Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional


2020 Jil. 8, No. 1, hlm. 18-25.
ISSN(e): 2310-3868
ISSN (hal): 2311-6897
DOI: 10.18488/journal.61.2020.81.18.25 © 2020
Conscientia Beam. Seluruh hak cipta.

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA SLTP MATA PELAJARAN UNTUK


MENINGKATKAN ALASAN MATEMATIKA

Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Semarang, Indonesia.


Rasim1 1,2,3

Dina Prasetyowati2
Kartina3

(+ Penulis yang sesuai)


ABSTRAK

Sejarah Artikel Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran Matematika berupa video pembelajaran dalam rangka
Diterima: 19 September 2019 meningkatkan kemampuan penalaran mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika. Penelitian ini menggunakan model
Revisi: 25 Oktober 2019
Diterima: 2 Desember 2019 pengembangan untuk mengkonstruksi produk berupa video pembelajaran dengan topik seperti Luas Permukaan dari Kubus, Kubus,
Diterbitkan: 8 Januari 2020 Prisma dan Piramida. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan model pengembangan ADDIE, Analisis, Desain, Pengembangan,

Implementasi dan Evaluasi, Dalam penelitian ini; langkah-langkah yang dilakukan hanya sampai pada tahap Development. Berdasarkan
Kata kunci
validasi ahli media, persentase kelayakan media pembelajaran yang diperoleh adalah 95,15%. Setelah diubah menjadi tabel konversi skala
Perkembangan
video pembelajaran persentase tingkat ketercapaian 95,15% berada pada kriteria sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa video pembelajaran pada materi
penalaran matematis luas permukaan balok, Kubus, Prisma dan Piramida layak untuk diterapkan dalam pembelajaran. Kemudian divalidasi oleh ahli materi dan
Mata pelajaran matematika SMP
ADDIE berdasarkan validasi ahli, ditinjau dari aspek media, aspek substansi materi, dan aspek desain pembelajaran dengan skor 90,86%. Setelah
Berbentuk kubus dikonversikan ke dalam tabel konversi skala persentase tingkat pencapaian 90,86% kembali berada pada kriteria sangat baik. Sehingga
Piramida.
dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran luas permukaan materi Kubus, Kubus, Prisma dan Piramida layak untuk diterapkan dalam

penelitian dengan melakukan perbaikan urutan penyampaian materi. Setelah dikonversikan ke dalam tabel konversi skala persentase

tingkat pencapaian 90,86% kembali berada pada kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran luas

permukaan materi Kubus, Kubus, Prisma dan Piramida layak untuk diterapkan dalam penelitian dengan melakukan perbaikan urutan

penyampaian materi. Setelah dikonversikan ke dalam tabel konversi skala persentase tingkat pencapaian 90,86% kembali berada pada

kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran luas permukaan materi Kubus, Kubus, Prisma dan Piramida

layak untuk diterapkan dalam penelitian dengan melakukan perbaikan urutan penyampaian materi.

Kontribusi/Keaslian: Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap literatur yang ada terkait dengan pengembangan media
pembelajaran berupa video pembelajaran sebagai media pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan penalaran

mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang.

1. PERKENALAN
Matematika di Perguruan Tinggi berperan dalam melatih mahasiswa untuk berpikir logis, kritis, dan praktis, serta
berjiwa positif dan kreatif. (Suherman, 2001). Kompetensi ini diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan untuk
mengelola, memperoleh, dan menggunakan informasi untuk bertahan hidup dalam situasi yang selalu berubah, tidak pasti,
dan kompetitif.
Menurut NCTM (2000) Ada lima kemampuan yang harus dimiliki sarjana/siswa dalam mempelajari Matematika,
yaitu: pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi. NCTM (2000)juga menyatakan bahwa
kompetensi tersebut harus dikembangkan pada siswa di semua tingkatan. Secara historis, telah diamati bahwa
kemampuan seperti itu diabaikan saat mengajar matematika di tingkat sekolah menengah. Misalnya, tidak ada bukti
formal pengajaran teorema di kelas geometri. Demikian pula, penalaran sering dikesampingkan karena dosen

18
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.
Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional, 2020, 8 (1): 18-25

atau guru selalu berjuang dan tetap asyik mempersiapkan siswa/mahasiswa untuk menghadapi situasi yang menantang dengan

menekankan perlunya kompetensi prosedural dan kecepatan.

Laporan dari Trends in the International Mathematics and Science Study (TIMSS) (Sumarno, 2015) pada tahun
2015, ditemukan siswa Indonesia berada di peringkat ke-45 dari 50 negara. Rendahnya kemampuan siswa Indonesia
dalam matematika juga tercermin dalam laporan Program for International Student Assessment (PISA)(Rasiman, 2016)
yang mempublikasikan hasil survei prestasi belajar matematika siswa sekolah di 65 negara, dan Indonesia menempati
peringkat 335.
Rendahnya kemampuan penalaran matematis guru prajabatan terlihat dari hasil observasi yang
dilakukan di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang. Guru prajabatan
tampaknya belum mampu mengungkapkan argumentasi untuk pemecahan masalah ketika dosen
bertanya langsung tentang suatu masalah. Dalam salah satu wawancara, seorang guru prajabatan
mengaku: “Saya dapat memahami pertanyaan yang diberikan oleh dosen di kelas dan saya selesai
menggunakan konsep-konsep dalam Matematika tetapi saya kesulitan menjelaskan ketika ditanya
argumen yang mendasari dalam menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. dan
menyimpulkan jawaban atas pertanyaan". Saat mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh dosen,
para guru prajabatan juga kesulitan untuk menentukan langkah-langkah penyelesaian suatu masalah.

Video Pembelajaran Matematika merupakan salah satu media yang dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi guru
prajabatan karena video tersebut dapat membantu mereka untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari.
Namun, video pembelajaran yang beredar masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu dari segi tampilan atau kegunaannya
karena gagal mengkonstruksi penalaran matematis siswa. Guru prajabatan belum terbiasa mengkonstruksi konsep
matematika secara mandiri; Oleh karena itu, beberapa siswa mungkin hanya menghafal materi matematika tetapi tidak dapat
mengetahui keterkaitan antar konsep dan kurang mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mengembangkan video pembelajaran matematika untuk meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa. Dengan penggunaan Video Pembelajaran ini diharapkan siswa dapat
mengkonstruksi argumentasi atau pembuktian dan dapat menjadi salah satu alternatif penyampaian materi pembelajaran
matematika guna meningkatkan hasil belajar siswa. Video Pembelajaran berjudul “Matematika SMP” ini memuat komponen
pembelajaran yang merangsang kemampuan penalaran matematis.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penalaran Matematika
Penalaran Matematika merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika, namun

pada kenyataannya kemampuan tersebut sering diabaikan. Penalaran matematis diperlukan dalam menarik kesimpulan dalam argumen dan

mengembangkan cara berpikir tertentu pada siswa. Ini membantu mereka untuk memahami hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan

karakteristik atau hukum tertentu yang diakui kebenarannya, dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang harus diakhiri dengan

suatu kesimpulan.

Soal matematis dapat dibuat secara bertahap yang meliputi eksplorasi dan mengingat: fakta, prinsip, dan konsep, latihan
latihan dan keterampilan, pemecahan masalah, dan penyelidikan. Salah satu hal yang juga perlu diperhatikan dalam upaya
mempersiapkan guru prajabatan yang berkualitas adalah memperhatikan hardskill dan softskill. Kecerdasan intrapersonal
dan interpersonal individu dipengaruhi oleh kebiasaan dan perilaku selama mereka bertindak seperti individu dan mengejar
pendidikan guru prajabatan.
Sumarno (2015) menunjukkan bahwa indikator siswa yang telah menguasai kemampuan penalaran matematis
dibuktikan dengan (1) Menarik kesimpulan yang logis; (2) memberikan penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, ciri,
hubungan yang ada; (3) Memperkirakan jawaban dan solusi proses; (4) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis,
membuat analogi, menggeneralisasi, dan menyusun serta menguji dugaan; (5) Menyerahkan contoh kepada lawan; (6)

19
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.
Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional, 2020, 8 (1): 18-25

Menyampaikan aturan inferensi, memeriksa keabsahan argumen, dan membuat argumen yang valid; (7) menyusun bukti langsung,

bukti tidak langsung, dan pembuktian dengan induksi matematika.

Selain itu, peraturan teknis Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan
Nasional Indonesia mewajibkan siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis harus memiliki kemampuan
untuk mengajukan kecurigaan, memanipulasi matematika, menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan
atau bukti. kebenaran solusi, menarik kesimpulan dari pernyataan, memeriksa validitas argumen dan menemukan
pola atau karakteristik gejala matematika untuk membuat generalisasi.

2.2. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Rasman (2016) mempelajari Pengembangan Video Pembelajaran Siswa Kelas VIII SMP Berbasis Kurikulum K-13
dan menemukan bahwa hasil validasi ahli materi mendapatkan nilai rata-rata 85,93% dan media mendapat nilai rata-
rata 91,82% yang artinya termasuk dalam kategori Sangat Baik. Dari hasil validasi ahli, disimpulkan bahwa video
pembelajaran pada materi kongruensi layak digunakan dalam pembelajaran. Hasil setelah menggunakan media video
pembelajaran sangat signifikan sehingga media ini membantu siswa mencapai nilai Ketuntasan Belajar sebesar 7,5
untuk seluruh 37 siswa di SMP Negeri Kota Semarang.Prasetyowati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengembangan Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Matematis Guru dan Guru Prajabatan
Matematika menggunakan metode Didactical Design Research (DDR) dan menghasilkan instrumen penilaian untuk
guru prajabatan pada mata kuliah microteaching dimana setiap pembelajaran dipandu oleh komunikasi matematis
keterampilan dengan tujuan untuk mengajarkan mata pelajaran matematika.
Bozkus (2018) meneliti Menganalisis Pemahaman Penalaran Guru Matematika SMP. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan desain fenomenologis, yang merupakan salah satu metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan
dengan total 16 guru matematika SMA yang bertugas di sekolah umum yang berbeda pada tahun ajaran 2016-2017.
Penelitian ini menggunakan instrumen wawancara yang terdiri dari empat pertanyaan terbuka untuk mengetahui
pemahaman teoritis dan praktis guru tentang penalaran matematis. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk
analisis data. Akibatnya, dipahami bahwa sebagian besar guru matematika sekolah menengah tidak memiliki pengetahuan
dan pandangan yang komprehensif dan memadai tentang penalaran matematis ketika mereka menganalisis bagaimana
mendefinisikan, mencontohkan, dan mendukung penalaran matematis. Karena ternyata penalaran matematis berarti hanya
membuat penjelasan, membenarkan dan menghasilkan solusi yang berbeda terhadap suatu masalah menurut mereka.
Penting bagi guru untuk memperluas pandangan mereka tentang penalaran matematis untuk mendukung penalaran siswa
mereka dengan baik.
Akhirnya, Kurucova (2018) mengkaji Penerapan Metode E-learning dan Efisiensinya dalam Proses Pengajaran Bahasa
Inggris untuk Keperluan Tertentu, khususnya di bidang-bidang seperti media dan jurnalisme. Itu agak fenomena baru di
Eropa Tengah. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan pada efisiensi e-learning dan blended-learning.
Studi ini bekerja dengan tiga kelompok siswa dengan berbagai mode pendidikan online yang digunakan di setiap kelompok.
Kelompok pertama (18 siswa) dididik melalui e-learning murni, kelompok kedua (20 siswa) diajar melalui metode tatap muka
klasik, dan kelompok ketiga (18 siswa) melalui pendekatan blended-learning. Mode pendidikan online termasuk webinar
interaktif dengan penutur asli yang memberikan umpan balik langsung pada tugas siswa. Di program studi media/jurnalistik,
mode blended-learning tampaknya menjadi yang paling efisien. Dengan membandingkan hasil pre-test dengan post-tests,
dimungkinkan untuk menentukan kemampuan bahasa yang meningkat pada tiga kelompok tes, yang meliputi membaca,
berbicara, mendengarkan dan kosa kata yang meningkat secara signifikan pada kelompok blended-learning.

2.3. Media Pembelajaran

Media awalnya berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti
“Perantara” atau “Pengantar”. Merupakan perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.

20
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.
Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional, 2020, 8 (1): 18-25

Dalam proses belajar mengajar di kelas, media berarti sebagai alat yang berfungsi untuk menyalurkan pengetahuan dari guru kepada

siswa. Kelancaran penerapan model pembelajaran sedikit banyak ditentukan oleh media pembelajaran yang digunakan. Penggunaan

media pembelajaran dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif juga merupakan ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesis.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, semua bentuk media baik audio, visual, media proyeksi diam maupun media proyeksi

gerak, dapat digunakan secara bersamaan melalui satu alat yang disebut Multi Media. Sebagai contoh, saat ini aplikasi komputer tidak

hanya merupakan media gerak yang diproyeksikan, tetapi merupakan campuran dari semua jenis media yang bersifat interaktif.

Kriteria utama dalam pemilihan media adalah media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin

dicapai. Jika tujuan pembelajaran adalah motorik, media film dan video dapat digunakan. Selain itu, ada kriteria lain yang saling

melengkapi, seperti biaya, kelayakan, keadaan siswa, ketersediaan sumber daya dan kualitas teknis.(Sadiman, 2008). Karena media

pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektifitas pembelajaran, maka dipilih media

pembelajaran ini berupa video edukasi.

Menggunakan materi audio visual di dalam kelas bukanlah sesuatu yang baru. Film strip pertama kali dipelajari selama
Perang Dunia II sebagai alat pelatihan untuk tentara. Sejak saat itu pendidik telah mengakui kekuatan bahan audio-visual
untuk menarik perhatian peserta didik, untuk meningkatkan motivasi mereka dan meningkatkan pengalaman belajar mereka.
(Krusi, 2017).

2.4. Mata Pelajaran Matematika SMP


Mata Pelajaran Matematika SMP merupakan mata pelajaran wajib bagi mahasiswa Program Studi S1
Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang. Mata kuliah ini terdiri dari mata kuliah Matematika SMP
terdiri dari bilangan bulat, bilangan rasional, bentuk Aljabar, aritmatika sosial, perbandingan, persamaan dan
pertidaksamaan dua variabel, himpunan, hubungan dan fungsi, string dan baris, garis dan sudut, Segitiga,
teorema Pythagoras , Segiempat, Lingkaran, Bangunan datar kongruen, Bangun ruang dan elemennya,
peluang dan statistiknya.

2.5. Pengembangan Video Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika SMP untuk Meningkatkan Penalaran Matematis

Teori Gardner menunjukkan bagaimana menyampaikan materi pelajaran untuk mempengaruhi kemampuan belajar individu, dan

bagaimana dosen atau guru perlu mengimplementasikannya. Kecerdasan diperhitungkan ketika merencanakan pembelajaran mata pelajaran

ini. Keterampilan komunikasi juga dinyatakan sebagai kemampuan menganalisis dan mengevaluasi informasi. Pemikir kritis mengajukan

pertanyaan dan masalah penting, merumuskannya dengan jelas, mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide

abstrak, berpikiran terbuka, dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.Duron (2006) menyatakan bahwa kemampuan penalaran

dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran dan pengajaran virtual di dalam kelas. Pembelajaran virtual disebut sebagai penggunaan video

pembelajaran.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan model pengembangan untuk melakukan penelitian. Model tersebut merupakan
pengembangan media pembelajaran matematika berupa video pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika SMP. Video
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah video pembelajaran dengan topik mata pelajaran seperti Luas Permukaan Kubus,
Kubus, Prisma dan Piramida. Penelitian ini menggunakan Model Pengembangan ADDIE, yaitu Analisis, Desain,
Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi. Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dibatasi hanya sampai pada tahap
pengembangan. Analisis data digunakan untuk menganalisis hasil yang diperoleh dalam penelitian. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data validasi ahli. Hasil analisis nilai rata-rata validator pada video
pembelajaran digunakan sebagai bahan masukan untuk merevisi video pembelajaran.

21
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.
Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional, 2020, 8 (1): 18-25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan prosedur perancangan sistem pembelajaran yang menggunakan Model Pengembangan ADDIE Dick and Carey, 3

tahap pertama Analisis, Desain dan Pengembangan, baru dilakukan pada tahun pertama.

Tahap analisis terdiri dari dua tahap, yaitu Analisis Kinerja dan Analisis Kebutuhan. Pada tahap Performance
Analysis, peneliti melakukan klarifikasi kepada dosen apakah permasalahan kinerja dosen memerlukan solusi
berupa pengembangan media pembelajaran atau perbaikan media pembelajaran berupa video. Penelitian ini
dilakukan pada siswa semester dua SMP pada mata pelajaran Matematika mereka. Dari hasil wawancara
dengan dosen yang diperoleh selama proses perkuliahan Matematika SMP terungkap bahwa dosen dan
mahasiswa menggunakan buku guru dan buku siswa yang dikeluarkan dari Kementerian Pendidikan dan dari
Guru Mata Pelajaran Musyawarah Semarang.
Pada tahap Analisis Kebutuhan, peneliti menentukan kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk belajar dan
meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Peneliti mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran pada mata
pelajaran matematika SMP. Mata Pelajaran Matematika SMP merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa
Program Studi Pendidikan S1 Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang. Materi pelajaran mata kuliah
ini berisi materi Matematika SMP dan pengenalan tentang cara mengajarkannya.
Pada Tahap Perancangan, dihasilkan media pembelajaran matematika berupa video pembelajaran dengan topik-topik
seperti Luas Permukaan Kubus, Kubus, Prisma dan Piramida yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut
adalah halaman depan, halaman apersepsi, halaman materi, halaman contoh masalah, dan halaman penutup. Produk yang
telah dibuat pada tahap desain kemudian direview oleh ahli media dan ahli materi (Expert Judgment). Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan penilaian apakah media ini layak atau lebih untuk diuji di lapangan baik dari segi tampilan maupun bahannya.

Berikut adalah tabel perolehan dari validasi ahli materi.

Tabel 1. Ahli validasi materi.


Tidak Aspek penilaian Mengharapkan Pakar Presentasi (%) Rata-rata
skor 1 2 3 1 2 3 presentasi (%)
1 Media 20 18 16 19 90.00 80.00 95.00 83,33
2 Substansi bahan 45 41 39 42 91.11 86,67 93,33 90.37
3 Desain instruksional 70 63 64 66 90.00 91.43 94.29 91.90
Sumber: Tabel diperoleh dari hasil penelitian.

Hasil penilaian ahli materi yaitu dua dosen dan satu guru menempatkan diri dalam kriteria sangat baik
karena statistik mengungkapkan aspek media yang divalidasi diberikan 88,33%, aspek substansi materi 90,37%,
dan aspek desain pembelajaran 91,90% sehingga setiap aspek dinyatakan layak dengan perbaikan berupa
urutan pengiriman material (dalam Tabel 1).

Gambar 1. Diagram batang dari hasil validasi ahli materi.

22
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.
Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional, 2020, 8 (1): 18-25

Berikut ini adalah Meja 2 menunjukkan keuntungan dari validasi ahli media.

Meja 2. Ahli validasi media.


Tidak Aspek dari Mengharapkan Pakar Presentasi (%) Presentasi rata-rata
penilaian skor 1 2 3 1 2 3 (%)
1 Media 20 18 16 19 90.00 80.00 95.00 83,33
2 Sedang belajar 40 41 39 42 91.11 86,67 93,33 90.37
presentasi
3 Bahasa 25 63 64 66 90.00 91.43 94.29 91.90
kelayakan
4 grafis 25 23 24 25 92.00 96.00 100.00 96.00
kelayakan
Sumber: Tabel diperoleh dari hasil penelitian.

Hasil di Meja 2 menggambarkan penilaian ahli media yaitu dua dosen dan satu guru menempatkan diri dalam
kriteria sangat baik karena statistik mengungkapkan bahwa aspek media yang divalidasi diberikan 91,67%, aspek
penyajian pembelajaran 95,00%, aspek kelayakan bahasa 97,33%, dan aspek kelayakan 98,00% sehingga setiap aspek
dinyatakan layak untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Gambar 2. Diagram batang dari hasil validasi ahli materi.

Berdasarkan 3 langkah pertama model ADDIE, keunggulan produk dan hasil validasi ahli menunjukkan bahwa
video pembelajaran materi tentang luas permukaan balok, kubus, prisma dan limas layak digunakan untuk
pembelajaran. Hasil penelitian pengembangan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu(Wahyana, 2018)
pada pengembangan video pembelajaran menggunakan proshow pada satuan ukur dan bobot yang digunakan sesuai
dan bahan ajar video pembelajaran berdasarkan angket respon uji lapangan yang dilakukan pada 12 siswa
dikategorikan sangat menarik sehingga bahan ajar video pembelajaran sangat membatu bagi siswa dalam proses
pembelajaran dan layak penggunaan dan siswa sangat tertarik mempelajari bahan ajar video. Riset(Effendi, 2016)
pada pengembangan media pembelajaran berbasis video tutorial pada mata kuliah mekanika tanah, menunjukkan
hasil validasi ahli dalam kategori layak dengan hasil uji coba terbatas diperoleh persentase 86,13% dengan kategori
sangat layak.
Demikian pula, Rahmaibu (2016) mengkaji pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan
menggunakan media Adobe Flash mencapai hasil yang sangat layak dari penilaian ahli materi, sedangkan menurut ahli media
media pembelajaran yang dikembangkan layak. Penelitian lain yang dilakukan olehLetwinsky (2017) mengungkapkan
hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap penggunaan teknologi untuk komunikasi dan efikasi diri pribadi,
namun hanya sedikit yang melaporkan menggunakan teknologi dengan cara ini. Rekomendasi penting dariLetwinsky (2017)
Studi ini untuk menyelidiki mengapa guru yang menunjukkan indikator positif utama untuk integrasi teknologi tidak

23
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.
Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional, 2020, 8 (1): 18-25

memanfaatkan potensi yang disediakan teknologi komunikasi untuk menumbuhkan komunikasi dan literasi
matematika. Krammer (2006) juga telah meneliti efektivitas pembelajaran dengan video kelas.
Evaluasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang proses-proses dalam pelatihan, tentang penerimaan
pelatihan oleh guru dan tentang perubahan pengetahuan profesional dan pola persepsi proses mengajar guru. Aslan
(2015) dalam penelitiannya tentang persepsi teknologi informasi terintegrasi menurut calon guru di universitas di
Turki, merekomendasikan penggunaan teknologi agar dosen menggunakan teknologi ini, tidak hanya bagaimana
menggunakan teknologi, tetapi juga bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengajar dan belajar menjadi
terfokus. Akhirnya,Krammer (2006) dalam rangka program pendidikan guru selama setahun meneliti kondisi dan
efektivitas pembelajaran dengan video kelas. Dalam fase online dan sesi tatap muka (pembelajaran campuran), 20
guru dari dua negara berbeda (Jerman dan Swiss) menganalisis video pelajaran matematika mereka sendiri dan
pelajaran matematika guru lain. Menggunakan instrumen yang berbeda, program pelatihan dievaluasi dari perspektif
ilmiah.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil validasi ahli media dan ahli materi dalam pengembangannya menggunakan model ADDIE yang
terdiri dari lima tahap yaitu Analisis, Perancangan, Pengembangan, Implementasi dan Evaluasi menampilkan video
pembelajaran pada topik seperti Luas Permukaan Kubus, Kubus, Prisma dan Piramida merupakan media
pembelajaran yang cocok sebagai bahan ajar dengan melihat penilaian ahli media sebesar 95,15%, dan ahli materi
sebesar 90,86%.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sangat disarankan untuk meningkatkan proses pengembangan video pembelajaran. Video

pembelajaran pada materi luas permukaan balok, kubus, prisma dan limas merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan

dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dosen perlu mengembangkannya dalam membuat media pembelajaran pada topik lain agar minat dan

kreativitasnya meningkat. dosen dan mahasiswa dapat berkembang secara konsisten.

Pendanaan: Studi ini tidak menerima dukungan keuangan khusus.


Minat Bersaing: Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kepentingan yang bersaing.
Pengakuan: Semua penulis berkontribusi sama pada konsepsi dan desain penelitian.

REFERENSI
Aslan, A., 2015. Persepsi guru pra-jabatan tentang integrasi TIK dalam pendidikan guru di Turki. Online Turki dari
Teknologi Pendidikan, 14(3): 97-110.
Bozkus, F., 2018. Pengetahuan guru matematika SMP tentang penalaran matematis. Jurnal Pendidikan Eropa
Studi, 4(9): 16-33.Tersedia di: 10.5281/zenodo.1287947.
Cruse, E., 2017. Menggunakan video pendidikan di kelas: Teori, penelitian, dan praktik. Tersedia dari https://www.media-
and-learning.eu/resource/using-educational-video-in-the-classroom-theory-research-and-practice.

Duron, R., 2006. Kerangka berpikir kritis untuk setiap disiplin. Jurnal Internasional Pengajaran dan Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Pendidikan, 17(2): 160-166.

Effendi, A., 2016. Pengembangan media pembelajaran berbasis video tutorial pada mata pelajaran mekanika tanah. Jurnal Sipil Indonesia

Pendidikan Teknik, 2(1): 1-9.Tersedia di: https://doi.org/10.20961/ijcee.v3i3.11198.


Krammer, K., 2006. Belajar dengan video kelas: Konsepsi dan hasil pertama dari program pelatihan guru online. ZDM
Pendidikan Matematika, 38(5): 422–443

Kurucova, 2018. Pengaruh mode pendidikan online yang berbeda pada pembelajaran bahasa Inggris siswa studi media.
Jurnal Pendidikan Cogent, 5(1): 1-13.

Letwinsky, KM, 2017. Meneliti hubungan antara efikasi diri, sikap, dan penggunaan guru matematika sekolah menengah atas

teknologi untuk mendukung komunikasi dan literasi matematika. Jurnal Internasional Penelitian dalam Pendidikan dan

Sains, 3(1): 56-66.

24
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.
Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional, 2020, 8 (1): 18-25

NCTM, 2000. Kurikulum dan standar evaluasi untuk Matematika sekolah. Reston, VA: NCTM.
Prasetyowati, DK, 2013. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis humanistik dan konstruktivisme menggunakan SAVI

(Somatic Auditory Visual Intellectual) pendekatan dibantu dengan CD Interaktif. Jurnal AKSIOMA, 5(1): 17-27.

Rahmaibu, 2016. Pengembangan media pembelajaran dengan menggunakan adobe flash untuk meningkatkan hasil belajar PKn. UNNES Kreatif

Jurnal, 7(1): 1-10.


Rasiman, 2016. Pengembangan video pembelajaran matematika SMP berbasis kurikulum K-13. pendidikan
Media Penelitian, 10(2): 2.

Sadiman, 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. (Media Pendidikan: Pengertian, Perkembangan dan

Pemanfaatan). Jakarta: Raja GrafisindoPusaka.

Suherman, E., 2001. Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Sumarno, UM, 2015. Meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa SMP melalui
pembelajaran berbasis masalah. (Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah). STKIP Siliwangi e-Journal, 2(1): 40-51.
Wahyana, R., 2018. Pengembangan video pembelajaran menggunakan proshow pada materi satuan ukuran dan berat. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Matematika UIN Raden Intan.

Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pandangan dan pendapat penulis, Jurnal Pendidikan dan Praktik Internasional tidak bertanggung jawab atau bertanggung jawab
atas kehilangan, kerusakan, atau kewajiban dll. yang disebabkan sehubungan dengan/timbul dari penggunaan dari konten.

25
© 2020 Sinar Mas. Seluruh hak cipta.

Anda mungkin juga menyukai