Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

TASAWUF MODERN
Herry Dharmawan

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Sejarah t asawuf di indonesia - prof Haidar


danny abriant o

EPIST EMOLOGI TASAWUF MODERN HAMKA


muhammad ainun najib

Tubuh Skripsi.pdf
Manggala Kayan
TASAWUF MODERN

Oleh: Aulia Nurul Insani dan Herryanto Dharmawan

Herryd94@gmai.com aulianurul_insani@yahoo.com

ABSTRAK

Kehidupan di masa modern ini menjelaskan beberapa perubahan sesuai dengan tuntunan manusia
pada saat ini . Para sufi sudah memikirkan dari dahulu, permasalahan yang akan muncul pada
masa modern ini, salah satunya yang memisahkan manusia lepas dari agamanya, maka tasawuf
modern melalui tokoh-tokoh dapat menyemibangkan kembali manusia dalam bertasawuf. Tulisan
ini bertujuan menyelesaikan permasalahan dalam masa modern, dalam manusia agar tetap
bertasawuf ke Tuhanya, melalui teori-teori tasawuf modern agar manusia dapat mendapatkan
kebahagian setelah kehidupan di dunia. Berbagai masalah antara bertasawuf kepada tuhan yang
dilakukan oleh para sufi terdahulu sulit dikembangkan di masa modern ini, maka harus memiliki
pendekatan khusus. Penelitian ini yang berjudul “Tasawuf Modern” menggunakan metode
penelitian kualitatif dan metode studi literatur. Menurut Hamka dalam menjalankan tasawuf
modern ini bahwa muslim harus dapat menyeimbangkan di lingkungan masyarakat tanpa
menghilangkan budaya yang baru, agar tetap sesuai ajaran Al-Qur‟an dan As-Sunahnya sesuai
ajaran agama Islam.

Kata Kunci : Kebahagian, Seimbang, Pendekatan

A. Pendahuluan
Munculnya kejayaan Islam yang berupa pemikiran-pemikiran rasional yang
berkembang pesat, dengan demikian Islam dapat maju dengan pesat. Berlainan dengan
abad modern di Barat, adalah zaman ketika manusia menemukan dirinya sebagai
kekuatan yang dapat menyelesaikan persoalan-persoalan hidupanya, manusia bebas,
yang independen dengan Tuhan dan alam (Maksun, 2003). Menurut Roger Graudy
manusia modern tidak dapat menjawab persoalan-persoaln hidupnya sendiri, adanya
perkembangan corak pemikiran rasionalisme, liberalisme, pragmatisme, dan
sekulerisme. Pada aliran sekulerisme yang memisahkan dunia dan akhirat, hal ini perlu
diselesaikan dengan hanya agama.
Tasawuf merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara
membersihkan hati dari berbagai macam penyakit hati, mengisinya dengan sifat-sifat
terpuji melalui latihan (riyadhah), dalam pengertian lain tasawuf adalah ilmu yang
denganya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah
dengan menggunakan pengetahuan anda tentang Islam, khusunya fiqih dan pengetahuan
yang berkaitan untuk memperbaiki amal anda mengatasi batas-batas syariat Islam. Hal
ini tidak mudah masuk dalam zaman modern ini, maka perlunya tasawuf dalam
kehidupan modern ini yang dapat memberikan keseimbangan kembali untuk umat Islam
di dunia dalam menyelesaikan kehidupannya.

B. Tinjaun Pustaka

Pengertian Tasawuf menurut terminologi berasal dari kata Shuf yang berarti bulu
domba. Pengertian ini muncul dikarenakan kaum sufi sering menggunakan pakaian
yang berasal dari bulu domba kasar. Hal ini melambangkan bahwa mereka menjunjung
kerendahan hati serta menghindari sikap menyombongkan diri. Selain itu juga sebagai
simbol usaha untuk meninggalkan urusan-urusan yang bersifat duniawi.
Pengertian Modern ialah bgai contermpory atau up to date. Kata ini menunjukan
suatu keberhasilan dalam penguasahaan atau dunia alam. Atau dapat diartikan suatu
yang dilepas dari yang tersandar dari perinsip-prinsip abadi yang dalam realitasnya
mengatur segala sesuatu yang dibuat dikenal oleh manusia lewat pewahyuan dalam
pengertian paling luas kata itu (Maksun, 2003).
Pengertian tarekat yaitu asal kata dari „thariqah‟ yang artinya nya Jalan. Maksud
jalan disini ialah untuk menjadi orang yang selalu bertakwa dalam mendapatkan ridho‟i
Allah. Secara peraktis ialah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan
untuk membawa seseorang menjadi orang bertakwa (Kusmayadi, 2017).

C. Metode Penelitian
Artikel ini merupakan hasil dari pnelitian menggunakan metode pendekatan
kualitatif dengan melakukan pengkajian data-data kepustakaan yang bersumber dari
beberapa buku maupun literatur (Wati, 2017, hal. 17), dan beberapa artikel yang
membahas mengenai Tasawuf Modern. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode deskriptif yang memberikan penjelasan mengenai beberapa penjelasan
dari Tasawuf Modern.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Tasawuf Modern

Tasawuf modern itu tidak jauh berbeda makna tasawuf itu sendiri, hanya
lebih dipentingkan adalah bagaimana mengaplikasikan ajaran-ajaran Al-Qur‟an
dalam kehidupan kita sehari-hari serta bagaiman kita bertingkah dalah kehidupan
ini sehingga tidak adanya kesenjangan sosial masyarakat. Dapat diartikan tasawuf
modern dengan meninggalkan praktek yang memisahkan diri dari kehidupan dunia
dan menggantikan dengan tidak memisahkan diri dari tatanan sosial kemasyarakat.,
lebih memperharikan sesama sosial kemasyarakatan. Seperti dikatakan Junaid
ketika mula-mula timbul semua orang bisa menjadi sufi tidak perlu memakai
terntentu atau bendera tertentu, karena sebagaian semua itu tidak lebih hanya
merupakan kesalaham pemahan tentang makna tasawuf itu sendiri (Hamka, 2003).
Manusia modern yang telah kehilangan makna dan tujuan hidup, seperti
perliku yang sudah dilakukan terhadap alam ini, yang menjadi buruk, seperi hutan
yang digundul, paintai dikotori. Terjadi kehilangan harmoni, baik dalam hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, dengan alam bahkan dengan Tuhan. maka uraian
di atas dapat diimplentasikan tasawuf di era modern sangat dibutuhkan dengan
mengakui transformasi pemahaman tasawuf agar mudah dicerna oleh manusia
modern dengan kecerdasan spiritual1, karena kecerdasan spiritual adalah jalan
menuju tasawuf, untuk mendekati diri dengan tuhan pada masa modern. (Farida,
2011).
2. Urgensi Tasawuf Modern
Menurut Qomarudin Hidayat (2003) yang dikutip oleh, salah satu identitas
masyarakat modern ialah sikapnya yang agresif terhadap kemajuan (progress) yang
didorong oleh berbagai prestasi yang dicapai melalui ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek). Semua harus tunduk oleh kejayaan iptek yang berporos pada
rasionalitas. Karena sifatnya mengunggulkan rasionalitas, karakteristik masyarakat
modern ini sifatnya berubah-ubah dimana masing-masing mereka berusaha untuk
mencari makna tentang sesuatu secara lebih rasional dan biasa berbentuk material
(kebendaan) (Noer, 2003).

1
Jamaludin Ancok, Memaklumi Kebenaran Hidup dalam Makalah Khas Tasawuf no 09 TH II, 2002, 13.
Disisi lain sebagai akibat modernitas, dimensi spiritual keagamaan
masyarakat modern menjadi kering dan tereduksi sehingga proses pencarian akan
spirutualitas semakin meningkat. Masyarakat yang hanya mementingkan material
cendreung akan merasa gelisah dan tidak bahagia dengan kesenangan material yang
diperolehnya. Kegelisahan dan ketidak-puasan ini membawa pada hal-hal negatif
dan tidak menguntungkan masyarakat, bahkan dapat membawa kepada keruntuhan
masyarakat (Noer, 2003).

Sebuah kenyataan dan adanya kecendrungan bahwa spiritualisme yang


bersumber dari agama semakin mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat
modern sangat menarik untuk dicermati terutama di dunia Barat (Kahmad, 2002).
Munculnya tasawuf atau sufisme sebagai alternatif untuk merespon kekeringan
spiritual masyarakat modern tampaknya cukup beralasan. Karena krisis besar yang
melanda umat manusia tidak dapat hanya diatasi dengan keunggulan iptek sebagai
ideologi besar yang dianut oleh negara-negara di dunia (Noer, 2003). Ideologis
sosialisme-komunisme, misalnya telah gagal total, demikian juga ideologi
kapitalisme-liberalisme, juga dianggap goyah dan rapuh, tinggal menuggu lonceng
kematiannya. Para pengamat khususnya futurology hampir sepakat terhadap hal itu.
Disinilah kemudian agama mulai dilirik, sebagai harapan dan benteng terakhir
untuk menyelamatkan peradaban manusia dari kehancuran (Nata, 1997).

Di era modern ini muncul gejala baru yang berbeda dari era sebelumnya.
Tarekat kesufian bermunculan di tempat yang tak terkirakan sebelumnya, seperti di
Manhattan, New York, kini banyak dibangun pusat kajian sufisme yang lengkap
dengan sufi bookstore-nya. Di Indonesia sendiri dalam beberapa tahun terakhir,
gejala munculnya penghayatan sufisme kepanggung kehidupan keagamaan juga
terlihat dengan jelas (Nata, 1997). Media masa sering melaporkan misalnya bahwa
literatur sufisme termasuk buku-buku terlaris di pasaran. Kursus-kursus tasawuf
bagi kalangan sosial menengah ke atas yang diselenggarakan oleh lembaga
semacam LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat) dan Paramadina menarik
minat cukup tinggi, terutama di kalangan kaum kota dan terdidik secara modern. Di
Banjarmasin, tepatnya di Banjarbaru yang digagas oleh IAIN Antasari juga
dibangun pendidikan untuk lanjut usia, dimana meterinya juga berkaitan dengan
ilmu tasawuf. Kehidupan sufistik ini juga bahkan merambah ke dunia syair.
Terdapat seniman atau penyanyi yang tidak malu-malu lagi memproklamirkan
dirinya sebagai penyair sufistik. Sejalan dengan hal tersebut Sayyed Husein Nasr
dalam suatu surveinya (1990) menyimpulkan dalam beberapa dekade terakhir ini
terjadi peningkatan signifikan dalam minat terhadap sufisme, terutama di kalangan
terdidik (Noer, 2003).
Dimensi tasawuf dalam Islam merupakan sebuah terapi dalam mengatasi
berbagai problema masyarakat modern yang perlu untuk digali dan dikembangkan
serta dimasyarakatkan. Tasawuf juga melatih manusia memiliki ketajaman batin
dan kehalusan budi pekerti. Sikap ketulusan bathin dan kehalusan budi pekerti
menyebabkan ia akan selalu mengutamakan pertimbangan kemanusian pada setiap
masalah yang dihadapi. Dengan demikain ia akan terhindar dari perbuatan-
perbuatan tercela (Noer, 2003).
Tarikat yang ada dalam ajaran tasawuf akan membawa manusia memiliki
jiwa istiqamah, jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu
mempunyai pegangan dalam hidup. Keadaan demikian menyebabkan ia selalu
tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup (Nasr, 1985).
Terhindar dari kegelisahan jiwa, stres dan putus asa. Ajaran tawakkal pada Tuhan,
menyebabkan ia memiliki pegangan yang kokoh, menggadaikan diri sepenuhnya
pada Tuhan, sehingga hidupnya akan menjadi tenang. Sikap frustasi dapat diatasi
dengan sikap ridha yang diajarkan tasawuf yaitu selalu pasrah dan menerima
terhadap keputusan Tuhan tanpa banyak mengeluh. Ia menyadari bahwa Tuhan
berkuasa dalam segala hal. Sikap meterialistik dan hedonistik yang menggerogoti
manusia modern dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud yakni sikap tidak
mau diperbudak oleh pengaruh materialistik atau keduniawiaan (Kahmad, 2002).

3. Tujuan Tassawuf Modern


Tujuan dari tasawuf sendiri ialah untuk mencapai kebahagian di dunia dan
di akhirat, karena kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat itu sesuatu
keseimbangan dari segi aplikasinya. Karena kebahagian dunia adalahah jembatan
untuk mencapai kebagaian akhirat Nabi Muhammad Besabda pada hadistnya
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hdup selama bekerja kamu
untuk akhirat seakan-akan kamu mati besok pagi. (Muhammad, 1997). Kehidupan
tassawuf modern ini, sesuai dengan ajaran tassawuf yang diajarkan Nabi Saw yang
senantiasa berintegratif dengan kehidupan masyarakat dan senantiasa peduli dengan
masalah pada masyarakat yang sedang terjadi yang berfifat kenetralan sebagaimana
perkataan Ibnu Khaldun: “bahagia itu ialah tunduk dan patuh mengikuti garis-garis
Allah dan perikemanusiaan. (Hamka, 2003).
4. Tokoh Tasawuf Modern

a. Buya Hamka
Prof Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), beliau lahir 16 Februari
1907, di Meninjau Suamatra Barat, ayahnya bernama Syakh H Abdul Karim,
Buya Hamka seorang ototidak, beliau mekepakaran buya Hamka dalam bidang
agama diakui oleh dunia Internasional tahun 1857 memperoleh gelar
kehormtanan (Dcotor Honoris Causa) dari Universitas Al Azhar 2) (Rahman,
1998). Mendapatkan pelajaran agama di lingkungan keluarga, mencari dan
mengembangkan sendiri. mengatakan tasawuf ialah membersihkan diri dari
pengaruh benda alam yang agar mydah sedekat mungkin dengan Allah. (Sulfi,
2015). Pada bukunnya terdapat alur pikiran yang memberi apresiasi yang wajar
kepada penghayatan erotis Islam yang mengedapankan syariat Islam. Dikatakan
hamka tasawuf modern mengarah pada perilaku kaum muslim yang proaktif
dalam menggapi kebahagian dunia dengan berbagai langkah yang telah
diajarkan dalam Al-Qur‟an dan berbagai fatwa Rasulullah yang didalamnya
terdapat sikap meningalkan kemalasan dan kebodohan, beliu menekankan agar
muslim menjalankan tugas kedunian untuk memenuhi spiritualnya, ataupun
menekankan pula perlibatan diri seseoang dalam masyarakat secara lebih kuat
dan dinamis. (Silawati, 2015). Tasawuf akan menjadi negatif bila dilaksanakan
bentuk kegiatan yang tidak digariskan dalam Al-Qur‟an dan sunnah yang kedua
kegiatan dipangalkan dterhadap pandangan bahwa “Dunia ini harus di benci”3.
Dikatakan postive bila berpangkal pada kepekaan sosial yang tinggi yang dapat
mendukung pemberdayaan umat. (Thoir, 2013)

2
Harun, Nasutin, Ensklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Dijambatas 2002) hlm 254.
3
Hamka, Tasauf Moderen, h. 3
b. Hossein Nasr
Hosein Naseir lahir tanggal 7 april 1933 di kota Taheran Iran negara para
sufi.Muslim tekemuka, ayahnya Seyyed Valiullah Nasr, Nasr dibesarkan dalam
dua tradisi, Islam Tradisional dan Barat “Modern”. Ia dibesarkan oleh ulama
Syi‟ah tradisonal, dan pendidikan Barat modernnya di Harvard University.
(Maksun, 2003). Metode yang digunakan, yaitu kooperatif yaitu melalui metode
perbandingan, disiplin sebagai filsafat koopratif mempelajari warisan intelektual
dari tradisi-tradisi Timur dan Barat, yang kedua yaitu menggunakan metode
Historis hal ini membadingkan sumber-sumber dari berbagai ide yang diadopsi
oleh filsafat Islam dari filsafat Yunani.Tradisi dan Modernitas dengan
sekulerismen memudahkan hidup masyarakat baik di timur dan barat, ini
persoalan kemanusian , berbagai permasalah dari sini seperti di Amerika pada
tahun 1980 tentang pembersihan ras hitam. Sebab itu barat modern saat ini perlu
melahirkan konsep baru dalam mamahami diri kemanusiaanya yang terlepas dari
konse materialisme, akan tetapi Nasr melihan bangunan ide tentang alam yang
dirikan dengan simbolisme karena Nasr melihat kerisis keagamaan dan kurang
memahami relasi manusia dan alam.Nasr melihat bahwa cara mengembalikan
citra modernitas adalah mengikuti jejak tradisi Timur pada ajaran tradisi masih
tetap utuh oleh peradaban dunia Modern, dengan menghidupkan kembali
tradisionalitas bukan untuk menghilangkan unsur-unsur poitif pada dunia
modern. (Encung, 2011)

c. Fazlur Rahman
Fazlur Rahman lahir tanggal 21 September 1919 beliau merupkan
seorang pemiki Islam Kemaharajaan Britania (kini di Palestina, ia menempuh
pendidikan di Universitas Ixford di mana menulis disertai mengenai Ibnu Sina.
Dalam perkembangan tasawuf sebagai cikal bakal neo-sufisme di atas, dalam
perkembangan tasawuf terutama pada abad XX, pengaruh macam corak
budaya dengan materi dasarnya berdasar al-Qur‟an dan As-Sunnah. Maka
lahirlah kesadaran untuk membangkitkan kembali menjadi jati diri sufisme
yang lebih menekankan dimensi moral umat. Yang dikembangkan oleh Fazlur
Rahman dengan nama Neo-Sufisme, kosep ini sesungguhnya mengedaki agar
umat Islam mampu melakukan tawazun (keseimbangan) antara pengeruh
kepentingan akhirat dan dunia. Kebangkitan ini adalah lanjutan dari penolakan
terhadap kepercayaan yang berlabih kepada sains dan teknologi di era
modemisme, karena funsi agama ialah memberikan makna bagi kehidupan,
Neo-Sufisme mengalihkan pusat pengamatan kepada pembinaan pada sosio-
moral masyarakat Muslim. (Hamka, Tasawuf Modern, 1991)

5. Bertasawuf dengan tidak tanpa Tarekat


Pendapat serif Mardub dikatakan bahwa Badi al Zaman Sa‟id al Nursi lahir
di tengah penganut tasawuf ayahnya mengikut tarekat Naqsibanyah, yang hasil
Al-Nursi dibentuk oleh lingkungan Naqshbandiyah, ia tetapi warna tasawuf Al-
Nursi tidak seperti Naqshbandiya, tetapi terpengaruh tukoh sufi, Al-Nursi
menyatakan dengan tasawuf, beliau mengatakan bahwa jalan menuju hakikat
haruslah melaui tarekat? Al-Nursi mengatakan jalan menuju hakikat cukup
melalui Al-Qurr‟an dan mengikutiperlikaku Nabi. Ia pun bukan pengikut salah
satu taraket dengan beberapa alasan pertama Al-Nursi di masa tassawuf modern
ini sedang berlangsung perdebatan segit yang cenderung menghakimi yang terekat
sebagai kemunduran Islam, yang kedua beliau tumbuh di tengah suasan politik
yang tidak menguntungkan, tidak mengizinakanya untuk bertarekat, yang ketia
beliau tinggal ditengah-tengah kesultanan Otonom yang sedang gencar
mengadopsikan sains (Rizqoun, 2016).
Adapaun Fathullah Gulen yang bertasawuf tanpa tarekat penganut tasawuf
yang menekankan kebersihan nita dan kejernihan hati, beliau diwarnai oleh Al-
Narsi yang terpegaruh besar, bentuk tasawuf Fathullah Gulen adalah bukan ritual
tetapi dengan mengamalkan cara hidup Nabi Muhammad, Gulen mengatakan
tasawuf adalah inti dari ajaran Islam yang menciptakan isi tanpa melihat aspek
luar, gulen kesalehan tasawuf harus dapat memantul dalam kehidupan
bermasyarakat sebagai bentuk tanggung jawab atas perputaran kehidupan di muka
bumi (Rizqoun, 2016).
Pada wawancara dengan Abdullah Alawi, beliau mengatakan bertasawuf
tanpa bertarekat seperti dengan nol besar, dengan berasalasan dia akan sulit
mengamalkan ilmunya, jadi dapat diibaratkan seperi masuk ke dalam masjid
Haram yang pintunya banyak banget, padahal dia hanya butuh satu pintu. Tetapi
dia ingin memanjatnya. Ialah pemahaman beliau seperti kita mengerjakan suatu
amal tidak melalui caranya dalam memahami tuhan. (Alawi, 2012).

E. Kesimpulan
Tassawuf merupakan suatu mendekatkan diri dengan Allah, proses
pendekatan diri pada zaman modern tidak mudah, dimana manusia lebih
mengfokuskan pada pemikiran-pemikiran sains, hingga tidak dapat mengetahui
menyelesaikan kehidupan. Maka munculnya tassawuf modern yang berfungsi
memberikan keseimbangan untuk kehidupan masusia di dunia dan di akhirat.
Tokoh-tokoh pada tasawuf modern ini menemukan beberapa keresahan
disaat banyaknya aliran yang berasal dari barat yang memisahkan agama, hingga
para tokoh tersebut mengintergrasi hasilnya, tidak menghilangkan budaya modern
yang baru agar dapat terus menyeimbangkan dengan agama. . Pada proses
bertasawuf ada beberapa jalan yang disebut tarekat, ada beberapa orang yang
beranggap tidak bertarekat dan yang beranggap wajib karena memiliki nilai nol bila
tidak menggunakan jalan yang seharusnya.

Daftar Pustaka
Alawi, A. (2012, Juni 18]). Tassawuf Tanpa Thariqah sama dengan Nol. (L. Hakim,
Interviewer)
Encung. (2011). TRADISI DAN MODERNITAS PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASR ,
2010-214.
Farida, M. (2011). Perkembangan Pemikiran Tasawuf Dan Impelentasinya di Era Modern.
Perkembangan Pemikiran Tasawuf Dan Impelentasinya di Era Modern, 107-108.
Hamka. (n.d.). Tassawuf Modern.
Hamka. (1991). Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Kahmad, D. (2002). Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kusmayadi, D. (2017, 12 17). belajarilmutasawuf.blogspot.com. Retrieved from
Pengertian Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat: http://dzat-alif-
satunggal.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-syariat-tarekat-hakikat-dan.html
Maksun, A. (2003). Tassawuf sebagai Pembebasan Manusia Modern. Surabaya: PSAPM.
Muhammad, A. B. (1997). Hadis Tarvawa. Surabaya: Karya Abditama.
Nasr, H. (1985). Tasawuf Dulu dan Sekarang. Jakarta: Pustaka Pisdai.
Nata, A. (1997). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Noer, K. A. (2003). Tasawuf Ferenial Kearifan Kritis Kaum Sufi. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta.
Rahman, A. (1998). PENDIDIKAN SEJARAH DAN KARAKTER BANGSA BELAJAR
KETELADANAN HIDUP DARI KETOKOHAN NATSIR DAN BUYA
HAMKA. PENDIDIKAN SEJARAH DAN KARAKTER BANGSA BELAJAR
KETELADANAN HIDUP DARI KETOKOHAN NATSIR DAN BUYA HAMKA, 5.
Rizqoun, A. (2016). Tasawuf Tanpa Tarekat Pengalamn Turki Dan Indonesia, 7-9.
Silawati. (2015). Pemikiran Tasawuf Hamka dalam Kehidupan Modern. Pemikiran
Tasawuf Hamka dalam Kehidupan Modern, 120-121.
Sulfi, T. (2015). Peranan Tasawuf dalam Kehidupan. Peranan Tasawuf dalam Kehidupan,
7.
Thoir. (2013). TASAWUF SEBAGAI SOLUSI BAGI PROBLEMATIKA
KEMODERNAN : Studi Pemikiran Tasawuf M . Amin Syukur Umar Faruq Thohir
STAI Zainul Hasan Genggong , Probolinggo A . Pendahuluan Manusia merupakan
makhluk yang berbudaya dan ber- peradaban . Setiap usaha dan tindaka.
TASAWUF SEBAGAI SOLUSI BAGI PROBLEMATIKA KEMODERNAN : Studi
Pemikiran Tasawuf M . Amin Syukur Umar Faruq Thohir STAI Zainul Hasan
Genggong , Probolinggo A . Pendahuluan Manusia merupakan makhluk yang
berbudaya dan ber- peradaban . Setiap usaha dan tindaka, 2.
Wati, M. (2017). Konsep Mahabbah dan Ma'rifat dalam TAsawuf Dzunnun al-Mishri.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai