Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN III


“PERUBAHAN AKUNTASI DAN KOREKSI KESALAHAN”

TIM PENYUSUN
 Lambok Dian Rana Sitanggang 15 11 3020
 Nora Bella Situmorang 15 11 3021
 Sabrina Amril 15 11 3017
 Fandi Putra Pulungan 13 11 0150
 Emmiya Ellovani br Tarigan 13 11 0137
 Mark 15 11 3033

PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI
STIE HARAPAN MEDAN
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... i


A. Perubahan Akuntansi ............................................................................................. 1

B. Pengungkapan Proforma Setelah penggabungan Usaha ....................................... 7

C. Koreksi Kesalahan ................................................................................................ 7

D. Contoh Ilustratif Untuk Koreksi Kesalahan .......................................................... 9

E. Pengungkapan yang Diwajibkan untuk Koreksi Periode Sebelumnya ................. 12

F. Ikhtisar Perubahan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan ......................................... 12


PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN

A. Perubahan Akuntansi
Laporan keuangan perusahaan kadang – kadang melaporkan hasil yang sangat
berbeda dari tahun ke tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perubahan keadaan
perekonomian, sebagaimana dicerminkan dalam laporan tersebut. Akan tetapi, perbedaan itu
mungkin juga disebabkan karena adanya perubahan akuntansi seperti metode akuntansi atau
karena adanya koreksi kesalahan dalam pencatatan transaksi di masa lampau.
Perubahan akuntansi tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan. Perubahan akuntansi ini dapat mengurangi komparabilitas dan
konsistensi informasi dari laporan tersebut. Alasan perubahan akuntansi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengalaman atau adanya informasi baru, suatu perusahaan merasa perlu
mengubah estimasi pendapatan dan biayanya, seperti misalnya: estimasi jumlah
piutang tak tertagih, estimasi umur atau masa manfaat aktiva tetap.
2. Karena perubahan kondisi perokonomian, perusahaan merasa perlu untuk mengubah
metode akuntansinya untuk lebih mencerminkan kondisi perekonomian terkini.
3. Organisasi profesi akuntansi mengharuskan perusahaan untuk menerapkan standar,
prinsip, atau metode akuntansi yang baru.
4. Akuisisi, peleburan, pemekaran, pemecahan usaha bisa menyebabkan terjadinya
perubahan entitas pelapor.
5. Tuntutan kepada manajemen untuk menghasilkan laba secara berlebihan. Perubahan
akuntansi seringkali bisa membuat laba menjadi lebih besar. Apapun alasannya,
akuntan harus tetap menempatkan manfaat atau kegunaan informasi sebagai
pertimbangan utama di dalam menyajikan informasi akuntansi.

Dalam setiap perubahan tersebut akuntan harus berpedoman pada sifat kualitatif yang
utama yaitu kegunaan akuntansi. Para akuntan harus menentukan apakah alasan perubahan
akuntansi tersebut tepat, dan bagaimana melaporkan perubahan tersebut agar laporan
keuangan dapat dimengerti. Apabila entitas menyesuaikan estimasi pendapatan yang
dihasilkan atau beban yang terjadi di masa lalu atau mengubah prinsip akuntansi dari satu
metode ke metode yang lainnya, akan semakin sulit bagi pengguna laporan keuangan untuk
memprediksi kejadian yang akan datang dari laporan keuangan historis masa lalu.
Standar atau prinsip akuntansi yang lazim mengidentifikasi dua kategori penting dari
perubahan akuntansi, yaitu:
(1) Perubahan estimasi atau taksiran;
(2) Perubahan prinsip akuntansi.

Sebagaimana telah dikemukakan, tujuan pokok penyajian laporan keuangan adalah


menyediakan informasi untuk membantu para pemakai laporan dalam memprediksi,
membandingkan, dan menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan arus kas
di masa mendatang.
Beberapa alternatif metode pelaporan efek perubahan akuntansi telah disarankan
untuk digunakan dalam praktik, masing-masing dengan argumentasi yang berbeda satu sama
lain.
1. Menyajikan kembali laporan keuangan tahun-tahun lalu agar mencerminkan efek
perubahan akuntansi, dengan efek kumulatifnya diperlakukan sebagai penyesuaian
terhadap saldo laba yang di tahan pada awal tahun berjalan.
2.   Melaporkan efek kumulatif perubahan akuntansi hanya di dalam laporan keuangan
tahun berjalan, dengan dibebankan atau ditambahkan secara langsung kepada saldo
laba yang ditahan, tanpa melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-
tahun lalu.
3. Melaporkan efek kumulatif perubahan akuntansi sebagai elemen laba-rugi tahun
berjalan, tanpa melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-tahun lalu.
4. Melaporkan efek kumulatif perubahan akuntansi sebagai elemen laba-rugi tahun
berjalan, tetapi disertai penyajian secara terbatas informasi proforma untuk seluruh
periode yang tercakup dalam pelaporan, dengan menyajikan efeknya terhadap hasil
usaha dan posisi keuangan perusahaan, seandainya perubahan akuntansi sudah
dilakukan tahun-tahun lalu.
5. Mengakui efek perubahan akuntansi hanya dalam laporan keuangan tahun berjalan
dan tahun - tahun berikutnya, tanpa melakukan penyesuaian atau koreksi terhadap
laporan keuangan tahun-tahun lalu.

Apabila pada periode berjalan digunakan prinsip akuntansi yang baru, laporan keuangan
yang disajikan pada periode – periode sebelumnya harus disusun kembali, sehingga hasil
yang yang diperlihatkan pada seluruh periode yang dilaporkan didasarkan pada prinsip
akuntansi yang sama. Akuntan lainnya yang menentang berpendapat bahwa pernyataan
kembali laporan keuangan dapat melemahkan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan
tersebut.

A.1. Perubahan Estimasi Akuntansi


Bertentangan dengan kepercayaan banyak orang, informasi akuntansi tidak dapat
diukur dan dilaporkan secara tepat. Begitu juga untuk membuat laporan tepat waktu sebagai
dasar pengambilan keputusan, data akuntansi sering harus didasarkan pada estimasi kejadian
di masa mendatang.
Estimasi yang terdapat dalam laporan keuangan didasarkan pada pertimbangan
profesional yang baik atas informasi yang tersedia saat itu. Namun demikian, dikemudian
hari, dari tambahan pengalaman atau adanya fakta baru, kadang – kadang masalahnya
menjadi jelas sehingga estimasi itu perlu disesuaikan agar menggambarkan keadaan
perusahaan saat ini dengan lebih akurat. Dengan demikian telah terjadi perubahan estimasi
akuntansi.

Penyusunan laporan keuangan memerlukan estimasi dampak dari kondisi-kondisi dan


peristiwa di masa datang. Berikut ini adalah contoh pos-pos yang memerlukan estimasi:
         Piutang tak tertagih
         Keusangan Persediaan
         Umur manfaat dan nilai sisa aktiva
         Periode yang menerima manfaat dari biaya yang ditangguhkan
         Kewajiban untuk biaya garansi dan pajak penghasilan
         Cadangan mineral yang dapat dipulihkan kembali
         Perubahan metode penyusutan

Semua perubahan estimasi harus dicerminkan entah pada periode berjalan saja atau pada
periode berjalan dan periode – periode mendatang. Tidak ada penyesuaian retroaktif (berlaku
surut) atau laporan proforma yang harus dibuat akibat adanya perubahan estimasi akuntansi.
Perubahan estimasi dianggap sebagai bagian dari proses akuntansi yang normal dan bukan
merupakan koreksi atau perubahan dari periode lalu.

Perubahan estimasi harus ditangani secara propektif. Yaitu, tidak ada perubahanyang
harus dibuat dalam hasil yang dilaporkan sebelumnya. Jadi, pengaruh dari semua perubahan
estimasi diperhitungkan pada  (1) periode perubahan jka perubahan itu hanya mempengaruhi
periode bersangkutan atau  (2) perubahan periode dan periode di masa datang jika
perubahan  tersebut mempengaruhi keduanya. Akibatnya perubahan estimasi dipandang
sebagai koreksi atau penyesuaian normal yang berulang, hasil alami dari proses akuntansi dan
perlakuan retrospektif dilarang.

Contoh terkait perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubaha prinsip akuntansi
berupa perubahan metode penyusutan (berikut amortisasi dan deplesi). Karena perusahaan
mengubah metode penyusutan betrdasarkan perubahan estimasi laba masa depan aktiva
berumur panjang, tidaklah mungkin memisahkan pengaruh perubahan prinsip akuntansi dari
perubahan estimasi tersebut. Kesimpulannya perusahaan memperhitungkan perubahan
metode penyusutan sebagai perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubahan prinsip
akuntasi.

A.2. PERUBAHAN PRINSIP AKUNTANSI

Perubahan prinsip akuntansi melibatkan perubahan dari satu prinsip ekonomi yang
berlaku umum ke yang lainnya. Pengujian yang seksama harus dilaksanakan dalam setiap
situasi ini untuk memastikan bahwa perubahan prinsip memang telah terjadi. Akhrinya, jika
prinsip akuntansi yang sebelumnya diikuti tidak dapat diterima atau jika prinsip itu
diterapkan secara tidak benar, maka perubahan ke prinsip akuntansi yang berlaku umum
dianggap sebagai koreksi kesalahan Perpindahan dari akuntansi dasar kas atau pajak
penghasilan ke dasar akrual dianggap juga sebagai koreksi kesalahan.

Tiga pendekatan berikut telah disarankan untuk melaporkan perubahan prinsip akuntansi
adalah sebagai berikut:
1. Pelaporan Perubahan pada Periode Berjalan. Pengaruh kumulatif adalah
perbedaan  laba tahun sebelumnya antara metide baru dan metode lama. Penyesuaian ini
kemudian dilaporkan hanya dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Perusahan tidak
mengubah laporan keuangan tahun sebelumnya.

2. Pelaporan Perubahan Secara Retrospektif. Penyesuaian Retrospektif atas laporan


keuangan akan menyusun kembali laporan keuangan tahun sebelumnya atas dasar yang
konsisten dengan prinsip yang baru ditetapkan. Perusahaan menyajikan pengaruh
kumulatif dari perubahan sebagai penyesuaian atas laba ditahan awal tahun paling awal
yang disajikan dalam laporannya.

3. Pelaporan Perubahan secara Prospektif (di masa depan). Pada pendekatan ini, hasil
yang telah dilaporkan sebelumnya biasanya tidak diubah. Saldo awal tidak perlu
disesuaikan. Pendukung pendekatan ini berargumen bahwa seteah manajemen
menyajikan laporan  keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang dapat diterima, maka
laporan tersebut sudah final, manajemen tidak dapat mengubah peirode sebelumnya
dengan menerapkan prinsip baru.

Pendekatan Perubahan Akuntansi Retrospektif


Ketika perusahaan mengubah satu prinsip akuntansi, perubahan tersebut sebaiknya
dilaporkan dengan aplikasi retrospektif. Secara umum, perusahaan tersebut harus melakukan
hal-hal berikut ini :
1. Perusahaan mengoreksi laporan keuangannya pada setiap periode yang tercakup. Maka,
informasi laporan keuangan terkait periode terdahulu akan berdasar pada prinsip
akuntansi yang baru
2. Perusahaan mengoreksi nilai pindah buku atas aktiva kewajiban terhitung awal tahun
  

petama yang menckup dalam laporan. Maka, akun-akun tersebut mencerminkan


pengaruh kumulaitf pada periode-periode terdahulu akibat perubahan pada periode-
periode yang lebih baru. Perusahan juga melakukan koreksi pengimbang (offset)
terhadap neraca pembukuan atas akun laba ditahan atau kompnen relevan lainnya dalam
ekuitas pemegang saham atau akiva bersih terhitng awal tahun pertama yang tercantum
dalam  laporan.

Melaporkan Perubahan Prinsip Akuntansi


Pengungkapan perubahan akuntansi sangatlah penting. Para pemakai laporan keuangan
menginginkan informasi konsisten dari satu periode ke periode berikutnya. Konsisten seperti
ini menjamin manfaat laporan keuangan. Persyaratan pengungkapan utama disajikan berikut
ini :
1. Sifat dan alasan perubahan prinsip akuntansi tersebut. Bagian ini harus menyerahkan
penjelasan mengenai kelebihan prinsip akuntansi baru tersebut.
2. Metode penerapan perubahan tersebut, dan :
 Deskripsi, informasi periode terdahulu yang telah dikoreksi secara retrospektif
 Pengaruh perubahan tersebut terhadap laba operasi yang berlanjut, laba bersih
setiap item dalam satu bagian yang ikut berpengaruh dan setiap nlai per saham
yangvterpengaruh dalam  periode berajalan dan salam stiap periode terdahulu
yang terkoreksi secara retrospektif
 Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan atau komponen ekuitas
atau aktiva bersih dalam laporan posisi keuangan tehitung periode paling
terdahulu yang tercatat didalamnya.

Penyesuaian Laba Ditahan


Salah satu syarat pengungkapan adalah penyajian pengaruh kumulatif dari perubahan
akuntansi terhadap nilai laba ditahan terhitung awal periode paling terdahulu yang termasuk
dalam laporan.

Pengaruh Langsung
IASB berketetapan bahwa perusahaan harus menetapkan pengaruh langsung perubahan
prinsip akuntansi secara retrospektif. Contohnya, pengaruh langsung berupa koreksi neraca
persediaan akibat perubahan metode penilaian persediaan.

Pengaruh Tidak Langsung


Selain pengaruh langsung, perusahaan juga dapat mengakami pengaruh tidak langsung terkait
perubaha prinsip akuntansi. Pengaruh tidak langsung adalah semua perubahan atas arus kas
erusahaan pada periode berjalan atau masa depan yang disebabkan oleh perubehan prinsip
akuntansi yang diterapkan secara retrospektif. Contohnya, pengaruh tidak langsung berupa
perubahan pembagian laba atau pembayaran royalty yang bergantung pada nilai dalam
laporan seperti pendapatan atau laba bersih. Pengaruh tidak langsung tidak mengubah nilai-
nilai dalam laporan pada periode terdahulu.

Ketidakpraktisan
Penerapan retrospektif dianggap tidak praktis jika perusahaan tidak dapat menentukan
pengarub periode terdahulu bahkan setelah mengusahakan semua cara yang masuk akal.
Perusahan tidak boleh memakai penerapan retrospektif bila memenuhi salah satu kondisi
berikut ini :
1. Perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh penerapan retrospektif
2. Penerapan retrospektif memerlukan penetapan asumsi-asumsi mengenai rencana kerja
pihak manajemen pada perode terdahulu
3. Penerapan retrospektif memerlukan estimasi-estimasi signifikan terkait periode terdahulu
dan perusahaan tidak dapat secara objektif mengesahkan informasi yang diperlukan
dalam menetapkan estimasi-estimasi tersebut.

B. Pengungkapan Pro Forma Setelah Penggabungan Usaha


Perusahaan kadang-kadang mengalami perubahan struktur atau melaporkan kegiatan
operasinya sedemikian rupa, sehingga menghasilkan laporan keuangan, yang pada
hakekatnya merupakan laporan keuangan dari suatu entitas yang berbeda. Lebih spesifik
lagi, perubahan entitas pelapor mencakup:
(a) Penyajian laporan keuangan konsolidasi atau gabungan sebagai pengganti laporan
keuangan individual perusahaan;
(b) Perubahan pada anak perusahaan tertentu di dalam suatu grup perusahaan yang
menyajikan laporan keuangan konsolidasi;
(c) perubahan pada perusahaan -perusahaan yang termasuk di dalam laporan keuangan
gabungan; dan
(d) penggabungan usaha atas dasar penyatuan kepentingan (pooling of interest).

C. Koreksi Kesalahan
Koreksi kesalahan tidak dipandang sebagai perubahan akuntansi, tetapi perlakuannya
diatur dalam Opini APB No. 16. Akibatnya, kesalahan akuntansi yang terjadi pada tahun –
tahun sebelumnya, yang belum dikoreksi atau disesuaikan jumlahnya, dilaporkan sebagai
penyesuaian tahun sebelumnya dan dicatat langsung pada perkiraan laba yang ditahan.
Ada beberapa kesalahan yang berbeda. Beberapa kesalahan ditemukan di periode
ketika kesalahan dilakukan dan dengan mudah dikoreksi. Kesalahan yang lain mungkin tidak
ditemukan di periode berjalan dan tercermin dalam laporan keuangan sampai ditemukan.

Kesalahan – kesalahan dapat digolongkan sebagai berikut:


1. Kesalahan – kesalahan yang ditemukan dalam kondisi prosedur akuntansi yang
normal.
Contohnya adalah kesalahan klerikal, seperti kesalahan penambahan, posting ke akun
yang salah, salah saji suatu akun, atau tidak memasukkan suatu akun dari neraca
saldo. Kesalahan ini biasanya dideteksi selama proses pengiktisaran siklus akuntansi
secara regular dan biasanya sudah dikoreksi.
2. Kesalahan – kesalahan yang terbatas pada akun – akun neraca.
Contohnya mencakup mendebit piutang usaha bukan wesel tagih, mengkredit utang
bunga dan bukan wesel bayar,atau mengkredit utang bunga dan bukan utang gaji.
Contoh kesalahan lain adalah tidak mencatat pertukaran obligasi yang dapat
dikonversi dengan saham. Kesalahan – kesalahan seperti ini sering ditemukan dan
dikoreksi pada periode dilakukannya kesalahan. Apabila kesalahan – kesalahan
seperti ini tidak ditemukan sampai periode berikutnya, koreksi harus dilakukan pada
saat itu dan data neraca kemudian dinyatakan kembali untuk tujuan pelaporan
perbandingan.

3. Kesalahan – kesalahan yang terbatas pada akun – akun laba rugi. Contoh kesalahan
ini adalah Beban gaji kantor mungkindidebit dan bukannya beban gaji penjualan.
Jenis kesalahan ini harus dikoreksi sesegera mungkin setelah ditemukan. Walaupun
kesalahan tersebut tidak mempengaruhi laba bersih, akun – akun yang salah saji harus
dinyatakan kembali untuk tujuan analisis dan pelaporan komparatif.

4. Kesalahan – kesalahan yang mempengaruhi, baik akun – akun laba rugi maupun akun
– akun neraca. Kesalahn – kesalahan tertentu ketika tidak ditemukan pada periode
berjalan menghasilkan salah saji pada laba bersih, sehingga memengaruhi laba di
masa mendatang. Kesalahan – kesalahan seperti ini dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu:
a. Kesalahan – kesalahan pada laba bersih yang ketika tidak ditemukan, otomatis
saling mengoreksi di periode fiskal berikutnya. Jumlah laba besih pada laporan
laba rugi untuk dua periode yang berturut – turut dinyatakan tidak secara akurat,
saldo – saldo akun tertentu pada neraca akhir periode berikutnya akan dinyatakan
secara akurat. Contoh kesalahan ini adalah salah saji persediaan persediaan dan
tidak dimasukkannya penyesuaian untuk pos – pos dibayar di muka dan akrual
pada akhir periode.

b. Kesalahan – kesalahan pada laba bersih yang , ketika tidak ditemukan, tidak secara
otomatis saling mengoreksi di periode fiskal berikutnya. Saldo – saldo akun pada
neraca berikutnya akan dinyatakan tidak secara akurat sampai satu ayat jurnal
dibuat untuk mengompensasi atau mengonreksi kesalahan tersebut. Contoh
kesalahan ini adalah pengakuan pengeluaran modal sebagai beban dan tidak
dimasukkannya beban penyusutan atau amortisasi.

Apabila kesalahan yang mempengaruhi rugi laba ditemukan, diperlukan analisis yang
cermat untuk menentukan tindakan yang tepat guna mengoreksi saldo perkiraan. Kebanyakan
kesalahan ini akan ditemukan dan dikoreksi sebelum tutup buku.

D. Contoh Ilustratif Untuk Koreksi Kesalahan


Asumsikan Dexter Co. Memulai operasi pada awal tahun 2000. Kantor akuntan publik
pertama kali ditugaskan pada tahun 2002. Sebelumnya perkiraan – perkiraan disesuaikan dan
ditutup, auditor meneliti pembukuan dan perkiraan – perkiraannya, dan menemukan
kesalahan – kesalahan yang diiktisarkan sebagai berikut ini. Dampak dari kesalahan –
kesalahan ini pada laporan keuangan, sebelum adanya ayat jurnal koreksi, diindikasikan
sebagai berikut: Tanda plus (+) mengindikasikan lebih saji dan tanda minus (-)
mengindikasikan kurang saji. Setiap koreksi kesalahan dibahas sebagai berikut:

Kurang Saji Persediaan


Ditemukan persediaan pada tanggal 31 desember 2000 kurang saji sebesar $1000. Dampak
dari salah saji tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dampak dalam Laporan Laba Rugi


a. Dampak dalam laporan laba rugi tahun 2000 adalah Harga pokok penjualan lebih saji
(persediaan akhir terlalu rendah) dan Laba bersih kurang saji
b. Dampak dalam laporan laba rugi tahun 2001 adalah Harga pokok penjualan kurang
saji (persediaan awal terlalu rendah) dan Laba bersih lebih saji

2. Dampak dalam Laporan Neraca


a. Dampak dalam neraca tahun 2000 Aset kurang saji (persediaan terlalu rendah) dan
laba bersih kurang saji
b. Tahun 2001 pos – pos neraca tidak terpengaruh, kurang saji saldo laba untuk tahun
2006 dikoreksi oleh lebih saji laba bersih tahun 2001
Karena kesalahan ini saling mengireksi setelah dua tahun, tidak ada ayat jurnal koreksi yang
dibutuhkan di tahun 2002. Jika kesalahan telah ditemukan tahun 2001 dan bukan 2002, satu
ayat jurnal akan dibuat untuk mengoreksi saldo akun, sehingga operasi tahun 2001 akan
dilaporkan secara akurat. Saldo awal persediaan tahun 2001 akan ditambah sebesar $1.000,
jumlah kurang saji aset, dan saldo laba akan dikredit sebesar jumlah ini, merupakan kurang
saji laba tahun 2006. Ayat jurnal koreksi tahun 2001 akan dibuat sebagai berikut:
Persediaan $1.000
Saldo Laba $1.000

Lupa Mencatat Pembelian Persediaan


Ditemukan bahwa fakturbpembelian pada tanggal 28 Desember 2000 sebesar $850 belum
dicatat sampai tahun 2001. Barang tersebut telah dimasukkan dalam persediaan pada akhir
tahun 2000. Dampat kesalahan ini adalah:

1. Dampak dalam laporan laba rugi


a. Tahun 2000 Harga pokok penjualan kurang saji (pembelian terlalu rendah) dan laba
bersih lebih saji
b. Tahun 2001 Harga pokok penjualan lebih saji (pembelian terlalu tinggi) dan laba
bersih kurang saji

2. Dampak dalam Laporan Neraca


a. Tahun 2000 kewajiban kurang saji (utang dagang terlalu rendah) dan saldo laba lebih
saji
b. Tahun 2001 pos – pos neraca tidak berpengaruh, lebih saji saldo laba untuk tahun
2000 dikoreksi oleh kurang saji laba bersih tahun 2001

Jika kesalahan tersebut telah ditemukan tahun 2001 dan bukan tahun 2002, ayat jurnal
koreksi diperlukan. Ayat jurnal koreksi untuk tahun 2007 dengan asumsi sistem persediaan
periodik adalah sebagai berikut:
Saldo Laba $850
Pembelian $850
Jika perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual, pembelian yang tidak benar akan
di debit langsung kepersediaan. Dengan demikian, ayat jurnal koreksi akan dibuat tahun 2007
sebagai berikut:
Saldo Laba $850
Persediaan $850

Lupa Mencatat Penjualan Persediaan


Ditemukan bahwa penjualan secara kredit sebesar $1.800 untuk minggu terakhir desember
2001 belum dicatat sampai tahun 2002. Barang yang dijual belum dicatat dan dikurangkan
dari persediaan akhir tahun 2001. Dampak kesalahan ini pada tahun 2007 adalah sebagai
berikut:
1. Dampak dalam Laporan laba rugi adalah Pendapatan kurang saji (penjualan terlalu rendah)
dan Laba bersih kurang saji.
2. Dampak dalam Laporan Neraca adalah Aset kurang saji (piutang usaha terlalu rendah) dan
saldo laba kurang saji.
Ketika kesalahan ditemukan tahun 2002, Penjualan didebit $1.800 dan saldo laba dikredit
sebesar $1.800, merupakan kurang saji laba bersih tahun 2001. Ayat jurnal koreksinya
adalah:
Penjualan $1.800
Saldo Laba $1.800

Lupa Mencatat beban yang Masih Harus Dibayar


Beban gaji penjualan yang masih harus dibayar sebesar $450 pada tanggal 31 Desember 2000
terlewati pada saat menyesuaikan akun – akun. Dampak kesalahan ini adalah sebagai berikut:

1. Dampak dalam Laporan laba rugi


a. Tahun 2000 Beban – beban kurang saji (beban gaji penjualan terlalu rendah) dan Laba
bersih kurang saji
b. Tahun 2007 beban – beban lebih saji (beban gaji penjualan terlalu tinggi) dan Laba
bersih kurang saji

2. Dampak dalam Neraca


a. Tahun 2000 Kewajiban kurang saji (utang gaji tidak dilaporkan) dan saldo lebih saji
b. Tahun 2001 Pos – pos neraca tidak terpengaruh, lebih saji saldo laba untuk tahun
2000 dikoreksi oleh kurang saji laba bersih tahun 2001

E. Pengungkapan yang Diwajibkan untuk Koreksi Periode Sebelumnya


Jika suatu kesalahan (baik tidak sengaja maupun sengaja) ditemukan kemudian yang
memengaruhi periode sebelumnya, dampaknya atas laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya, dan dampak koreksinya pada laba bersih periode berjalan harus diungkapkan
pada periode saat kesalahan dikoreksi.

F. Iktisar Perubahan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan


Perkembangan pedoman untuk pelaporan perubahan akutansi dan koreksi kesalahan telah
membantu memecahkan beberapa masalah akuntansi yang signifikan dan sudah lama.
Perubahan prinsip akuntansi akan dianggap tepat hanya apabila perusahaan menunjukkan
bahwa prinsip akuntansi alternative yang berlaku umum yang telah diadopsi lebih disukai
daripada prinsip sebelumnya. Dalam menerapkan pedoman profesi akuntansi, preferensi di
antara prinsip akuntansi harus ditentukan atas dasar apakah prinsip yang baru dapat
memperbaiki pelaporan keuangan bukan atas dasar dampak pajak penghasilan semata.
Namun tidaklah selalu mudah untuk menentukan perbaikan apa dalam pelaporan keuangan.
Bagaimana seseorang menentukan ukuran atau perbaikan mana yang lebih disukai? Sebagai
contoh, The Quaker Oats Company beragumen bahwa perubahan prinsip akuntansi ke
penilaian persediaan LIFO “akan lebih baik menandingkan biaya periode berjalan dengan
pendapatan periode berjalan”. Sebaliknya,  perusahaan lain mungkin beralih dari LIFO ke
FIFO karena ingin melaporkan persediaan akhir yang lebih realistis. Bagaimana anda
menentukan mana yang terbaik dari kedua argumen itu?

Auditor harus mempunyai beberapa “standar‟ atau “tujuan‟ sebagai dasar untuk
menentukan metode yang disukai. Karena tidak ada standar atau tujuan universal yang
diterima umum, maka masalah penentuan preferensi akan terus menjadi masalah yang sulit.
Pada awalnya SEC berpendapat bahwa auditor harus mengindikasikan apakah perubahan
prinsip akuntansi lebih disukai. SEC telah memodifikasi pendekatan ini, mengingat betapa
besarnya ketergantungan pada pertimbangan manajemen dalam menilai preferensi.
Meskipun kriteria dari preferensi sulit diaplikasikan namun pedoman umum yang
ditetapkan telah  bertindak sebagai pencegah terhadap perubahan prinsip akuntansi yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Jika standar FASB menciptakan prinsip baru atau
menunjukann  preferensi atau penolakan atas prinsip akuntansi spesifik, maka perubahan
tersebut secara jelas diaanggap dapat diterima. Demikian juga, dokumen otoritatif lainnya,
seperti laporan posisi AcSEC dan pedoman audit industri dari AICPA, dianggap sebagai
akuntansi yang lebih disukai apabila perubahan prinsip akuntansi dipertimbangkan.
 
 Perubahan prinsip akuntansi
Aturan umum: Menggunakan pendekatan periode berjalan atau catch-up dengan:
a. Melaporkan hasil periode berjalan atas dasar yang baru.
b. Melaporkan pengaruh kumulatif dari penyesuaian dalam laporan keuangan periode
berjalan di antara  judul “Pos pos luar biasa‟ dan “Laba bersih‟.
c. Menyajikan laporan keuangan periode sebelumnya seperti dilaporkan sebelumnya.
d. Menyajikan data pro-forma tentang laba dan laba per saham untuk semua periode
sebelumnya yang disajikan.

Pengecualian
Menggunakan pendekatan retroaktif dengan:
a. Menyatakan kembali laporan keuangan dari semua periode sebelumnya yang
disajikan.  
b. Mengungkapkan dalam tahun terjadinya perubahan pengaruh terhadap laba bersih dan
laba per saham dari semua periode sebelumnya yang disajikan.
c. Melaporkan penyesuaian atas saldo awal laba ditahan dalam laporan laba ditahan.

Menggunakan perubahan ke pendekatan LIFO dengan:


a. Tidak menyatakan kembali laba tahun sebelumnya  
b. Menggunakan persediaan awal dalam tahun di mana metode baru mulai
digunakan sebagai tahun dasar  persediaan untuk semua perhitungan LIFO
berikutnya.
c. Mengungkapkan pengaruh dari perubahan pada tahun berjalan, dan alasan-alasan
untuk mengabaikan  perhitungan pengaruh kumulatif serta jumlah pro-forma dari
tahun sebelumnya.
 
 Perubahan estimasi akuntansi Menggunakan pendekatan periode berjalan dari
prospektif dengan:
a. Melaporkan laporan keuangan periode berjalan dari masa datang atas dasar baru.
b.  Menyajikan laporan keuangan periode sebelumnya seperti dilaporkan
sebelumnya.
c. Tidak melakukan penyesuaian atau saldo awal periode berjalan untuk tujuan
catch-up, dan tidak melakukan penyajian pro-forma
 
Perubahan dalam entitas pelaporan
Menggunakan pendekatan retroaktif dengan:
a. Menyatakan kembali laporan keuangan untuk semua periode sebelumnya yang
disajikan.  
b. Mengungkapkan dalam tahun terjadinya perubahan pengaruh terhadap data laba
bersih dari laba per saham untuk semua periode sebelumnya yang disajikan.
 
 Perubahan karena kesalahan
Menggunakan pendekatan retroaktif dengan:
a. Memperbaiki semua laporan keuangan periode sebelumnya yang disajikan.
b. Menyatakan kembali saldo awal Laba ditahan untuk periode pertama yang
disajikan apabila pengaruh kesalahan terjadi dalam periode sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan telah memberikan masukan tambahan tentang mengapa


perusahaan lebih memilih metode akuntansi tertentu. Beberapa alasannya adalah sebagai
berikut:
1. Biaya politik. Semakin besar perusahaan dan terlihat lebih bersifar politis, semakin
besar  para politisi serta pembuat peraturan mencurahkan perhatian kepada
perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa ara politisi dan pembuat
peraturan ini dapat “membuat sarang” dengan menetapkan peraturan-peraturan dalam
organisasi tersebut guna meraih manfaat bagi pemilih mereka. Jadi semakin besar
perusahaan, semakin besar ketergantungan pada peraturan seperti antitrust dan
semakin besar kemungkinannya untuk membayar pajak yang lebih besar.
2. Struktur modal. Sejumlah studi telah mengindikasikan bahwa struktur modal
perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi. Sebagai contoh,
perusahaan dengan rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi akan sangat tergantung
pada perjanjian hutang. Yaitu, perusahaan mungkin memiliki perjanjian hutang yang
mengindikasikan bahwa  perusahaan tidak dapat membayar dividen jika laba ditahan
berada di bawah tingkat tertentu. Sebagai akibatnya, perusahaan jenis ini cenderung
memilih metode akuntansi yang akan menaikan laba bersih. Sebagai contoh,
sekelompok penulis mengindikasikan  bahwa struktur modal perusahaan
mempengaruhi keputusan apakah akan membebankan atau mengkapitalisasi bunga.
Pihak lainnya mengindikasi bahwa akuntansi biaya penuh lebih dipilih dibandingkan
upaya yang berhasil oleh perusahaan yang memiliki rasio hutang terhadap ekuitas
yang tinggi.

3. Pembayaran bonus. Jika pembayaran bonus dilakukan kepada manajemen berkaitan


dengan laba, maka dapat dikatakan bahwa manajemen akan memilih metode
akuntansi yang memaksimalkan pembayaran bonus mereka. Jadi, dalam memilih
meotde akuntansi, manajemen memperhatikan kepentingannnya berkaitan dengan
dampak perubahan laba akuntansi terhadap rencana kompensasinya.

4. Memperlancar laba. Kenaikan laba yang substansial dapat mengundang perhatian dari
para politisi, pembuat peraturan, dan pesaing. Selain itu, kenaikan laba yang besar
juga dapat menciptakan masalah bagi manajemen karena hasil yang sama akan sulit
dicapai  pada tahun berikutnya.
 
Manajemen memperhatikan dengan seksama akuntansi yang mereka terapkan dan
seringkali mengubah metode akuntansi bukan alasan konseptual, tetapi lebih pada alasan
ekonomis. Seperti telah diindikasikan dalam seluruh buku ini, argumen yang diberikan
semacam itu telah dikenal sebagai “argumen konsekuensi ekonomi”, karena berfokus pada
dampak yang diharapkan dari metode akuntansi terhadap perilaku investor, kreditor, pesaing,
pemerintah, atau manajer perusahaan yang melaporkan, daripada justifikasi konseptual untuk
standar akuntansi.
Untuk menghadapi tekanan-tekanan ini, pembuat standar akuntansi seperti yang telah
diumumkan FASB, sebagai bagian dari kerangka kerja konseptual, akan menilai manfaat
standar yang diusulkan dari posisi netral. Yaitu, standar yang dapat diandalkan tidak boleh
dievaluasi  berdasarkan dampak yang mungkin terhadap perilaku. Ini bukanlah waktunya
FASB untuk memilih standar berdasarkan jenis perilaku yang mereka ingin tonjolkan dan
yang ingin mereka hilangkan. Pada saat yang bersamaan, harus diakui bahwa beberapa
standar seringkali memiliki dampak dari perilaku yang mempengaruhi. Namun justifikasinya
harus ditanyakan secara konseptual dan bukan dalam istilah dampaknya.

Anda mungkin juga menyukai