ISNAWATI
EES: 150697
Pembimbing
ً اج ِمْي
ل َ اصبِْر
َ صْب ًر ْ َف
Artinya: “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik”
(QS. Al-Maarij:5)1
1
Alqur’an dan terjemahan, Surah Al-Maarij: 5.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
“Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi ini dijadikan pena, dan lautan
dijadikan tinta, di tambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan
habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Lukman: 27)
Dengan kerendahan hati yang tulus beserta keridhaan-mu ya Allah
kupersembahkan karya tulis sederhana ini untuk yang termulia :
Ayah Sayuti
Ibu Nursidah
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang setulus hatimu ibu, searif
arahanmu ayah Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan
jalanku. Pelukmu berkahi hidupku diantara perjuangan dan tetesan doa
malammu dan sebait doa telah merangkul diriku menuju hari depan yang
cerah.
Yang terkasih kakak-kakak ku:
Nurdin, Beni, Joni dan Ondri dan Uci Trisnawati
Nasihat dan do’a kalian yang penuh cinta telah mengantarkanku pada detik ini.
Serta keponakanku tersayang
Zahwa Nurti aprilia dan Hizam Rizki
yang telah menghiburku sehingga menghilangkan rasa penatku.
Dosen Pembimbing Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE.,ME Dan Bapak Drs. H.
Muhsin Ruslan M.Ag yang selalu sabar membimbing dan mengarahkan saya
dalam menyelesaikan skripsi semoga kebaikan Bapak di Balas oleh Allah SWT
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa iringan sholawat serta
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat” Adapun tujuan dari
penyusunaan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir yang merupakan syarat untuk
meraih gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam penyelesaian
Skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis temui baik
dalam pengumpulan data maupun dalam penyusunaannya. Berkat adanya bantuan dari
berbagai pihak, Terutama dari Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME dan Bapak Drs. H.
Muhsin Ruslan M. Ag selaku pembimbing I dan II. Hal yang pantas penulis ucapkan
adalah kata terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian
1. Bapak Prof. Dr. Subhan, M. ag. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Halimah Dja’far, M.Fil.I, Selaku Wakil Dekan I, II, dan III di Lingkungan
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
ABSTRAK............................................................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 58
B. Saran ..................................................................................................... 59
C. Kata penutup............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
Daftar Tabel
PENDAHULUAN
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kelapa sawit juga
suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang,
penduduk, dan penggunaan teknologi secara luas serta efisien memerlukan adanya
2
Arsyad, Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, (Yogyakarta: BPFE,
2009). Hlm. 59.
penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan
pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada
pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada sutu periode
Pada tahun 2000 masyarakat Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat mulai mengenal tanaman kelapa sawit, masyarakat
perekonomian masyarakat, karena pendapatan yang dihasilkan dari kelapa sawit cukup
sederhana dan dengan adanya perkebunan kelapa sawit juga dapat menjadi peluang
lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang tidak memiliki kebun kelapa sawit di desa
tersebut, masyarakat yang tidak memiliki kebun bisa menjadi buruh upahan dalam
3
M. L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 57.
4
Soeratno, Ekonomi Makro Pengantar, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogyakarta, 2004,
hlm. 5.
5
Wawancara Dengan Hasan, Ketua RT 05 Desa Tanjung Bojo Kec. Batang Asam Kab.
Tanjung Jabung Barat, 2 Oktober 2018.
Menurut Jalaluddin Rahmat, persepsi adalah suatu pengalaman tentang objek peristiwa
pesan.6
Kelapa sawit termasuk komoditas andalan yang memiliki peran strategis bagi
pembangunan ekonomi kedepan, apalagi secara makro prospek industri kelapa sawit
di Indonesia tidak diragukan lagi. 7 Dari segi pemeliharaannya kelapa sawit biasanya di
lakukan dengan pemupukan, dimana pemupukan adalah merupakan faktor yang sangat
secara nyata bisa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman. 8
“Menurut Bapak Bujang yang merupakan petani kelapa sawit di Desa Tanjung
Bojo mengatakan bahwa “semanjak bukak kebun sawit sayo meraso adolah
perubahan eknomi, kemarentu waktu belum bukak kebun kelapo sawit dak
berani nak ngambek kredit motor soal e duit dak ado untuk mayar kredit
motor, duit yang dapat setiap bulan tu Cuma cukup untuk kepentingan sehari-
hari lah. Kinitulah semenjak mukak kebun sawit barulah ado penghasilan
lebih, mako e berani ngambek kredit motor”.9
6
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Kominikasi,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 51.
7
Maruli Pardamean, Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit (Yogyakarta: Lily
Publisher, 2011), hlm. 3-5.
8
Selardi Sastrosayono, Budi Daya Kelapa Sawit (Jakarta Selatan: PT AgroMedia Pustaka,
2008), hlm. 38.
9
Wawancara dengan bapak Bujang selaku petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo, 12 Juni
2019.
Luas wilayah Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat ± 12.000 ha yang mana luas perkebunan kelapa sawit terdiri dari:
Tabel 1.1
Luas Perkebunan Kelapa Sawit
Jumlah 2.740 ha
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa, luas wilayah Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah ± 12.000 ha, yang mana luas
perkebunan kelapa sawit secara keseluruhannya berjumlah 2.740 ha, yang terdiri dari
perkebunan kelapa sawit milik pribadi masyarakat dengan jumlah 2.500 ha, dan
perkebunan kelapa sawit plasma (petani yang bermitra dengan perusahaan) dengan
jumlah 240 ha.10Jumlah penduduk Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 1.256 jiwa, dengan jumlah petani kelapa
sawit laki-laki 307 orang dan perumpuan berjumlah 140 dari jumlah keseluruhanya
10
Profil Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2018
11
Profil Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
2019.
Dalam meningkatkan perekonomian tidak selalu berjalan dengan mulus,
tentunya terdapat berbagai kendala didalamnya. Begitu pula usaha masyarakat dalam
perkebunan kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
adalah tanaman ekspor yang memiliki nilai ekonomi dan memiliki prospek pemasaran
yang tinggi, karena merupakan bahan baku industri baik makanan, minuman, kosmetik
bahkan obat yang banyak digemari oleh lapisan masyarakat, baik dalam maupun luar
negeri. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan produksinya baik dari segi kualitas maupun
dari segi kuantitasnya, agar memiliki daya saing baik di pasar dalam negeri maupun
luar negeri.
peningkatan kualitasnya maka akan melemahkan daya saing kelapa sawit di pasar
Internasional, ini salah satu utama yang perlu diperhatikan bagi petani dan pemerintah,
karena kelapa sawit yang memiliki kualitas rendah tentu akan mengakibatkan tidak
terpenuhinya syarat terpenting untuk keberhasilan usaha tani di suatu daerah, jika
semua faktor produksi ditambah sekaligus maka hasil produksi akan naik. 12
Permasalahan saat ini yang sering kali dihadapi oleh para petani kelapa sawit di
Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam adalah terjadinya penurunan harga
tandan buah sawit yang dihasilkan oleh petani dan berkurangnya tandan buah sawit
yang dihasilkan oleh petani atau yang biasa disebut dengan trek.
12
Clifford Geertz, Inovasi Pertanian, (Jakarta: Bharatara Karya Aksara, 1983). Hlm. 56.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh petani kelapa sawit terhadap pertumbuhan
kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari
kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan dapat mengetahui
kendala apa saja yang di hadapi masyarakat dalam mengembangkan perkebunan kelapa
sawit pada perekonomian masyarakat, serta upaya masyarakat dalam meningkatkan
D. Manfaat Penelitian
3. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Strata Satu (S1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka dalam penelitian ini peneliti
hanya meneliti persepsi petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang merupakan petani kelapa sawit.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori di perlukan dalam jenis penelitian lapangan (field research) dan
jenis penelitian pustaka (library research). Kerangka teori merupakan uraian ringkas
tentang teori yang digunakan dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab
pertanyaan penelitian. 13
1. Persepsi
individu mengamati dunia luarnya dengan menggunakan alat indranya atau proses
Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak. Melalui persepsi inilah manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungan, hubungan ini dilakukan lewat indranya yaitu indra
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses
penyampaian informasi yang relevan yang tertangkap oleh panca indra dari lingkungan
dan mengolah segala sesuatu yang terjadi dilingkungan tersebut. Bagaimanapun segala
kejadian pertama dalam rangkaian proses menuju perubahan stimulus menjadi tindakan
13
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Jambi: syariah press, 2014), hlm. 25
14
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi offset, 2004), hlm. 33.
15
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), Hlm. 102.
Organisasi dalam persepsi mengikuti beberapa prinsip. Hal ini dikemukakan
Objek-objek yang kita amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud
2) Pola pengelompokkan
Dalam mempersepsi sesuatu ada beberapa komponen, dimana antara yang satu
dengan lainnya saling kait mengait, saling menunjang, atau merupakan suatu sistem,
agar seseorang menyadari dapat mengadakan persepsi. Untuk itu ada beberapa syarat
2) Alat indra atau reseptor, objek merupakan alat untuk menerima stimulus, selain
itu harus ada pada syaraf sensoris yang merupakan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan saraf yaitu sebagai alat untuk mengadakan respon
16
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 38.
3) Adanya pengertian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
Persepsi merupakan salah satu faktor kejiwaan yang perlu mendapat perhatian
dan mendalami persepsi seseorang merupakan tugas yang amat berat karena persepsi
1) Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar
kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek
saja. Perbedaan fokus antara satu dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan
4) Sistem Nilai, sitem nilai yang berlaku di suatu masyarakat berpengaruh juga
terhadap persepsi.
17
Bimo Walginto, Opcit, hlm. 54.
18
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar umum psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), hlm.
43-44.
Bimo Walginto mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
persepsi, yaitu:
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor, stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu bersangkutan yang langsung mengenai syarat penerima yang
bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar
individu.
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu
juga harus ada syarat sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu sebagai pusat kesadaran, sebagai
3) Perhatian
dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok
objek. 19
19
Bimo Walgito, Opcit, hlm. 89-90.
Menurut Gibson, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya
a. Fisiologis
b. Perhatian
mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini
c. Minat
dengan dirinya.
f. Suasana Hati
mengingat.
tersebut
persepsi.
sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
yang diam.
Faktor eksternal pada intinya sangat dipengaruhi oleh obje-objek (petani
kelapa sawit) ketika gerakan dari objek tersebut kuat dan mempunyai
yang lebih untuk lebih diperhatikan dengan melihat penampilan yang diluar
sangkaan. 20
harapan, proses belajar, keadaan fisik, nilai dan kebutuhan, dan motivasi.
a) Faktor Eksternal
2. Pertumbuhan Ekonomi
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode
lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
20
Gibson, dkk., Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur, Proses, (Jakarta: Erlangga,
1994), Hlm. 43.
21
Miftah Toha, Perilaku Dalam Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 154.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi mengalami
Menurut Todaro, ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan
1) Akumulasi modal , yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya
manusia
tenaga kerja
3) Kemajuan teknologi.23
negara industri maju memberikan segala sesuatu yang lebih kepada warga negaranya,
sumber daya yang lebih banyak untuk perawatan kesehatan dan pengendalian polusi,
dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara
dikatakan mengalami pertumbuhan jika balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-
faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
22
Sukirno dan Sadono, Makro ekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Pustaka, 2004), hlm. 9.
23
Todaro, dkk., Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 92.
Dengan demikian, pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan
kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu.24
Menurut Samuelson, ada empat roda atau faktor yang dapat mempengaruhi
Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan keterampilan
tenaga kerja. Para ekonomi meyakini bahwa kualitas tenaga kerja yang berupa
dalam pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya tenaga kerja yang terampil dan
terlatih, barang-barang modal yang tersedia tidak akan dapat digunakan secara
efektif. Peningkatan tersedianya jumlah tenaga kerja bagi proses produksi itu
dapat terlihat baik dari jumlah tenaga kerja dalam arti orang ataupun dalam
jumlah hari kerja orang (mandays) maupun jam kerja orang (manhours). Dapat
saja terjadi jumlah orang yang bekerja tetap tetapi jumlah hari kerja orang atau
jam kerja orangnya bertambah. Untuk itu perlu diketahui bahwa tersedianya jam
kerja dalam proses produksi itu dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan
untuk bekerja.
lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat upah yang tersedia. Dengan kata lain,
semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi kemauan seseorang untuk bekerja.
24
Prasetyo dan P. Eko, Fundamental Makro Ekonomi, (Yogyakarta: Beta Offset, 2009.
Sementara itu, kemampuan bekerja seseorang dipengaruhi oleh kesehatan,
2) Sumberdaya alam
yang baik untuk ditanami, minyak dan gas, hutan, air serta bahan-bahan mineral.
sumberdaya yang sangat besar dengan output besar dalam bidang pertanian,
negara-negara maju yang meraih kemakmuran pada sektor industri. Hal ini
3) Pembentukan modal
berinvestasi sangat besar dalam barang modal baru. Pada negara-negara dengan
pertumbuhan paling pesat, 10-20 persen output akan masuk dalam pembentukan
modal bersih.
4) Perubahan Teknologi
Kemajuan teknologi telah menjadi unsur vital keempat dari pertumbuhan
standar hidup yang pesat. Dewasa ini, terjadi ledakan-ledakan teknologi baru,
produk dan jasa baru. Pentingnya peningkatan standar hidup membuat para
bukan hanya sekedar prosedur mekanis untuk menemukan produk dan proses
semangat kewirausahaan25
G. Tinjauan Pustaka
didapat oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan
Peneliti Penelitian
25
Samuelson, dkk., Ilmu Ekonomi (Jakarta: PT.Media Global Edukasi, 2004), hlm. 250.
Wilayah Di Kunto Darussalam (3,21
ton/ha/tahun), Tambusai
ton/ha/tahun). Perbedaan
terhadap perubahan
26
Irsyadi Siradjuddin, Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Wilayah di
Kabupaten Rokan Hulu, Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (2015), hlm. 12.
dengan penelitian
terdahulu.dilaksanakan di
sedangkan penelitian
sekarang dilaksanakan di
menggunakan subjek
penelitian terhadap
masyarakat tentang
terhadap perubahan
ekonomi ekonomi
masyarakat di desa Tanjung
Jabung Barat.
27
William Hendriono, Studi Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara, Skripsi Universitas Halu Oeo
Kendari (2016), hlm. 62.
pekerjaan, namun setelah
Berdasarkan
hasilwawancara dengan
Keberadaan perusahaan
Andowia Kabupaten
masyarakat khususnya di
pendapatan masyarakat,
adanya perusahaan
tingkat pendapatan
rendah dibandingkan
perusahaan perkebunan
yaitu sama-sama
menjelaskan tentang
persepsi masyarakat untuk
sebelumnya adalah,
penelitian tersebut
masyarakat sedangkan
berfokus membahas
terhadap perubahan
ekonomi masyarakat.
28
Decky Rinaldi, Pengelolaan Lahan Kelapa Sawit Dalam Meningkatkan Pendapatan
Kelompok Plasma di Serawai, Skripsi Universitas Tanjung Pura Pontianak, (2013), hlm. 13-14.
mengurangi pendapatan
meningkatkan pendapatan
perusahaan sehingga
pendapatan yang diperoleh
Rp.25.843.568/ha/tahun,
sebesar
Rp.9.038.744/ha/tahun
dengan demikian
29
Junaidi, Analisis Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Desa Panton Pangke Kecamatan
Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya, Skripsi Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, (2016),
hlm. 53.
diperoleh adalah sebesar
Rp.16.804.824/ha/tahun,
akan menghasilkan
penerimaan sebesar
mendapatkan keuntungan.
30
Wiwin Supriadi, Perkebunan Kelapa Sawit dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten
Sambas, Skripsi Universitas Tanjungpura Pontianak, (2012), hlm. 14.
menyebabkan meningkatnya
diperkirakan dapat
merangsang pertumbuhan
dengan tumbuhnya
sawit di pedesaan
menciptakan multiplier
peluang berusaha.
Kegiatan perkebunan kelapa
masyarakat sekitar.
Pembangunan dan
pembangunan sarana-sarana
sarana olahraga,
seperti kerusakan
lingkungan, kesenjangan
H. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan Ekonomi
Masyarakat
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu data
yang diperoleh berupa (kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk
bilangan atau angka statistik melainkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti
lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Penelitian ini dilakukan untuk
merupakan petani kelapa sawit di desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
1. Observasi
mengumpulkan data langsung dari lapangan. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan
ke komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan,
perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat
berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam
berorganisasi. 31 Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat
2. Wawancara
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
3. Dokumentasi
31
J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya, (Jakarta:
Grasindo), hlm. 116.
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 272.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta: 2016) hlm. 137-
138.
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) hlm. 201.
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni:
a. Data Primer, Data primer yang dikumpulkan berbentuk hasil wawancara yang
dilakukan terhadap narasumber yang berasal dari para pelaku yang terkait
wawancarai dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tanjung Bojo yang
yang membuka atau memiliki perkebunan kelapa sawit dan masyarakat yang
Data yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber yaitu:
a) Data primer berasal dari hasil wawancara dengan petani kelapa sawit dan
b) Data sekunder berasal dari hasil publikasi berbagai literatur yang ada di
beberapa tempat, seperti: data luas perkebunan kelapa sawit dan jumlah petani
a) Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat data untuk variabel
peneliti. Adapun subyek dari penelitian ini adalah, petani kelapa sawit di
Barat.
b) Obyek Penelitian
inti dari problematika penelitian. Objek penelitian yang diteliti oleh peneliti
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
data model interaktif dari Miles dan Huberman, seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut
ini:
Gambar 2.1
Analisis Data Model Interaktif
strategi pengumpulan data yang di pandang tepat dan untuk menentukan fokus
wilayah penelitian.
36
Miles, Mattew B & A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif,. Buku sumber tentang
metode-metode baru, (Jakarta: Universitas Indonesia Pres, 2007), hlm. 15-19.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi gambaran mengenai penelitian ini sehingga penulis atau
Pada bab ini berisikan latar belakang sebagai landasan garis besar dalam
kerangka pemikiran.
pengumpulan data, data dan sumber data, subyek dan obyek penelitian,
penelitian yang terdiri atas sejarah desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
penduduk.
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang diteliti oleh
BAB V PENUTUP
dancuriculum vitae.
BAB III
Jabung Barat
Desa Tanjung Bojo merupakan salah satu desa dari sekian banyak desa yang ada
di Provinsi Jambi, yang mana Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat ini mudah dijangkau oleh masyarakat Jambi maupun masyarakat
dari daerah yang lainnya karena letak Desa Tanjung Bojo amat mudah untuk ditemui
dengan fasilitas jalur transfortasi yang baik, terutama transportasinya mudah untuk
didapati, karena Desa Tanjung Bojo berada di tepi jalan lintas Sumatra.37
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat kita ketahui melalui wawancara dengan
bapak bapak Sayuti selaku Pamong Tani dan merangkap menjadi tetua adat di Desa
Awal mula berdiri atau terbentuknya Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu, sebelum tahun 1945 tepatnya lagi pada
tahun 1944, pada awalnya nama desa ini bukanlah desa Tanjung Bojo namun pada
mulanya desa ini bernama desa Tanjung Berejo. Pada waktu itu di Desa ini memiliki
sebuah tanjung (daratan yang menjorok ke sungai) yang dipenuhi berejo. Berejo
37
Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat 2018
merupakan bahasa asli dari warga desa tersebut yang dimana berejo memiliki arti buluh
(bambu) karena di tanjung tersebut dikelilingi bambu maka desa tersebut di beri nama
perkembangan zaman maka desa tersebut berubah menjadi Desa Tanjung Bojo. 38
Tabel 3.1
Nama-Nama Kepala Desa
No Nama Tahun Menjabat
1 Dahlan 1940
2 Usman 1956
3 Suni 1962
4 Sulaiman 1968
5 Ekadi 1974
8 Kastalani 2010
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, kepala desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam yang menjabat pada periode 1940 hingga 2016 berjumlah 9 orang
38
Wawancara dengan bapak Sayuti selaku Pamong Tani sekaligus Ketua Adat Desa Tanjung
Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 28 mei 2019.
(Sembilan). Yaitu, pada tahun 1940 dijabat oleh bapak Dahlan, pada tahun 1956 dijabat
oleh bapak Usman, pada tahun 1962 dijabat oleh bapak Suni, pada tahun 1968 dijabat
oleh bapak Sulaiman, pada tahun 1974 dijabat oleh bapak Ekadi, pada tahun 1998
dijabat oleh bapak Syahran Ismail selama tiga periode, pada tahun 2004 dijabat oleh
bapak Ahmad Fauzi, pada tahun 2010 dijabat oleh bapak Kastalani, dan pada tahun
Tanjung Bojo merupakan sebuah desa yang terletak dalam daerah Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi yang mana desa
B. Struktur Pemerintahan
Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat di kepalai
oleh Kepala Desa dan satu orang Sekretaris, yang kemudian di bantu oleh beberapa
perangkat desa.
39
Dokumentasi desa Tanjung Bojo tahun Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Tahun 2019
40
Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat Tahun 2018
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan pemerintahan di desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada struktur
desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat berikut
ini:
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
STRUKTUR ORGANISASI DESA TANJUNG BOJO KECAMATAN
BATANG ASAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
KEPALA DESA
A.HANAVI
SEKRETARIS DESA
FIRDAUS
KADUS I KADUS II
SARYONO AFRIZAL
RT 01 RT 02 RT 03
RT 04 RT 05 RT 06
organisasi desa sangat penting dan menentukan dimana setiap kegiatan yang
menyangkut desa tidak terlepas dari pengawasan Kepala Desa. Akan tetapi, kelancaran
pelaksanaan kegiatan yang ada di kantor desa itu harus ada kerja sama yang baik antara
Kepala Desa dengan Sekretaris Desa, Kepala Desa dengan Perangkat Desa dan bahkan
Kepala Desa dengan RT yang ada di desa Tanjung Bojo yang memiliki tanggung jawab
kesehatan.
Tabel 3. 2
Data jumlah KK di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
No Nama Jumlah Jumlah KK Lk Pr
RT Penduduk
1 RT 01 216 55 94 122
2 RT 02 164 41 75 89
3 RT 03 204 68 107 97
4 RT 04 171 57 102 69
5 RT 05 212 53 99 114
Dari tabel diatas dapat dipahami jumlah masyarakat Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 1.256 jiwa, yang
terdiri dari 587 laki-laki dan 672 perempuan. Dan dapat dilihat dari RT 01 jumlah
Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3. 3
DaftarPekerjaan Penduduk Desa Tanjung Bojo
No Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
2 Nelayan 10
41
Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tahun 2018
3 Buruh 3 6
4 PNS 2
5 Pegawai swasta 5 5
6 Wiraswasta/pedagang 30 2
7 TNI 2
8 Perawat swasta/honorer 2
9 Supir truk 12
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, mayoritas mata pencaharian penduduk
Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah
berkebunan, pada umumnya masyarakat desa Tanjung Bojo adalah petani kelapa sawit,
dijelaskan bahwa jumlah petani di Desa Tanjung Bojo terdiri dari laki-laki yang
berjumlah 307 orang, dan perempuan berjumlah 140. Selain itu ada juga yang bekerja
sebagai Pegawai Negeri Swasta (PNS) yang berjumlah 2 orang, Nelayan dengan
jumlah 10 orang laki-laki, Buruh yang berjumlah 3 orang laki-laki dan 6 orang
perempuan, Pegawai Swasta yang berjumlah 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan,
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan jumlah 2 orang laki-laki, Perawat Swasta
(honorer) dengan jumlah 2 orang perempuan, dan Supir Truk dengan jumlah 12 orang
laki-laki. 42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak. Melalui persepsi inilah manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungan, hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra
melakukan usaha perkebunan kelapa sawit, petani memiliki tujuan yang sama yaitu
ekonomi.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Samsul Bahri selaku petani kelapa sawit
42
Dokumentasi Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat Tahun 2019
43
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
hlm. 102.
“saya lebih memilih berkebun kelapa sawit, karena saya melihat masyarakat
desa yang membuka perkebunan kelapa sawit dalam segi perekonomiannya
sudah meningkat lebih baik dari perekonomian mereka yang sebelumnya,
akhirnya saya juga perlahan membuka kebun kelapa sawit dan alhamdulillah
perekonomian saya lebih membaik dari sebelumnya”. 44
Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Bapak Ahmad Ruzaiki yang juga
“iya, saya juga membuka kebun kelapa sawit karena saya melihat masyarakat
desa sudah banyak yang berhasil dalam usahatani tersebut, dan juga
pengelolaan kelapa sawit cukup mudah , karena hanya melakukan pemanenan
dua minggu satu kali saja”. 45
Hal ini juga didukung oleh Bapak Husin, yang mengatakan:
“pendapatan yang diperoleh dari kelapa sawit juga menjanjikan, saya dapat
menabung uang untuk melanjutkan pendidikan anak-anak saya di masa yang
akan datang”46
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Raya selaku petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
44
Wawancara dengan Samsul Bahri, 38 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
45
Wawancara dengan Ahmad Ruzaiki, 30 tahun, , petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
46
Wawancara dengan Husin, 39 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
47
Wawancara dengan Raya, 51 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
Hal tersebut jugadidukung oleh Bapak Holis selaku petani kelapa sawit yang
mengatakan:
“iya, selain pupuk yang mudah didapat, perkebunan kelapa sawit juga ada
dampingan dari pemerintah, sehingga membuat saya yakin untuk menjadi
petani kelapa sawit. 48
Setelah menjadi petani kelapa sawit masyarakat mengalami banyak perubahan
untuk perluasan kebun, pendidikan anak, perluasan dan perbaikan rumah, pembelian
kendaraan bermotor dan pembelian sarana perkebunan. Selaras dengan yang dikatakan
“hasil pendapatan dari perkebunan kelapa sawit saya gunakan untuk perluasan
kebun, pendapatan dari hasil panen saya sisihkan untuk disimpan, kemudian
setelah terkumpul saya membeli lahan perkebunan untuk ditanami kelapa
sawit”.49
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Heriani sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“dari pendapatan yang saya peroleh dari hasil perkebunan kelapa sawit, saya
tidak khawatir untuk melanjutkan pendidikan anak saya ke jenjang
perkuliahan, selain itu saya juga perlahan bisa merenovasi rumah saya”. 50
48
Wawancara dengan Holis, 43 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
49
Wawancara dengan Martunis, 41 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
50
Wawancara dengan Heriani, 45 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Damanhuri sebagai petani kelapa
“semenjak saya menjadi petani kelapa sawit, saya bisa membeli kendaraan
seperti sepeda motor, sehingga memudahkan saya untuk pergi ke kebun”. 51
Dalam bidang perkebunan, tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua setelah
lahan. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan dalam besaran curahan hari kerja, yaitu
curahan hari kerja dari tenaga kerja efektif yang terpakai. Sumber tenaga kerja berasal
dari dalam keluarga dan luar keluarga. Menurut Nu’man tenaga kerja perkebunan
kelapa sawit merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar
merawatnya. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara dengan Bapak Samsul Hadi
51
Wawancara dengan Damanhuri, 60 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
52
Nu’man, Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di
Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, (Institut Pertanian Bogor,
2009), hlm. 25.
53
Wawancara dengan Samsul Hadi, 46 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
Dalam bidang perkebunan, tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua
setelah lahan. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan dalam besaran curahan hari kerja,
yaitu curahan hari kerja dari tenaga kerja efektif yang terpakai. Sumber tenaga kerja
berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Menurut Nu’man tenaga kerja
perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya
cukup besar sehingga perlu upaya untuk meningkatkan efisiensi. 54 Seperti hal yang
disampaikan oleh Bapak Rosdansyah sebagai petani kelapa sawit, yang mengatakan:
“setelah saya membuka perkebunan kelapa sawit ini saya bisa mempekerjakan
kerabat dekat saya, lumayan untuk menambah penghasilannya”. 55
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Hanavi selaku kepala desa
54
Nu’man, M, Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq) Di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, (Institut Pertanian
Bogor, 2009), hlm. 25.
55
Wawancara dengan Rosdansyah, 54 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019
56
Wawancara dengan Ahmad Hanavi, 47 tahun, Kepala Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
B. Kendala yang dihadapi oleh petani kelapa sawit terhadap perekonomian
masyarakat (petani kelapa sawit) di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Seperti yang kita ketahui dalam melakukan semua hal tentunya tidak selalu
mulus seperti apa yang kita harapkan, tentu memiliki banyak kendala yang akan di
hadapi. Sama halnya dengan para petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Barat, tentu semua tidak berjalan mulusseperti apa
yang kita bayangkan dan harapkan tentu memiliki kendala. Seperti yang disampaikan
“kendala yang saya alami dalam membuka perkebunan kelapa sawit adalah
modal awal yang cukup besar, karena saya harus mempekerjakan orang untuk
menebang pohon dan membersihkan lahan yang akan ditanami kelapa
sawit”57
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Samsudin sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“saya merasa agak terbebani saat pertama kali membuka perkebunan kelapa
sawit, karena memerlukan banyak waktu dan biaya yang lumayan besar,
seperti membayar upah para pekerja yang menebas semak belukar, upah para
penebang pohon yang besar dan upah kep bagi pekerja yan membersihkan
ilalang dan rumput yang lainnya, karena saya tidak mampu untuk melakukan
pekerjaan tersebut sendirian”.58
57
Wawancara dengan Rosidi, 62 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
58
Wawancara dengan Samsuddin, 51 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
Berikut pernyataan dari Bapak Ali sebagai petani kelapa sawit:
“pada mulanya lahan saya ini bukan perkebunan sawit melainkan perkebunan
karet, namun karena mengingat karet yang saya tanam usianya sudah tua dan
mulai sedikit menghasilkan getah maka saya memilih untuk beralih ke
perkebunan kelapa sawit, melihat hasilnya yang menggiurkan. Namun tak
semudah itu saya harus menebangi pohon karet milik saya dan bahkan sampai
mencabut menggunakan alat berat, bukan hanya itu saja saya harus menunggu
masa pemulihan tanah karena tanah tersebut dulunya sudah di penuhi oleh
akar-akar karet yang membutuhkan waktu cukup lama”. 59
Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh beberapa masyarakat kepada
peneliti melalui wawancara dengan petani kelapa sawit, proses awal pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit tidak semudah yang dibayangkan, tentunya sama dengan
membuka lahan untuk perkebunan lainnya, yang dimulai dengan lahan yang penuh
semak belukar dan bahkan ada yang mengalih fungsikan lahan dari yang tadinya
perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit. Seperti yang dikatakan oleh Bapak
“yang menjadi kendala bagi bagi saya dan petani kelapa sawit lain dalam hal
perawatan kebun sawit, adalah faktor cuaca yang kadang tidak menentu, pagi
cuaca terlihat cerah lalu melakukan pemupukan dan mengekep lahan, eeeh
tiba-tiba turun hujan, hal tersebut membuat pupuk yang ditabur tadi bisa
hanyut apalagi jika hujan deras karena pupuk yang ditabur tadi belum meresap
ke tanah dan obat kep atau racun rumput yang tadi juga bisa luntur karena
tidak sempat mengering dan meresap pada tanah dan rumput”. 60
Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Ahmad Fauzi sebagai petani kelapa
59
Wawancara dengan Ali, 60 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
60
Wawancara dengan bapak Kartiman selaku masyarakat Desa Tanjung Bojo, tanggal 12 Juni
2019
“bukan hanya hujan yang turun tak menentu saja yang menjadi kendala bagi
kami para petani untuk membersihkan kebun namun musim kemarau atau
panas terik juga membuat kami para petani takut untuk menyemprotkan racun
pada rumput atau semak yang ada di kebun, karena jika rumput yang sudah
mengering akan mudah terbakar”.61
Seperti yang kita ketahui harga di pasaran tidak selalu mengalami peningkatan,
tidak jarang juga kelapa sawit mengalami penurunan harga, yang membuat petani
kelapa sawit khawatir dan resah. dengan harga kelapa sawit yang anjlok. Seperti halnya
yang disampaikan oleh Bapak Kastalani sebagai petani kelapa sawit, mengatakan:
yang mengatakan:
sawit, yaitu hasil panen menurun atau hasil produksi tidak lagi banyak seperti biasanya
atau biasa disebut oleh para petani “Trek”. Peristiwa menyusut atau menurunnya hasil
61
Wawancara dengan Ahmad Fauzi, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
62
Wawancara dengan Kastalani, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019
63
Wawancara dengan M. Nasir, 50 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
panen buah sawit ini bisa disebabkan oleh faktor cuaca yang terlalu panas dan
kurangnya pemberian pupuk terhadap sawit. Seperti yang disampaikan oleh ibu
“akhir-akhir ini hasil panen dari perkebunan saya sedikit menurun, hal
tersebut membuat penghasilan saya berkurang biasanya sekali panen
mencapai 1 Ton lebih namun minggu ini tadi saya baru memanen sawit saya
dengan luas 1 Ha hanya mendapatkan 1 Ton saja mengalami penurunan yah
walau hanya sekitar beberapa pikul saja yang kurang namun lumayan
juga”.64
Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Umar Husen sebagai petani kelapa sawit,
yang mengatakan:
“Hasil panen dari perkebunan sawit saya menurun dari biasanya bahkan
boleh dikatakan hampir mendekati separoh dari hasil panen biasanya, hal ini
disebabkan kurang pemberian pupuk pada sawit dan juga ditambah lagi
bulan lalu jarang turun hujan”.65
Berikut hal yang di ungkapkan oleh bapak Idrus sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“Semenjak hasil panen sawit menurun saya jadi jarang menyetor hutang
kepada toke, hasil panen saya berkurang akhir-akhir ini mungkin disebabkan
kurang pemberian pupuk”.66
64
Wawancara dengan Nurmalis, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
65
Wawancara dengan Umar Husen, 56 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 juni 2019.
66
Wawancara dengan Idrus, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
C. Upaya masyarakat dalam meningkatkan perekonomian perkebunan kelapa
Jabung Barat.
pengelolaan perkebunan kelapa sawit dimana proses awal pembukaan lahan, harga
sawit yang sering mengalami naik turun dan terjadinya trek, maka masyarakat
meingkatkan hasil dari produksi kelapa sawit sehingga dapat meningkatkan pendapatan
Seperti yang kita ketahui jika ada permasalahan tentu ada juga solusi atau upaya
yang akan dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut, sama halnya dengan
kendala-kendala yang di hadapi oleh masyarakat atau para petani Kelapa sawit di Desa
perekonomian para petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam
Kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut hasil wawancara peneliti dengan para petani
Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak Bahari selaku toke kelapa sawit di Desa
“ya, benar yang di sampaikan oleh bapak Kepala Desa tadi karena dengan
berlangganan menjual hasil panen ke toke tempat petani meminjam uang,
dapat menjadi pertimbangan bagi toke, petani bisa mencicil hutangnya setiap
kali pemanenan.”.68
Seperti hal nya yang di sampaikan oleh bapak Ali sebagai petani kelapa sawit, yang
mengatakan:
“dalam usaha tani kelapa sawit ini mendapat dampingan dari pemerintah,
setiap dua tahun sekali diadakan penyuluhan dan pembentukan kelompok
tani”. 69
Berikut yang di sampaikan oleh Ibu Raya sebagai petani kelapa sawit, mengatakan:
Dalam memilih dan menentukan pupuk seperti apa yang baik untuk buah kelapa
sawit harus benar-benar dilakukan dengan tepat agar hasil buah sawit menjadi
67
Wawancara denganAhmad Hanavi, 64 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
68
Wawancara dengan Bahari, 52 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 juni 2019.
69 69
Wawancara dengan Ali, 60 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
70
Wawancara dengan Raya, 51 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo Kecamatan
Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 12 Juni 2019.
meningkat. Jika tanaman sawit dapat tumbuh dengan baik, maka harapan untuk
Dalam menentukan bibit kelapa sawit yang akan ditanam juga membutuhkan
keahlian dan ketelitian, karena jika tidak teliti dalam memilih bibit kelapa sawit yang
baik maka dapat di pastikan tanaman sawit yang di tanam tidak akan berbuah
maksimal.
Sebagaimana wawancara dengan bapak Samsul Bahri sebagai petani kelapa sawit,
yang mengatakan:
“sebaiknya dalam memilih bibit kelapa sawit yang benar kita harus memilih
bibit yang dianjurkan oleh pemerintah atau memilih bibit yang memiliki
sertifikat, memilih bibit yang bentuk tunasnya bagus, tidak bengkok, tunas
dan akar masih segar, kemudian tudung akar masih utuh”. 71
71
Wawancara dengan Samsul Bahri, 38 tahun, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Bojo
Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 13 Juni 2019.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
masyarakat di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
perekonomian mereka dengan adanya perkebunan kelapa sawit, karena membuka lapangan
pekerjaaan bagi masyarakat di Desa Tanjung Bojo baik yang dari tidak memiliki tamatan,
hingga yang memiliki tamatan atau ijazah SD, SMP, SMA hingga lulusan S1, pendapatan
yang mereka hasilkan dari perkebunan kelapa sawit dapat memenuhi kebutuhan mereka,
sehingga yang dulunya tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan anaknya kejenjang yang
lebih tinggi sekarang akhirnya bisa dikarenakan pendapatan yang dihasilkan dari usahatani
kelapa sawit, selain itu masyarakat (petani kelapa sawit) bisa membeli kendaraan,
merenovasi dan bahkan membangun rumah dari hasil perkebunan kelapa sawit tersebut.
Namun tidak bisa dipungkiri jika dalam setiap usaha mengalami berbagai kendala atau
masalah, demikian juga dengan usaha masyarakat dalam perkrbunan kelapa sawit seperi
kendala atau kesulitan yang dihadapi saat membuka lahan perkebunan kelapa sawit yang
memerlukan modal cukup besar, terjadinya penurunan harga yang tidak menentu yang
membuat petani resah, dan turunnya hasil produksi dari tandan buah sawit yang dipanen.
Tapi hal tersebut tidak langsung membuat petani berhenti dalam usahatani kelapa sawit,
seperti melakukan kerjasama antara petani kelapa sawit dengan pihak perusahaan atau PT,
B. Saran
untuk memberi bantuan berupa pupuk subsidi kepada para petani yang yang mengalami
kendala perawatan lahan pertanian pada masa sulit seperti harga sawit yang menurun
menurunkan harga sawit terlalu rendah karena akan menyusahkan masyarakat selaku
pada saat harga sawit tinggi dan hasil panen melimpah, masyarakat harus berpemikian
kedepan dan menabung, agar jika harga sawit menurun dan hasil panen juga menurun
demikian karya ini ditulis, semoga menjadi sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi masyarakat umumnya. Karya ini penulis sadari masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak tentunya
DAFTAR PUSTAKA
A. Literature.
JR. Raco. Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulan. (Jakarta:
Grasindo).
Maruli Pardamean. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit.
(Yogyakarta: Lily Publisher).
M. L. Jhingan. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. (Jakarta: PT. Raja
Grasindo Persada).
Miftah Toha. 2004. Perilaku Dalam Organisasi , Konsep Dasar Dan Aplikasi. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada).
Prasetyo dan P. Eko. 2009. Fundamental Makro Ekonomi. (Yogyakarta: Beta Offset).
Sayuti Una. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. (Jambi: Syariah Press).
Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang)
Selardi Sastrosayono. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. (Jakarta Selatan: PT. Agromedia
Pustaka).
Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka
Cipta).
Soeratno. 2004. Ekonomi Makro Pengantar. (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi).
Sukirno dan Sadono. 2004. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Pustaka).
B. Sumber lain
Gambar 1.1
Wawncara dengan pemilik kebun kelapa sawit
5Gambar 1.2
Petani yang mengangkut tandan buah sawit
Gambar 1.3
Truk pengangkut sawit
Gambar 1.4
Wawancara dengan toke sawit
Gambar 1.5
Wawancara dengan perangkat Desa Tanjung Bojo
Gambar 1.6
Petani sawit yang berangkat ke kebun
Gambar 1.7
Petani yang memanen sawit
Gambar 1.8
Tandan buah sawit yang di kumpulkan ditempat toke
Gambar 1.9