimpulan ........................................................................................................ 88
Saran .................................................................................................................. 91
LAMPIRAN .......................................................................................................... 98
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga adalah tempat anak belajar dan mendapatkan rasa aman. Peran
orang tua dalam keluarga sangat besar terhadap tumbuh kembang anak (Solihin,
menerapkan pola asuh yang baik dalam membimbing dan mengarahkan anak ke
Sayangnya, tidak sedikit dari orang tua, tanpa disadari melakukan kekerasan
data dari UNICEF pada tahun 2003 terdapat 18% kasus remaja yang kabur dari
rumah yang disebabkan oleh adanya pemukulan dan tindak kekerasan lain yang
dilakukan oleh orang tua. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menunjukkan jumlah kasus kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun.
Hasil pemantauan dari 2011-2014, detailnya pada 2011 terjadi sebanyak 2.178
kasus kekerasan, pada 2012 terjadi sebanyak 3.512 kasus, pada 2013 terjadi
sebanyak 4.311 kasus, dan pada 2014 terjadi sebanyak 5.066 kasus (Romi, 2015).
Hasil dari monitoring dan evaluasi global report (2017 dalam Anty, 2020)
dikenal dengan budaya menyame braya atau hidup rukun yang masih kental
terutama dalam dalam bermasyarakat dan keluarga. Data dari tahun 2015 hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2018 menunjukkan terdapat 12 kasus kekerasan pada anak. Dari tujuh kecamatan
dilakukan oleh orang tua yang seharusnya memiliki tanggung jawab terhadap
kesejahteraan anak. Tingginya persentase kekerasan oleh orang tua tersebut tidak
sesuai dengan salah satu fungsi keluarga yaitu sebagai pemberi rasa aman bagi
anak.
Fenomena kekerasan oleh orang tua dapat disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya; pertama, karena pola asuh yang diterapkan para orang tua umumnya
berasal dari pengalaman yang diterima saat menjadi anak-anak di masa lalu;
kedua, sikap otoriter yang dipertahankan orang tua dengan dalih untuk
sikap yang pasif; dan ketiga, menyerahkan segala sesuatu pada orang tua (Diana,
2016). Sebab lain menurut Papalia (2002) bahwa kekerasan kepada anak
disebabkan juga oleh faktor kemiskinan, karena hal ini dapat memberikan efek
gangguan emosional kepada orang tua. Sehingga efek tersebut justru dapat
terjadi di Bali. Pola asuh di Bali cenderung membedakan antara anak perempuan
dengan anak laki-laki, dimana anak laki-laki dianggap sebagai calon penerus yang
akan tetap tinggal di rumah tua, sehingga orang tua cenderung lebih menyayangi
anak laki-laki dan tanpa sadar memberikan perlakuan yang berbeda antara anak
mengasuh anak dengan cara yang tidak tepat dan tidak proporsional, sehingga
Kekerasan yang dilakukan oleh orang tua merupakan kejadian yang dapat
bahwa pengalaman kekerasan yang pernah dialami oleh anak adalah sebuah
di masa remaja (Margaretha, 2013). Anak akan merasakan kekerasan yang pernah
dialami sebagai tekanan atau satu hal yang memberatkan atau di luar kapasitas
mengatasi masalah. Beberapa dari mereka kurang mampu mengolah diri sehingga
dan bertahan dalam jangka lama. Trauma psikologis dapat muncul akibat trauma
fisik atau tanpa trauma fisik sekalipun. Perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh
orang tua akan menimbulkan ketakutan yang berakibat pada timbulnya trauma
psikologis pada anak (Hatta, 2016). Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang
secara empiris bahwa korban KDRT mengalami trauma jangka panjang setelah
Pengalaman traumatis seperti kekerasan oleh orang tua tidak selalu berlanjut
dalam bentuk PTSD. Pada penelitian yang dilakukan oleh Foa dan Rothbaum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1988 dalam Solichah, 2013) menyatakan bahwa trauma akan dapat teratasi
seiring dengan berjalannya waktu. Pada saat kejadian traumatis dialami oleh
beberapa remaja yang pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak tidak
menunjukkan masalah yang signifikan karena mampu bertahan dalam situasi yang
dampak yang mereka alami sehingga tidak berdampak negatif pada perkembangan
remaja. Namun sebaliknya apabila individu tidak mampu bertahan dan tidak
yang dirasakan dalam jangka waktu yang cukup lama yang kemudian akan
Trauma dan stress yang dialami akibat kejadian hebat seperti kekerasan oleh
orang tua akan menimbulkan perasaan sakit, baik secara fisik maupun mental dan
hari yang disebut dengan “Post Traumatic Stress Disorder” (PTSD) atau
ganggauan stres pasca trauma. Hasil survei yang ada menunjukkan 20% individu
yang mengalami pengalaman traumatik akan mengalami PTSD (Van Etten &
PTSD atau post traumatic stress disorder adalah gangguan psikologis yang
fisik dan pemerkosaan (Sunardi, 2007). Orang yang mengalami PTSD umumnya
akan merasa seperti dihantui oleh pengalaman traumatis yang mereka alami.
Gejala PTSD tidak selalu dimulai segera setelah kejadian traumatis. Terkadang
gejala pertama. Beberapa gejala PTSD muncul secara tiba-tiba sedangkan yang
lainnya muncul secara bertahap. Menurut DSM V gejala PTSD pada umumnya
Kekerasan oleh orang tua merupakan salah satu stressor kuat yang
yang tidak dapat diatasi akan bertahan dalam jangka waktu yang lama kemudian
dirasakan hingga remaja. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya gejala PTSD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertama hal ini menjadi kemungkinan bahwa remaja yang pernah mengalami
kekerasan pada masa kanak-kanak dapat mengalami gejala PTSD meskipun sudah
Penelitian ini berusaha untuk mengungkap gejala PTSD yang dialami oleh remaja
karena gejala yang sering tidak disadari oleh individu, kemunculan gejala yang
timbul yang justru akan menyebabkan gejala dirasakan semakin memburuk dan
penelitian ini berfokus pada mengeksplorasi gejala PTSD yang muncul pada
remaja yang pernah mengalami kekerasan oleh orang tua berdasarkan 4 gejala
utama PTSD dari DSM V. Selain itu penelitian ini juga mengungkap bentuk-
(dewasa awal) yang pernah terpapar kekerasan memiliki gejala PTSD (Post
Traumatic Stress Disorder) yang paling tinggi berbanding individu pada tahap
dewasa lainnya (Noris, 1992; Paramitha & Kusrintanti, 2018). Individu yang
terpapar kekerasan mengalami gejala PTSD yang berupa keinginan untuk bunuh
diri, mimpi buruk, mengurangi atau mengabaikan kontak sosial, dan merasa
(IES-R) (Anam, Martiningsih, & Ilus, 2016), skala PTSD Checklist Cevilian
Score (Anam, Solichah & Kushartati, 2018 ; Paramitha & Kusritanti, 2018) ;
PTSD secara kuantatif, belum banyak penelitian yang membahas mengenai gejala
disorder pada korban kekerasan seperti penelitian (Wardhan & Lestari, 2006 ;
Solichah, 2013) hanya berfokus pada subjek berjenis kelamin perempuan yang
berada di rentang usia dewasa (Anam, Solichah & Kushartati, 2018 ; Paramitha &
Kusritanti, 2018), penelitian ini mencoba untuk menggali pada remaja laki-laki.
Belum banyak penelitian yang mencoba menggali mengenai gejala PTSD yang
mucul pada remaja korban kekerasan lain seperti fisik dan verbal khususnya
meneliti pada korban bencana alam seperti tanah longsor, erupsi gunung dan
korban bencana alam lain (Tentama, 2014 ; Nawangsih, 2014 ; Anam, Solichah &
Kushartati, 2018 ; Anam, Martiningsih & Ilus, 2016). Ada beberapa penelitian
yang meneliti berdasarkan pada jenis tingkatan keterpaparan gejala (Paramitha &
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, terdapat defisiensi dari segi isi. Ada
yang dilakukan oleh orang tua, lebih lagi penelitian sebelumnya tidak menyentuh
pada subjek remaja akhir (17-21) yang fokus penelitiannya berada di Kecamatan
dengan budaya menyame braya atau hidup rukun yang masih kental terutama
gejala post traumatic stress disorder pada remaja yang pernah mengalami
kekerasan oleh orang tua pada masa kanak. Subjek penelitian ini melibatkan usia
remaja akhir (17-21 tahun) baik laki-laki maupun perempuan, yang berada di
wawancara semi terstruktur. Karena penelitian ini adalah kualitatif maka yang
penelitian ini untuk diajukan kepada partisipan sekaligus ruang untuk mencatat
kualitatif (AIK) yaitu, metode analisis yang menafsirkan secara subjektif isi data
yang berupa teks yang berupa teks melalui proses klasifikasi sistematik berupa
coding atau pengodean dan identifikasi aneka tema atau pola yang dikembangkan
dari teori mengenai gejala post traumatic stress disorder (Hseih & Shannon,
Pertanyaan Penelitian
adalah
1. Apa saja bentuk bentuk kekerasan oleh orang tua yang diterima
trauma psikologis?
mengalami kekerasan oleh orang tua pada masa kanak-kanak berdasarkan 4 gejala
Tujuan Penelitian
Disorder (PTSD) pada remaja yang pernah mengalami kekerasan oleh orang tua
di masa kanak - kanak. Penelitian ini juga mengungkap trauma psikologis yang
10
penelitian ini adalah remaja dengan perkiraan usia berkisar pada 19-21 tahun yang
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
kekosongan dan melengkapi penelitian yang ada sebelumnya. Selain itu, terkhusus
pada jurusan psikologi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
khususnya tentang gejala post traumatic stress disorder dalam kasus kekerasan
pada anak.
Manfaat Praktis
11
12
BAB II
LANDASAN TEORI
kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang atau kelompok terhadap seseorang
yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk
melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma atau depresi
dengan kata “vis” (daya, kekuatan) dan “latus” (membawa) yang berarti
sebagai perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain atau
“Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun
yang bertanggung-jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan
dari perlakuan:
1. diskriminasi;
2. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
3. penelantaran;
4. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
5. ketidakadilan; dan
6. perlakuan salah lainya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tindakan yang melukai dan merugikan secara fisik, mental, dan seksual termasuk
eksploitasi seksual, serta tindakan jual dan membeli anak dimana akan
mengakibatkan trauma pada anak atau kecacatan fisik akibat perlakuan tersebut.
Seperti yang dikemukakan oleh Barker, kekerasan terhadap anak adalah tindakan
sisi lain, Suyanto (2010) menjelaskan bahwa kekerasan terhadap anak (child
abuse) juga dapat didefenisikan seperti perlakuan fisik, mental, atau seksual yang
kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan
ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak. Sementara itu Vander (1989
sebagai bentuk penyerangan fisik atau melukai anak dan biasanya dilakukan justru
oleh orang tua atau pengasuh dan pengaruh dari orang lain yang bukan keluarga.
bahwa kekerasan terhadap anak merupakan suatu perlakuan terhadap anak dimana
perlakuan tersebut tidak hanya menimbulkan luka secara fisik namun juga dapat
14
2014) membagi bentuk kekerasan yang dilakukan oleh orang tua menjadi 4 jenis
yaitu, kekerasan secara fisik, kekerasan secara verbal, kekerasan secara seksual,
serta kekerasan pengabaian. Penjelasan keempat hal tersebut dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Kekerasan fisik (physical abuse) terjadi ketika orang tua melukai fisik
seksual
15
a. Orang Tua
terjadinya kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang
dialami orang tua tersebut, orang tua atau keluarga belum memiliki
riwayat orang tua dengan kekerasan pada masa kecil juga memungkinkan
b. Budaya
status anak yang dipandang rendah sehingga ketika anak tidak dapat
memenuhi harapan orang tua maka anak harus dihukum. Bagi anak laki–
laki, adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak laki–laki tidak boleh
menindas anak adalah suatu hal yang wajar untuk menjadikan anak
16
Selain itu, budaya yang terjadi di Bali yaitu anak laki-laki lebih
dan calon pewaris yang akan tetap tinggal di rumah utama dan mengambil
tanggung jawab untuk mengurus orang tuanya. Hal ini membuat orang tua
terkadang tidak adil dalam menerapkan pola asuk pada anak laki-laki
traumatis baik secara fisik maupun emosional. Secara emosional anak akan
buruk, perasaan rendah diri dan trauma. Salah satu dampak negatif yang
berkepanjangan dari kekerasan yang diterima anak adalah trauma. Trauma akibat
kekerasan akan sulit dihilangkan, dalam hal ini kekerasan merupakan suatu
Selain itu anak yang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orang tua
17
Definisi Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani “traumatos” yang berarti luka yang
berasal dari luar. Trauma adalah jiwa atau tingkah laku yang tidak normal akibat
tekanan jiwa atau cidera jasmani karena mengalami kejadian yang sangat
bekas yang mendalam pada jiwa seseorang yang mengalaminya (Sarwono, 1988).
Selain itu, trauma didefinisikan sebagai nyeri yang dialami oleh seseorang yang
definisi tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa trauma adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan akibat suatu peristiwa atau pengalaman yang
buruk.
Trauma dibagi menjadi 2 jenis yaitu, trauma fisik dan psikologis. Trauma
fisik adalah cedera fisik yang ditandai dengan luka yang dapat terjadi di satu
bagian tubuh atau seluruh bagian tubuh terkena benda tumpul maupun tajam atau
dikarenakan terbentur oleh sebuah objek dan dapat membahayakan jiwa. Trauma
orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Trauma merupakan salah satu luka psikologis yang sangat berbahaya karena
trauma ini akan membentuk kepribadian yang lemah dan sifat penakut pada anak
bahkan sampai pada masa dewasanya. Trauma biasanya terjadi bila dalam
dilakukan oleh orang tua. Trauma akibat kekerasan oleh orang tua pada masa
kanak-kanak akan meninggalkan rasa sakit yang dalam dan berdampak pada
Orang yang mengalami trauma ini akan mempunyai resiko tinggi terhadap
berkepanjangan. Bila trauma ini diderita oleh anak-anak, maka ia akan sulit
beradaptasi ketika remaja dan berpotensi mengalami gangguan stres pasca trauma
(Hatta, 2016).
menimbulkan trauma (Wardhani & Lestari, 2006). Gejala umum dari trauma dan
PTSD memiliki kesamaan, hal ini dikarenakan PTSD merupakan dampak jangka
panjang dari trauma. Perbedaan antara trauma psikologis dengan PTSD terletak
langsung yang dirasakan segera setelah mengalami peristiwa traumatis dan durasi
dari kemunculan gejala kurang dari 4 minggu, sedangkan pada PTSD gejalanya
19
kekerasan, gejalanya juga dapat bertahan hingga lebih dari 4 minggu bahkan dapat
dialami hingga bertahun-tahun (Hatta, 2016). Everly (1995, dalam Hatta 2016)
Pengertian PTSD
PTSD adalah gangguan kejiwaan yang dapat timbul pasca mengalami atau
gangguan stress pasca trauma (GSPT) juga merupakan gangguan psikologis yang
terjadi pada orang-orang yang pernah mengalami suatu peristiwa yang tragis atau
luar biasa (Sunardi, 2007). Sehingga PTSD dapat dipahami sebagai kondisi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
seseorang.
Gejala-gejala PTSD
muncul 1 bulan setelah mengalami kejadian traumatis. Pada beberapa kasus gejala
Bebeberapa gejala akan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama,
sementara yang lain akan datang dan pergi dari waktu ke waktu. Menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (2013 dalam Hatta, 2016)
a) Intrusive Re-Experiencing
datang berulang.
terulang kembali).
b) Avoidance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kejadian traumatis.
dunia (aku buruk, tidak ada yang bisa dipercaya, dunia berbahaya).
peritiwa traumatis
d) Arrousal
perilaku agresif
b. Kesulitan tidur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c. Sulit berkonsentrasi
e. Respon yang berlebihan atas segala sesuatu (rasa bersalah atau malu
2013) durasi dari kemunculan gejala harus lebih dari 1 bulan setelah mengalami
kejadian traumatis.
(Hamblen, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paramitha & Kusrianti
(2018), salah satu faktor yang mempengaruhi gejala PTSD adalah seseorang
peristiwa kekerasan memiliki gejala PTSD yang lebih tinggi berbanding yang
korban dari peristiwa kekerasan oleh orang tua mengalami dampak berupa trauma
fisik dan trauma psikologis yang lebih besar dibanding individu yang hanya
23
Remaja
Pengertian Remaja
Masa remaja menurut Stanley Hall (1904, dalam Santrock, 2003) seorang
masa topan badai dan stress, karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk
menentukan nasib diri sendiri. Jika terarah dengan baik maka ia akan menjadi
seorang individu yang memiliki tanggung jawab, tetapi jika tidak dibimbing,
maka akan menjadi seseorang yang tidak memiliki masa depan yang baik.
adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescence yang artinya “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan”. Kematangan disini memiliki arti yang luas
yakni mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1992).
transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencangkup perubahan
remaja diartikan sebagai tahapan penting untuk mendapatkan identitas ego melalui
masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai
Sarwono, 1998 bahwa remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang pada
24
mandiri.
merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada saat
anak mulai remaja, dimana anak merasa tidak lagi di bawah tingkat orang-orang
Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara
usia 18 dan 21 tahun (Santrock, 2003). Masa remaja berlangsung antara usia 11-
21 tahun. Rentang usia remaja dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu usia 11-17
tahun adalah remaja awal dan usia 17- 21 tahun adalah remaja akhir. Masa remaja
yang mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik. Alhasil pada periode
peralihan ini remaja akan mengalami banyak perubahan, baik secara psikis
pubertas.
15 tahun. Minat, karir, dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol
25
sebenarnya.
sebelumnya dampak kekerasan yang dilakukan oleh orang tua merupakan salah
kanak-kanak. Trauma yang tidak dapat diatasi akan bertahan dalam jangka waktu
26
Kerangka Konseptual
Kekerasan yang dilakukan oleh orang tua masih sering terjadi padahal peran
orang tua seharusnya menjadi tempat bagi sang anak untuk mendapatkan
keamanan dan kasih sayang. Sayangnya orang tua masih sering melakukan
kekerasan terutama terhadap anak. Jenis kekerasan yang diterima oleh anak juga
sangat beragam seperti kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan seksual dan
traumatik berbeda satu sama lain, begitu pula emosi-emosi yang muncul pada saat
peristiwa traumatik tersebut terjadi. Perasaan sedih, marah, kecewa, dan putus asa
muncul silih berganti dan gejala-gejala trauma akan muncul melalui perilaku-
masa yang akan datang. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak-kanak
cenderung akan terus dibawa ke masa dewasa. Namun jika dilihat dari sisi lainnya
untuk bertahan dalam situasi yang sulit, pada saat kejadian traumatis dialami oleh
diri. Kehancuran dalam peristiwa traumatis dapat membuat individu mampu untuk
pasca trauma atau posttraumatic growth. Sehingga beberapa remaja yang pernah
27
signifikan karena mampu bertahan dalam situasi yang menimbulkan trauma. Ada
digunakan berhasil maka orang tersebut akan sembuh dari pulih dari trauma.
Selain itu, terapi psikologis dan dukungan sosial dari orang terdekat dapat
Di sisi lain, trauma psikologis tentunya memiliki dampak yang cukup besar,
apabila trauma tersebut tidak pernah disadari oleh lingkungan sosial anak dan
anak tidak berhasil menggunakan kopingnya akibatnya trauma yang dialami tidak
Trauma yang tidak berhasil dipulihkan kemudian akan dirasakan dalam jangka
waktu yang cukup lama hingga masa remaja yang kemudian akan memunculkan
gejala PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Individu akan mulai merasakan
gejala ingatan akan pengalaman traumatis yang datang berulang serta bermimpi
28
merasakan emosi yang dangkal, putus asa mengenai masa depannya, muncul
perasaan terasing dari orang lain atau justru individu mulai kehilangan minat pada
suatu hal yang pernah disukai sebelumnya, individu juga mulai merasakan gejala
tidur, waspada berlebihan, mudah marah, mudah kaget, waspada yang berlebihan
yang berlebihan terhadap suatu hal. Semua gejala yang dirasakan dapat diiringi
oleh gejala fisik lainnya seperti berkeringan dingin, gemetar, pusing, mual hingga
perkembangan mereka.
gejala PTSD yang dialami oleh remaja yang pernah mengalami kekerasan oleh
29
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Berusaha
Trauma
melakukan
Psikologis
koping
Koping
tidak
berhasil
30
BAB III
METODE PENELITIAN
mencari gambaran menyeluruh dari isu yang diteliti, sehingga bisa saja
pelaksanaan penelitian ini lebih luas dari rencana penelitian yang telah disusun
Desain penelitian yang digunakan ialah analisis isi kualitatif (AIK), yaitu
penafsiran secara subjektif dari isi data yang berupa teks dengan proses klasifikasi
disorder pada remaja yang pernah mengalami kekerasan oleh orang tua. Metode
menjadi teks tertulis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi yang padat
31
Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah pemahaman dan gambaran tentang gejala
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada remaja yang pernah mengalami
kekerasan oleh orang tua di masa kanak menggunakan 4 gejala post traumatic
Arrousal. Penelitian ini juga mengungkap dampak berupa trauma psikologis yang
Sukawati, Bali
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 3 orang remaja berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan dengan batas usia 17-21, pernah mengalami kekerasan oleh
orang tua dalam bentuk apapun (verbal, fisik, seksual, dan pengabaian), asli dari
remaja ini pernah mengalami situasi kekerasan oleh orang tua dimasa kanak.
Alasan lain bahwa remaja ini masih dalam kondisi keluarga yang utuh dan sudah
peneliti kenal, karena mempunyai hubungan geografis yang sama yaitu satu
criterion sampling yaitu bertujuan untuk meninjau dan mempelajari semua kasus
yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh penliti agar sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel 1
Data Partisipan
Peran Peneliti
Peneliti dalam peneletian ini berperan sebagai instrumen. Peran ini berguna
untuk menangkap suara subjek dan mengolahnya. Peneliti juga pada dasarnya
tidak memiliki kaitan apapun dengan para partisipan seperti hubungan keluarga
atau teman dekat (kecuali setelah mengalami pendekatan guna proses penelitian).
anak yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga untuk mata kuliah
calon partisipan lain yang berasal dari daerah yang sama. Peneliti juga telah
33
Potensi terburuk yang dapat terjadi dari proses penelitian ini adalah
dialami oleh partisipan dengan berbincang sebelum proses pengambilan data dan
setelah pengambilan data berakhir. Akan tetapi jika keadaan dirasa tidak
tersebut. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur,
wawancara yang tidak kaku dengan menggunakan sifat semi terstruktur, ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
apa pun selama masih dalam konteks pembicaraan, selain itu peneliti juga dapat
adalah :
peneletian.
nyaman;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
nyaman.
dan external auditor, agar hasil data wawancara yang diperoleh dapat
dinilai keakuratannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
berdasarkan rumusan masalah beserta teori - teori yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini. Teori yang peneliti gunakan dalam membuat pedoman wawancara
antara lain, teori dari Lawson mengenai bentuk-bentuk kekerasan; teori Everly
tentang gejala trauma psikologis; dan teori mengenai gejala Post Traumatic Stress
2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 2
Protokol Wawancara
No. Pertanyaan
Pertanyaan inti:
Probing:
kekerasan?
mengalami kekerasan?
mengalami kekerasan?
38
Pertanyaan inti:
Probing:
tersebut?
tersebut?
tersebut?
tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tersebut?
tersebut?
Pertanyaan penutup:
pengalaman anda?
pengalaman anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kredibilitas Data
dari berbagai temuan yang telah dideskripsikan oleh peneliti dan informan
dengan dua cara yaitu member checking dan external auditor (Creswell, 2015;
dalam menilai akurasi data, dengan cara peneliti akan memberikan analisis dari
deskripsi atau tema kepada partisipan untuk memastikan bahwa deskripsi atau
tema tersebut akurat (Creswell, 2015). Selain itu, peneliti juga akan meminta
auditor (external auditor) yang akan membantu mempelajari proses penelitian dan
(2015), dalam hal ini auditor akan membantu peneliti untuk melihat apakah
merupakan penguat dari validitas karena dimaknai sejauh mana pendekatan yang
merupakan penegasan lebih lanjut dari member checking dan auditor eksternal
41
Teknik analisis data yang dipergunakan ialah Analisis Isi Kualitatif (AIK),
memanfaatkan sifat atau ciri bahasa sebagai bentuk komunikasi, sehingga AIK
dokumen tertulis, lisan, atau visual (Elo & Kyngas, 2008 dalam Supratiknya,
2015).
(Hsieh & Shannon, 2005; Elo & Kyngas, 2008 dalam Supratiknya, 2015). Konsep
penting dalam penelitian ini berupa analisis data yang sudah ada dalam sebuah
konteks baru (Catanzaro, dalam Supratiknya, 2015), sehingga analisis ini lebih
deduktif atau analisis isi terarah ini lebih mengeksplorasi sebuah fenomena yang
terjadi dalam gejala post traumatic stress disorder remaja yang mengalami
kekerasan oleh orang tua pada masa kanak - kanak melalui wawancara terbuka
42
besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode, dan
tema dalam susunan hirarkis tertentu menjadi tema-tema besar dan sub-sub
tema yang lalu diberi label atau nama, masing-masing sub tema dilengkapi
Tabel 3
Muthmainnah, 2014)
Kekerasan Fisik :
memukul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menendang
mencubit
menampar
Kekerasan Verbal :
membentak
memaki
mengancam
Kekerasan Seksual :
pencabulan
penyiksaan seksual
Kekerasan Penelantaran :
terlalu sibuk
44
Tabel 4
Trauma Psikologis
pikiran (flashback)
trauma
mengalami kekerasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 5
menyedihkan terulang
kembali).
berulang)
percakapan yang
berhubungan dengan
peristiwa traumatis.
traumatis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dunia berbahaya).
traumatis
Kesulitan mempertahankan
hubungan dekat
dan teman
mengendalikan marah,
perilaku agresif
Kesulitan tidur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Sulit berkonsentrasi
48
BAB IV
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2020. Proses pengambilan data
menggunakan metode wawancara yang dilakukan oleh peneliti sendiri kepada tiga
remaja akhir yang pernah mengalami kekerasan oleh orang tua. Wawancara
6.
Tabel 6
mengenai penelitian dan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh partisipan.
Tiap partisipan juga telah menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
49
masih berkuliah sambil bekerja paruh waktu di usaha yang dibangunnya sendiri.
Latar belakang keluraga dari partisipan yaitu memiliki orang tua yang
bekerja sebagai penjual usam atau kelapa parut dan memiliki kesulitan dalam
ekonomi sehingga keluarga partisipan saat ini masih tinggal dengan menumpang
di rumah paman dan bibinya karena partisipan tidak memiliki rumah untuk tempat
tinggal. Meskipun partisipan merasa tidak nyaman untuk tinggal di rumah tersebut
bersama dengan ayahnya namun ia berusaha untuk menahan dan memilih untuk
bekerja dengan giat agar dapat memiliki rumah sendiri dan pergi dari rumah
dihakimi oleh orang lain atau dibandingkan dengan cerita orang lain. Itulah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kekerasan mulai dari stres, tidak percaya diri, mudah cemas, mudah marah,
kesulitan tidur, tidak mudah mempercayai orang lain, kesulitan untuk bergaul.
sering merasa kaget dan takut setiap kali mendengar suara mesin kelapa karena
kekerasan yang dialminya membuat salah satu jarinya menjadi teriris dan ia
merasa menjadi manusia yang cacat. Semua dampak itu ia rasakan setelah
Pengambilan data dilakukan dua kali, pada pengambilan data yang pertama
mengambil mata kuliah skripsi karena peneliti pernah mendapatkan tugas pada
oleh orang tua. Pada saat wawancara pertama, partisipan terlihat masih sungkan
mau menjawab pertanyaan peneliti dengan lancar dan tanpa ada pemberhentian
hingga sesi wawancara selesai. Pada pengambilan data yang kedua, wawancara
51
temannya karena partisipan merasa tidak percaya diri ketika di lingkungan baru,
partisipan menjawab dengan lancar setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
kekerasan oleh kedua orang tuanya. P2 merupakan anak pertama dari dua
untuk meluapkan lewat tangisan. Partisipan hingga saat ini masih tinggal bersama
kedua orang tuanya meskipun hingga saat ini partisipan tidak nyaman ketika
bertemu orang tuanya sendiri, partisipan juga tidak nyaman ketika melihat tempat
Kedua orang tua partisipan bekerja serabutan dan sangat sibuk bekerja
karena memiliki kesulitan ekonomi. Partisipan sejak kecil sudah bekerja keras
untuk mencari uang bekalnya sendiri dan membayar uang iuran kelas, partisipan
tetangganya. Partisipan juga mengambil kerja sampingan lain yaitu menjadi buruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
amplas ukiran di sela-sela menjaga warung. Setelah bekerja ketika sore hari,
partisipan menjadi sosok yang sangat mudah marah, stres dan setiap kali ia sedih
dan tidak mendapatkan dukungan dari orang lain ia akan memiliki keinginan
bunuh diri, ia juga mengalami trauma karena pernah di seret dan diguyur dengan
air hanya karena ia tidak mau keramas. Hingga saat ini dampak negatif dari
mengalami kekerasan.
Pengambilan data dilakukan dua kali, pada pengambilan data yang pertama
dengan peneliti beberapa kali ketika peneliti mendapatkan tugas mata kuliah
mencuci tangan dan menggunakan masker sesuai dengan aturan untuk menjaga
mendapatkan ijin untuk keluar rumah apabila tidak memiliki alasan yang cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kuat. Partisipan merasa diperlakukan tidak adil dengan saudaranya yang laki-laki
sebagai penerus yang akan mewarisi dan tinggal di rumah tua sehingga kehadiran
partisipan menjawab dengan lancar setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
menunduk ketika menceritakan kejadian kekerasan fisik yang ia alami. Pada saat
sesi wawancara partisipan mengenakan pakaian kaos putih dan celana jeans
panjang.
dari dua bersaudara, P3 dan adiknya sama-sama mengalami kekerasan baik secara
fisik maupun verbal oleh kedua orang tuanya. Saat ini P3 memilih untuk tinggal di
kos-kosan karena P3 tidak ingin bertemu orang tuanya dan tidak ingin tinggal di
Partisipan merasa menjadi alat dan sapi perah yang dilahirkan untuk menjadi
tanggungan dari orang tuanya. Partisipan selalu menjadi sasaran kekerasan bagi
orang tuanya ketika orang tuanya mengalami stres kerja atau orang tuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Ibu dari partisipan mengalami sakit yang mengharuskan ibu partisipan untuk
akan dimarahi ketika mennagis sehingga ia hanya menurut dan memilih untuk
beberapa kali muncul keinginan untuk membunuh orang tuanya namun itu hanya
dalam pikirannya saja. Hal ini menyebabkan partisipan sering bermimpi orang
hingga saat ini partisipan masih mengalami dampak negatif, salah satunya ia
mengalami cemas dan kepanikan ketika menerima telepon dari nomer yang ia
tidak ketahui karena orang tuanya dulu sering menelepon dengan nomer yang
ada yang mengetok pintu kamar kosnya, ia berpikir itu adalah polisi yang ingin
55
bersedia untuk menceritakan sedikit demi sedikit dan mulai membuka dirinya.
Partisipan datang diantar oleh temannya namun sesi wawancara hanya dilakukan
jarak aman dan melakukan pengecekan suhu serta mencuci tangan sebelum
karena dari dulu ia selalu harus berpura-pura bahagia dan berpura-pura tegar
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, bahkan partisipan ingin melakukan ini lagi
karena ia merasa sangat lega dan senang ketika bisa menumpahkan lewat cerita.
Selama ini ia hanya memendam dan hanya pacarnya yang mengetahui kisahnya
saat mengalami kekersan. Pada saat proses wawancara selesai, handphone milik
partisipan sempat berbunyi karena ada telepon masuk dan ia reflect melemparkan
Hasil Penelitian
orang tua yang diterima pada masa kanak- kanak, trauma psikologis yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
setelah mendapatkan kekerasan oleh orang tua serta gejala post traumatic stress
disorder yang dirasakan oleh remaja yang pernah mengalami kekerasan oleh
orang tua pada masa kanak-kanak. Peneliti akan menggali pengalaman kekerasan
psikologis yang dialami ketika mendapatkan perlakuan kekerasan oleh orang tua.
Peneliti menggunakan gejala trauma psikologis yang terdiri dari mengalami secara
peneliti akan mengungkap gejala-gejala PTSD yang dialami oleh remaja setelah
mengalami trauma kekerasan oleh orang tua. Peneliti menggunakan gejala trauma
dari DSM V yang dikelompokkan menjadi 4 gejala utama yaitu, intrusive re-
semua gejala yang dialami dirasakan minimal selama 1 bulan. Gejala PTSD dan
yang dikarenakan PTSD merupakan dampak jangka panjang dari trauma sehingga
Kekerasan yang dilakukan oleh orang tua pada masa kanak – kanak
di masa remaja. Dalam penelitian ini ditemukan 2 jenis kekerasan yang sering
diterima oleh remaja pada masa kanak – kanak yaitu, kekerasan secara fisik,
57
Kekerasan Fisik
sebagainya. Dalam penelitian ini semua partisipan (P1, P2, P3) mengalami
kekerasan fisik berupa dilukai secara fisik (P1) hal tersebut dapat dilihat dalam
kutipan berikut :
P1 : dia pegangin tanganku terus dia kikirin tapi pake tanganku kenceng
banget. Sampe berdarah kak, aku teriak lah nangis tapi aku malah di omelin
terus disuruh cuci tangan. Gila sih itu tanganku lukanya ampe sekarang
berbekas. (baris 45-48)
Selain dilukai secara fisik, partisipan (P2) juga sering dipukul
Dipukul
P2 : dipukul, dicubit tapi yang paling sering aku dipukul pakai penggaris besi
tau kan kak. (baris 40-41))
58
kata kasar, mengancam, dan sebagainya. Dalam penelitian ini semua partisipan
pernah mengalami kekerasan verbal. Kekerasan verbal yang dialami salah satunya
berupa menggunakan kata - kata kasar. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan
berikut :
orang tua dengan memaki anak yang dialami sejak SD oleh keseluruhan
partisipan
Memaki
P1 : aku gatau dia kenapa waktu itu tapi dia marah-marah selama kerja itu,
terus aku dikata-katain dibilang bodoh lah, lelet lah. (baris 42-43) Eee..
seingetku sih gak tinggi tapi gimana ya kak kayak gini lho “lengeh ci”
(mencontohkoh ucapan bapaknya, artinya bodoh kamu) ya nyakitin lah
pokoknya. yang aku inget itu.. hmm dari SD kak sampai SMP abis tu setelah
mereka punya pangerannya anak laki-laki kesayangan ya mereka udah gak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
gitu lagi, pokoknya apapun nih ya, meskipun adek yang salah tapi aku yang
disalahin hahaha. (baris 73-74)
P2 : ama anak orang entah siapapun itu, anak orang pinter, aku bodoh, aku
pemalas, aku cengeng katanya. (baris 38) orangtua udah ngomong “panak
sing dadi anggo gine” (anak gak bisa diandelin/ gak berguna)terus aku
gasuka banget pas ada anak tetangga dipuji akunya pasti dikasi omongan
jelek jelek kak. Seingetku sih.. mulai SD pas aku dibilang jelek-jelek tu ampe..
pokoknya seputaran SMP (baris 18-19)
P3 : ekhemm sampai kesalahan kesalahan kecil yang aku buat selalu
dikasarin dimaki gitu dibilang bodo bodo. ehmm itu dari aku alami yang dari
itu dari waktu kelas 1 sd ekhem ekhem dari kelas 1 sampai kelas yaaa semasa
sd itu dah. (baris 41)
Salah satu parrtisipan (P3) sering mengalami kekerasan verbal berupa
diancam
Diancam
P3 : cuma diancam diancam, " awas kalau kayak gini tak pukul tak pukul "
atau apa, ehmm itu dari aku alami yang dari itu dari waktu kelas 1 sd, ekhem
ekhem dari kelas 1 sampai kelas yaaa semasa sd itu dah. (baris 42-45)
Berdasarkan hasil penelitian di atas seluruh partisipan mengalami 2
kekerasan fisik berupa dilukai fisiknya hingga menimbulkan bekas luka, dijewer,
didorong dan disiram air. Selain itu, partisipan P1 juga mengalami kekerasan
diberikan kata – kata kasar dan dimaki. Pada partisipan P3 kekerasan verbal yang
dialami berupa diberikan kata – kata kasar, dimaki dan diancam. Seluruh
dasar dengan intensitas kekerasan verbal yang lebih banyak dari kekerasan fisik
60
Trauma Psikologis
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan trauma psikologis remaja yang
pernah mengalami kekerasan oleh orang tua pada masa kanak-kanak berdasarkan
gejala dari trauma psikologis yang terdiri dari mengalami secara langsung
terhadap kejadian berupa rasa takut yang sangat kuat, rasa tidak berdaya saat
mengalami kekerasan. Dalam penelitian ini semua partisipan (P1, P2, P3)
mengalami secara langsung peristiwa kekerasan fisik dan verbal dan menunjukkan
respon berupa rasa takut yang kuat pada keseluruhan partisipan (P1, P2, P3) hal
Rasa Takut
P1 : Aku pernah teriak tapi bukan karena minta tolong, aku teriak karena
takut dan aku gamau digituin, aku nangis. Takut lah kak, takut itu pasti.
Sedih juga ee.. tapi aku gak tau apa aku marah atau enggak ya.. gak sih
kayaknya karena aku taunya aku takut dan takut.(baris 76-81)
P2 : Marah, sedih, sedihnya sedih banget. Aku selalu nangis kak, kadang aku
bengong habis tu aku nangis. Aku takut terus aku iri banget liat temen-temen
dianter sama orangtuanya. (baris 57-60)
P3 : dendam , sakit sekali ehhmm takut? ohh iya sangat , aku dulu pernah
melamun , lama kali aku melamun sampai aku dipanggil sama mamaku kan ,
" kenapa kamu melamun belajar kek lebih bagus ngapain kamu melamun
kayak orang gila aja” gituu habis tu yaudah aku diem , belajar aku dikamar.
(baris 112-117)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mengalami secara langsung peristiwa kekerasan secara fisik dan verbal yang
ditandai dengan munculnya rasa takut yang cukup kuat setelah mengalami
marah dan sedih pada partisipan P2, pada partisipan P3 perasaan takut yang
Intrusive Symptoms
adanya gejala intrusive yang muncul pada keseluruhan partisipan yang ditandai
intrusive berupa kesulitan untuk berkosentrasi yang muncul secara tiba – tiba
62
Kesulitan Berkonsentrasi
P1 : hmm.. bukan kesulitan tapi gak bisa konsentrasi kadang kalau lagi kumat
nih tiba-tiba ngerasa cemas nah udah deh buyar. Seingetku sih.. mulai SD
pas aku dibilang jelek-jelek tu, tiap inget kalimatnya aku gabisa konsentrasi,
tapi ya aku pukul atau tampar pipi biar konsen hahaha (baris 183-184)
P2 : Mana sering banget kalau dah stress banget gak kuat pasti ada pikiran
pengen lukain diri udah gabisa fokus gak mikir apa pokoknya mikirnya
bunuh diri lah, tapi anehnya sampai detik ini aku cuma lukain diri terus abis
tu cari pertolongan ke temen (baris 78-79)
P3 : ohh sering sampe sekarang mah kadang bengong tiba tiba ingat sering ,
kalo udah bengong kan gak konsen, mulai dah dendam yang baru hari ini
gitu dah aku (baris 322-324)
Pada peneltian ini tanda – tanda dari gejala intrusive muncul pada
keseluruhan partisipan (P1, P2, P3). Tanda – tanda yang muncul adalah flashback
atau merasa mengalami kembali peristiwa kekerasan yang dipicu oleh pergulatan
masalah yang dialami oleh partisipan P3 atau dipicu oleh melihat kembali adegan
kekerasan pada siaran televisi yang dialami oleh salah satu partisipan P1.
kemudian mereka akan sulit untuk kembali fokus dan berkonsentrasi. Tanda
kesulitan berkonsentrasi sering dialami oleh seluruh partisipan (P1, P2, P3) dan
kejadian kekerasan.
Avoidance
penelitian ini gejala penghindaran yang muncul pada seluruh partisipan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ditandai dengan sebisa mungkin menghindari benda atau hal yang dapat
partisipan P1, P2, P3. Partisipan P1 dan P2 menghindari pikiran yang dapat
64
justru merasa dimengerti dan ada yang peduli apabila dapat berbagi cerita.
Seluruh partisipan ingin menghindari tempat atau rumah yang menjadi tempat
trauma psikologis setelah mendapatkan kekerasan fisik dan verbal oleh orang tua
stress disorder yang dialami oleh remaja yang pernah mengalami trauma
kekerasan oleh orang tua pada masa kanak-kanak. Peneliti akan menggunakan 4
kegiatan yang pernah diminati dengan durasi pada setiap gejala minimal bertahan
1 bulan.
Intrusive Re-experiencing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dalam ingatan penderita. Dalam penelitian ini gejala dari Intrusive Re-
Experiencing. yang muncul pada seluruh partisipan (P1, P2, P3) adalah individu
mengganggu yang datang berulang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut :
atau kilas balik peristiwa yang rata-rata diawali dengan teringat akan kejadian
traumatis yang muncul oleh adanya masalah yang sedang dihadapi atau sedang
melamun. Gejala ini mulai dirasakan setelah mengalami kekerasan fisik dan
berikut :
66
P1 : jujur ya, dulu aku sering banget banget mimpi nangis karena
dimarahin.Sampai sekarang aku masih mengalami. Di mimpi aku dimarah
aku kerennya sih bisa ngelawan di mimpi aku marahin balik, aku katain tapi
di mimpi aku gak mampu bicara aku gak bisa ngomong kak aku bisu aku
nangis karena aku bahkan gak berdaya meskipun di mimpi, aku capek paham
gak si. (baris 169-174)
P2 : Iya kak mimpiin pas kecil kayak gitu lagi, terus di mimpi nangis eh aku
nangis beneran. dari awal dapat kekerasan sampai bisa dibilang baru waktu
ini aku alami. Tapi akhir-akhir ini aku malah kalau lagi kepikiran ya aku
gabisa tidur sama sekali kak. (baris 94-95)
P3 : Kalo soal lamanya sih dari beberapa saat setelah mengalami kekerasan
sampai.. baru minggu lalu aku mimpi, ini mah sering aku mimpinya malah
mereka minta maaf, maksudnya melas melas gitu loh , memohon untuk
dibunuh segera " bunuh cepat aku bunuh cepat " (baris 326-330)
Pada penelitian ini seluruh partisipan P1, P2, P3 mengalami nightmares
dibunuh atau meminta maaf kepada partipan P3. Durasi dari kemunculan gejala
balik peristiwa yang muncul pada seluruh partisipan P1, P2, P3 dan munculnya
gejala nightmares atau mimpi yang berhubungan dengan kejadian traumatis yang
dialami oleh seluruh partisipan. Masing – masing gejala dialami selama lebih dari
1 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Avoidance
penelitian ini gejala dari avoidance yang muncul pada seluruh partisipan (P1, P2,
yang berhubungan dengan peristiwa traumatis yang dapat dilihat dari kutipan
berikut :
peristiwa traumatis
68
peristiwa traumatis namun hal ini bergantung pada siapa yang memulai atau
partisipan tidak mudah percaya dengan orang lain dan tidak ingin dinilai dari
yang dapat dipercaya untuk dapat berbagi cerita mengenai kejadian traumatis
kejadian atau orang yang mengingatkan pada kejadian traumatis yang dapat
traumatis
P1 : Kalau mengindari tempat sih gak mungkin, mustahil, aku masih tinggal
di rumah itu ya walaupun pengen. Aku berusaha semiinimal mungkin
berinteraksi ama bapakku, seminimal mungkin diem di rumah biar gak
ketemu ama dia. Ya bisa dibilang aku hindari kontak ama dia sampai
sekarang jelas (baris 188-189)
P2 : Tapi aku menghindari kamar mandi itu, meskipun udah direnovasi tapi
aku benci kamar mandi itu percaya atau enggak tapi aku gapernah masuk
kamar mandi tempat aku diguyur dulu dari dulu ampe sekarang. aku ada 2
kamar mandi meskipun terpaksa aku sakit perut semenjak kejadian itu,
sekalipun aku gapernah mandi disana, atau masuk kesana titik. (baris 137-
139)
P3 : iyaa sangat , aku itu males banget pulang ke rumah gianyar malas
banget ohh gitu sekarang kamu tinggal di? di kost yaa karena pas kalau ada
acara sembahyang misalnya atau apa kan kita pulang , pulang pasti ngumpul
kan itu adalah momen dimana aku benar benar gak ingin ada disana ngerti
gak sih momen dimana aku malas injek kaki disana aku mau injekin kaki kalo
mereka udah gak ada , aku mau diem dirumah itu kan aku suruh diam disana
nungguin nenekku karena nenekku udah sakit sakitan , terus kakek juga sama
aku bilang aku gamau (baris 342-35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
oleh partisipan P1, P2 dengan durasi yang lebih dari 1 bulan sedangkan partisipan
tidak ada lagi yang merasakan yang ia rasakan. Seluruh partisipan merasa
mengenai pengalaman traumatis yang mereka alami namun partisipan sulit untuk
percaya pada orang lain. Gejala menghindari tempat, kejadian atau orang yang
mengingatkan pada kejadian traumatis dirasakan oleh partisipan P1, P2, P3 namun
kekerasan karena mereka masih bergantung pada orang tua, sedangkan partisipan
P3 memilih untuk meninggalkan rumah dan tinggal sendiri. Durasi dari gejala ini
cukup panjang karena dirasakan dari awal peristiwa traumatis hingga saat ini.
Individu mengalami perubahan negatif pada cara berpikir dan mood yaitu
ateractions in mood and cognition yang muncul pada seluruh partisipan (P1, P2,
P3) adalah pikiran negatif tentang orang lain, diri sendiri, lingkungan bahkan
dunia. Partisipan merasa tidak percaya diri dan sering berpikir bahwa orang lain
Pikiran negatif tentang orang lain, diri sendiri, lingkungan dan dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
P1 : Hmm.. ke diri sendiri iya ke orang lain emm.. kadang ke dunia kadang
tapi intensitasnya itu lumayan sering terutama ke diri sendiri, aku punya
masalah ama kepercayaan diriku well aku liat diriku buruk, bodoh. tapi
kadang aku ngerasa kok kayaknya orang lain ngomongin aku ya, aku salah
apa, udah deh insecure dan gamau keluar rumah. Berapa lama ngerasa
kayak gitu? Rata-rata yang aku omongin pasti kurasain ampe sekarang kak
(baris 246-251)
P2 : Aku sampai sekarang entah kenapa gapernah ngerasa percaya diri gitu
kak. Aku tu ngerasa bodoh banget jadi manusia, ngerasa malu, ngerasa jelek,
ngerasa gak guna, ngerasa gak ada yang mau sama aku. Aku gak suka di
keramaian kak, aku takut diliatin, aku ngerasa mereka bakal jahat mereka
bakal mikir buruk tentang aku. Aku sensitive banget kak. Sampai aku di cap
baperan sama temenku, karena aku kayak trauma denger omongan bodoh
atau kasar kasar. sekali aku denger omongan kayak gitu dari temen aku pasti
langsung nangis. (baris 62-69)
P3 : Iya aku ngerasa gak pede terus kalau orang lain udah bisik-bisik pasti
ngomong yang jelek tentang aku padahal belum tentu, gila yang ini ganggu
banget. Dari kapan sampai kapan? Sampai sekarang dan aku temen yang
tau aku pasti langsung bilang ke aku kalo mereka gak ngomongin aku. Aku
benci pikiran negatif ku. (baris 414-417)
Partisipan yang mengalami kekerasan verbal cenderung mengalami pikiran
yang negatif mengenai diri sendiri karena mereka mengingat perkataan dari
pelaku kekerasan sejak kecil. Partisipan P1, P2, P3 sering berpikir bahwa diri
mereka buruk, bodoh, jelek dan sulit untuk percaya diri. Partisipan juga merasa
setiap orang yang melihatnya sedang berpikiran negatif tentang partisipan. Salah
satu partisipan (P1) sering merasa tidak aman ketika berada di keramaian karena
Selain memiliki pikiran negatif tentang orang lain, diri sendiri dan dunia,
diakibatkan oleh kesulitan untuk percaya pada orang lain. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan berikut :
71
karena keluarga adalah orang terdekat dari anak. Partisipan sulit untuk percaya
kepada orang lain sehingga sulit untuk membangun hubungan dekat, namun
ketika berada dalam sebuah hubungan partisipan justru berusaha sebaik mungkin
untuk menjaga hubungan mereka. Hal ini dikarenakan partisipan mencari sosok
temannya. Durasi dari gejala yang mereka rasakan lebih dari 1 bulan karena masih
pada seluruh partisipan (P1, P2, P3) adalah merasa terlepas dari keluarga karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
keluarga justru yang menjadi pelaku dari kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan berikut :
P1 : Lepas dari orang tua aja karena aku gak ngerasa juga diperlakukan
seperti anak aku hidup di rumah rasa ngekost. Berapa lama ngerasain gejala
ini? sampai detik ini (baris 257-258)
P2 : Keluarga iya, teman enggak sih soalnya kan aku gak ada masalah ama
teman paling aku menghindar karena males, tapi kalo keluarga kan emang
aku menderita Berapa lama ngerasain gejala ini? dari hmm kayaknya dari
awal dah gini ampe saat ini (baris 149-150)
P3 : iyaa aku gak anggep mereka keluarga, karena selama ini aku dilahirin
bukan sebagai anak individu dong, aku cuma lahir sebagai mesin pencetak
uang yang kalian besarkan, kasarnmya sapi lah udah besar kualitas
dagingnya bagus dipotong bisa buat makan mereka dan bisa isi perut mereka
kayak gitu. Berapa lama ngerasain gejala ini? dah dari dulu ni ampe gini
gede (baris 70-76)
Seluruh partisipan P1, P2, P3 merasa terlepas dari keluarganya sendiri
karena kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan oleh orang tua mereka.
adalah lebih dari 1 bulan karena masih dirasakan hingga saat ini.
Selain merasa terlepas dari keluarga tanda dari negative ateractions in mood
and cognition yang muncul pada seluruh partisipan (P1, P2, P3) adalah merasa
putus asa tentang masa depan mereka. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut
P1 : Pernah tapi ini biasanya muncul kalo aku lagi galau kak, kalau udah
galau aku gak ngrasa punya siapa-siapa atau kalau aku gagal melakukan
sesuatu sesuai ekspektasiku, aku pasti langsung ngerasa aku gak guna gabisa
apa-apa dan masa depan suram (259-260)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
P2 : Pernah pas aku masih dapat kekerasan terutama kalau sekarang cuman
ketika aku diungkit lagi emosinya sama orang tua. kalo udah dibikin kayak
gitu, udah gabisa mikir masa depan maunya mati (baris 150-152)
P3 : Iyalah kamu pikir aja punya orang tua kayak gitu, bisa jadi panutan
kagak, gimana coba masa depanku, ini aja kalo misalnya aku kerja dan gak
dapet pasti aku ngerasa masa depanku gak ada (baris 80-81)
Partisipan P1, P2, P3 pernah merasa putus asa tentang masa depan mereka
namun saat ini gejala ini hanya muncul ketika partisipan sedang merasa tidak
Masalah memori
P1 : Sama sekali enggak, aku inget tiap detail yang aku alamin makanya
dendam (baris 262)
P2 : Enggak deh kayaknya aman aja (baris 154)
P3 : Ini namanya bukan susah mengingat tapi susah melupakan kalo bisa
lupa bakal kulupain (bari 83)
Seluruh parisipan P1, P2, P3 tidak mengalami masalah dalam memori,
mereka masih bisa mengingat detail peristiwa kekerasan yang mereka alami yang
justru sangat sulit untuk mereka lupakan. Partisipan tidak kesulitan dalam
mengingat jutru partisipan sulit untuk melupakan peristiwa yang membekas dalam
pikiran mereka.
Selain sulit untuk melupakan peristiwa kekerasan yang dialami, tanda lain
yang muncul adalah kehilangan minat pada kegiatan yang pernah diminati dulu,
namun tanda ini hanya muncul pada partisipan P1. Sedangkan partisipan P3 justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tidak mengetahui minatnya karena hanya mengikuti perkataan orang tuanya. Hal
P1 : Hobbyku gambar tapi aku suka banget yang berhubungan ama dokter
dokteran cita citaku itu kak, cuman aku dah gak minat karena kata bapakku
ngapain sekolah mahal-mahal kan aku bodoh. Kalau gambar aku udah gak
mau gambar karena semua gambarku waktu Sd dirobek katanya gak guna
banget menggambar. Aku dah gapernah lagi gambar sampai sekarang. (baris
191-196)
P2 : Hmm.. aku suka masak kak, tapi aku masih masak kok sampai sekarang.
Kalau kehilangan minat sih kayaknya enggak kak (baris 100-101)
P3 : iyasih karena aku harus melakukan sesuatu sesuai perintah mereka jadi
bahkan aku gak tau minat ku kemana karena aku sapi perah (baris 355)
Partisipan P1 merasa kehilangan minatnya dalam menggambar padahal
waktu kecil partisipan memiliki hobi menggambar, namun dilarang oleh orang
mengetahui hal yang diminati karena P3 merasa hanya mengikuti hal yang
negative ateractions in mood and cognition yaitu pikiran negatif tentang orang
lain, diri sendiri, lingkungan bahkan dunia. Partisipan P1, P2, P3 juga mengalami
gejala putus asa tentang masa depan, biasanya gejala ini muncul ketika partisipan
berada dalam suasana hati yang buruk atau ketika teringat akan peristiwa
kekerasan yang mereka alami. Selain itu, partisipan P1, P2, P3 juga merasakan
gejala terlepas dari keluarga khususnya orang tua namun tidak merasa terlepas
dari teman. Partisipan P1, P2, P3 tidak mengalami masalah dalam memori atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mengingat aspek penting dari peristiwa kekerasan yang mereka alami, justru
dekat karena tidak ingin kehilangan sosok keluarga lagi yang mereka dapatkan
selama ini P3 hanya diperbolehkan mengikuti sesuai perintah dan keinginan orang
tuanya tanpa mengetahui minatnya terhadap suatu hal. Durasi pada setiap gejala
Arrousal
kesadaran berlebihan akan suatu hal. Dalam penelitian ini gejala dari arrousal
yang muncul pada seluruh partisipan (P1, P2, P3) adalah sensitivitas meningkat
sehingga partisipan mudah kaget, mudah marah dan merasa ketakutan. Hal ini
P1 : Iya aku sensitif, sebenernya aku tahan tahan marahku tapi sekali aku
marah habis kak, aku bener-bener berlebihan dan biasanya karena aku dikasi
nada tinggi. Kalau terkejut iya banget, aku denger suara pecahan piring aku
langsung meringkuk sampe jongkok kak, sumpah.. Berapa lama ngerasain
itu? Dari dia mulai doyan pecahin piring di rumah, sampai sekarang and I
think it’s getting worse karena aku gak ngerasa membaik malah aku jadi
makin sensitif (baris 236-243)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kasar akibatnya mereka sampai merasa terganggu dalam aktivitas. Salah satu
partisipan (P2) merasakan gejala fisik seperti gemetar, detak jantung yang
berdetak cepat, mual, hingga muntah apabila sedang sensitif. Partisipan P3 juga
Durasi gejala mulai dirasakan setelah mendapatkan kekerasan fisik dan verbal
hingga saat ini, bahkan gejala ini diarasakan semakin parah oleh partisipan P1.
Tanda – tanda lain dari arrousal yang muncul adalah perilaku agresif yang
Perilaku agresif
P3 : pernah waktu dulu, makanya aku di rumah semua senjata tajam apapun
yang bisa berpotensi menciderai orang diilangin kayak kabel , kabel
telanjang itu udah dah hilang, tv gak boleh hidup, sendok, garpu , pisau itu
aku ga dikasi ke dapur sama sekali, pokokmya aku disuruh main hp main hp,
apa kek yang kamu mau mainin nonton bokep lah dikasi aku sama pacar
jadinya kecanduan ama film bokep. (baris 177-187)
Perilaku agresif yang dialami partisipan cenderung membahayakan orang
pornografi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tanda – tanda lain dari arrousal yang muncul pada seluruh partisipan P1,
Kesulitan tidur
P1 : Iya, kayaknya dulu parah banget kak, tapi sekarang kadang ya kalau lagi
galau emang jantung bawaannya kenceng, jadi emang kalau mau tidur harus
cari celah ngantuknya kecuali kecapean nangis terus ketiduran (baris 264-
265)
P2 : Gak tiap hari kak karena aku punya cara, aku usahain ketiduran bukan
karena mau tidur tapi gak sengaja ketiduran. Jadi sebisa mungkin aku
kondisinya emang lelap tidurnya. pil lelap udah gak mempan kak karena
pernah kupake buat coba bunuh diri hahaha (tertawa). (baris 121-122)
P3 : Ampe sekarang woy, aku tidurnya jam 3 gitu soalnya gatau malem itu
waktuku buat kepikiran si anjing. Tapi aku biasanya nonton bokep biar aku
rada capek gitu hahaha malu sebenernya cerita kayak gini jangan bilang ke
pur ya? (baris 213-215)
Seluruh partisipan sering mengalami kesulitan untuk tidur namun mereka
tidur masing sering dirasakan hingga saat ini namun tidak dirasakan setiap hari.
Selain kesulitan untuk tidur, seluruh partisipan juga merasa sulit untuk
Sulit berkonsentrasi
P1 : hmm.. bukan kesulitan tapi gak bisa konsentrasi kadang kalau lagi kumat
nih tiba-tiba ngerasa cemas nah udah deh buyar. Seingetku sih.. mulai SD
pas aku dibilang jelek-jelek tu, tiap inget kalimatnya aku gabisa konsentrasi,
tapi ya aku pukul atau tampar pipi biar konsen hahaha (baris 183-184)
P2 : Kalau kayak gini aku lagi duduk atau kerja terus tiba-tiba bengong
kosong gitu sering kak, temenku yang bilang, jadi lagi ngobrol tiba-tiba diem
gitu bengong. Eh tapi kalau udah kayak gitu emang susah konsentrasinya sih
kayak orang idiot gak sih? (baris 156-157)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
P3 : ohh sering sampe sekarang mah kadang bengong tiba tiba ingat sering ,
kalo udah bengong kan gak konsen mulai dah dendam yang baru hari ini gitu
dah aku (baris 320-322)
Seluruh parisipan mengalami tanda dari gejala arrousal yaitu sulit
Tanda – tanda lain dari arrousal yang muncul adalah waspada berlebihan
lingkungan baru dan merasa tidak aman. Partisipan P3 merasa waspada berlebihan
apabila ada telepon dari orang yang tidak dikenal, P3 tidak akan mengangkat
telepon dari sembarang orang. P3 juga merasa waspada ketika ada yang mengetok
pintu kamarnya dan merasa itu adalah polisi yang akan menangkapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tanda – tanda lain dari arrousal yang muncul adalah respon berupa rasa
memiliki cacat fisik yang dimiliki seumur hidup. Partisipan P2 merasa malu
berlebihan dan sampai saat ini malu untuk memasang fotonya di akun media
sosial. Partisipan P3 merasa malu dan takut berlebihan yang diarasakan hingga
tanda dari gejala arrousal. Partisipan P1, P2, P3 memiliki sensitivitas yang
meningkat yang ditandai dengan mudah kaget, mudah marah dan ketakutan, pada
partisipan 3 terdapat perilaku agresi yang terkadang muncul secara tiba-tiba dan
dapat membahayakan orang lain. Partisipan P1, P2, P3 juga mengalami kesulitan
tidur, kesulitan tidur muncul terutama saat partisipan sedang menghadapi masalah
mengantuk dan tertidur akibat kelelahan. Kesulitan tidur masing sering dirasakan
hingga saat ini namun tidak dirasakan setiap hari. Gejala sulit berkonsentrasi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dialami oleh partisipan P1, P2, P3, namun biasanya diawali dengan melamun
secara tiba-tiba meskipun sedang melakukan aktifitas setelah itu mereka akan
oleh partisipan P1, P2. Pada partisipan P3 gejala yang muncul adalah waspada
terhadap telepon dari orang yang tidak dikenal dan waspada berlebihan ketika ada
yang mengetok pintu kamarnya. Gejala seperti respon malu yang luar biasa
dialami oleh partisipan P1, P2, P3, pada partisipan P1 ia merasa malu yang luar
biasa diakibatkan oleh cacat yang dialami akibat kekerasan fisik yang dilakukan
oleh orang tuanya. Partisipan P2 merasa malu berlebihan dan sampai saat ini malu
untuk memasang fotonya di akun media sosial. Pada partisipan P3 mengalami rasa
malu diakibatkan oleh rasa tidak percaya diri yang besar. Durasi dari setiap gejala
Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan membahas temuan trauma gejala – gejala
PTSD dan trauma psikologis yang dialami oleh remaja setelah mendapatkan
kekerasan oleh orang tua pada masa kanak – kanak. Peneliti juga akan membahas
mengenai bentuk – bentuk kekerasan oleh orang tua yang dialami oleh remaja
pada masa kanak – kanak secara umum untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Selain itu, peneliti akan membahas mengenai kekuatan dan kelemahan penelitian
81
kekerasan yang diterima oleh partisipan pada masa kanak – kanak yaitu kekerasan
mencubit. Selain itu salah satu partisipan P1 menerima kekerasan fisik hingga
dilakukan untuk melukai fisik anak yang dapat menimbulkan bekas luka ataupun
tidak. Selain itu, partisipan lebih sering menerima kekerasan verbal dengan
penggunaan kata – kata kasar seperti penggunaan kata bodoh, anak tidak berguna,
jelek, serta dibandingkan dengan anak dari keluarga lain. Partisipan P3 juga
mengalami kekerasan verbal berupa ancaman jika tidak menuruti perintah orang
tuanya. Kekerasan fisik dan verbal dialami sejak SD dan berlangsung cukup lama,
terutama kekerasan verbal yang dialami hingga SMP. Pada saat menerima
kekerasan mulai timbul perasaan sedih dan marah yang kemudian menimbulkan
gejala – gejala trauma psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa trauma psikologis
kekerasan dan menimbulkan respon terhadap kejadian berupa rasa takut yang
sangat kuat, rasa tidak berdaya saat mengalami kekerasan (Hatta, 2016). Dalam
penelitian ini rasa takut muncul pada keseluruhan partisipan dengan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
kekerasan yang berbeda. Partisipan P1, P2, cenderung menangis sebagai bentuk
dari rasa takut yang sedang dialami, namun pada partispan P3 ia cenderung diam
dan menahan tangis karena tidak diijinkan untuk menangis dan jika menangis ia
akan menerima kekerasan lagi oleh orang tuanya. Gejala yang kedua yaitu
intrusive symtoms yang ditandai dengan flashback yaitu kilas balik peristiwa
traumatis (Hatta, 2016). Pada penelitian ini gejala intrusive symtoms partisipan
sering mengalami flashback terutama di dalam mimpi dan melamun. Selain itu
partisipan P1, P2, P3 juga mengalami kesulitan untuk berkonsetrasi. Gejala yang
ketiga yaitu avoidance yang juga dirasakan oleh ketiga partisipan. Partisipan P1,
P2, P3 berusaha menghindari benda, perasaan dan hal – hal yang mampu
ini tinggal di sebuah kost yang jauh dari rumah aslinya. Seluruh partisipan
mengalami seluruh gejala dari trauma psikologis, penelitian ini sejalan dengan
penelitian (Wardhani & Lestari, 2006) yang menyatakan bahwa ketika seseorang
mengalami kekerasan baik secara fisik maupun psikologis maka kejadian tersebut
akan menjadi trauma yang mendalam terutama pada anak – anak dan remaja.
tersebut dapat dikatakan memiliki gejala PTSD. Gejala post traumatic stress
Manual of Mental Disorder (DSM-V, 2013) gejala post traumatic stress disorder
83
negative ateractions in mood and cognition, arrousal, dengan durasi pada setiap
atas partisipan P1, P2, P3 mengalami flashback atau kilas balik peristiwa yang
rata-rata diawali dengan teringat akan kejadian traumatis yang muncul oleh
adanya masalah yang sedang dihadapi atau sedang melamun. Partisipan P1, P2,
traumatis yang pernah mereka alami (Hatta, 2016). Gejala intrusive symtoms
mulai dirasakan pada saat menerima kekerasan dan dirasakan hingga saat ini.
traumatis yang dirasakan oleh partisipan P1, P2 dengan durasi yang lebih dari 1
bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wardhani & Lestari,
2006) bahwa partisipan akan mulai menghindari hal – hal yang dapat
mengingatkan kembali pada trauma yang pernah mereka alami. Akan tetapi,
bercerita kepada orang yang dipercaya, sehingga dapat dilihat bahwa mereka tidak
84
sulit mempercayai orang lain untuk mau mendengarkan cerita mereka tanpa
kekerasan namun tidak bisa dilakukan, sedangkan P3 memilih untuk tinggal jauh
panjang karena dirasakan dari awal peristiwa traumatis hingga saat ini.
partisipan yang ditandai dengan pikiran negatif tentang orang lain, diri sendiri,
lingkungan bahkan dunia yang dialami oleh seluruh partisipan. Partisipan merasa
sulit untuk percaya dengan orang lain dan berpikir bahwa orang lain akan menilai
cenderung berpikir negatif tentang diri sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Tentama, 2014) yang menyatakan bahwa remaja yang
kurang percaya diri dan merasa orang lain menilai mereka secara buruk.
merasakan putus asa mengenai masa depannya (Paramitha & Kusristanti, 2018),
pada penelitian ini partisipan P1, P2, P3 juga mengalami gejala putus asa tentang
masa depan, biasanya gejala ini muncul ketika partisipan berada dalam suasana
hati yang buruk atau ketika teringat akan peristiwa kekerasan yang mereka alami.
Selain itu, partisipan P1, P2, P3 juga merasakan gejala terlepas dari keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
khususnya orang tua namun tidak merasa terlepas dari teman-temannya. Hal ini
kurang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wardhani & Lestari, 2006)
yang menyatakan bahwa korban kekerasan akan mengalami gangguan sosial dan
pertemanan mereka.
masalah dalam memori, korban akan mengalami kesulitan dalam mengingat aspek
penting atau detail dari peristiwa traumatis, korban juga akan kesulitan untuk
mempertahankan hubungan dekat (Hatta, 2016). Akan tetapi, dalam penelitian ini
ditemukan bahwa partisipan P1, P2, P3 tidak mengalami masalah dalam memori
atau mengingat aspek penting dari peristiwa kekerasan yang mereka alami, justru
yang pernah dialami. Partisipan P1, P2, P3 juga tidak mengalami masalah dalam
dekat karena tidak ingin kehilangan sosok teman. Hal ini menjadi unik karena
keluarga dengan sosok teman dan seluruh partisipan sangat menjaga hubungan
dekat mereka dengan teman karena teman adalah keluarga bagi mereka. Meskipun
86
mengetahui minatnya terhadap suatu hal. Durasi pada setiap gejala bertahan
sensitivitas yang meningkat, mudah kaget atau ketakutan sangat sering mereka
alami dan justru saat ini gejala ini semakin memburuk, partisipan 2 mudah kaget
jika mendengar suara teriakan, P1 mudah kaget ketika mendengar suara pecahan
piring karena ayahnya sering memecahkan piring saat marah, P3 mudah kaget saat
ada telepon dari orang yang ia tidak kenal karena ibunya sering menggunakan
muntah pada saat ketakutan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Wardhani &
Lestari, 2006) yang mengatakan bahwa ketika remaja yang memiliki pengalaman
trauma kekerasan akan mengalami ketakutan dan serangan panik yang disertai
dengan gejala fisik berpa jantung berdebar, pusing, mual bahkan muntah.
Seluruh partisipan menjadi lebih sensitif dan mudah marah, pada partisipan
3 terdapat perilaku agresi yang terkadang muncul secara tiba-tiba akibat dari
amarah yang sering dipendamnya, P3 pernah mencoba ingin melukai orang tuanya
dengan senjata tajam. Partisipan P1, P2, P3 juga mengalami kesulitan tidur,
kesulitan tidur muncul terutama saat partisipan sedang menghadapi masalah atau
banyak pikiran, pada partisipan 3 kesulitan tidur dialami hampir setiap hari. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anam, Martiningsih, & Ilus,
2016) yang menyatakan bahwa orang yang mengalami gejala PTSD akan diiringi
dengan ciri-ciri sensitivitas yang meningkat, mudah marah, sulit tidur dan sulit
berkosntrasi. Gejala sulit berkonsentrasi juga dialami oleh partisipan P1, P2, P3,
Gejala lainnya dari arrousal adalah waspada berlebihan dan respon berupa
rasa malu yang luar biasa (Hatta, 2016). Dalam penelitian ini gejala waspada
berlebihan dialami oleh partisipan P1, P2, P3. Waspada berlebihan terhadap
lingkungan baru dialami oleh partisipan P1, P2. Pada partisipan P3 gejala yang
muncul adalah waspada jika ada seseorang yang mengetok pintu kamarnya, ia
pembunuhan terhadap orangtuanya. Gejala seperti respon malu yang luar biasa
dialami oleh partisipan P1, P2, P3, pada partisipan P1 ia merasa malu yang luar
biasa diakibatkan oleh cacat yang dialami akibat kekerasan yang dilakukan oleh
ayahya. Partisipan P2 dan P3 mengalami rasa malu diakibatkan oleh rasa tidak
percaya diri yang besar. Respon rasa bersalah yang luar biasa dialami oleh
partisipan P3 yang terjadi apabila ia melakukan kesalahan kecil. Durasi dari setiap
gejala rata-rata dirasakan dari awal mendapatkan kekerasan hingga saat ini bahkan
88
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
kekerasan dan gejala-gejala post traumatic stress disorder yang dialami oleh
remaja yang mendapatkan kekerasan oleh orang tua pada masa kanak-kanak.
1. Bentuk – bentuk kekerasan yang muncul dari penelitian ini terdiri dari
kekerasan verbal dan fisik. Adapun bentuk kekerasan verbal yang muncul
dalam penelitian ini yaitu orang tua mengatakan bodoh, anak tidak
dibandingkan dengan anak lain. Bentuk kekerasan fisik yang muncul dalam
kekerasan pada masa kanak - kanak. Adapun gejala trauma psikologis yang
89
5. Gejala avoidance yang muncul dalam penelitian ini yaitu gejala mengindari
kekerasan.
penelitian ini yaitu pikiran negatif tentang orang lain, diri sendiri,
lingkungan bahkan dunia, merasa sulit untuk percaya dengan orang lain
dan berpikir bahwa orang lain akan menilai mereka dengan buruk, merasa
terlepas dari keluarga khususnya orang tua namun tidak merasa terlepas
dari teman-temannya. Selain itu muncul perasaan putus asa tentang masa
90
suasana hati yang buruk atau ketika teringat akan peristiwa kekerasan yang
mereka alami.
dekat.
8. Gejala arrousal yang muncul dalam penelitian ini yaitu sulit untuk tidur,
hal, sensitivitas yang meningkat menjadi mudah marah, mudah kaget atau
ketakutan yang diiringin dengan gejala fisik seperti kaki gemetar, mual,
muntah yang sangat sering mereka alami dan justru dirasakan semakin
memburuk.
dialami hingga saat ini. Durasi pada setiap gejala dialami lebih dari 1 bulan
Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti kesulitan untuk menggali durasi pasti dari setiap gejala yang
muncul.
– gejala post traumatic stress disorder yang muncul pada remaja yang
pernah mengalami kekerasan oleh orang tua pada masa kanak – kanak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Saran
kaya.
perkembangan remaja, dalam hal ini remaja yang pernah mengalami kekerasan
oleh orang tua pada masa kanak – kanak. Hal ini penting karena terdapat banyak
dampak dari kekerasan yang terjadi di masa kanak – kanak yang dapat
92
Diharapkan setelah membaca penelitian ini, orang tua dapat lebih bijak
dalam memberikan pengasuhan dan didikan pada anak agar tidak melakukan
93
DAFTAR PUSTAKA
Anam, A. K., Martiningsih, W., & Ilus. (2016). Post-traumatic stress dissorder
pada penyitas erupsi gunung Kelud berdasarkan impact of event scale
revised (IES-R) di dukuh Kalibladak kecamatan nglegok kabupaten Blitar.
Jurnal Ners dan Kebidanan, 3 (1), 46-52
https://doi.org/10.26699/jnk.v3i1.ART.p046-052
Anam, C., Solichah, M., & Kushartati, S. (2018). Intervensi psikososial untuk
menurunkan PTSD dan meningkatkan resiliensi warga penyitas bencana
tanah longsor di Banjarnegara. Jurnal Psikoislamedia, 3 (1), 1-72.
Creswell, J. 2015. Penelitian kualitatif dan desain riset memilihi di antara lima
pendekatan. Pustaka pelajar
Dewanti, A., & Suprapti, V. (2014). Resiliensi remaja putri terhadap problematika
pasca orang tua bercerai. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan,
3 (3), 69-90.
Fatimah, S. N. (2012). Dinamika konsep diri pada orang dewasa korban child
abuse. Jurnal Fakultas Psikologi, 1 (2), 1-18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Fijrina, D. (2012). Resiliensi pada remaja putri yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan akibat kekerasan seksual. Jurnal Penelitian dan Pengukuran
Psikologi, 1 (1), 1-18. https://doi.org/10.21009/JPPP.011.08
KBBI. (2019). Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). kamus besar bahasa
Indonesia online: https://kbbi.web.id/kekerasan
KPAI. (2014, juni 25). Perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan
perkosaan dalam pemberitaan media massa. KPAI.
https://www.kpai.go.id/berita/artikel/perlindungan-hukum-terhadap-anak-
korban-kejahatan-perkosaan-dalam-pemberitaan-media-massa
95
Nawangsih, E. (2014). Play therapy untuk anak-anak korban bencana alam yang
mengalami trauma (Post traumatic stres disorder/PTSD). Jurnal Ilmiah
Psikologi, 3 (1). 164-178. https://doi.org/10.15575/psy.v1i2.475
Romi. (2015, 14 Juni). KPAI: Pelaku kekerasan terhadap anak tiap tahun
meningkat. Harian terbit.
http://www.harianterbit.com/hanterhumaniora/read/2015/06/14/32143/86/
40/KPAI-Pelaku-Kekerasan-Terhadap-Anak-Tiap-Tahun-Meningkat
96
Sisca, H., & Moningka, C. (2008). Resiliensi perempuan dewasa muda yang
pernah mengalami kekerasan seksual di masa kanak-kanak. Jurnal
Psikologi, 2 (1), 61-69.
Solichah, M. (2013). Assesment post traumatic stres disorder (PTSD) pada korban
perempuan korban perkosaan. Jurnal Humanitas, 10 (1), 88-102.
https://doi.org/10.26555/humanitas.v10i1.331
Sunardi. (2007). Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
dalam perspekstif konseling. Jurnal GSPT. 1 (1), 1-17.
Tentama, F. (2014). Dukungan sosial dan post traumatic stress disorder pada
remaja korban penyitas gunung Merapi. Jurnal Psikologi Undip, 13 (2),
133-138. https://doi.org/10.14710/jpu.13.2.133-138
Wahyuni, H. (2016). Faktor resiko gangguan stress pasca trauma pada anak
korban pelecehan seksual. Jurnal ilmiah kependidikan, 10 (1), 1-13,
https://doi.org/10.30595/jkp.v10i1.1076
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97