Anda di halaman 1dari 4

1.

negara sistem Desentrasi sendiri dimana


Penyerahan urusan daripemerintah pusat kedaerah 
otonom/Daerah-daerah memperolehkekuasaan unt
ukmengurus rumah tanggasendir
negara federal adalah negara dimana kekuasaan dibagi sedemikian

rupa sehingga pemerintah federal dan pemerintah negara bagian

dalam bidang bidang tertentu bebas satu sama lain.

Negara yang bersusun jamak.

Negara serikat terdiri daribeberapa negara yang semulaberd

iri sendiri sebagai negarayang merdeka dan berdaulat memp

unya UUD sendirikemudian menyerahkansejumlah tugas da

n wewenanguntuk diselenggarkan olehpemerintah serikat/fe

deral.

 
2. DESENTRALISASI

           Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh


pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahannya dalam sistem NKRI.
Contoh: yang terjadi di Indonesia, KPUD melaksanakan proses pilkada,
wewenang pemerntah daerah dalam mengelola, dan memanfaatkan sumber
daya alam, penarikan pajak daerah da restribusi warga.

           Sentralisasi adalah pemusatan segala bentuk dan jenis keputusan,


kebijakan, dan kewenangan yang dikoordinir oleh pemerintah pusat,
sehingga pemerintah daerah hanya menjalankan apa yang diperintahkan
pemerintah pusat.

Contoh: Jerman pada masa Hitler dan di Indonesia


pemerintah pusat saja yang berhak melakukan perjanjian dan perundingan
dengan pemerintah negara lain, pemerintah pusat dalam hal ini bank
indonesia yang berhak menentukan kebijakan fiscal dan moneter

           Dekonsentrasi adalah pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat


kepada pemerintah daerah atau dari badan otonom untuk mengatur dan
mengurus terutama urusan sektor administrasi dalam sistem NKRI
Contoh: pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepaa gobernur atau
walikota, atau kepada instansi vertical di wilayahnya. 

3. Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dimaksudkan untuk

mewujudkan keadilan, penegakan supremasi hukum, penghormatan

terhadap HAM, percepatan pembangunan ekonomi, peningkatan

kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua, dalam rangka

kesetaraan dan keseimbangan dengan kemajuan provinsi lain.


Adanya pengakuan dan penghormatan negara terhadap suatu daerah dengan diberikannya
otonomi khusus dan istimewa di beberapa daerah di Indonesia
71

merupakan kesepakatan politik pembentuk konstitusi. Prinsip mengakui dan menghormati


pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa merupakan hal pokok dalam ketentuan
Pasal 18B Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Menurut Philipus M. Hadjon84 bahwa prinsip yang terkandung dalam Pasal 18B merupakan
pengakuan negara terhadap pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
dan prinsip eksistensi dan hak-hak tradisional masyarakat adat sebagaimana terdapat pada desa
atau nama lain. Ketentuan Pasal 18B tersebut mendukung keberadaan berbagai unsur
pemerintahan yang bersifat khusus atau bersifat istimewa (baik di tingkat provinsi, kabupaten
dan kota atau desa).
Beberapa daerah yang mendapatkan pengakuan dan penghormatan Otonomi Khusus oleh
Negara Kesatuan Republik Indonesia diantaranya akan Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Akan dijelaskan dibawah ini:
Dari pembahasan permasalahan di atas, maka penulis menarik kesimpulan diantaranya:
1. Pengaturan mengenai otonomi khusus di Indonesia diatur di dalam Pasal 18B Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu otonomi khusus diatur di dalam Pasal
225 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan
bahwa daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur
dalam undang-undang ini diatur pula dalam ketentuan undang-undang lain. Pengaturan
mengenai otonomi khusus ini diatur juga di dalam undang-undang lain diantaranya Undang-
Undang 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk Provinsi, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
2. Adapun kriteria bagi suatu daerah untuk memperoleh otonomi khusus diantaranya:
a. Dalam hal historis, yakni mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena asal usul
kesejarahan suatu daerah.
94

b.
Dalam hal politik diantaranya:
1) Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena untuk mengurangi
konflik berkepanjangan yang terjadi didalam daerah, baik Suku, Ras,
Agama dan lainnya.
2) Mendapatkan pengakuan khusus dari negara agar daerah tidak
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan kata lain menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hal sosial-cultural diantaranya:
1) Mendapatkanpengakuankhususdarinegarakarenauntukmenghargai
budaya kental dari suatu daerah, seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sangat kental
kebudayaan islam dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena adanya kekhususan di bidang tertentu
pada daerah tersebut seperti pariwisata dan letak geografis suatu daerah
Dalam hal ekonomi diantarannya: yakni mendapatkan pengakuan khusus dari negara untuk
membantu ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lainnya, seperti Papua adalah daerah
yang kaya, namun tertinggal dalam banyak bidang seperti ekonomi, kesejahteraan masyarakat,
pendidikan, kesehatan dan lainnya

4.

Pengisian jabatan kepala  daerah adalah sebuah tata cara dalam  mewujudkan kedaulatan rakyat.  Pasal 18
Ayat 4 UUD 1945  amandemen II berbunyi: “Gubernur,  Bupati, dan walikota masing-masing  sebagai kepala
pemerintahan daerah  propinsi, kabupaten,dan kota dipilih  secara demokratis.” Ketentuan ini  menjadi landasan
konstitusional  dalam pengisian jabatan kepala  daerah sejak disahkanya perubahan  II UUD 1945 tanggal 18
Agustus  Tahun 2000 dalam suatu sidang  Majelis Permusyawaratan Rakyat.  

Terhadap ketentuan Pasal 18  Ayat 4 UUD 1945 yang merupakan  landasan konstitusional pengisian 
jabatan kepala daerah tidak  disebutkan secara tegas tentang  bagaimana cara berkedaulatan rakyat  yang
digariskan oleh konstitusi  negara dalam menentukan pengisian  jabatan kepala daerah, apakah  dengan demokrasi
langsung (direct  democracy) atau demokrasi  perwakilan (reprecentativ  democracy).  

Pasal 18 Ayat 4 hanya  memberikan syarat bahwa pengisian  jabatan kepala daerah bersifat  demokratis. 

Sedangkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam soal pengisian jabatan kepala daerah
menganut open legal policy sehingga secara atributif memberikan kepastian hukum bahwa makna “dipilih secara
demokratis” adalah pemilihan langsung oleh rakyat.

Berkaitan dengan pengisian jabatan kepala daerah didasari bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
lahir sebagai reaksi atau antitesis dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diubah, salah satunya adalah
mekanisme pemilihan kepala daerah sebagai-mana telah dikemukakan di atas. Dalam Pasal 56 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menentukan bahwa:

“(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil; 

(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.”

Anda mungkin juga menyukai