Anda di halaman 1dari 9

EFEK TERATOGENIK FORMALIN TERHADAP PERKEMBANGAN FETUS MENCIT

(Mus musculus) SWISS WEBSTER

Yuli Bahriah
Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKES Mitra Adiguna Palembang

ABSTRACT
Formalin was a chemical substance usually added to food production process for preservative. The
use of formalin could have a negative impact on health.This thesis aims at knowing teratogenic effect
of formalin on the development of fetus mice (Mus musculus) Swiss Webster, that covers the number
of life fetus,death fetus and resorption fetus, fetus weight, and also morphology of fetus mice. This
thesis was an experimental research with Rancangan Acak Lengkap (RAL) carried out from April to
may 2012 at Laboraturium FKIP Biologi Universitas Sriwijaya Palembang. Treatment group was
given formalin in a gavage way, while control group is given distilled water. The data would be
analyzed using Analysis of Variables (ANOVA). The results showed that giving formalin of about 400
ppm give a significant effect (p>0.05) on the average of life, death, and resorption fetus compared to
another treatment dosage on control group. The decrease of fetus weight occurred on any dosage
given compared to control group. The difference was significant (abouth p>0.01). Giving formalin
has a significant effect (p>0.05) on morphology defect of fetu mice on the dosage given compared to
control group. Based on the results of the research it could be concluded that giving formalin to
pregnant mice during organogenesis period (6- 15 day of pregnancy) gave teratogenic effect on the
development of fetu mice. Giving formalin resulted in the decrease of life fetus, death fetus and embrio
of resorption were found on the dosage of about 400 ppm compared to the dosage given to control
group. The decrease of fetus weight occurred along with the increase of dosage treatment to control
group. The morphology defect of fetus mice found was hemoragi and hematoma of the dosage of 200,
300, and 400 ppm, while the front and rear leg defected and the tail effect accurred on 300 to 400
ppm.
Key words: Experimental study,formalin,organogenesis,fetus mice development

ABSTRAK
Formalin merupakan salah satu bahan yang biasa ditambahkan untuk bahan pengawet dalam proses
produksi makanan. Penggunaan formalin dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek teratogenik formalin terhadap perkembangan fetus mencit (Mus
musculus) Swiss Webster, yang meliputi jumlah fetus hidup, mati dan resorbsi, berat badan fetus serta
morfologi fetus mencit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dilakukan pada bulan April sampai Mei 2012 bertempat di Laboratorium FKIP
Biologi Universitas Sriwijaya Palembang. Kelompok perlakuan diberi formalin secara gavage,
sedangkan kontrol diberi akuades. Data dianalisis dengan uji Analisis of Varians (ANOVA). Hasil
penelitian setelah di uji Anova menunjukkan bahwa pemberian formalin pada dosis 400 ppm
memberikan pengaruh yang signifikan (p<0,05) terhadap rerata jumlah fetus hidup, mati dan resorbsi
dibandingkan dosis perlakuan lain dan kontrol. Penurunan berat badan fetus terjadi pada semua dosis
perlakuan formalin dibandingkan kontrol, pengaruhnya berbeda sangat signifikan (p<0,01). Pemberian
formalin berpengaruh signifikan (p>0,05) terhadap kelainan/cacat morfologi fetus mencit pada dosis
perlakuan dibandingkan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian formalin
terhadap mencit bunting selama masa organogenesis (6-15 hari kebuntingan) memberikan efek
teratogenik terhadap perkembangan fetus mencit. Kelainan/cacat morfologi pada fetus mencit yang
ditemukan adalah hemoragi dan hematoma pada dosis 200, 300 dan 400 ppm, sedangkan cacat kaki
depan, cacat kaki belakang dan cacat ekor pada 300 dan 400 ppm.

Kata kunci: penelitian eksperimental, efek teratogenik, formalin, organogenesis, perkembangan


fetus mencit

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 1


PENDAHULUAN

Pembangunan manusia yang sehat jika menelan, mual, muntah dan diare,
dan cerdas tidak terlepas dari bahan kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut
makanan yang dikonsumsi. Makanan yang yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan
sehat dengan kandungan gizi yang lengkap darah rendah), kejang tidak sadar hingga koma.
serta aman merupakan syarat mutlak yang Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya
harus dipenuhi pada bahan pangan. kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan
Keamanan pangan ditentukan oleh ada syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang
tidaknya komponen yang berbahaya baik adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-
secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada
Secara fisikawi, keamanan pangan dapat tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa
ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi dari gatal di dada (Harmoni, 2006). Konsumsi
bahan-bahan yang tidak dapat dicerna seperti formalin pada dosis sangat tinggi pada manusia
plastik, logam, merupakan bahan yang dapat dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-
mengganggu pencernaan manusia. Secara kejang), haematuri (kencing darah) dan
kimiawi dapat berasal dari zat-zat kimia haematomesis (muntah darah) yang berakhir
berbahaya yang tidak boleh digunakan sebagai dengan kematian. Injeksi formalin dengan
bahan pangan seperti formalin dan insektisida dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian
serta bahan tambahan makanan (Rinto, dkk., dalam jangka waktu 3 jam (Winarno dan
2009). Rahayu, 1994).
Bahan Tambahan Makanan (BTM) Makanan yang mengandung formalin
merupakan bahan yang tidak dapat lagi dalam kadar serendah apapun akan berdampak
dihindari penggunaannya, terutama bahan berbahaya terhadap kesehatan. Formalin
olahan. BTM ini tidak akan bermasalah masuk ke dalam tubuh secara rutin dan terus
penggunaannya apabila digunakan sesuai menerus akan mengakibatkan penumpukan
ketentuan. Ada dua permasalahan yang pada tubuh. Penumpukan ini antara lain
berkaitan dengan penggunaan BTM yang mengakibatkan nekrosis, penciutan selaput
diizinkan penggunaannya tetapi digunakan lendir, terdapat kelainan pada hati, ginjal,
melebihi dosis yang telah ditetapkan jantung dan otak, serta mengakibatkan
(Zuraidah, 2007). kegiatan sel berhenti. Secara umum dampak
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan penggunaan formalin pada manusia dapat
Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formalin menurunkan derajat kesehatan dan kemampuan
merupakan bahan kimia yang penggunaannya daya tahan tubuh hidup manusia (Bakohumas,
dilarang untuk produk makanan (Nuryasin, 2005).
2006). Formalin adalah nama dagang larutan Penggunaan formalin dalam makanan
Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40%. juga banyak dilakukan di Indonesia. Hasil uji
Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar dari 700 sampel produk makanan yang diambil
formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10%, serta dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung,
dalam bentuk tablet yang beratnya masing- 56% diantaranya mengandung formalin.
masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya Penelitian BPOM DKI (2005) terhadap sampel
digunakan sebagai bahan baku industri lem, bahan makanan seperti tahu, mie basah dan
playwood dan resin; disinfektan untuk ikan asin yang diambil dari pasar tradisional
pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; dan supermarket di Jabotabek menunjukkan
germisida dan fungisida pada tanaman lebih dari 50% sampel tersebut positif
sayuran; serta pembasmi lalat dan serangga mengandung formalin (Buletin Service, 2006).
lainnya. Larutan dari formaldehida sering Bahan pangan impor dari Cina yang masuk ke
dipakai membalsem atau mematikan bakteri Indonesia juga mengandung formalin. BPOM
serta mengawetkan bangkai. telah melakukan uji laboratorium terhadap
International Proggrame on Chemical bahan makanan dari Cina dan dinyatakan
Safety menetapkan bahwa batas toleransi yang positif mengandung formalin, sehingga BPOM
dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg mengeluarkan Public Warning No.
perliter. Bahaya formalin dalam jangka pendek KH.00.01.5.113 tanggal 2 Agustus 2007
(akut) adalah apabila tertelan maka mulut, terhadap 43 produk makanan impor dari Cina.
tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 2


Menurut International Programmeon kadar GSH, kadar MDA dan kerusakan hepar.
Chemical Safety (IPCS) batas konsumsi bahan Widyarti (2009) menyatakan bahwa pada
makanan yang mengandung formalin untuk mencit yang diberi perlakuan formalin 2ml/kg
orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg BB menyababkan hambatan atau penekanan
perhari atau dalam satu hari asupan yang transkripsi mRNA MnSOD pada paru, namun
dibolehkan adalah 0.2 mg dan dalam bentuk air tidak terjadi pada hepar.
minum adalah 0,1 mg per liter. Sedangkan Penelitian mengenai efek formalin
menurut Occupational Safety and Health terhadap perkembangan fetus belum banyak
Administration (OSHA) ambang batas dilakukan. Maka pada penelitian ini dilakukan
formalin secara umum adalah 1–0,1 ml. pengujian efek tetatogenik formalin terhadap
Konsumsi bahan makanan dan minuman yang perkembangan fetus mencit (Mus musculus)
mengandung formalin dalam jangka panjang Swiss Webster.
atau melebihi ambang batas dapat
mengakibatkan kanker, iritasi pada mata dan
saluran pernafasan, kerusakan sistem saraf METODE PENELITIAN
pusat dan kebutaan (Kusumawati, dkk, 2004).
Formalin dalam saluran pencernaan Penelitian ini merupakan penelitian
dapat terurai, diabsorpsi dan terakumulasi eksperimen dengan menggunakan hewan uji
dalam tubuh. Formalin di lambung akan mencit betina bunting. Rancangan penelitian
menjadi asam format, kemudian masuk ke digunakan untuk pengelompokkan dan
sirkulasi vena portal dialirkan melalui pemberian perlakuan terhadap hewan uji
pembuluh darah melalui plasenta menuju adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
embrio. Gangguan terhadap perkembangan Kelompok perlakuan dalam eksperimen ini
embrio dapat mengakibatkan kelainan adalah kelompok mencit yang diberi senyawa
perkembangan fetus dengan cara menghambat formalin secara gavage, sedangkan kelompok
fungsi sel hingga menyebabkan kematian sel kontrol diberikan akuades steril. Dalam
(Takahashi, dkk., 1986). penelitian ini digunakan populasi yang sudah
Berdasarkan beberapa studi pustaka dibuat homogen yaitu mencit betina dengan
formalin telah diteliti dalam beberapa aspek, umur 6 sampai 15 hari kebuntingan dengan
namun dari aspek pengaruh formalin terhadap berat rata–rata 30-40 gram. Mencit diberi
kesehatan reproduksi belum banyak diteliti. makanan dan minuman secara ad libitum.
Tyas, dkk., (2009) melaporkan bahwa efek Dikondisikan pada lingkungan dan perlakuan
pemberian formalin pada mencit peroral yang sama. Sebelum digunakan untuk
dengan dosis 100 mg/kg berat badan selama 2 penelitian mencit diaklimatisasi terlebih dahulu
bulan melalui air minum pada hewan selama satu minggu. Analisis data untuk
percobaan menunjukkan terhambatnya mengetahui adanya pengaruh perlakuan jumlah
pertumbuhan berat badan, produksi urine fetus hidup, mati dan resorbsi, Berat badan
menurun dan terjadinya penipisan pada bagian fetus, Morfologi fetus (hemoragi, hematoma,
lambung. Sedangkan menurut Chanif dkk., kelainan/cacat kaki depan, kaki belakang dan
(2007) tikus putih jantan (Rattus norwegigus) ekor), pada kelompok pembanding maka data
yang diperlakukan dengan yogurt sebagai dianalisis dengan uji Analisis of Varians
detoksikan yang efektif terhadap toksisitas (ANOVA), menggunakan program komputer
formalin yang terpapar dalam makanan tikus SPPS 17.00 untuk melihat perbedaan pengaruh
tanpa suplementasi yogurt dapat menurunkan masing-masing perlakuan. (Walpole dan
Myers, 1995).

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 42 3


HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Rerata jumlah fetus hidup, fetus mati dan embrio resorbsi dari induk yang diberi formalin
secara oral selama masa organogenesis
Dosis Jumlah (Rerata ± SD)
(ppm) Induk Fetus Hidup (ekor) Fetus Mati (ekor) Embrio Resorbsi
(Ekor) (ekor)
0 8 10,88 ± 2,10 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
200 8 10,50 ± 1,60 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
300 8 9,88 ± 1,55 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
400 8 9,50 ± 2,95 1,13 ± 0,64* 1,38 ± 0,74*

Keterangan: Anova * berbeda signifikan (p<0,05)

Tabel 1. memperlihatkan bahwa terjadi 300 ppm dan kontrol. Pemberian formalin pada
penurunan jumlah fetus hidup pada kelompok dosis 400 ppm ditemukan fetus mati dan
perlakuan dibandingkan kontrol, yaitu pada embrio resorbsi. Sedangkan pada kelompok
pemberian formalin dosis 400 ppm jumlah perlakuan formalin dosis 200 ppm, 300 ppm
fetus hidup lebih sedikit dibandingkan dan kontrol tidak ditemukan fetus mati dan
kelompok perlakuan formalin dosis 200 ppm, embrio resorbsi.

B. Pengaruh Pemberian Formalin terhadap Berat Badan Fetus Mencit


Pengaruh pemberian formalin terhadap berat badan fetus mencit dapat dilihat pada Tabel
2. berikut ini
Tabel 2. Rerata berat badan fetus mencit dari induk yang diberi formalin secara oral selama masa
organogenesis
Dosis (ppm) Jumlah Induk Jumlah Fetus Berat badan fetus (gram)
(Ekor) Hidup (ekor) Rerata ± SD
0 8 87 1,35 ± 0,12
200 8 84 1,21 ± 0,11*

300 8 79 1,18 ± 0,17*


400 8 76 0,89 ± 0,16**

Keterangan: Anova * berbeda signifikan (p<0,05), ** berbeda sangat signifikan (p<0,01)

Tabel 2. memperlihatkan bahwa terjadi mengakibatkan rerata berat badan fetus mencit
penurunan rerata berat badan fetus mencit pada menurun. Penurunan rerata berat badan fetus
semua kelompok perlakuan formalin dengan mencit terjadi seiring dengan meningkatnya
berbagai dosis. Peningkatan dosis formalin dosis perlakuan.

C. Pengaruh Pemberian Formalin terhadap Morfologi Fetus Mencit


Pengaruh pemberian formalin terhadap morfologi fetus mencit dapat dilihat pada
Tabel 3. berikut ini.

Tabel 3. Rerata kelainan morfologi fetus mencit dari induk yang diberi formalin secara oral selama
masa organogenesis
Dosis Jumlah Morfologi (Rerata ± SD) 43
(ppm) Fetus Hemoragi Cacat kaki Cacat kaki Cacat ekor

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 4


Hidup Hematoma depan belakang
(Ekor)
0 87 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 ± 0,00 ± 0,00
0,00 0,00
200 84 2,75 ± 1,63 ± 0,00 ± 0,00 ± 0,00 ± 0,00
0,89* 0,52* 0,00 0,00
300 79 4,50 ± 2,13 ± 2,00 ± 1,50 ± 2,00 ±
0,93* 0,64* 0,93* 0,53* 0,76*
400 76 6,00 ± 3,38 ± 2,38 ± 2,25 ± 2,75 ±
2,67** 1,06** 0,74* 0,71* 1,04*
Keterangan: Anova * berbeda signifikan (p<0,05), ** berbeda sangat signifikan (p<0,01)

Tabel 3. memperlihatkan bahwa terjadi fetus yang mengalami kelainan morfologi


peningkatan fetus yang mengalami kelainan meningkat. Peningkatan rerata fetus yang
morfologi pada semua kelompok perlakuan mengalami kelainan morfologi terjadi seiring
formalin dengan berbagai dosis. Peningkatan dengan meningkatnya dosis perlakuan
dosis formalin mengakibatkan rerata jumlah

PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pemberian Formalin terhadap berkurang, hal ini diduga karena formalin
Jumlah Fetus Hidup, Fetus Mati dan dapat bersifat embriotoksik. Formalin
Embrio Resorbsi merupakan bahan beracun dan berbahaya
Penurunan rerata jumlah fetus hidup bagi tubuh. Formalin termasuk dalam
pada kelompok perlakuan formalin 400 karsinogenik golongan IIA (Winarno,
ppm berhubungan dengan calon fetus yang 2004). Pemberian formalin pada induk
akan terbentuk mengalami kematian mencit yang dilakukan pada masa
intrauterin (fetus mati dan embrio resorbsi). organogenesis (6-15 kebuntingan), yaitu
Fetus yang dikategorikan fetus mati apabila masa ketika sel secara intensif menjalani
fetus berkembang penuh dan tidak ada diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi
tanda-tanda autolisis tetapi tidak menyebabkan ketidakmampuan induk
merespon sentuhan. Warna fetus terlihat mencit menetralisir dan mendetoksifikasi
pucat dan tidak bergerak bila disentuh senyawa-senyawa kimia yang masuk ke
(Hutahean, 2002). Menurut Lu, (1995) dalam tubuh. Fetus yang mati maupun
kematian embrio yang mengalami kelainan resorbsi terjadi karena sel-sel yang
perkembangan sangat parah akan mati mengalami kerusakan akibat pengaruh
sebelum lahir. Hal ini terjadi karena paparan oleh formalin tidak dapat
kelainan struktural maupun fungsional yang mengalami recovery, karena
sangat besar, sehingga tidak mampu ketidakmampuan embrio atau fetus untuk
beradaptasi untuk bertahan hidup. mengadakan perbaikan kembali pada sel-
Salah satu penyebab terganggunya selnya yang rusak mempengaruhi tingkat
perkembangan embrio yaitu belum kemampuan fetus untuk bertahan hidup.
sempurnanya fungsi organ-organ yang Kepekaan masing-masing individu dalam
berperan dalam metabolisme dan ekskresi merespon zat asing juga mempengaruhi
pada embrio sehingga menyebabkan zat-zat kemampuan fetus untuk bertahan hidup
kimia bertahan lebih lama dan kadarnya (Lina, 2008).
lebih tinggi (Rugh, 1968). Menurut
Goldstein dkk., (1974) dalam Lina (2008), B.Pengaruh Pemberian Formalin terhadap
zat teratogen dengan dosis tinggi yang Berat Badan Fetus Mencit
diberikan pada awal perkembangan embrio Berat badan fetus merupakan salah
akan menyebabkan kematian yang diikuti satu parameter yang penting untuk diamati
aborsi atau pada rodentia menyebabkan dalam penelitian teratogenik. Menurut
resorbsi. Wilson (1973), penurunan berat badan
Keberadaan fetus mati dan embrio fetus merupakan bentuk teringan dari
resorbsi menyebabkan jumlah fetus hidup

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 5


suatu efek senyawa yang bersifat penelitan ini adalah hemoragi, hematoma,
teratogenik. cacat kaki depan, cacat kaki belakang dan
Efek pemberian formaldehid per oral cacat ekor.
dengan dosis 100 mg/kg bb selama 2 bulan Hemoragi (perdarahan bawah kulit)
melalui air minum pada hewan percobaan yang teramati bervariasi baik besar, jumlah
menunjukkan terhambatnya pertumbuhan maupun letaknya. Perdarahan dijumpai di
berat badan, produksi urin menurun, dan daerah hidung, kaki depan ekor dan kaki
penipisan bagian depan lambung (Tyas, belakang. Menurut Price & Wilson (1984)
dkk,. 2009). Dalam penelitian ini formalin hemoragi adalah keluarnya darah dari
diberikan selama masa organogenesis (6-15 sistem kardiovaskuler dan disertai
kebuntingan), yaitu masa ketika sel secara penimbunan di dalam ruangan tubuh atau di
intensif menjalani diferensiasi, mobilisasi, dalam jaringan tubuh. Pada penelitian ini
dan organisasi. Diduga pemberian formalin juga ditemukan fetus yang mengalami
memberikan efek terhadap perkembangan hematoma. Ada beberapa mekanisme yang
fetus mencit karena formalin bersifat memungkinkan untuk terjadinya
embriotoksik atau teratogenik pada fetus, perdarahan. Salah satu diantaranya akibat
yaitu terhambatnya pertumbuhan fetus ketidak-seimbangan osmose, yaitu karena
sehingga menyebabkan penurunan berat adanya gangguan tekanan dan viskositas
badan fetus. cairan pada bagian fetus yang berbeda yaitu
antara plasma darah dan ruang ekstrakapiler
C. Pengaruh Pemberian Formalin terhadap atau antara cairan ekstraembrionik dan
Morfologi Fetus Mencit intraembrionik. Pada keadaan normal
Terjadinya abnormalitas pada fetus embrio berkembang dalam cairan amnion
dapat disebabkan masuknya zat teratogen yang isotonis dengan cairan tubuh.
ke dalam tubuh induk bunting ketika Ketidakseimbangan tekanan osmose kedua
embrio sedang berada pada periode cairan itu menyebabkan perdarahan dan
organogenesis. Penelitian ini menunjukkan edema. Adanya zat asing dalam jaringan
bahwa pemberian formalin dapat dapat menyebabkan perubahan tekanan
menimbulkan abnormalitas fetus pada osmose. Perdarahan juga dapat disebabkan
semua kelompok perlakuan dibandingkan oleh adanya vasokontriksi. Vasokontriksi
kontrol. Jika kandungan formalin yang dapat menyebabkan tekanan darah
terakumulasi dalam tubuh tinggi, maka meningkat sehingga pembuluh darah pecah
akan bereaksi dengan hampir semua zat di dan akhirnya terjadi perdarahan. Kenaikan
dalam sel. Ini akibat sifat oksidator tekanan darah dapat juga distimulasi oleh
formalin terhadap sel hidup. Dampak yang adanya larutan hipertonik yang sampai ke
dapat terjadi tergantung pada berapa banyak fetus, yang akhirnya dapat pula
kadar formalin yang terakumulasi dalam menyebabkan perdarahan (Wilson, 1973).
tubuh. Semakin besar kadar yang Perdarahan yang terjadi dalam penelitian ini
terakumulasi, tentu semakin parah kemungkinan disebabkan oleh adanya
akibatnya. Mulai dari terhambatnya fungsi perubahan keseimbangan osmose yang
sel hingga menyebabkan kematian sel yang mengakibatkan berubahnya tekanan cairan
berakibat lanjut berupa kerusakan pada dan viskositas dalam bagian tubuh fetus
organ tubuh (Takahashi, dkk.,1986). yang berbeda, yaitu antara cairan
Abnormalitas yang ditemukan dalam ekstraembrionik dengan intraembrionik

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN 1. Pemberian formalin memberikan efek


Berdasarkan hasil penelitian yang teratogenik terhadap perkembangan
telah dilakukan tentang pengaruh fetus mencit.
pemberian formalin terhadap 2. Pemberian formalin berpengaruh
perkembangan fetus mencit (Mus menurunkan jumlah fetus hidup,
musculus) Swiss Webster, maka diperoleh ditemukan fetus mati dan embrio 45
simpulan sebagai berikut: resorbsi pada dosis 400 ppm

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 6


dibandingkan dosis perlakuan lain dan B. SARAN
kontrol. Dari penelitian yang telah dilakukan,
3. Penurunan berat badan fetus terjadi maka dapat disarankan:
pada semua dosis perlakuan formalin 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dibandingkan kontrol, penurunan berat untuk mengamati secara mikroskopis
badan fetus terjadi sejalan dengan anatomi penulangan pada organ kaki
kenaikan dosis perlakuan formalin. depan, kaki belakang, ekor dan
4. Kelainan/cacat morfologi pada fetus histologis organ dalam fetus (ginjal
mencit yang ditemukan adalah dan hati).
hemoragi dan hematoma pada dosis 2. Masyarakat umumnya dan khususnya
200, 300 dan 400 ppm, sedangkan bagi wanita hamil agar dapat
cacat kaki depan, cacat kaki belakang menghindari makanan yang
dan cacat ekor pada 300 dan 400 ppm. mengandung formalin sebagai bahan
pengawet makan

DAFTAR PUSTAKA

Almahdy , A. 1993. Potensi antimakan dan BPOM 2005. Amankan Makanan dan
teratogenitas tumbuhan sahang- Bebaskan Produk dari Bahan
sahang (Hyptis Capitma Jack) Berbahaya. Direktorat Surveneilen
(Antifedant and Teratogenic Potential Dan Penyuluhan Keamanan Pangan
Of Hyptis Capitata Jack). Jurnal Deputi Bidang Pengawasan
penelitian Andalas, No. 12 Keamanan Pangan dan Bahan
Berbahaya
Anonim. 2008. About Formalin.
http://forum_urindo.com Burkitt, H. G., B. Young, dan J. W. Heath.
1995. Histologi Fungsional Edisi 3.
Anonim.1995.Farmakope Indonesia. Edisi Diterjemahkan oleh: Jan Tambajong.
keempat. Jakarta : Depkes RI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Ariens, E. J., E. Mutschler, dan A. M. Simonis.
1994. Toksikologi Umum Pengantar. Datu, A.R. 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh
Diterjemahkan oleh: Yoke R. Faktor Lingkungan. J. Med. Nus. 26
Wattimena, Mathilda B. Widiyanto (3): 210-215.
dan Elin Y. Sukandar. Yogyakarta: edu/site/accounts/information/Mus_
Gajah Mada University Press. musculus.html/. Diakses pada tanggal
25 Maret 2012
Aryetti. 2012. Uji Formalindehida dalam Tahu
di Kotamadya Bogor. Jurusan Kimia Fahrudin. 2007. Formalin dan Bahayanya
IPB bagi Kesehatan. http://www.tribun
timur. com. Diakses pada tanggal 27
Bakohumas. 2005. Hindari Pangan yang Maret 2012.
Menggunakan Formalin.
http://Bakohumas.Depkominfo.go.id Farida. I.2010. Bahaya Paparan formalin
trehadap Tubuh.
Ballenger, L. 1999. Mus musculus. Tersedia di http://chiminterconnected.speces.live.
http://animaldiversity.ummz.umich com. Diakses pada tanggal 12 Maret
2012
Blair A, P. Stewart, PA Hoover. 1987.Cancers 46
of the nasopharynx and oropharynx Farmasi Univ. Muhammadiyah Surakarta.
and formaldehyde exposure. J. Natl. Jurnal Penelitian Sains dan
Cancer Inst. 78(1):191-193. Teknologi Vol. 5 No.1: 131-140

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 7


Gilbert, Scott. 1985. Developmental Biologi.
USA Singver Associates. Inc Lina, F. 2008. Efek Teratogenik Ekstrak Buah
Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.)
Harmoni, D. 2006. Seluk Beluk Formalin. Terhadap Pertumbuhan dan
www.hd.co.id Perkembangan Fetus Mencit (Mus
musculus L.). Skripsi. Jurusan
Biologi F MIPA Universitas Sebelas
Hastuti, Sri. 2010. Analisis Kualitatif dan Maret, Surakarta.
Kuantitatif Formalindehid pada Ikan
Asin di Madura. Jurusan Teknologi Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar. Edisi
Industri pertanian Univ. Trunojoyo. ketiga. Diterjemahkan oleh: I.A.
Jurnal Agrointek Vol.4 No.2 Donatus. IKIP Semarang Press,
Semarang.
Herman, M.J. dan D. Mutiatikum. 2008. Efek
Teratogenik-Dismorfogenik Masalah Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar Asas,
Akibat Penggunaan Obat dalam Organ Sasaran, dan Penilaian
Kehamilan. Risiko. Jakarta: UI–Press
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files
/11_EfekTeratogenik.pdf/11_EfekTer Mahdi, C. 2007. Yogurt Sebagai Detoksikan
atogenik.html [7 Agustus 2008]. Yang Efektif Terhadap Toksisitas
Formalin yang Terpapar dalam
Hidayati, R.S. 2000. Embryologi dan Makanan. Vol. 15. No 1 Tahun 2007
Teratologi. UNS Press, Surakarta.
Mahdi, Chanif dan Mubarok, A. Shofy. 2008.
Hutahean, Salomo. 2002. Prinsip-Prinsip Uji Uji Kandungan Formalin, Borak dan
Toksikologi Perkembangan. USU Pewarna Rhodamin pada Produk
digital library: Fakultas MIPA Perikanan dengan Metode Spot Test.
Laboratorium Struktur Hewan Fakultas Kedokteran Hewan
Jurusan Biologi Universitas Universitas Airlangga. Berkalah
Sumatera Utara Ilmiah Perikanan Vol. 3 No.2
Medika, Jakarta.
Kartikaningsih. Hartati. 2008. Pengaruh
Paparan Berulang Ikan Asin Moore, K. L. 1988. The Developing Human:
Berfornalin terhadap Kerusakan Hati Clinically Oriental Embryology:
dan Ginjal Mencit (Mus musculus) Fourth Edition. Philadephia: W.
Sebagai Media Pembelajaran B.Sounders Company
Keamanan Pangan. Universitas
Negeri Malang: Digital Librari Nuryasin, A. 2006. Bahaya formalin.
http://ikap=kdk.com/arpan/content/vi
Kartikaningsih. Hartati. 2011. Kajian ew/III
Kerusakan Ginjal Mencit Akibat
Paparan Ikan Nila (Oreochmis Poernomo, Bambang. 2009. Pengaruh Paparan
niloticus) Berformalin. Fakultas Formalin terhadap Folikulogenesis
Perikanan Universitas Brawijaya. ovarium mencit (Mus musculus).
Airlangga Universitas Library
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Surabaya
Klinik. Edisi 8. Penerbit Salemba
Pozner, J.A.B. Papatestas, R. Fegerstrom, I.
Kompas, 2005. Waspadai Adanya Makanan Schwart, J. Saevitz, M. Feinberg &
Berformalin. www.kompas.com A.H. Anfsea. 1986. Association 47of
Tumor differentiation with caffeine
Kusumawati, Fitriyah dan Triharyanti, Ika. and intake in women with breast
2004. Penetapan Kadar Formalin cancer, Surger 100 3: 482-486
Yang Digunakan Sebagai Pengawet
Dalam Bakmi Basah Di Pasar
Wilayah Kota Surakarta. Fakultas
JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 8
Price, S.A., and L.M. Wilson. 1984. Taylor. 1986. Pratical Teratologi. London
Patofisiologi, CV EGC, Jakarta, Acedemic Press.
hal.468.
Republika. 2005. Perusahanaan Tahu Takwa Tyas, R. S, Endah Indraswari, Nurani. 2009.
Poo di Kediri Berencana Gugat Balai Pengaruh Formalin, Diazepam dan
POM. http://www.republika.co.id Minuman Beralkohol terhadap
Konsumsi Pakan, Minum dan Bobot
Rinto. Utama, S.D dan Arafah, Elmeizi. 2009. Tubuh Mus musculus. J. Sains &
Kajian Pangan (Formalin, Garam dan Mat. Vol. 17 No. 3, Juli 2009: 141-
Mikroba) pada Ikan Asin Sepat 144
Produksi Inderalaya. Jurnal
pembangunan manusia Vol.8 No.2 Utoro, T. 2008. Malformasi Kongenital.
www.lib.fkuii.org/index.php?
Rugh, R. 1968. The Mouse, Its Reproduction option=com [7 Agustus 2008].
and Development 1st Edition.
Minneapolis : Burges Publishing Co. Walpole, Ronald E.dan Myers, Raymond H.
1995. Ilmu peluang dan statistika
Smith, John dan Mangkoewidjojo, soesanto. untuk insinyur dan ilmuan. (alih
1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan bahasa oleh RK Sembiring).
Penggunaan Hewan percobaan di Bandung: ITB
Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia Press. Widyarti, Sri. 2009. Potensi Formalin dalam
Meningkatkan Kerentanan Mutasi
Sperber.G.H. 1991. Embriologi Kraniofasial. Gen Parp-1 dan Suseptibilitas
(Alih bahasa oleh Lilian Yuwono). terhadap Bahan Karsinogenik.
Jakarta: Hipokrates Universitas Brawijaya

Sukra, Y. 2000. Benih Masa Depan. Direktorat Widyaningsih DT dan SM Erni.


Jenderal Pendidikan Tinggi, 2006 .Formalin. Surabaya : Penerbit
Departemen Pendidikan Nasional. Trubus Agrisarana.

Syukur, D.A. 2006. Bahaya Formalin dan Wilson, JG dan Warkany. 1975. Teratology
Boraks. Principle and techniques. University
http://www.disnakkeswanlampung. of Chicago II.

OECD, SIDS.2002. Winarno FG . 2004. Keamanan Pangan Jilid 1.


Formaldehyde.UNEP,Publication.Par Bogor: M-Brio Press.
is,France
Winarno, F. G dan Rahayu. Titi Sulistyowati.
Takahashi M, R. Hasegawa, F. Furukawa, 1994. Bahan Tambahan Untuk
K.Toyoda, H. Sato and Y. Hayashi. Makanan dan Kontaminan. Jakarta:
1986.Effects of ethanol, potassium Gramedia.
metabisulfite, formaldehyde and
hydrogen peroxide on gastric Zuraidah, Yenni. 2007. Factor-Faktor yang
carcinogenesis in rats after initiation Berhubungan dengan Penggunaan
with N-methyl- N'nitro- Formalin pada Pedagang Tahu di
N'nitrosoguanidine. Jap. J. Cancer Pasar Flamboyan Kota Pontianak.
Res.77: 118-124. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Depkes Medan. Jurnal Ilmiah
PANNMED Vol.2 No. 1

48

JK, Volume 3, No.4 Juni 2013 9

Anda mungkin juga menyukai