Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH
RUMAH SAKIT

Disusun Oleh:

AGUSTIN PUTRI AWALIYAH


NPM. 2021060200033

Materi Kesehatan Keselamatan


Kerja Dosen: Syaifiyatul H.

PRODI D3 FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM
MADURA

1
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Sampah dan limbah menjadi permasalahan serius yang terjadi di
berbagainegara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang
dihasilkandari suatu kegiatan baik pada skala industri, rumah tangga, instansi
dan lainsebagainya yang dilakukan oleh manusia. Limbah yang tidak diolah
dengan baikdapat menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran lingkungan
yangberdampak buruk bagi lingkungan.Manusia sebagai makhluk hidup
selainmendayagunakan unsur-unsur dari alam, manusia juga membuang
kembali segalasesuatu yang tidak dipergunakannya lagi ke alam. Tindakan ini
akan berakibatburuk terhadap manusia apabila jumlah buangan sudah
terlampau banyaksehingga alam tidak dapat lagi membersihkan
keseluruhannya (proses selfpurification terlampaui).
Pengotoran lingkungan yang terjadi dan sumber dayaalam yang sangat
dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan manusia sebagaiakibatnya
mengalami gangguan kesehatan karenanya (Soemirat, 2004: 16).
Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas
pengobatan atautindakan perawatan lainnya di instalasi kesehatan baik itu
rumah sakit, puskesmas,klinik, apotek, dan sebagainya. Pengelolaan limbah
medis yang tidak benar dapatmenimbulkan masalah yaitu menularkan
penyakit kepada orang lain, tenagakesehatan dan masyarakat sekitarnya.
Limbah medis mengandungmikroorganisme sumber penyakit.Limbah layanan
kesehatan dapat mencemaripenduduk lingkungan di sekitar layanan kesehatan
dan dapat menimbulkanmasalah kesehatan. Hal ini dikarenakan limbah
tersebut dapat mengandung jasadrenik penyebab penyakit pada manusia
termasuk demam typoid, cholera, disentri,dan hepatitis, sehingga limbah
harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan(Badan Penanggulangan Dampak
Lingkungan1999 dalam Sudewi,2013:11).
Rumah sakit menjadi salah satu tempat yang di dalamnya terdapat
proseskegiatan yang dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak
positifnyayaitu rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang
melaksanakanpelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan sebagai lembaga
pendidikan tenagakesehatan dan penelitian.Dampak negatifnya yaitu pada
sampah dan limbah yangdihasilkan rumah sakit, baik itu limbah medis atau
non medis yang dapatmenimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan
sekitarnya.Jenis limbah rumah sakit bermacam-macam, yaitu limbah padat
nonmedis, limbah padat medis, limbah cair, dan limbah gas.Limbah-limbah
tersebutterdiri dari limbah non infeksius, limbah infeksius, bahan kimia
beracun danberbahaya, dan sebagian bersifat radioaktif sehingga
membutuhkan pengolahansebelum dibuang ke lingkungan.
Temuan hasil penelitian Badan Penanggulangan Dampak
LingkunganJawa Barat yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI
dan BadanKesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998-1999, dari
keseluruhan limbahrumah sakit maka sekitar 10-15% diantaranya merupakan
limbah infeksius yangmengandung logam berat. Limbah organik sebanyak
40% merupakan yangberasal dari makanan pasien, keluarga pasien, dan
instalasi gizi, sedang sisanyasekitar 45-50% merupakan limbah anorganik
dalam bentuk botol infus danplastik. (Pristiyanto dalam Nur, 2013:1).
Limbah medis anorganik juga dapat berasal dari fasilitas
layanankesehatan lainnya.Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit
Menulardan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2MPL).
Kementerian Kesehatan RepubilikIndonesia menunjukkan bahwa
limbah alat suntik di Indonesia khusus imunisasidiperkirakan sebesar 66 juta
per tahun yang terdiri dari 36,8 juta untuk imunisasibayi, sekitar 10 juta untuk
imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, dan kurang lebih20 juta berasal dari
imunisasi anak sekolah, sedangkan timbulan limbah alatsuntik untuk kuratif
diperkirakan sebesar 300 juta per tahun (Depkes 2006 dalamNur, 2013:1).
Pengelolaan limbah padat medis dapat dilakukan dengan berbagai
cara,salah satu pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat yaitu
denganmenggunakan mesin insenerator. Insenerator digunakan sebagai alat
untukmembakar dan mengelola sampah medis yang dihasilkan dari
kegiatanpuskesmas.Gas yang dipancarkan oleh Sproeier dapat mencapai
700°C, limbahyang dibakar menghasilkan panas yang ikut mempertahankan
panas yang ada.Apabila ada rumah sakit atau puskesmas yang tidak memiliki
alat insenerator,pemilik atau pengelola rumah sakit atau puskesmas yang
bersangkutan dapatmeminta bantuan kepada rumah sakit atau puskesmas lain
yang memilikinya(Hanadi, 2002:23).
Sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gasdalam
mesin insenerator. Proses pengelolaan sampah dengan insenerator
yangmenghasilkan abu bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang
dihasilkanmasih memerlukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari
zat-zatpencemar yang terbawa. (Sidik dalam Sudewi, 2013:31)

B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Limbah
2. Mengetahui apa itu limbah layanan kesehatan(medis)
3. Mengetahui dampak limbah medis bagi Lingkungan dan kesehatan
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian dan Penggolongan Limbah

Limbah adalah bagian dari hasil produksi yang pada umumnya dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik, namun jika
limbah tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang kembali menjadi
produk yang sejenis atau jenis produk lainnya maka akan mempunyai nilai
tambah (added value) yang sangat menguntungkan. Dari semua kegiatan-
kegiatanrumah sakit, menghasilkan berbagai macam limbah berupa benda
cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari
kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber
dari limbah rumah sakit.

Sesuai dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan,


bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan
penyakit, pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan
kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
(Siregar, 2001).

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui


berbagai macam cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih,
penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu,
perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi
perhatian khusus.Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula
sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.Pelayanan
kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan penyembuhan
penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa (Said dan Ineza,
2002).
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang
berupa benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah
bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit.

Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah


sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu (Giyatmi. 2003) :

1. Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.


2. Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.

Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas
yang diperlukan.

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. Rumah
sakit sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari
balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh
unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi,
dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan.

Secara garis besar ada 3 (tiga) macam limbah Rumah Sakit yaitu limbah
padat (sampah), limbah cair dan limbah klinis.

1. Sampah Sampah
Rumah Sakit dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit
menular karena sampah menjadi tempat tertimbunnya mikro organisme
penyakit
dan sarang serangga serta tikus.Di samping itu kadang-kadang dapat
mengandung bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat
menimbulkan penyakit atau cidera. Sampah yang dihasilkan di Rumah
Sakit antara lain terdiri dari : sampah yang mudah busuk yang berasal
dari instalasi gizi, sampah yang tidak mudah busuk dan tidak mudah
terbakar atau yang mudah terbakar, sampah medis, sampah patologis
serta sampah yang berasal dari laboratorium.
2. Limbah Cair

Limbah cair Rumah Sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari
ruangan-ruangan atau unit di Rumah Sakit yang kemungkinan
mengandung mikro
organisme, bahan kimia beracun dan radio aktif.
3. Limbah klinis
Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan gizi, "Veteranary", Farmasi atau sejenis serta limbah yang
dihasilkan
di Rumah Sakit pada saat dilakukan perawatan/pengobatan atau
penelitian. Bentuk
limbah klinis antara lain berupa benda tajam, limbah infeksius, jaringan
tubuh.

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan
potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan
gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan
dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.Benda-benda tajam
yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang


berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular.Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,
darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau
otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh
pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan
oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat- obatan. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan
bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses
sterilisasi, dan riset. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi
dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio
nukleida.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga


menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non
medis.Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas,
unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa
makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain).Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.Limbah
rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan
sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).Tentu
saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen.
Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-
bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan
dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH,
mikrobiologik, dan lain-lain.
B. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola
sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm,
masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industry, sepatu boot,
serta sarung tangan khusus.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan
dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia,
pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Limbah medis rumah sakit terutama karena berbagai jenis bakteri,
virus, senyawa-senyawa kimia, desinfektan, serta logam seperti Hg, Pb,
Chrom dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. Gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi gangguan langsung adalah efek
yang disebabkan karena kontak langsung dengan limbah tersebut,
misalnya limbah klinis beracun, limbah yang dapat melukai tubuh dan
limbah yang mengandung kuman pathogen sehingga dapat menimbulkan
penyakit dan gangguan tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat,
baik yang tinggal di sekitar rumah sakit maupun masyarakat yang sering
melewati sumber limbah medis diakibatkan oleh proses pembusukan,
pembakaran dan pembuangan limbah tersebut.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara
pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,
bahan radioaktif.

6. Menyebabkan Infeksi Silang


Limbah medis dapat menjadi wahana penyebaran mikroorganisme
pembawa penyakit melalui proses infeksi silang baik dari pasien ke
pasien, dari pasien ke petugas atau dari petugas ke pasien. Pada
lingkungan, adanya kemungkinan terlepasnya limbah ke lapisan air tanah,
air permukaan dan adanya pencemaran udara, menyebabkan pencemaran
lingkungan karena limbah rumah sakit.
7. Masalah ekonomis
Secara ekonomis, dari beberapa kerugian di atas pada akhirnya menuju
kerugian ekonomis, baik terhadap pembiayaan operasional dan
pemeliharaan, adanya penurunan cakupan pasien dan juga kebutuhan
biaya kompensasi pencemaran lingkungan.Orang yang kesehatannya
terganggu karena pencemaran l ingkungan apalagi sampai cacat atau
meninggal, memerlukan biaya pengobatan dan petugas kesehatan yang
berarti beban sosial ekonomi penderitanya, keluarganya dan masyarakat.
8. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat
yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
9. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector
penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau
genangan air.
10. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-
gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
11. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.
12. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter
asapnya akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan
kualitas udara.

C. Dampak Limbah Pada Kesehatan Masyarakat


Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk
mendapat gangguan karena buangan rumah sakit.
1. Pertama, pasien yang datang ke Rumah Sakituntuk memperoleh
pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini
merupakan kelompok yang paling rentan
2. Kedua, karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya
selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit.
3. Ketiga, pengunjung / pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah
sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar.
4. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih
lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak
sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya.
Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan
akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di
lingkungan tersebut.Oleh karena itu, rumah sakit wajib melaksanakan
pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar
dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.
Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan
oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep
pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses
manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen
Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi
Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi
internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO
14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah
Sakit. Dengan pendekatan sistem tersebut, pengelolaan lingkungan itu
sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dengan
menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat
sekitar.
Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani
dampak lingkungan, pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga
kemasyarakatan merupakan kunci keberhasilan untuk melindungi
masyarakat dari dampak buangan /limbah rumah sakit ini.
Solusi Maxpell menawarkan solusi terbaik dalam menangani
permasalahan limbah medis dan non medis jenis padat (kering dan basah)
yang terdapat di Puskesmas, Poliklinik, dan Rumah Sakit yaitu dengan
menggunakan incinerator dengan sistem pembakaran yang sempurna
dengan berbagai media bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari
sisi teknologi maupun kapasitas.
Solusi yang ditawarkan oleh maxpell adalah untuk mengatasi limbah
medis dan non medis jenis padat (kering dan basah) dengan
melakukan pemilahan jenis limbahberdasarkan pemusnahannya.Dibawah
ini terdapat tabel jenis limbah yang dapat ditangani oleh teknologi
maxpell.
KEGIATAN PRODUKSI LIMBAH
Perawatan Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker ,
bungkus/botol obat, dlsb
Bedah Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker ,
bungkus/botol obat , pisau bedah, jaringan tubuh, kantong darah
Laboratorium Alat suntik , pot sputum, pot urine/faeces, reagent, chemicals,
kaca slide
Poliklinik Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker ,
bungkus/botol obat, dlsb
Farmasi Dos, botol obat plastik/kaca, bungkus plastik, kertas, obat
kedaluarsa, sisa obat.
Radiologi Cartrige film, film, sarung tangan , kertas, plastik .
IGD Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker ,
bungkus/botol obat, dlsb
Dapur Sisa bahan makanan (sayur, daging, tulang, bulu,dlsb), sisa
makanan, kertas, plastik bungkus
Laundry Kantong plastic
Kantor Sisa bahan makanan (sayur, daging, tulang, bulu,dlsb), sisa
makanan, kertas, plastik bungkus
KM / WC Pembalut, sabun, odol

D. Upaya pengelolaan limbah RS


Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi
volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau
kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Upaya pertama yang harus
dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah
yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada
sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah.Program minimisasi limbah di
Indonesia baru mulai digalakkan, bagi RS masih merupakan hal baru, yang
tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan pengolahan limbah yang
masih mempunyai nilai ekonomis. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengungkapkan pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan
limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (wasfe
reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah
(waste abatement), pencegahan peF&emaran (waste prevention) dan reduksi
pada sumbemya (source reduction).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan prioritas atas dasar
pertimbangan antara lain meningkatkan efisiensi kegiatan, biaya
pengolahannya relatif murah dan pelaksanaannya relatif mudah.
Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah:
1) House keeping yang baik, dilakukan demi menjaga kebersihan
lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik
mungkin.
2) Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan
limbah.
3) Preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian
alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4) Pengelolaan bahan (material inventory), suatu upaya agar persediaan
bahan selalu cukup untuk ; menjamin kelancaran proses kegiatan, namun
tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan,
sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
5) Pemilihan teknologi dan proses yang tepat untuk mengeluarkan limbah
B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan sejak awal
pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.
6) Penggunaan kantung limbah dengan warna berbeda untuk memilah-milah
limbah di tempat sumbernya, misalnya limbah klinik dan bukan klinik.
Kantung plastic cukup mahal, sebagai gantinya dapat digunakan kantung
kertas yang tahan bocor, dibuat secara lokal sehingga mudah diperoleh.
Kantung kertas ini dapat ditempeli strip berwarna, kemudian ditempatkan
di tong dengan kode warna di bangsal dan unit-unit lain.

E. Contoh Limbah Rumah Sakit

Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi
penyebab tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah sakit
antara lain disebabkan, kurangnya kepedulian manajemen terhadap pengelolaan
lingkungan karena tidak memahami masalah teknis yang dapat diperoleh dari
kegiatan pencegahan pencemaran, kurangnya komitmen pendanaan bagi upaya
pengendalian pencemaran karena menganggap bahwa pengelolaan rumah sakit untuk
menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi pencemaran, kurang
memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak lagi kekurangan lainnya
(Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang harus dilakukan rumah sakit
adalah, mulai dan membiasakan untuk mengidentifikasi dan memilah jenis limbah
berdasarkan teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna
ulang).Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap
pembelian dan penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun non
B3.Memantau aliran obat mencakup pembelian dan persediaan serta meningkatkan
pengetahuan karyawan terhadap pengelolaan lingkungan melalui pelatihan dengan
materi pengolahan bahan, pencegahan pencemaran, pemeliharaan peralatan serta
tindak gawat darurat (Sebayang dkk, 1996).
Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka
diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia,
alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan
tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan (Said, 1999).Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang
dilakukan sebelum dibuang.Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan
organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan
lain-lain.Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar, dan lain-lain.Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar
mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang
menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang
disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadal, kesalahan
penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan
pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk.
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan
dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk masing-masing
jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum
pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko
kontaminsai dan trauma (injury).jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian
berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan di
unit-unit resiko tinggi.Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko
tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu
perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut
ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang
diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah.

b. Limbah Patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum
keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

c. Limbah Bukan Klinik

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang
tidak berkontak dengan cairan badan.Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit,
limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk
mengangkut dan mambuangnya.
d. Limbah Dapur

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor.Berbagai serangga


seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi
staff maupun pasien di rumah sakit.
e. Limbah Radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di


rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.

Secara garis besar masalah yang dihadapi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Sebagian besar bangunan Rumah Sakit di Indonesia pada saat ini tidak dilengkapi
dengan sarana pembuangan limbah yang memadai seperti
2) "Spoel Hok", sehingga pencemaran lingkungan lebih mudah terjadi.
3) Belum semua Rumah Sakit dilengkapi dengan sarana pembuangan sampah yang
memenuhi syarat karenabatasan lahan dan kendala biaya.
4) Sikap dan perilaku petugas termasuk para manajer Rumah Sakit yang belum
mendukung dalam setiap upaya penanggulangan limba
5) Adat dan kebiasaan buruk dari masyarakat kita yang disebabkan ketidaktahuan
dan tingkat pendidikan yang kurang.
6) Belum tersedianya dana kahusus baik untuk penelaahan maupun penyediaan
sarana pembuangan limbah Rumah Sakit yang tercantum dalam APBN, APBD
ataupun sumber dana lainnya.
7) Biaya pembuatan sarana pembuangan dirasakan masin terlampau mahal, sehingga
perlu dibuat suatu sarana yang lebih sederhana, lebih mudah namun memenuhi
syarat.
BAB III
PENUTUP, KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair.
2. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius
tubuh, limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.
3. Pengolahan Limbah Rumah Sakit tergantung dari jenis Limbahnya
4. Limbah Padat : Pemisahan, penampungan, dan pengangkutan
5. Limbah Cair :Kolam Stabilisasi Air Limbah, Kolam oksidasi air limbah,
Anaerobic Filter Treatment System, Pengolahan dan Pembuangan,
Incinerator.

B. Saran
Adanya toksikologi limbah rumah sakit, disarankan agar petugas
rumah sakit dalam mengolah limbah agar lebih memperhatikan cara atau
teknik-teknik dalam mengolah jenis limbah yang ada di ruah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesian-publichealth.com/pengaruh-limbah-medis-
terhadap-kesehatan/( di akses pada 12 November 2017 )
http://indryqhy.blogspot.co.id/2013/03/makalah-limbah-rumah-
sakit.html( di akses pada 12 November 2017 )
http://analissite.blogspot.co.id/2015/11/pengaruh-limbah-rumah-sakit-
terhadap.html( di akses pada 10 November 2017 )

Anda mungkin juga menyukai