Anda di halaman 1dari 4

Nomor 1

Pada dasarnya berkaitan dengan perkembangan cara pendekatan, yakni pendekatan klasikal dan
event studies. Pendekatan bersifat klasikal menjelaskan bahwa wirausaha dan ciri-ciri
pembawaan atau karakter seseorang yang merupakan pembawaan sejak lahir (innate) dan untuk
menjadi wirausahawan tidak dapat dipelajari. Sedangkan pendekatan event studies menjelaskan
bahwa faktor-faktor lingkungan yang menghasilkan wirausaha atau dengan kata lain wirausaha
dapat diciptakan.

Sifat wirausahawan merupakan bawaan lahir sebagaimana pendapat pakar yang menggunakan
pendekatan klasikal sebenarnya sudah lazim diterima sejak lama. Namun, saat ini pengakuan
tentang kewirausahaan sebagai suatu disiplin telah mendobrak mitos tersebut dan membenarkan
pendapat yang menggunakan pendekatan event studies. Seperti juga disiplin-disiplin lainnya,
kewirausahaan memiliki suatu pola dan proses.

Terlepas dari kedua pendapat dengan pendekatan yang berbeda tersebut, pendapat yang lebih
moderat adalah tidak mempertentangkannya. Menjadi wirausahawan sebenarnya tidaklah cukup
hanya karena bakat (dilahirkan) ataupun hanya karena dibentuk. Wirausahawan yang akan
berhasil adalah wirausahawan yang memiliki bakat yang selanjutnya dibentuk melalui suatu
pendidikan, pelatihan atau bergaul dalam komunitas dunia usaha. Tidak semua orang yang
memiliki bakat berwirausaha mampu untuk menjadi wirausahawan tanpa adanya tempaan
melalui suatu pendidikan/pelatihan. Kompleksnya permasalahan-permasalahan dunia usaha saat
ini, menuntut seseorang yang ingin menjadi wirausahawan tidak cukup bermodalkan bakat saja.
Ada orang yang belum menyadari bahwa dia memiliki bakat sebagai wirausahawan, setelah
mengikuti pendidikan, pelatihan ataupun bergaul dengan di lingkungan wirausaha pada akhirnya
akan menyadari dan mencobamemanfaatkan bakat yang dimilikinya. Olehnya itu, tidak salah jik
ada yang berpendapat bahwa bila ingin belajar berwirausaha tidak perlu mengandalkan bakat,
namun yang terpenting adalah memiliki kemauan dan motivasi yang kuat untuk mulai belajar
berwirausaha.

Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya setiap orang dilahirkan dengan ‘bakat’
menjadi pengusaha, yang membedakan adalah faktor lingkungan. Apakah lingkungan sekitar kita
ini akan mempertajam bakat tersebut atau justru membuatnya tumpul hingga akhirnya musnah.
Meskipun pada dasarnya seseorang dilahirkan dengan bakat menjadi pengusaha, namun jika
tidak dilatih dan diasah, maka orang tersebut juga tidak akan menjadi pengusaha handal. Lalu
untuk menjadi seorang pengusaha handal apakah harus menempuh pendidikan tinggi? Belum
Tentu

Saat ini sudah banyak pengusaha sukses yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Hanya
dengan bermodalkan otodidak, namun bisa meraih kesuksesan, contohnya Andri Wongso yang
juga terkenal sebagai motivator. Namun ada juga pengusaha dengan background universitas
ternama yang pada akhirnya mendirikan usaha dan sukses, misalnya Nadiem Makarim sebagai
CEO Gojek. Tidak ada yang salah pada keduanya. Meskipun berbeda latar belakang, namun
keduanya sama-sama menjadi pengusaha sukses.

Nomor 2

Seorang wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian untuk menjual, mulai dari
menawarkan ide hingga komoditas baik berupa produk atau jasa. Niat berwirausaha akhir-akhir
ini mulai mendapat perhatian khusus, faktor-faktor seperti pendidikan kewirausahaan dan norma
subyektif akan membentuk niat seseorang menjadi wirausaha dan langsung akan mempengaruhi
perilakunya. Niat juga merupakan salah satu aspek physikis manusia yang mendorongnya untuk
memperoleh sesuatu untuk mencapai suatu tujuan, sehingga niat mengandung unsur keinginan
untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu sebagai kebutuhannya.
Niat berwirausaha ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: dimana seorang individu merasa baik
atau kurang baik (sikap); pengaruh lingkungan terhadap individu (Norma Subyektif); dan
perasaan mudah atau sulit dalam melakukan suatu perilaku (kontrol perilaku) dan faktor lainnya
seperti: faktor efikasi diri, gender, pendapatan dan pengaruh lingkungan.

Pendidikan bisnis dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi
seorang wirausahawan sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha
sebagai pilihan karir. Metode pembelajaran kewirausahaan haruslah mampu mentransfer bukan
hanya pengetahuan dan keterampilan melainkan juga kemampuan untuk mewujudkan suatu
usaha yang nyata, dan memperoleh jiwa dari kewirausahaan itu sendiri. Pendidikan bisnis
bertujuan meningkatkan pengetahuan kewirausahaan mahasiswa yaitu melalui sikap,
pengetahuan dan keterampilan guna mengatasi kompleksitas yang tertanam dalam tugas-tugas
kewirausahaan. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan, adalah pendidikan yang
menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill).
Semakin banyak penyediaan pengalaman dan penguasaan mengenai kewirausahaan dengan
melibatkan mereka dalam kegiatan belajar, pengembangan rencana bisnis, dan menjalankan
usaha kecil yang diberikan kepada individu/ mahasiswa, maka semakin tinggi niatnya untuk
berwirausaha.

Contoh wirausahawan yang mengeyam pendidikan bisnis dan sukses adalah Natali Ardianto
yang berbekal pendidikan dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Natali Ardianto,
yang terkenal dengan menjadi CTO dari Tiket.com. Tentunya menjadi pengusaha di bidang jasa,
terutama startup, adalah hal yang sedang melejit saat ini akan tetapi persaingannya pun banyak.

Nomor 3

Kewirausahaan akan menciptakan lapangan kerja baru, menyerap tenaga kerja, dan mendorong
kemandirian di masyarakat. Oleh karena itu, jumlah pengusaha bisa digunakan sebagai indikator
keunggulan dan daya saing sebuah negara. Sejumlah negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan,
Inggris, dan Amerika Serikat, bisa mencapai posisi yang sekarang karena banyaknya pengusaha
di negara mereka. Peranan wirausahawan juga akan mendukung jalannya suatu perekonomian
dalam suatu negara. Peran yang dimaksud adalah :

 Meningkatkan Pendapatan Nasional


Suatu inovasi yang diberikan dan dibuat oleh para wirausaha membuat jumlah
permintaannya meningkat oleh sebab itu jumlah produksinya akan naik. Produksi ini lah
yang mampu meningkatkan pendapatan negara.

 Membuat Lapangan Pekerjaan


Dengan banyaknya pengangguran dikarenakan sedikitnya lapangan kerja yang disediakan
oleh pemerintah membuat semakin sulit situasi disekitarnya. Jadi, ini juga salah satu
manfaat wirausaha dengan adanya lapangan pekerjaan yang dibuka membuat para
pengangguran bisa memiliki pekerjaan kembali.
 Mengurangi Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Mereka yang ingin menjadi seorang wirausaha harus akan mampu menghasilkan
peningkatan pada pendapatannya. Inilah yang membuat kesenjangan ekonomi dan sosial
dapat ditekan dan dikurangi.
 Membuat Taraf Hidup Masyarakat
Wirausaha merupakan seseorang yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Karena,
secara langsung mereka bisa menyerap pengangguran khususnya disekitar usahanya
tersebut. Sehingga kesimpulannya wirausaha ini memiliki peranan penting dalam
kehidupan ekonomi sekitar.

Nomor 4

Thomas Monroy dan Robert Folger mengembangkan pengelompokan gaya entrepreneur menurut
risiko finansial yang dihadapi entrepreneur dalam mengembangkan usaha baru, dan besarnya
harapan untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan (profit motive). Berikut
contoh pengelompokan gaya entrepreneur :

 Government entrepreneur. Contoh: Lee Kuan Yeow, mantan perdana menteri Singapura
adalah seorang pemimpin yang mengelola dan menumbuhkan Singapura dengan jiwa
kecakapan entrepreneur.
 Academic entrepreneur. Menggambarkan akademisi yang mengajar atau mengelola
lembaga pendidikan dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan
mulia pendidikan.
 Sosial entrepreneur adalah para pejuang social dan para pendiri organisasi-organisasi
soasial kelas dunia.

Anda mungkin juga menyukai