Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

‘AM dan KHAS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an II

Dosen Pengampu : H. Subhan, MA

Disusun oleh :

Ismi Nurazizah

Hanifah Nur Muthmainah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUSSALAAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Quran merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


Shallallahu Alaihi Wasallam oleh Allah subhanahu wa taala melalui perantara Malaikat Jibril.
Diawali dengan surat Alfatihah dan di akhiri dengan Surat annas. Didalamnya terdapat ayat
ayat yang perlu dipahami oleh para ahli ulumul qur'an. Karena tidak semua ayat bisa
langsung dimengerti oleh sebagian orang.

Al Qur’an ini merupakan sumber dan dalil pokok hukum Islam pertama yang
berbahasa Arab. Oleh karena itu, dalam usaha memahami dan menggali hukum dari alquran
tersebut sangat tergantung pada kemampuan memahami Bahasa Arab.

Dalam ulumul Quran sendiri , salah satu konsep dan cabang ilmu yang perlu dibahas
agar makna al-Quran bisa dipahami dengan tepat adalah ilmu tentang Am dan Khas. Ilmu ini
telah menjadi bahasan oleh para ulama dan telah lahir karya-karya yang secara khusus
membahas tentang Am dan khas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Am dan Shigat Umum?

2. Apa saja macam-macam Am?

3. Apa pengertian Khas dan Mukhashih?

4. Bagaimana Dilalah pengamalan Am dan Khos?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Am dan Shigat Umum,

2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam Am,

3. Untuk mengetahui pengertian Khas dan Mukhashih,

4. Untuk mengetahui bagaimana Dilalah pengamalan Am dan Khos.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Am dan Shighat

‘Aam secara bahasa adalah umum1. Secara istilah adalah lafaz\ yang meliputi
pengertian yang masih umum (termasuk makna dalam lafaz\ itu) tanpa dibatasi oleh
bahasanya2. Dengan peryataan lain bahwa ‘aam merupakan lafaz\ yang masih mempunyai
arti yang luas, sehingga dalam memberikan arti harus sesuai dengan peryataan/kebutuhan
kalimat yang ada. Karena pada lafaz\ ‘aam maksud yang terkandung tidak mesti sesuai
dengan arti bahasanya. Dan apabila arti yang dimaksud lafaz\ ‘aam sudah dipastikan, maka
arti yang lain tidak menutup kemungkinan untuk dapat ditetapkan, karena pada lafaz\ ‘aam
ini tidak ditemukan adanya petunjuk yang membatasi artinya.

Berbeda dengan lafaz\ Nakhirah, yang secara bahasa adalah yang tidak tentu3, dan
secara definisi adalah setiap isim (kata benda) yang bersifat umum pada seluruh kesatuan
jenisnya dan tidak tertentu pada satu arti dari beberapa satuan yang ada, namun tak dapat
diartikan dalam jenis yang lain 4. Sebagai contoh lafaz\ ‫(رجل‬orang laki-laki), yang dimaksud
lafaz\ ‫رجل‬ini adalah seluruh orang laki-laki dari keturunan Nabi Adam, sehingga tidak
tertentu pada seorang laki-laki saja. Namun lafaz\ nakhirah ini bias tertentu pada satu arti
apabila ada keterangan yang mendukungnya, misalnya dengan masuknya Alif dan Laam (‫) ال‬
ta‟rif. Meski demikian arti dari lafaz\ nakhirah tidak bisa dibelokkan kepada arti yang lain,
sehingga perbedaan nyata lafaz\ „aam dan nakhirah, bahwa lafaz\ ;aam dapat diartikan bebas,
tidak tertentu pada satu jenis arti bahasa yang ada, sedangkan pada lafaz\ nakhirah dapat luas
namun terbatas pada jenis arti yang ada.

Shighat Am adalah kata-kata atau lafadz yang digunakan dalam kalimat ‘amm
(umum). Manna’ al-Qaththan dalam bukunya Mabahith fi Ulum al-Qur’an menyatakan
bahwa sighat ‘amm yang biasa dipakai antara lain, pertama, kull, seperti firman Allah: ‫كل نفس‬

1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif,1997), h.
974
2
Imam Tajudin Abd Al-Wahab Ibn Al-Subuki, Jam‟u Al-Jawami‟, Juz I, (Semarang: Thoha Putra, tt.), h. 398-
399
3
Ibid.h. 1461.
4
Muhammad bin Ahmad bin „Abd Al-Baari Al-Dali, Al-Kawakibu Al-Dariyyah: Syarah Mutammimah Al-
Ajrumiyyah, Juz I, karya Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-Sonhaji atau Ibnu Ajrum, (Surabaya:
Hidayah tt.), h. 45
2
‫( ذائقة الموت‬Qs Al-Imran :185 ) dan ( ... ‫كل شيء خالق‬Qs Al-an'am : 102) Semakna dengan
lafad kull adalah lafad jami’. Kedua, lafad{ yang dima’rifahkan dengan al yang bukan al -
‘ahdiyah. Sebagai contoh, (... ‫والعصر إن اإلنسان لفي خسر‬Qs. Al-Asr: 1-2) maksudnya setiap
manusia, berdasarkan ayat selanjutnya : ( ... ‫اال الذين أمنواوعملواالصالحات‬Qs. Al-Asr : 3).

ُ ُ‫فَ ََل َرفَثَ َو َال ف‬


Ketiga, isim nakirah dalam konteks nafy dan nahy, seperti: ‫س ْو َق َو َال ِجدَا َل فِى‬
ْ
( ... ِ‫ال َحج‬Qs. Al-Baqarah :187), ( ... ‫فَلتقل لهماأف والتنهرهما‬Qs Al-Isra :23). Keempat, ‫التي‬
dan ‫ الذي‬Serta cabangnya, Misalnya : ( ٓ ‫ف لَّكُ َما‬ ْ ‫والَّذ‬Qs.
ٍّ ُ ‫ِي َقالَ ل َِوا ِلدَ ْي ِه ا‬ َ Al-Ahqaf :17).
Maksudnya, setiap orang yang mengatakan seperti itu, berdasarkan firman Allah
sesudahnya dalam sighat jama’, yaitu:

(:١٦Qs. an-nisa) ‫َوالَّ ٰذ ِن يَأْتِ ٰينِ َها مِ ْنكُ ْم فَ ٰاذ ُ ْوهُ َما‬
ٰٰۤ ُ
(: ١٨ Qs. Al-Alqaf) ‫ولىِٕكَ الَّ ِذيْنَ َح َّق َعلَ ْي ِه ُم ْالقَ ْو ُل ف ِْٓي ا ُ َم ٍّم‬ ‫ا‬

Kelima, semua isim syarat. Contohnya ‫ف ِب ِه َما ۗ َو َم ْن‬ َ ‫ط َّو‬ َ ‫فمن َح َّج ْالبَيْتَ ا َ ِو ا ْعت َ َم َر َف ََل ُجنَا َح‬
َّ َّ‫ع َل ْي ِه ا َ ْن ي‬
(.. ‫ع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ع َخي ًْر ۙا فَا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا شَاك ٌِر‬ َ َ ‫ت‬QS al-Baqarah: 158). Ini menunjukkan umum bagi semua
َ ‫ط َّو‬
yang berakal. Dan ( ... ‫وماتفعلوامن خيريعلمه هللا‬Qs. Al-Baqarah :197) Ini untuk
menunjukkan umum bagi yang tidak berakal. Keenam, ism al-Jins (kata jenis) yang
َ َ‫فَ ْل َي ْحذَ ِر الَّ ِذيْنَ يُخَا ِلفُ ْون‬Qs.
disandarkan kepada isim ma'rifah. Sebagai Contohnya, ( ‫ع ْن ا َ ْم ِر ٓه‬
‫ص ْيكُ ُم ه‬
An-nur :63) Maksudnya, melanggar segala perintah Allah. Begitupula ‫ّٰللاُ ِف ْٓي‬ ِ ‫ي ُْو‬
‫( ا َ ْو َال ِد ُك ْم‬Qs.al – Nisa’: 11)5

B. Macam-macam ‘Amm

1. Lafal umum yang tidak mungkin ditakhsiskan, seperti dalam firman Allah :

‫و ما من دا بة فى اال ر ض اال على هللا ر ز قها‬

Artinya :”Dan tidak ada suatu bintang melata pun d bumi melainkan Allah-;ah yang member
rizkinya.” (QS. Hud : 6) 3

Ayat di atas menerangkan sunatullah yang berlaku bagi setiap makhluk karena dilalah-nya
qat’I yang tidak menerima takhsis.

2. Lafal umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang kekhususannya,
seperti firman Allah :

5
Ibid., h. 316
3
‫وهلل على النا س حج البيت‬

Artinya :”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah.”

(QS. Ali Imron :97)

Lafal manusia dalam ayat di atas adalah lafal umum, yang dimaksud adalah manusia yang
mukhalaf saja karena dengaan perantaraan akal dapat dikeluarkan dari keumuman lafal,
seperti anak kecil dan orang gila.

3. Lafal umum yang khusus seperti lagal umum yang tidak ditemui tanda yang
menunjukkan ditaakhsis seperti dalam firman Allah :

‫و المطلقا ت يتر بصن بأ نفسهن ثل ثة قر و ء‬

Artinya : “wanita-wanita yang ditolak hemdaknya menahan (menunggu) tiga kalii quru’.”
(QS. Al-Baqarah : 228)

Daalam uraian yang dikemukakan di atas diterangkan bahwa Al-quran seperti dalam firman
Allah :

..…‫و الذ ين مو ن المحصنا ت ثم لم يأ‬

Artinya :”dan orang-orang yang menuduh wanita—wanita yang baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan 4 orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) 80 kali
dera.” (QS. AN-Nur :4)”6

C. Pengertian Khas dan Mukhassis

Lafad Khass berlawanan dengan lafad ‘amm. Lafad Khass adalah lafad yang
menunjukan makna khusus7. Para ulama berbeda dalam mendefinisikan Khass. Manna al-
Qattan mendefinisikan lafad Khass sebagai lafad yang tidak menghabiskan semua apa yang
pantas baginya tanpa ada pembatasan. Mustafa Said al-Khin memahami lafad Khass adalah
setiap lafad yang digunakan untuk menunjukkan makna satu atas beberapa satuan yang
diketahui. Abdul Wahhab Khallaf menjelaskan bahwa lafad Khass adalah lafadz yang

6
alialsudaer.blogspot.com/2017/05/makalah-am-dan-khas.html?m=1 diakses tanggal 18 september 2021,
pukul 10.06
7
Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), h.185
4
digunakan untuk menunjukkan satu orang tertentu8.10 Menurut Adib Shalih, lafad Khass
adalah lafad yang mengandung satu pengertian tunggal secara tunggal atau beberapa
pengertian yang terbatas. Sedangkan Saiful Hadi mengatakan lafad Khass adalah lafad yang
menunjukkan arti satu atau lebih tapi masih dapat di hitung atau terbatas, seperti:

9
‫ الف رجال‬،‫ رجَلن‬،‫رجل‬

Definisi tersebut di atas, sekalipun berbeda redaksinya, memiliki kesamaan dalam


memahami lafad Khass. Lafad ‘amm menunjukkan makna umum. Sebaliknya, lafad Khass
digunakan untuk menunjukkan makna khusus. Manna al-Qattan menyatakan bahwa “Khass
adalah lawan kata ‘amm, karena itu tidak menghabiskan semua apa yang pantas baginya
tanpa pembatasan.”10 Karena Khass tidak dapat menghabiskan semua apa yang pantas
baginya tanpa pembatasan maka diperlukan adanya takhsis (pembatasan) tersebut. Takhsis
adalah mengeluarkan sebagian apa yang dicakup lafad ‘amm 11.

Macam-Macam MuKhassis

MuKhassis dibagi menjadi dua macam, yaitu muKhassis muttasl dan muKhassis
munfasil. MuKhassis muttasil terbagi menjadi lima macam, yaitu 12:

Istisna (pengecualian) seperti dalam firman Allah 13

Sifat, misalnya, ‫ وربائبكم الَلتي في حجوركم من نسائكم الَلتي دخلتم بهن‬Lafad ‫الَلتي دخلتم بهن‬ adalah
sifat bagi lafad} nisa>’u kum. Maksudnya, anak perempuan istri yang telah digauli itu haram
dinikahi oleh suami, dan halal bila belum digauli.

8
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), h. 299.
9
Saeful Hadi, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), h. 46
10
al-Qattan, Mabahits, terj. Mudzakir, h. 319
11
Ibid., h. 319
12
Ibid.,
13
Qs. An-Nur : 4-5

5
Syarat, misalnya14 Lafad ‫( ان ترك خيرا‬jika ia meninggalkan harta) merupakan syarat dalam
wasiat.

ُ ْ‫سكُ ْم َحتهى يَ ْبلُ َغ ْال َهد‬


Ghayah (batas sesuatu), seperti dalam ٗ‫ي َمحِ لَّه‬ َ ‫( َو َال ت َحْ ِلقُ ْوا ُر ُء ْو‬Qs. Al-Baqarah
:186).

Badal Ba’dh min Kull (sebagian menggantikan keseluruhan) misalnya, ‫وهلل على الناس حج البيت من‬
(... ‫استطاع اليه سبيَل‬Qs. Al-Imran : 97). Lafad .. ‫ من استطاع‬adalah badal dari .‫الناس‬Maka
kewajiban haji hanya khusus bagi mereka yang mampu.

Adapun muKhassis munfasil adalah muKhassis yang terdapat di tempat lain, baik ayat, hadis,
ijma’ ataupun qiyas. Contoh yang ditakhsis oleh Quran ialah al-Baqarah : 228). Ayat ini
adalah ‘amm , mencakup setiap istri yang dicerai baik dalam keadaan hamil maupun tidak,
sudah digauli maupun belum. Tetapi keumuman ini ditakhsis oleh Qs. At-thalaq :4 dan Qs.
Al-Ahzab : 49.

D. Dilalah pengamalan ‘amm dan khas

Dilalah lafadz ‘amm ‫اذاوردالعام على سبب حاص فالعبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب‬

Artinya :”apabila am datang karena sebab khas, maka yang dianggap adalah umumnya lafal,
bukan khususnya sebab.”

Hal tersebut karena perintah ibadah kepada seluruh hamba Allah hanya

dengan lafal yang datang dari syar’i, padahal lafal ini umum. Jika menjumpai suatu hadist
Nabi SAW yang merupakan jawaban atas suatu pertanyaan tiba-tiba kita lihat bahwa itu
menggunakan perkataan (lafal) yang memberikan pengertian umum maka kita tidak usah
mengembalikan pada sebab timbulnya hadis tersebut. Dalam hal ini, kita mengambil
kesimpulan hukum dari hadist tersebut.

Contoh seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW.Katanya :

Artinya :”Hai, Rasulullah ! bahwasanya kita ini sedang mengarungi lautan, padahal kita
hanya membawa air sedikit saja, dan bila kita berwudhu dengan air ini, tentu kita akan

14
Qs. Al-Baqarah :180
6
kehausan apakah kita boleh berwudhu dengan air laut ? maka Nabi SAW, bersabda, “laut itu
airnya suci dan binantangnya halal dimakan)” (HR. Tirmidzi )

Jawaban itu seolah olah diberikan karena terpaksa (darurat), hingga andai kata tidak ada
keadaan yang serupa, maka hukum air laut dan bangkai bintangnya tidak demikian. Namun,
sesuai dengan kaidah di atas, maka pengertian jawaban Nabi SAW. itu menunjukkan yang
‘am. Hukum itu berlaku dalam keadaan terpaksa ataupun tidak, meskipun timbulnya karena
ada sebab yang khas, tetapi memberikan pengertian umum”

Dilalah lafadz khas

Lafadz khas ditemui dalam nash diartikan sesuai dengan arti sebenarnya, selama
tidak ditemukan dalil yang memalingkannya pada arti lain. Contohnya, hukuman yang
dijatuhkan kepada orang yang menuduh berbuat zina adalah delapan puluh kali jera. Tidak
boleh lebih dan tidak boleh kurang. Namun apabila ditemukan dalil yang dapat memalingkan
arti lain.maka hukuman tersebut dilaksanakan sesuai dengan dilalah dari arti bukti itu.

Kalau lafadz khas dalam bentuk amar atau berita yang mengandung arti amar maka perintah
َ ‫ فا َ ْق‬artinya :
itu atau berita mengandung arti wajib.seperti firman Allah SWT ‫طعُ ْوا ا َ ْي ِديَكُ ْم‬
potonglah tangan keduanya (QS.Al-Maidah:38)

Dalam bentuk berita yang mengandung arti amar seperti dalam firman Allah SWT

َ ‫ َو ْال ُم‬artinya : wanita yang ditalak hendaknya menahan dirinya (QS.Al-


‫طلَّقَتُ يَت ََر بَّصْنَ ِبا َ ْنفُ ِس ِه َّن‬
Baqarah:228)

Ayat ini memberikan petunjuk wajib bagi perempuan yang di talak untuk menahan diri. Amar
atu yang semakna dengan amar mengndung arti wajib selama tidak ditemukan bukti yang
dapat memalingkan kepada arti lain. Tetapi kalau ada bukti yang menunjukkan pada arti lain
dapat diartikan dengan mubah, irsya (petunjuk), kebolehan,ancaman,kemuliaan,tahzir,dan
sebagainya15

15
alialsudaer.blogspot.com/2017/05/makalah-am-dan-khas.html?m=1 diakses tanggal 18 september 2021,
pukul 10.06
7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

‘Amm adalah suatu perkataan yang memberi pengertian umum dan meliputi segala
sesuatu yang terkandung dalam perkataan itu dengan tidak terbatas, misalnya al-Insan yang
berarti manusia.

Shighat Am adalah kata-kata atau lafadz yang digunakan dalam kalimat ‘amm
(umum).

Macam-macam ‘amm terbagi menjadi 3 yaitu :

 ‘amm yang tetap dalam keumumannya


 ‘amm yang dimaksudkan khusus
 ‘amm yang dikhususkan

Khas adalah lafad yang menunjukan makna khusus. MuKhassis dibagi menjadi dua macam,
yaitu muKhassis muttasl dan muKhassis munfasil. MuKhassis muttasil terbagi menjadi lima
macam, yaitu : Istisna’ (pengecualian), Sifat, Syarat Ghayah (batas sesuatu), Badal Ba’dh min
Kull (sebagian menggantikan keseluruhan)

Lafadz Khas ialah lafadz yang dilalahnya berlaku bagi seseorang yang namanya
disebutkan seperti Muhammad atau seseorang yang disebutkan jenisnya umpamanya seorang
lelaki atau beberapa orang tertentu seperti tiga orang, sepuluh orang, seratus orang,
sekelompok orang. Jadi berarti lafadz Khas tidak mencakup semua namun hanya berlaku
untuk sebagian tertentu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka


Progresif,1997), h. 974

Imam Tajudin Abd Al-Wahab Ibn Al-Subuki, Jam‟u Al-Jawami‟, Juz I, (Semarang:
Thoha Putra, tt.), h. 398-399

Muhammad bin Ahmad bin „Abd Al-Baari Al-Dali, Al-Kawakibu Al-Dariyyah: Syarah.
Mutammimah Al-Ajrumiyyah, Juz I, karya Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-
Sonhaji atau Ibnu Ajrum, (Surabaya: Hidayah tt.), h. 45

Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2002), h.185
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), h. 299.

Saeful Hadi, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), h. 46


al-Qattan, Mabahits, terj. Mudzakir, h. 319

alialsudaer.blogspot.com/2017/05/makalah-am-dan-khas.html?m=1 diakses tanggal 18


september 2021,pukul 10.06

https://www.kangdidik.com/2019/11/konsep-dan-pengertian-am-dan-khas-
dalam.html?m=1 diakses tanggal 18 september 2021, pukul 10.12

https://media.neliti.com/media/publications/67352-ID-amm-dan-khass-pengaruhnya-
dalam-penafsir.pdf diakses tanggal 11 september 2021, pukul 13.26

https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/download/33/29/ diakses pada


tanggal 11 september 2021, pukul 14.12

Anda mungkin juga menyukai