Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Bukhori

Nim : 2004130128

Prodi : Agroteknologi

A. Konsep Ibadah

Ibadah merupakan salah satu tujuan penciptaan manusia. Dan untuk merealisasikan tujuan
tersebut, diutuslah para rasul dan kitab-kitab diturunkan. Orang yang betul-betul beriman kepada
Allah Ta’ala tentu akan berlomba-lomba dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Akan tetapi,
karena ketidaktahuan tentang pengertian atau jenis-jenis ibadah, sebagian mereka hanya fokus
terhadap ibadah tertentu saja, misalnya shalat, zakat, atau puasa. Padahal, jenis-jenis ibadah
sangatlah banyak.

Luasnya cakupan ibadah dapat kita lihat dari definisi ibadah yang disampaikan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala

“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah ridhai, baik
ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun yang batin (tidak tampak, tidak
bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44)

Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah

B. Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah

 Ibadah mahdhah

Adalah ibadah yang murni ibadah, ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini:

1. Ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah sejak asal
penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut tidaklah bernilai
kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan
ibadah). Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan
terlarangnya ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam
kemusyrikan.
2. Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu
dalam rangka meraih pahala di akhirat.
3. Ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan yang lainnya,
termasuk melalui akal atau budaya.
Contoh sederhana ibadah mahdhah adalah shalat. Shalat adalah ibadah mahdhah karena memang
ada perintah (dalil) khusus dari syariat. Sehingga sejak awal mulanya, shalat adalah aktivitas
yang diperintahkan (ciri yang pertama). Orang mengerjakan shalat, pastilah berharap pahala
akhirat (ciri ke dua). Ciri ketiga, ibadah shalat tidaklah mungkin kita ketahui selain melalui jalur
wahyu. Rincian berapa kali shalat, kapan saja, berapa raka’at, gerakan, bacaan, dan seterusnya,
hanya bisa kita ketahui melalui penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hasil dari
kreativitas dan olah pikiran kita sendiri.

 Ibadah ghairu mahdhah

Ibadah yang tidak murni ibadah memiliki pengertian yang berkebalikan dari tiga ciri di atas.
Sehingga ibadah ghairu mahdhah dicirikan dengan:

1. Ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah ibadah. Akan tetapi,
berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya.
2. Maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau kebutuhan yang
bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
3. Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada wahyu dari para
rasul.

Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas makan. Makan pada asalnya
bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau makan kapan saja, baik ketika lapar ataupun tidak
lapar, dan dengan menu apa saja, kecuali yang Allah Ta’ala haramkan. Bisa jadi orang makan
karena lapar, atau hanya sekedar ingin mencicipi makanan. Akan tetapi, aktivitas makan tersebut
bisa berpahala ketika pelakunya meniatkan agar memiliki kekuatan (tidak lemas) untuk shalat
atau berjalan menuju masjid. Ini adalah ciri pertama.

C. Fugsi Ibadah,Hikmah Ibadah,Makna Spritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial

1. Fungsi Ibadah
 Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah
menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi
 Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi vertikal dengan
Sang Khaliq
 Meningkatkan derajat manusia di mata Allah
2. Hikmah Ibadah

 Tidak syirik  Terhindar dari kemaksiatan


 Memiliki ketakwaan  Berjiwa sosial

3. Makna Spritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial


 Allah mewajibkan beriman, dengan maksud untuk membersihkan hati dari syirik,
 kewajiban shalat dengan maksud untuk mensucikan diri dari takabur,
 diwajibkannya zakat untuk menjadi sebab diperolehnya rizki,
 mewajibkan berpuasa untuk menguji kesabaran keikhlasan manusia,
 mewajibkan haji bagi yang mampu untuk mendekatkan umat Islam antara satu
dengan yang lainnya,

Anda mungkin juga menyukai