Negara yang bersusun jamak.
Negara serikat terdiri daribeberapa negara yang semulaberd
iri sendiri sebagai negarayang merdeka dan berdaulat memp
unya UUD sendirikemudian menyerahkansejumlah tugas da
n wewenanguntuk diselenggarkan olehpemerintah serikat/fe
deral.
2. DESENTRALISASI
b.
Dalam hal politik diantaranya:
1) Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena untuk mengurangi
konflik berkepanjangan yang terjadi didalam daerah, baik Suku, Ras,
Agama dan lainnya.
2) Mendapatkan pengakuan khusus dari negara agar daerah tidak
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan kata lain menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hal sosial-cultural diantaranya:
1) Mendapatkanpengakuankhususdarinegarakarenauntukmenghargai
budaya kental dari suatu daerah, seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sangat kental
kebudayaan islam dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena adanya kekhususan di bidang tertentu
pada daerah tersebut seperti pariwisata dan letak geografis suatu daerah
Dalam hal ekonomi diantarannya: yakni mendapatkan pengakuan khusus dari negara untuk
membantu ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lainnya, seperti Papua adalah daerah
yang kaya, namun tertinggal dalam banyak bidang seperti ekonomi, kesejahteraan masyarakat,
pendidikan, kesehatan dan lainnya
4.
Pengisian jabatan kepala daerah adalah sebuah tata cara dalam mewujudkan kedaulatan rakyat. Pasal 18
Ayat 4 UUD 1945 amandemen II berbunyi: “Gubernur, Bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintahan daerah propinsi, kabupaten,dan kota dipilih secara demokratis.” Ketentuan ini menjadi landasan
konstitusional dalam pengisian jabatan kepala daerah sejak disahkanya perubahan II UUD 1945 tanggal 18
Agustus Tahun 2000 dalam suatu sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Terhadap ketentuan Pasal 18 Ayat 4 UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusional pengisian
jabatan kepala daerah tidak disebutkan secara tegas tentang bagaimana cara berkedaulatan rakyat yang
digariskan oleh konstitusi negara dalam menentukan pengisian jabatan kepala daerah, apakah dengan demokrasi
langsung (direct democracy) atau demokrasi perwakilan (reprecentativ democracy).
Pasal 18 Ayat 4 hanya memberikan syarat bahwa pengisian jabatan kepala daerah bersifat demokratis.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam soal pengisian jabatan kepala daerah
menganut open legal policy sehingga secara atributif memberikan kepastian hukum bahwa makna “dipilih secara
demokratis” adalah pemilihan langsung oleh rakyat.
Berkaitan dengan pengisian jabatan kepala daerah didasari bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
lahir sebagai reaksi atau antitesis dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diubah, salah satunya adalah
mekanisme pemilihan kepala daerah sebagai-mana telah dikemukakan di atas. Dalam Pasal 56 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menentukan bahwa:
“(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil;
(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.”