Disusun oleh :
Ismi Nurazizah
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an ini merupakan sumber dan dalil pokok hukum Islam pertama yang
berbahasa Arab. Oleh karena itu, dalam usaha memahami dan menggali hukum dari alquran
tersebut sangat tergantung pada kemampuan memahami Bahasa Arab.
Dalam ulumul Quran sendiri , salah satu konsep dan cabang ilmu yang perlu dibahas
agar makna al-Quran bisa dipahami dengan tepat adalah ilmu tentang Am dan Khas. Ilmu ini
telah menjadi bahasan oleh para ulama dan telah lahir karya-karya yang secara khusus
membahas tentang Am dan khas.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
‘Aam secara bahasa adalah umum1. Secara istilah adalah lafaz\ yang meliputi
pengertian yang masih umum (termasuk makna dalam lafaz\ itu) tanpa dibatasi oleh
bahasanya2. Dengan peryataan lain bahwa ‘aam merupakan lafaz\ yang masih mempunyai
arti yang luas, sehingga dalam memberikan arti harus sesuai dengan peryataan/kebutuhan
kalimat yang ada. Karena pada lafaz\ ‘aam maksud yang terkandung tidak mesti sesuai
dengan arti bahasanya. Dan apabila arti yang dimaksud lafaz\ ‘aam sudah dipastikan, maka
arti yang lain tidak menutup kemungkinan untuk dapat ditetapkan, karena pada lafaz\ ‘aam
ini tidak ditemukan adanya petunjuk yang membatasi artinya.
Berbeda dengan lafaz\ Nakhirah, yang secara bahasa adalah yang tidak tentu3, dan
secara definisi adalah setiap isim (kata benda) yang bersifat umum pada seluruh kesatuan
jenisnya dan tidak tertentu pada satu arti dari beberapa satuan yang ada, namun tak dapat
diartikan dalam jenis yang lain 4. Sebagai contoh lafaz\ (رجلorang laki-laki), yang dimaksud
lafaz\ رجلini adalah seluruh orang laki-laki dari keturunan Nabi Adam, sehingga tidak
tertentu pada seorang laki-laki saja. Namun lafaz\ nakhirah ini bias tertentu pada satu arti
apabila ada keterangan yang mendukungnya, misalnya dengan masuknya Alif dan Laam () ال
ta‟rif. Meski demikian arti dari lafaz\ nakhirah tidak bisa dibelokkan kepada arti yang lain,
sehingga perbedaan nyata lafaz\ „aam dan nakhirah, bahwa lafaz\ ;aam dapat diartikan bebas,
tidak tertentu pada satu jenis arti bahasa yang ada, sedangkan pada lafaz\ nakhirah dapat luas
namun terbatas pada jenis arti yang ada.
Shighat Am adalah kata-kata atau lafadz yang digunakan dalam kalimat ‘amm
(umum). Manna’ al-Qaththan dalam bukunya Mabahith fi Ulum al-Qur’an menyatakan
bahwa sighat ‘amm yang biasa dipakai antara lain, pertama, kull, seperti firman Allah: كل نفس
1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif,1997), h.
974
2
Imam Tajudin Abd Al-Wahab Ibn Al-Subuki, Jam‟u Al-Jawami‟, Juz I, (Semarang: Thoha Putra, tt.), h. 398-
399
3
Ibid.h. 1461.
4
Muhammad bin Ahmad bin „Abd Al-Baari Al-Dali, Al-Kawakibu Al-Dariyyah: Syarah Mutammimah Al-
Ajrumiyyah, Juz I, karya Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-Sonhaji atau Ibnu Ajrum, (Surabaya:
Hidayah tt.), h. 45
2
( ذائقة الموتQs Al-Imran :185 ) dan ( ... كل شيء خالقQs Al-an'am : 102) Semakna dengan
lafad kull adalah lafad jami’. Kedua, lafad{ yang dima’rifahkan dengan al yang bukan al -
‘ahdiyah. Sebagai contoh, (... والعصر إن اإلنسان لفي خسرQs. Al-Asr: 1-2) maksudnya setiap
manusia, berdasarkan ayat selanjutnya : ( ... اال الذين أمنواوعملواالصالحاتQs. Al-Asr : 3).
(:١٦Qs. an-nisa) َوالَّ ٰذ ِن يَأْتِ ٰينِ َها مِ ْنكُ ْم فَ ٰاذ ُ ْوهُ َما
ٰٰۤ ُ
(: ١٨ Qs. Al-Alqaf) ولىِٕكَ الَّ ِذيْنَ َح َّق َعلَ ْي ِه ُم ْالقَ ْو ُل ف ِْٓي ا ُ َم ٍّم ا
Kelima, semua isim syarat. Contohnya ف ِب ِه َما ۗ َو َم ْن َ ط َّو َ فمن َح َّج ْالبَيْتَ ا َ ِو ا ْعت َ َم َر َف ََل ُجنَا َح
َّ َّع َل ْي ِه ا َ ْن ي
(.. ع ِل ْي ٌم َ ع َخي ًْر ۙا فَا َِّن ه
َ ّٰللا شَاك ٌِر َ َ تQS al-Baqarah: 158). Ini menunjukkan umum bagi semua
َ ط َّو
yang berakal. Dan ( ... وماتفعلوامن خيريعلمه هللاQs. Al-Baqarah :197) Ini untuk
menunjukkan umum bagi yang tidak berakal. Keenam, ism al-Jins (kata jenis) yang
َ َفَ ْل َي ْحذَ ِر الَّ ِذيْنَ يُخَا ِلفُ ْونQs.
disandarkan kepada isim ma'rifah. Sebagai Contohnya, ( ع ْن ا َ ْم ِر ٓه
ص ْيكُ ُم ه
An-nur :63) Maksudnya, melanggar segala perintah Allah. Begitupula ّٰللاُ ِف ْٓي ِ ي ُْو
( ا َ ْو َال ِد ُك ْمQs.al – Nisa’: 11)5
B. Macam-macam ‘Amm
1. Lafal umum yang tidak mungkin ditakhsiskan, seperti dalam firman Allah :
Artinya :”Dan tidak ada suatu bintang melata pun d bumi melainkan Allah-;ah yang member
rizkinya.” (QS. Hud : 6) 3
Ayat di atas menerangkan sunatullah yang berlaku bagi setiap makhluk karena dilalah-nya
qat’I yang tidak menerima takhsis.
2. Lafal umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang kekhususannya,
seperti firman Allah :
5
Ibid., h. 316
3
وهلل على النا س حج البيت
Lafal manusia dalam ayat di atas adalah lafal umum, yang dimaksud adalah manusia yang
mukhalaf saja karena dengaan perantaraan akal dapat dikeluarkan dari keumuman lafal,
seperti anak kecil dan orang gila.
3. Lafal umum yang khusus seperti lagal umum yang tidak ditemui tanda yang
menunjukkan ditaakhsis seperti dalam firman Allah :
Artinya : “wanita-wanita yang ditolak hemdaknya menahan (menunggu) tiga kalii quru’.”
(QS. Al-Baqarah : 228)
Daalam uraian yang dikemukakan di atas diterangkan bahwa Al-quran seperti dalam firman
Allah :
Artinya :”dan orang-orang yang menuduh wanita—wanita yang baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan 4 orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) 80 kali
dera.” (QS. AN-Nur :4)”6
Lafad Khass berlawanan dengan lafad ‘amm. Lafad Khass adalah lafad yang
menunjukan makna khusus7. Para ulama berbeda dalam mendefinisikan Khass. Manna al-
Qattan mendefinisikan lafad Khass sebagai lafad yang tidak menghabiskan semua apa yang
pantas baginya tanpa ada pembatasan. Mustafa Said al-Khin memahami lafad Khass adalah
setiap lafad yang digunakan untuk menunjukkan makna satu atas beberapa satuan yang
diketahui. Abdul Wahhab Khallaf menjelaskan bahwa lafad Khass adalah lafadz yang
6
alialsudaer.blogspot.com/2017/05/makalah-am-dan-khas.html?m=1 diakses tanggal 18 september 2021,
pukul 10.06
7
Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), h.185
4
digunakan untuk menunjukkan satu orang tertentu8.10 Menurut Adib Shalih, lafad Khass
adalah lafad yang mengandung satu pengertian tunggal secara tunggal atau beberapa
pengertian yang terbatas. Sedangkan Saiful Hadi mengatakan lafad Khass adalah lafad yang
menunjukkan arti satu atau lebih tapi masih dapat di hitung atau terbatas, seperti:
9
الف رجال، رجَلن،رجل
Macam-Macam MuKhassis
MuKhassis dibagi menjadi dua macam, yaitu muKhassis muttasl dan muKhassis
munfasil. MuKhassis muttasil terbagi menjadi lima macam, yaitu 12:
Sifat, misalnya, وربائبكم الَلتي في حجوركم من نسائكم الَلتي دخلتم بهنLafad الَلتي دخلتم بهن adalah
sifat bagi lafad} nisa>’u kum. Maksudnya, anak perempuan istri yang telah digauli itu haram
dinikahi oleh suami, dan halal bila belum digauli.
8
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), h. 299.
9
Saeful Hadi, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), h. 46
10
al-Qattan, Mabahits, terj. Mudzakir, h. 319
11
Ibid., h. 319
12
Ibid.,
13
Qs. An-Nur : 4-5
5
Syarat, misalnya14 Lafad ( ان ترك خيراjika ia meninggalkan harta) merupakan syarat dalam
wasiat.
Badal Ba’dh min Kull (sebagian menggantikan keseluruhan) misalnya, وهلل على الناس حج البيت من
(... استطاع اليه سبيَلQs. Al-Imran : 97). Lafad .. من استطاعadalah badal dari .الناسMaka
kewajiban haji hanya khusus bagi mereka yang mampu.
Adapun muKhassis munfasil adalah muKhassis yang terdapat di tempat lain, baik ayat, hadis,
ijma’ ataupun qiyas. Contoh yang ditakhsis oleh Quran ialah al-Baqarah : 228). Ayat ini
adalah ‘amm , mencakup setiap istri yang dicerai baik dalam keadaan hamil maupun tidak,
sudah digauli maupun belum. Tetapi keumuman ini ditakhsis oleh Qs. At-thalaq :4 dan Qs.
Al-Ahzab : 49.
Dilalah lafadz ‘amm اذاوردالعام على سبب حاص فالعبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب
Artinya :”apabila am datang karena sebab khas, maka yang dianggap adalah umumnya lafal,
bukan khususnya sebab.”
Hal tersebut karena perintah ibadah kepada seluruh hamba Allah hanya
dengan lafal yang datang dari syar’i, padahal lafal ini umum. Jika menjumpai suatu hadist
Nabi SAW yang merupakan jawaban atas suatu pertanyaan tiba-tiba kita lihat bahwa itu
menggunakan perkataan (lafal) yang memberikan pengertian umum maka kita tidak usah
mengembalikan pada sebab timbulnya hadis tersebut. Dalam hal ini, kita mengambil
kesimpulan hukum dari hadist tersebut.
Artinya :”Hai, Rasulullah ! bahwasanya kita ini sedang mengarungi lautan, padahal kita
hanya membawa air sedikit saja, dan bila kita berwudhu dengan air ini, tentu kita akan
14
Qs. Al-Baqarah :180
6
kehausan apakah kita boleh berwudhu dengan air laut ? maka Nabi SAW, bersabda, “laut itu
airnya suci dan binantangnya halal dimakan)” (HR. Tirmidzi )
Jawaban itu seolah olah diberikan karena terpaksa (darurat), hingga andai kata tidak ada
keadaan yang serupa, maka hukum air laut dan bangkai bintangnya tidak demikian. Namun,
sesuai dengan kaidah di atas, maka pengertian jawaban Nabi SAW. itu menunjukkan yang
‘am. Hukum itu berlaku dalam keadaan terpaksa ataupun tidak, meskipun timbulnya karena
ada sebab yang khas, tetapi memberikan pengertian umum”
Lafadz khas ditemui dalam nash diartikan sesuai dengan arti sebenarnya, selama
tidak ditemukan dalil yang memalingkannya pada arti lain. Contohnya, hukuman yang
dijatuhkan kepada orang yang menuduh berbuat zina adalah delapan puluh kali jera. Tidak
boleh lebih dan tidak boleh kurang. Namun apabila ditemukan dalil yang dapat memalingkan
arti lain.maka hukuman tersebut dilaksanakan sesuai dengan dilalah dari arti bukti itu.
Kalau lafadz khas dalam bentuk amar atau berita yang mengandung arti amar maka perintah
َ فا َ ْقartinya :
itu atau berita mengandung arti wajib.seperti firman Allah SWT طعُ ْوا ا َ ْي ِديَكُ ْم
potonglah tangan keduanya (QS.Al-Maidah:38)
Dalam bentuk berita yang mengandung arti amar seperti dalam firman Allah SWT
Ayat ini memberikan petunjuk wajib bagi perempuan yang di talak untuk menahan diri. Amar
atu yang semakna dengan amar mengndung arti wajib selama tidak ditemukan bukti yang
dapat memalingkan kepada arti lain. Tetapi kalau ada bukti yang menunjukkan pada arti lain
dapat diartikan dengan mubah, irsya (petunjuk), kebolehan,ancaman,kemuliaan,tahzir,dan
sebagainya15
15
alialsudaer.blogspot.com/2017/05/makalah-am-dan-khas.html?m=1 diakses tanggal 18 september 2021,
pukul 10.06
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
‘Amm adalah suatu perkataan yang memberi pengertian umum dan meliputi segala
sesuatu yang terkandung dalam perkataan itu dengan tidak terbatas, misalnya al-Insan yang
berarti manusia.
Shighat Am adalah kata-kata atau lafadz yang digunakan dalam kalimat ‘amm
(umum).
Khas adalah lafad yang menunjukan makna khusus. MuKhassis dibagi menjadi dua macam,
yaitu muKhassis muttasl dan muKhassis munfasil. MuKhassis muttasil terbagi menjadi lima
macam, yaitu : Istisna’ (pengecualian), Sifat, Syarat Ghayah (batas sesuatu), Badal Ba’dh min
Kull (sebagian menggantikan keseluruhan)
Lafadz Khas ialah lafadz yang dilalahnya berlaku bagi seseorang yang namanya
disebutkan seperti Muhammad atau seseorang yang disebutkan jenisnya umpamanya seorang
lelaki atau beberapa orang tertentu seperti tiga orang, sepuluh orang, seratus orang,
sekelompok orang. Jadi berarti lafadz Khas tidak mencakup semua namun hanya berlaku
untuk sebagian tertentu.
8
DAFTAR PUSTAKA
Imam Tajudin Abd Al-Wahab Ibn Al-Subuki, Jam‟u Al-Jawami‟, Juz I, (Semarang:
Thoha Putra, tt.), h. 398-399
Muhammad bin Ahmad bin „Abd Al-Baari Al-Dali, Al-Kawakibu Al-Dariyyah: Syarah.
Mutammimah Al-Ajrumiyyah, Juz I, karya Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-
Sonhaji atau Ibnu Ajrum, (Surabaya: Hidayah tt.), h. 45
https://www.kangdidik.com/2019/11/konsep-dan-pengertian-am-dan-khas-
dalam.html?m=1 diakses tanggal 18 september 2021, pukul 10.12
https://media.neliti.com/media/publications/67352-ID-amm-dan-khass-pengaruhnya-
dalam-penafsir.pdf diakses tanggal 11 september 2021, pukul 13.26