UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A.
=====================================
Identitas Mata Kuliah
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Nama Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Jumlah SKS :2
Semester :1
Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Dosen : Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd.
Nama : Beri Barga
NPM : A1H021037
Prodi : Pendidikan Jasmani
SOAL
1. Problematika pendidikan banyak terkait dengan bagaimana melahirkan guru
profesional. Silahkan saudara jelaskan bagaimana melahirkan guru-guru profesional
di Indonesia, dukung pendapat saudara dengan berbagai jurnal yang saudara baca!
(Score 30, jika saudara dapat memberikan rujukan minimal 5 jurnal sebagai referensi,
dan ditulis Daftar Pustakanya)
2. Banyak aliran filsafat pendidikan, di antaranya Filsafat Esensialisme, Filsafat
Perenialisme, Filsafat Progresivisme, Filsafat Eksistensialisme, Filsafat
Rekonstruktivisme. Silahkan saudara deskripsikan konsep pendidikan menurut
berbagai aliran-aliran filsafat pendidikan tersebut! (Score 50, jika saudara dapat
memberikan rujukan minimal 5 jurnal sebagai referensi, dan ditulis Daftar
Pustakanya)
3. Silahkan saudara uraikan bagaimana mengatasi relevansi pendidikan dengan
pembangunan dan kebutuhan masyarakat! Kemudian saudara jelaskan juga
bagaimana menanggulangi karakter peserta didik yang kian hari kian
mengkhawatirkan! (Score 20, jika saudara dapat memberikan rujukan minimal 5
jurnal sebagai referensi, dan ditulis Daftar Pustakanya)
JAWABAN :
DAFTAR PUSTAKA
Agung, 1996.
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto dan Asep J, 2014, Menjadi Guru Profesional di Era Global” Jakarta : Erlangga Group.
- Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, Volume 1 Nomor 2, September 2013, Hal. 152-159
DAFTAR PUSTAKA
Istilah profesional pada tulisan ini tidak merujuk kepada penggunaan istilah
tersebut pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) –yang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A.
=====================================
seringkali menimbulkan kerancuan dalam wacana dilapangan – yang
menyatakan “Pendidikan tinggi terdiri dari pendidikan akademik dan
pendidikan profesional.” Yang dimaksud dengan pendidikan akade-mik
adalah pendidikan yang sebagian besar porsinya ditujukan untuk penguasaan
dan pengembangan ilmu dengan bobot keterampilan yang lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi. ( 1999 ). Mengangkut Citra dan Martabat Guru.Yogyakarta : Adicita Karya
Nusa Guru.
Robert K Cooper & Ayman sawaf. ( 2001 ). Executive EQ: Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan dan Organisasi.
ABSTRAK
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A.
=====================================
Peran pendidik guru menjadi lebih dan lebih penting dalam memenuhi kebutuhan guru
profesional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia # 14/2005
tentang Guru dan Dosen. Agar dapat mendidik guru profesional dan calon guru, pendidik
guru sendiri harus profesional, dan memiliki kemauan untuk terus mengembangkan
profesionalisme.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendapat perhatian cukup serius di berbagai
negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Hal ini dapat dimaklumi karena
kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam kemajuan satu
negara. Jepang yang hancur lebur dalam Perang Dunia kedua, segera bangkit kembali karena
memberi perhatian yang serius pada pendidikannya. Melalui pendidikan, berbagai
keterampilan, terutama keterampilan hidup, dapat dikembangkan, di samping tentu saja
berbagai pengetahuan dan sikap yang perlu dikuasai dan ditampilkan oleh setiap orang jika
mau hidup secara layak dalam dunia yang berkembang sangat pesat ini. Salah satu faktor
yang berperan besar dalam dunia pendidikan dan yang sering dikaitkan dengan kualitas
pendidikan, khususnya pendidikan formal adalah guru. Peran guru ini menjadi semakin
penting karena sebagaimana yang diungkapkan oleh Wardani dan Julaeha (2011),
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) yang sangat pesat membawa
berbagai perubahan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, para pendidik
guru di semua LPG perlu menjawab tantangan ini dengan serius. Namun, berdasarkan
pengamatan berbagai dokumen yang berkaitan dengan pendidik guru dan diskusi internal,
tampaknya belum semua pendidik guru menyadari posisi yang sangat penting dan
menentukan ini. Oleh karena itu, diharapkan tulisan ini dapat menyadarkan para pendidik
guru akan perannya yang sangat sentral tersebut serta mengambil langkah nyata dalam
pengembangan profesionalisme.
Pengembangan Profesionalisme Pendidik Guru
pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk
melakukannya dan mengharuskan adanya pembayaran bagi pelakunya (lawan dari amatir).
Selanjutnya, profesionalisme yang merupakan kata benda, dimaknai sebagai mutu, kualitas,
dan tindak tanduk yang merupakan ciri satu profesi atau orang yang profesional. Tidak jauh
berbeda dengan KBBI, Oxford Advanced Learner’s Dictionary (Wehmeier, 2005),
mendefinisikan profesionalisme sebagai suatu standar tinggi yang kita harapkan dari
seseorang yang terlatih dengan baik dalam pekerjaan tertentu, atau “great skill and ability”
(hal: 1205).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan profesional sebagai guru dan
pendidik guru mencakup penguasaan sosok utuh kompetensi guru dan kemampuan
melaksanakan tugas yang mengutamakan kemaslahatan dan kepuasaan peserta didik. Dengan
demikian, tolok ukur utama keberhasilan bagi guru profesional adalah kualitas proses dan
hasil belajar para siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Sejalan dengan itu, tingkat
keprofesionalan pendidik guru dapat ditandai dari tingkat penguasaan sosok utuh kompetensi
sebagai dosen, baik secara akademik maupun penerapannya dalam konteks otentik pemberian
layanan kepada peserta didik (guru dan calon guru) yang menjadi tangung jawabnya.
Indikator lain yang dapat dijadikan ukuran tingkat keprofesionalan pendidik guru adalah
kepuasan para guru/calon guru yang menjadi tanggung jawabnya, yang tercermin dalam
kualitas proses dan hasil belajar para guru dan calon guru tersebut. Di samping itu, tingkat
keprofesionalan pendidik guru juga dapat dilihat dari kuantitas dan kualitas penelitian yang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A.
=====================================
pernah dilakukan serta karya ilmiah yang pernah diterbitkan atau disajikan dalam berbagai
pertemuan.
Dengan demikian, mengembangkan kemampuan profesional merupakan satu keharusan bagi
para pendidik guru, sehingga mereka tidak pernah ketinggalan jaman karena selalu mengikuti
perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan. Perlu juga dicatat bahwa dalam
mengembangkan kemampuan profesional, pendidik guru perlu bersikap terbuka karena
perkembangan IPTEKS yang begitu pesat memungkinkan informasi dapat diakses dengan
cara mudah oleh siapa saja, termasuk oleh peserta didik, dalam hal ini para guru dan calon
guru. Tidak mustahil, guru dan calon guru menguasai informasi tertentu terlebih dahulu dari
dosennya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena pendidik guru dan peserta didik
belajar sepanjang hayat dengan gaya dan kemampuan masing-masing. Jika sikap terbuka ini
dapat dimodelkan oleh pendidik guru kepada para guru atau calon guru, dampaknya akan
berlipat ganda karena guru akan berupaya menampilkan sikap tersebut di depan para
siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Dikti. (2004). Peningkatan kualitas pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Molina, Fernando R. The Sourcer of Eksistentionailsm As Philophys. New Jersey, Prentice- Hall,
1969. Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia. cet.Kedua; Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
DAFTAR PUSTAKA
Saifulah, A. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Santrock, John
W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
.
DAFTAR PUSTAKA
Knerller, George, 1971, Introduction to the Philosophy of Education, ed. Wiley. Russel, Bertrand.
2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno
hingga Sekarang. (terj) Sigit Jatmiko. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Sadulloh, Uyoh . 2009.
Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta
- Filsafat eksistensialisme (Tarbawiyah, Vol. 12, No. 01, Edisi Januari – Juni 2015)
Munculnya filsafat eksistensialisme
Sebagai bagian muqaddimah makalah ini akan diuraikan beberapa reaksi eksistensialisme
terhadap latar belakang idealism-materialisme dan sikap saintistik dan intelektualistik. Sehingga
akan diketahui latar belakang kemunculan eksistensialisme dilihat dari dua aspek tersebut di atas.
Filsafat eksistensialisme dan para pemikirnya
Filsafat ini termasuk dalam kategori silsafat modern yang banyak dipengaruhi oleh filsuf sooren
Kierkegaard dan Friedrich Wihelm Nietze sekitar abad ke 19 dan pada abad ke 20 di-booming-
kan kembali oleh Martin Buber, Karl Jasper, dan Jean Paul Sertre. Filsafat ini dapat diterapkan
pada permasalahan pendidikan dan dapat dijadikan rujukan/ teori pendidikan.3
Kritik Filsafat Eksistensialisme dalam Pendidikan
Dari beberapa uraian dalam makalah tersebut di atas sangat terlihat dengan jelas bahwa filsafat
eksistenisalisme sangat getol memperjuangkan individualitas manusia itu sendiri. Yakni manusia
riil dan konkret dan bukan manusia abstrak atau bahkan crowd. Namun barangkali yang perlu
ditelaah kembali adalah proposal filsafat eksistensialisme yang cenderung mengabaikan realitas
sosial kemayarakatan, karena manusia adalah mahluk sosial. Kritik terhadap eksistensialisme
adalah terlalu ekstrim menyalahkan sekolah sebagai lembaga yang dianggap sebagai kekuatan
indoktrinasi dan dehumanisasi bagi individu, sehingga guru dan murid adalah korbankorban
sehingga kehidupan modern tidak bisa berharap banyak untuk menemukan dirinya sendiri, jika
kondisi institusi pendidikan tidak diperbaiki untuk perbaikan identitas individu, kepribadian, dan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A.
=====================================
untuk kesejahteraan (well-being). Filsafat eksistensialisme sebagai yang diterapkan oleh
Alexander A Neil dalam aplikasinya adalah dengan meminimalisir peraturan-peraturan, ikatan,
disiplin, arahan. Karena dari semua aturan formal atersebut anak menjadi tidak belajar dan tidak
akan menemukan keuntungan (cannot profit discipline).
DAFTAR PUSTAKA
. A. Hanafi. Ihtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta Pustaka Alhusna Edisi Pertama, 1981 Ali
Mudhafir. Kamus Istilah Filsafat, Yogyakarta Liberti. 1992
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam. (2002). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Darmi. (2013).
Aliran-Aliran yang Mempengaruhi Kurikulum Pendidiekan. Aceh Barat: Jurnal AtTa’dib. 1-7.
Depdiknas. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
3. Dalam hal ini masyarakat bukan hanya memberikan masukan berupa peserta didik, tapi juga
sumber daya lain yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sekolah.
Baik masukan secara moril berupa dukungan, penerimaan, partisipasi, dan sebagainya.
Maupun masukan secara materil berupa bantuan pembiayaan, sarana dan prasarana, dan lain
sebagainya. Tujuan pendidikan yang dijalankan oleh sekolah harus memiliki relevansi dengan
kehidupan masyarakat. Yang dimaksud relevansi di sini adalah sekolah memiliki tujuan yang
mengacu pada kebutuhan dan mampu memberdayakan masyarakat sekitar secara optimal.
Pendidikan yang relevan idealnya harus mampu melahirkan manusia-masusia yang memiliki
kompetisi sesuai dalam menjawab tantangan dan kebutuhan di jamannya. Relevansi harus
memiliki pandangan secara futuristik. Misalnya, sekolah mengajarkan bahasa pada setiap
jenjang pendidikan sebab bahasa bersifat universal. Dimanapun kita berada, media yang
digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa. Meskipun mungkin bahasa yang digunakan
berbeda-beda sesuai dengan tempat dan kebutuhan. Atau pelajaran berhitung yang
mengajarkan manusia membuat proyeksi untuk masa depannya. Maka pada tingkat dasar
anak diajarkan konsep dasar berhitung, dan kemudian dikembangkan sesuai dengan tingkat,
jenjang, kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki.
Dari delapan standar nasional pendidikan satu dengan yang lain saling mempengaruhi dan
merupakan satu sistem yang tidak dapat terpisahkan. Masing-masing mempunyai peran yang
berbeda untuk mencapai satu tujuan yaitu meningkatkan mutu pen-didikan. Menurut Ascaro
(2007:13), pendidikan mesti dipandang sebagai sistem. Ini merupakan konsep yang amat sulit
dipahami para profesional pendidikan. Umumnya, orang yang bekerja dalam bidang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A.
=====================================
pendidikan memulai perbaikan sistem tanpa mengem-bangkan pemahaman yang penuh atas
cara sistem tersebut bekerja. Hanya dengan memandang pendidikan sebagai sebuah sistem
maka para profesional pendidikan dapat mengeliminasi pembo-rosan dari pendidikan dan
dapat memperbaiki mutu setiap proses pendidikan.
Menanggulangi karakter peserta didik yang kian hari kian mengkhawatirkan
Hal ini senada dengan definisi pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
20013 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan
negara. Guru adalah sesosok orang yang digugu dan ditiru. Maka seyogyanya guru harus bisa
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter yang baik kepada siswanya. Ia harus
mencontohkan dan menerapkan hal-hal baik terlebih dahulu sebelum ia menyuruh atau
memerintah siswanya. Oleh karena itu, dalam mengatasi minimya pendidikan karakter maka
seharusnya seorang guru harus mempunyai 3 unsur penting yaitu guru 3P (Pengajar, Pendidik
dan Pemimipin).
Pendidikan karakter tentu tidak hanya ditentukan oleh guru tetapi orang tua dan lingkungan
masyarakat juga turut mempengaruhi. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus
membangun nilai-nilai pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak kita karena orang tua
adalah rumah pertama bagi mereka maka akan sangat mudah mengajarkan pendidikan
karakter tersebut. Dan tidak lupa orang tua juga berperan aktif dalam mengajarkan nilai-nilai
keagamaan karena seyogyanya didalam nilai keagaaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA