TIM PENYUSUN
Lambok Dian Rana Sitanggang 15 11 3020
Nora Bella Situmorang 15 11 3021
Sabrina Amril 15 11 3017
Fandi Putra Pulungan 13 11 0150
Emmiya Ellovani br Tarigan 13 11 0137
Mark 15 11 3033
A. Perubahan Akuntansi
Laporan keuangan perusahaan kadang – kadang melaporkan hasil yang sangat
berbeda dari tahun ke tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perubahan keadaan
perekonomian, sebagaimana dicerminkan dalam laporan tersebut. Akan tetapi, perbedaan itu
mungkin juga disebabkan karena adanya perubahan akuntansi seperti metode akuntansi atau
karena adanya koreksi kesalahan dalam pencatatan transaksi di masa lampau.
Perubahan akuntansi tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan. Perubahan akuntansi ini dapat mengurangi komparabilitas dan
konsistensi informasi dari laporan tersebut. Alasan perubahan akuntansi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengalaman atau adanya informasi baru, suatu perusahaan merasa perlu
mengubah estimasi pendapatan dan biayanya, seperti misalnya: estimasi jumlah
piutang tak tertagih, estimasi umur atau masa manfaat aktiva tetap.
2. Karena perubahan kondisi perokonomian, perusahaan merasa perlu untuk mengubah
metode akuntansinya untuk lebih mencerminkan kondisi perekonomian terkini.
3. Organisasi profesi akuntansi mengharuskan perusahaan untuk menerapkan standar,
prinsip, atau metode akuntansi yang baru.
4. Akuisisi, peleburan, pemekaran, pemecahan usaha bisa menyebabkan terjadinya
perubahan entitas pelapor.
5. Tuntutan kepada manajemen untuk menghasilkan laba secara berlebihan. Perubahan
akuntansi seringkali bisa membuat laba menjadi lebih besar. Apapun alasannya,
akuntan harus tetap menempatkan manfaat atau kegunaan informasi sebagai
pertimbangan utama di dalam menyajikan informasi akuntansi.
Dalam setiap perubahan tersebut akuntan harus berpedoman pada sifat kualitatif yang
utama yaitu kegunaan akuntansi. Para akuntan harus menentukan apakah alasan perubahan
akuntansi tersebut tepat, dan bagaimana melaporkan perubahan tersebut agar laporan
keuangan dapat dimengerti. Apabila entitas menyesuaikan estimasi pendapatan yang
dihasilkan atau beban yang terjadi di masa lalu atau mengubah prinsip akuntansi dari satu
metode ke metode yang lainnya, akan semakin sulit bagi pengguna laporan keuangan untuk
memprediksi kejadian yang akan datang dari laporan keuangan historis masa lalu.
Standar atau prinsip akuntansi yang lazim mengidentifikasi dua kategori penting dari
perubahan akuntansi, yaitu:
(1) Perubahan estimasi atau taksiran;
(2) Perubahan prinsip akuntansi.
Apabila pada periode berjalan digunakan prinsip akuntansi yang baru, laporan keuangan
yang disajikan pada periode – periode sebelumnya harus disusun kembali, sehingga hasil
yang yang diperlihatkan pada seluruh periode yang dilaporkan didasarkan pada prinsip
akuntansi yang sama. Akuntan lainnya yang menentang berpendapat bahwa pernyataan
kembali laporan keuangan dapat melemahkan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan
tersebut.
Semua perubahan estimasi harus dicerminkan entah pada periode berjalan saja atau pada
periode berjalan dan periode – periode mendatang. Tidak ada penyesuaian retroaktif (berlaku
surut) atau laporan proforma yang harus dibuat akibat adanya perubahan estimasi akuntansi.
Perubahan estimasi dianggap sebagai bagian dari proses akuntansi yang normal dan bukan
merupakan koreksi atau perubahan dari periode lalu.
Perubahan estimasi harus ditangani secara propektif. Yaitu, tidak ada perubahanyang
harus dibuat dalam hasil yang dilaporkan sebelumnya. Jadi, pengaruh dari semua perubahan
estimasi diperhitungkan pada (1) periode perubahan jka perubahan itu hanya mempengaruhi
periode bersangkutan atau (2) perubahan periode dan periode di masa datang jika
perubahan tersebut mempengaruhi keduanya. Akibatnya perubahan estimasi dipandang
sebagai koreksi atau penyesuaian normal yang berulang, hasil alami dari proses akuntansi dan
perlakuan retrospektif dilarang.
Contoh terkait perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubaha prinsip akuntansi
berupa perubahan metode penyusutan (berikut amortisasi dan deplesi). Karena perusahaan
mengubah metode penyusutan betrdasarkan perubahan estimasi laba masa depan aktiva
berumur panjang, tidaklah mungkin memisahkan pengaruh perubahan prinsip akuntansi dari
perubahan estimasi tersebut. Kesimpulannya perusahaan memperhitungkan perubahan
metode penyusutan sebagai perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubahan prinsip
akuntasi.
Perubahan prinsip akuntansi melibatkan perubahan dari satu prinsip ekonomi yang
berlaku umum ke yang lainnya. Pengujian yang seksama harus dilaksanakan dalam setiap
situasi ini untuk memastikan bahwa perubahan prinsip memang telah terjadi. Akhrinya, jika
prinsip akuntansi yang sebelumnya diikuti tidak dapat diterima atau jika prinsip itu
diterapkan secara tidak benar, maka perubahan ke prinsip akuntansi yang berlaku umum
dianggap sebagai koreksi kesalahan Perpindahan dari akuntansi dasar kas atau pajak
penghasilan ke dasar akrual dianggap juga sebagai koreksi kesalahan.
Tiga pendekatan berikut telah disarankan untuk melaporkan perubahan prinsip akuntansi
adalah sebagai berikut:
1. Pelaporan Perubahan pada Periode Berjalan. Pengaruh kumulatif adalah
perbedaan laba tahun sebelumnya antara metide baru dan metode lama. Penyesuaian ini
kemudian dilaporkan hanya dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Perusahan tidak
mengubah laporan keuangan tahun sebelumnya.
3. Pelaporan Perubahan secara Prospektif (di masa depan). Pada pendekatan ini, hasil
yang telah dilaporkan sebelumnya biasanya tidak diubah. Saldo awal tidak perlu
disesuaikan. Pendukung pendekatan ini berargumen bahwa seteah manajemen
menyajikan laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang dapat diterima, maka
laporan tersebut sudah final, manajemen tidak dapat mengubah peirode sebelumnya
dengan menerapkan prinsip baru.
Pengaruh Langsung
IASB berketetapan bahwa perusahaan harus menetapkan pengaruh langsung perubahan
prinsip akuntansi secara retrospektif. Contohnya, pengaruh langsung berupa koreksi neraca
persediaan akibat perubahan metode penilaian persediaan.
Ketidakpraktisan
Penerapan retrospektif dianggap tidak praktis jika perusahaan tidak dapat menentukan
pengarub periode terdahulu bahkan setelah mengusahakan semua cara yang masuk akal.
Perusahan tidak boleh memakai penerapan retrospektif bila memenuhi salah satu kondisi
berikut ini :
1. Perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh penerapan retrospektif
2. Penerapan retrospektif memerlukan penetapan asumsi-asumsi mengenai rencana kerja
pihak manajemen pada perode terdahulu
3. Penerapan retrospektif memerlukan estimasi-estimasi signifikan terkait periode terdahulu
dan perusahaan tidak dapat secara objektif mengesahkan informasi yang diperlukan
dalam menetapkan estimasi-estimasi tersebut.
C. Koreksi Kesalahan
Koreksi kesalahan tidak dipandang sebagai perubahan akuntansi, tetapi perlakuannya
diatur dalam Opini APB No. 16. Akibatnya, kesalahan akuntansi yang terjadi pada tahun –
tahun sebelumnya, yang belum dikoreksi atau disesuaikan jumlahnya, dilaporkan sebagai
penyesuaian tahun sebelumnya dan dicatat langsung pada perkiraan laba yang ditahan.
Ada beberapa kesalahan yang berbeda. Beberapa kesalahan ditemukan di periode
ketika kesalahan dilakukan dan dengan mudah dikoreksi. Kesalahan yang lain mungkin tidak
ditemukan di periode berjalan dan tercermin dalam laporan keuangan sampai ditemukan.
3. Kesalahan – kesalahan yang terbatas pada akun – akun laba rugi. Contoh kesalahan
ini adalah Beban gaji kantor mungkindidebit dan bukannya beban gaji penjualan.
Jenis kesalahan ini harus dikoreksi sesegera mungkin setelah ditemukan. Walaupun
kesalahan tersebut tidak mempengaruhi laba bersih, akun – akun yang salah saji harus
dinyatakan kembali untuk tujuan analisis dan pelaporan komparatif.
4. Kesalahan – kesalahan yang mempengaruhi, baik akun – akun laba rugi maupun akun
– akun neraca. Kesalahn – kesalahan tertentu ketika tidak ditemukan pada periode
berjalan menghasilkan salah saji pada laba bersih, sehingga memengaruhi laba di
masa mendatang. Kesalahan – kesalahan seperti ini dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu:
a. Kesalahan – kesalahan pada laba bersih yang ketika tidak ditemukan, otomatis
saling mengoreksi di periode fiskal berikutnya. Jumlah laba besih pada laporan
laba rugi untuk dua periode yang berturut – turut dinyatakan tidak secara akurat,
saldo – saldo akun tertentu pada neraca akhir periode berikutnya akan dinyatakan
secara akurat. Contoh kesalahan ini adalah salah saji persediaan persediaan dan
tidak dimasukkannya penyesuaian untuk pos – pos dibayar di muka dan akrual
pada akhir periode.
b. Kesalahan – kesalahan pada laba bersih yang , ketika tidak ditemukan, tidak secara
otomatis saling mengoreksi di periode fiskal berikutnya. Saldo – saldo akun pada
neraca berikutnya akan dinyatakan tidak secara akurat sampai satu ayat jurnal
dibuat untuk mengompensasi atau mengonreksi kesalahan tersebut. Contoh
kesalahan ini adalah pengakuan pengeluaran modal sebagai beban dan tidak
dimasukkannya beban penyusutan atau amortisasi.
Apabila kesalahan yang mempengaruhi rugi laba ditemukan, diperlukan analisis yang
cermat untuk menentukan tindakan yang tepat guna mengoreksi saldo perkiraan. Kebanyakan
kesalahan ini akan ditemukan dan dikoreksi sebelum tutup buku.
Jika kesalahan tersebut telah ditemukan tahun 2001 dan bukan tahun 2002, ayat jurnal
koreksi diperlukan. Ayat jurnal koreksi untuk tahun 2007 dengan asumsi sistem persediaan
periodik adalah sebagai berikut:
Saldo Laba $850
Pembelian $850
Jika perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual, pembelian yang tidak benar akan
di debit langsung kepersediaan. Dengan demikian, ayat jurnal koreksi akan dibuat tahun 2007
sebagai berikut:
Saldo Laba $850
Persediaan $850
Auditor harus mempunyai beberapa “standar‟ atau “tujuan‟ sebagai dasar untuk
menentukan metode yang disukai. Karena tidak ada standar atau tujuan universal yang
diterima umum, maka masalah penentuan preferensi akan terus menjadi masalah yang sulit.
Pada awalnya SEC berpendapat bahwa auditor harus mengindikasikan apakah perubahan
prinsip akuntansi lebih disukai. SEC telah memodifikasi pendekatan ini, mengingat betapa
besarnya ketergantungan pada pertimbangan manajemen dalam menilai preferensi.
Meskipun kriteria dari preferensi sulit diaplikasikan namun pedoman umum yang
ditetapkan telah bertindak sebagai pencegah terhadap perubahan prinsip akuntansi yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Jika standar FASB menciptakan prinsip baru atau
menunjukann preferensi atau penolakan atas prinsip akuntansi spesifik, maka perubahan
tersebut secara jelas diaanggap dapat diterima. Demikian juga, dokumen otoritatif lainnya,
seperti laporan posisi AcSEC dan pedoman audit industri dari AICPA, dianggap sebagai
akuntansi yang lebih disukai apabila perubahan prinsip akuntansi dipertimbangkan.
Perubahan prinsip akuntansi
Aturan umum: Menggunakan pendekatan periode berjalan atau catch-up dengan:
a. Melaporkan hasil periode berjalan atas dasar yang baru.
b. Melaporkan pengaruh kumulatif dari penyesuaian dalam laporan keuangan periode
berjalan di antara judul “Pos pos luar biasa‟ dan “Laba bersih‟.
c. Menyajikan laporan keuangan periode sebelumnya seperti dilaporkan sebelumnya.
d. Menyajikan data pro-forma tentang laba dan laba per saham untuk semua periode
sebelumnya yang disajikan.
Pengecualian
Menggunakan pendekatan retroaktif dengan:
a. Menyatakan kembali laporan keuangan dari semua periode sebelumnya yang
disajikan.
b. Mengungkapkan dalam tahun terjadinya perubahan pengaruh terhadap laba bersih dan
laba per saham dari semua periode sebelumnya yang disajikan.
c. Melaporkan penyesuaian atas saldo awal laba ditahan dalam laporan laba ditahan.
4. Memperlancar laba. Kenaikan laba yang substansial dapat mengundang perhatian dari
para politisi, pembuat peraturan, dan pesaing. Selain itu, kenaikan laba yang besar
juga dapat menciptakan masalah bagi manajemen karena hasil yang sama akan sulit
dicapai pada tahun berikutnya.
Manajemen memperhatikan dengan seksama akuntansi yang mereka terapkan dan
seringkali mengubah metode akuntansi bukan alasan konseptual, tetapi lebih pada alasan
ekonomis. Seperti telah diindikasikan dalam seluruh buku ini, argumen yang diberikan
semacam itu telah dikenal sebagai “argumen konsekuensi ekonomi”, karena berfokus pada
dampak yang diharapkan dari metode akuntansi terhadap perilaku investor, kreditor, pesaing,
pemerintah, atau manajer perusahaan yang melaporkan, daripada justifikasi konseptual untuk
standar akuntansi.
Untuk menghadapi tekanan-tekanan ini, pembuat standar akuntansi seperti yang telah
diumumkan FASB, sebagai bagian dari kerangka kerja konseptual, akan menilai manfaat
standar yang diusulkan dari posisi netral. Yaitu, standar yang dapat diandalkan tidak boleh
dievaluasi berdasarkan dampak yang mungkin terhadap perilaku. Ini bukanlah waktunya
FASB untuk memilih standar berdasarkan jenis perilaku yang mereka ingin tonjolkan dan
yang ingin mereka hilangkan. Pada saat yang bersamaan, harus diakui bahwa beberapa
standar seringkali memiliki dampak dari perilaku yang mempengaruhi. Namun justifikasinya
harus ditanyakan secara konseptual dan bukan dalam istilah dampaknya.