Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

ILMU EKSIPIEN

OLEH :

NAMA : DIMAS ISNU SAPUTRA

NIM : O1A119078

KELAS :B

DOSEN : NUR ILLIYYIN AKIB, S.Si., M.Si., Apt

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

2021
A. Pendahuluan
Penggunaan suatu eksipien dalam sediaan farmasi dilakukan berdasarkan
karakteristiknya, contohnya eksipien untuk tablet enterik harus memiliki sifat yang tahan
terhadap pH lambung. Pemahaman terhadap karakteristik tiap eksipien sangat penting
dalam suatu tahap formulasi, misalnya suatu eksipien tablet enterik harus memiliki sifat
yang sensitif terhadap pH basa, sedangkan untuk sediaan gel diperlukan eksipien yang
memiliki daya menyerap air dan mengembang baik agar didapatkan sifat gel yang baik.
Eksipien atau bahan penolong adalah materi yang terdapat dalam obat namun
tidak memiliki zat aktif. Fungsinya adalah sebagai pembawa atau pelarut zat aktif
sehingga memungkinkan penyampaian obat. Eksipien meningkatkan kualitas fisik obat
dengan mempengaruhi transport obat dalam tubuh, mencegah kerusakan sebelum sampai
ke sasaran, meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas, meningkatkan stabilitas obat,
menjaga pH dan osmolaritas, menstabilkan emulsi, mencegah disosiasi zat aktif dan
memperbaiki penampilan sediaan. Tahapan awal dalam proses pembuatan sediaan
farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif, dimana dapat mempengaruhi
penampilan obat dan perkembangan suatu rancangan bentuk sediaan (Ansel, 1989).

B. Eksipien Semisolid
a. Pengental
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental
(meningkatkan viskositas) sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya.
Bahan-bahan yang umum ditambahkan sebagai pengental yaitu polimer hidrifilik,
baik yang berasal dari alam (natural polimer) seperti agar, selulosa, tragakan, pektin,
natriumalginat; polimer semisintetik seperti metil selulosa, hidroksi etil selulosa, dan
CMC Na; serta polimer sintetik seperti karbopol (karbomer, karboksipolimetilen).
(Ansel, 2005).
b. Carier/Pembawa
Berfungsi sebagai carier zat aktif obat. Ada berbagai macam jenis carier menurut
basisnya yaitu :
1) Basis hidrokarbon, seperti vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum),
malam putih (cera album), malam kuning (cera flavum), ayau campurannya.
2) Basis absorpsi (basis serap), seperti vaselin putih, campuran 3 bagian
kolesterol, 3 bagian steril-alkohol, 8 bagian malam putih, campuran 30
bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
3) Basis yang dapat dicuci dengan air, misalnya emulsi minyak dalam air
(M/A).
4) Basis larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.
(Syamsuni, 2006).
c. Emulgator
Emulgator adalah suatu bahan yang dalam strukturnya memiliki bagian yang
lyofilik maupun lyofobik, yang mampu mengakomodasi droplet-droplet cairan yang
tidak saling campur, untuk dapat terdispersi dengan stabil. Contoh dari emulgator
adalah: Pulvis Gummi Arabicum (PGA), Tween, dan Span (Lachman, 1994).
Emulgator atau surfaktan dapat berfungsi sebagai penurun tegangan muka, lapisan
pelindung antar muka dan membentuk lapisan ganda listrik.
(Johanes, 1973).

d. Suspending Agent
Berfungsi memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Suspendng agent bekerja dengan
cara meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit
rekonstitusi dengan pengocokan.  Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang
sedang dan partikel yang terlindung dari gumpalan/aglomerasi.  Hal ini dapat dicapai
dengan mencegah muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air  atau
sediaan hidrofil. Contoh susppending agent yaitu gomarab, tragakan, strach, karagen,
NaCMC, Na alginate.
(Lachman, 1994).
e. Enchancer
Berfungsi meningkatkan permeabilitas kulit dengan cara mengubah sifat fisiko
kimia stratum komeum sehingga mengurangi daya tahan difusi. Contohnya DMSO,
urea, DMA, DMF.
(Ansel, 2005).
f. Antioksidan
Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi kerusakan basis
karena terjadinya oksidasi. Sistem antioksidan ditentukan oleh komponen formulasi
dan pemilihannya tergantung pada beberapa faktor seperti toksisitas, potensi,
kompatibel, bau, kelarutan, stabilitas dan iritasi. Sering kali digunakan dua
antioksidan untuk mendapatkan efek sinergis. Contoh antioksidan yang sering
ditambahkan: Butylated Hydroxyanisole (BHA), Butylated Hydroxytoluene (BHT),
Propylgallate, dan Nordihydroguaiareticacid (NCGA).
(Sulaiman, T.N.S dan Rina Kuswahyuning, 2008).

g. Pelarut
Berfungsi sebagai pembawa untuk melarutkan suatu jenis obat atau lebih yang
kemudian digunakan sebagai obat dalam, obat luar, maupun untuk dimasukkan ke
dalam rongga tubuh.
(Depkes RI, 1978).

h. Pengawet
Ditambahkan pada sediaan semi padat untuk mencegah kontaminasi, perusakan
dan pembusukan oleh bakteri atau fungi karena banyak basis salep yang merupakan
substrat mikroorganisme. Pemilihan bahan pengawet harus memperhatikan
stabilitasnya terhadap komponen bahan yang ada dan terhadap wadah serta
pengaruhnya terhadap kulit dan aplikasi. Contohnya adalah senyawa-senyawa
amonium kuarterner (cetiltrimetil amonium bromida), senyawa-senyawa merkuri
organik (thimerosal), formaldehid, asam sorbit/kalium sorbat, asam benzoat/ natrium
benzoat, Nipagin (0,12-0,18%), Nipasol (0,02-0,05%), dan alkohol-alkohol.
( Ansel, 2005).

i. Humektan
Humektan yang ditambahkan dalam suatu produk berfungsi sebagai pengikat air
yang mampu meningkatkan kekompakkan ikatan jaringan matriks (ikatan hidrogen)
sehingga akan meningkatkan kadar air dari produk. Contohnya : gliserin , propilen
glikol, polietileni glikol BM rendah, dan sorbitol.
(Arvanitoyannis et al., 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI Press

Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.

Arvanitoyannis, Psomiadou E., Nakayama A., Alba S. and Yamamoto N. 1997. Edible Film
from Gelatin, Solube Starch and Polyol. Journal Food Chemistry, 60(4).

Departemen Kesehatan RI . 1978.  Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Johanes, H. 1973. Pengantar Kimia Koloid dan Kimia Permukaan. Yogyakarta: UGM Press

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,. Edisi Kedua,
1091-1098, UI Press, Jakarta.

Sulaiman,T.N.S dan Rina Kuswahyuning. 2008. Sediaan Cair Semi Padat. Yogyakarta:
Laboratorium Teknologi Formulasi Fakultas Farmasi Gadjah Mada University

Syamsuni, A. 2006.Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai