Halaman
DAFTAR ISI .................................................................... i
PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF ............................... 1
I. MEMBUKA DAN MENUTUP PEMBELAJARAN .... 11
II. MENGELOLA KELAS ............................................. 19
III. KETERAMPILAN MENJELASKAN
(EXPLANATORY) ................................................... 42
IV. KETERAMPILAN BERTANYA ................................ 51
V. KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
(REINFORCEMENT) ................................................ 60
VI. KETERANPILAN PEMBELAJARAN
BERVARIASI............................................................ 68
VII. KETERAMPILAN MEMBIMBING
DISKUSI KECIL ....................................................... 85
VIII. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK
KECIL DAN PERORANGAN ................................... 99
i0
Banyak para akhli pembelajaran menyatakan
bahwa daftar pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang ditransfer guru kepada murid, dosen kepada
mahasiswa merupakan proses pembelajaran yang
efektif. Namun Brockett (2015) memberikan rumus
sedehana bahwa Pembelajaran yang efektif akan
membawa kesuksesan dalam belajar. “effective
teaching leads to successful learning”. Oleh karena itu
ada 2 hal penting yang perlu difahami dalam telaah
Pembelajaran yang efektif yaitu: Tujuh atribut
pendidik yang efektif dan Empat kunci Pembelajaran
yang effektif.e
1
mulai dari pendidik itu sendiri, percaya
diperlukan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang sehat dan aman, sehingga
mahasiswa merasa bebas untuk menggali ide
dan gagasannya, tanpa merasa takut terhadap
kritik dosen atau guru, atau merasa salah
respon sesama temannya. Sebaliknya rasa
takut intimidasi, ketidak percayaan akan
membuat mahasiswa merasa kehilangan
keberanian untuk mengambil resiko,
mengambil keputusan, mereka tak sempat
berkembang secara optimal. Oleh karena itu
perlu diciptakan trust atau kepercayaan, beri
mahasiswa ruang untuk mengemukakan ide
dan gagasannya, bertukar ide (sharing the
ideas), bertukar pengalaman sehingga
mahasiswa mampu menghubungkan antara
pengalaman sesama mahasiswa dan
dosennya.
b. Emphathy - Empati merupakan life skill yang
penting dalam interaksi manusia, ini adalah
2
salah satu keterampilan dasar dalam
konseling dan psychotherapy, dan juga
pendidikan. Empati termasuk keterkaitan atau
rasa keterikatan dengan orang lain dan
mempunyai pemahaman yang khusus
berdasarkan pengalamannya. Seorang dokter
dapat menunjukkan kepeduliannya terhadap
pasiennya. Guru dapat memahami perasaan
siswanya dan merasa bertanggungjawab
terhadap perasaan siswanya. Empati dapat
dikembangkan dengan mendengar apa yang
dikatakan siswa atau mahasiswa.
c. Authenticity - Authenticity adalah menjadi diri
sendiri, “authenticity means to be your self and
to use those elements of who you are to the
best of your ability“. Jadilah ditri anda sendiri
sesuai dengan kemampuan dan potensi anda.
Boleh mengidolakan orang lain sebagai figur,
tapi sadarilah diri anda, yang paling tahu
tentang diri anda adalah anda sendiri.
3
d. Confidence - Dosen yang konfiden percaya diri
adalah dosen yang efektif, karena mereka
percaya akan apa yang difahaminya apa yang
dikuasainya dan bagaimana mereka berbagi
dengan orang lain. Rasa percaya diri ini
tumbuh bersamaan dengan pengalaman. Bila
anda melihat mahasiswa anda sukses maka
rasa percaya diri anda akan terus bertambah.
Konfiden berarti mempunyai rasa keyakinan
diri yang ditransfer kepada mahasiswa,
membantunya. Mempunyai kepercayaan diri
pada apa yang diajarkan relevan, penting dan
benar.
e. Humility - seorang guru yang efektif adalah
seseorang yang mampu mendemonstrasikan
penguasaannya atas topik yang dibahasnya.
Humility adalah sinonim dari modesty.
f. Antusias - Rasa antusias adalah ada guru
yang mampu menyampaikan pesan yang jelas
pada siswanya bahwa ia mencintai apa yang
dikerjakannya dan ia senang mengerjakan apa
4
yang seharusnya saya kerjakan. Guru yang
antusias selalu perhatian dengan siswanya
dan materi yang diajarkan serta kompetensi
yang dicapai siswanya.
g. Respect - Menghargai siswa, pendapat ide
dan gagasannya, walaupun mungkin kita tidak
berbagi ide dan gagasan atau keyakinan yang
sama sekalipun, tapi penghargaan atas
pendapat dan buah pikiran setiap orang
adalah gambaran respek seseorang terhadap
lingkungan dimana ia berada.
5
untuk membangun kepercayaan lingkungan adalah
dengan menghargai siswa.
6
dewasa, secara usia maupun tubuhnya mereka
adalah orang dewasa. Apalagi anak muda atau
mahasiswa di abad 21 ini berbeda dengan
mahasiswa generasi sebelumnya, mereka adalah
generasi IT, peka dengan berbagai simbul (icon),
mereka adalah generasi yang HP minded, android
dan smartphone adalah benda yang paling
berharga baginya, mereka sangat peka dengan
teknologi digital, tombol-tombol, kreatif dan kritis,
berani mengambil resiko. Kondisi ini perlu menjadi
pertimbangn bagi guru dan dosen diabad 21 ini.
7
dan mata kuliah yang diampunya, akan tetapi
seotrang dosen baru belum tentu mempunyai
pengalaman aatau pengetahuan berkaitan
dengan bagaimana cara mengajar. Profesi
pendidik dituntut bukan hanya menguasai materi
bidang ilmu yang diampunya, akan terlebih
penting juga bagaimana cara mengajarkan bidang
ilmu terserbut dengan efektif.
8
Antara tujuh atribut dan empat kunci
pembelajaran yang efektif, secara filosofis seorang
pendidik dengan gaya mengajarnya (style of
teaching) berbaur dengan seni mengajar akan
menginspirasi mahasiswanya belajar. Dosen yang
inspiratif akan memunculkan kemampuan berfikir
yang produktif bagi mahasiswanya. Jadilah dosen
dan guru yang inspiratif (inspiring teacher).
Guru mengajar berarti membantu siswanya
belajar (teaching is to help student to learn), oleh
karena itu belajarkanlah siswa anda, belajarkanlah
mahasiswa anda, tugas kita adalah membuat
peserta didik belajar, biar mereka mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, tugas dosen adalah
memfasilitasi, membantu, membimbing dan
memberikan tutorial kepada mereka,
mengkondisikan mereka untuk belajar dan belajar.
Karena dengan memberikan kesempatan belajar
mereka akan berkembang dengan merdeka
(Freedom of thought), beri kebebasan mereka
mengembangkan cara mereka berfikir, jangan
9
dibelenggu, agar mereka tidak tumbuh menjadi
robot, tapi tumbuh dan berkembang dengan kreatif,
kritis, mampu memecahkan masalah, berani
mengambil keputusan dengan penuh perhitungan
(higher order thinking).
Awal menjadi guru yang inspiratif perlu
didukung dengan 8 keterampilan dasar mengajar,
mendidik adalah profesi, perlu dilatih dan butuh
pengalaman langsung (real experience). Delapan
keterampilan dasar mengajar tersebut adalah :
1) Keterampilan membuka dan menutup kelas
2) Keterampilan mengelola kelas
3) Keterampilan menjelaskan (eksplanatori)
4) Keterampilan bertanya
5) Keterampilan memberikan penguatan
(reinforcement)
6) Keterampilan pembelajaran bervariasi
7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan.
10
I. MEMBUKA DAN MENUTUP PEMBELAJARAN
A. Capaian Pembelajaran:
B. Uraian Materi:
11
sehingga perhatiannya dapat terpusat untuk
memulai kegiatan pembelajaran dan memahami
kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah
pembelajaran berakhir. Dalam membuka
pelajaran, dosen/guru melakukan serangkaian
usaha atau kegiatan agar seluruh siswa bisa fokus
dan aktif mengikuti pembelajaran, dengan
harapan mereka dapat menyerap seluruh materi
yang disampaikan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang dibuat sebelumnya. Kegiatan
menutup pelajaran meliputi usaha guru dalam
mengevaluasi pencapaian pembelajaran
mahasiswa/siswa, menyimpulkan materi yang
telah dibahas serta pemberitahuan tentang tugas
atau kegiatan yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran berikut.
1. Membuka Pelajaran
Kegiatan ini sebetulnya telah dimulai sejak
dosen/guru memasuki kelas, memberi salam ke
pada siswa atau mahasiswa, memeriksa
12
kehadiran sambil menanyakan siswa-siswa yang
tidak hadir. Kegiatan membuka pelajaran sendiri
secara khusus terdiri dari kegiatan-kegiatan
berikut:
a. Melakukan kegiatan apersepsi
Dosen/guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa tentang materi yang telah
disampaikan pada pembelajaran sebelumnya.
Akan sangat baik bila mahasiswa juga diminta
mencari (eksplorasi) dari materi tersebut di
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
minimal bisa mencapai tingkat kognitif tidak
sekedar tahu atau faham saja, namun lebih
tinggi dari itu.
13
gunakanlah bahan ajar yang disediakan berupa
lembaran informasi atau Power point (PPT)
Contoh: Fungsi dan cara Kerja Mesin Bubut.
14
3) “Siapa yang sudah pernah melihat mesin
yang berfungsi mengerjakan bentuk bundar,
tirus dan sebagainya itu?”.
15
mahasiswa dapat memahami bagaimana
proses pembelajaran berlangsung, apa yang
harus dikuasainya kelak, dan kriteria
keberhasilan dalam pencapaian pembelajaran.
2. Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran terdiri dari kegiatan berikut ini:
a. Mengevaluasi pencapaian pembelajaran
Pada fase ini dosen/guru mengajukan
sejumlah pertanyaan baik lisan, tertulis,
ataupun perintah untuk dijawab atau
dikerjakan siswa, sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Menyimpulkan materi yang telah dibahas
Dosen/ guru menjelaskan kunci
jawaban dari pertanyaan yang diberikan; beri
juga kesempatan bagi siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya.
Kemudian rangkuman materi ajar disajikan
baik secara lisan maupun melalui tayangan
media.
16
c. Memberitahukan tentang tugas atau kegiatan
yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran berikut
Dosen/Guru menyampaikan agenda
kegiatan serta tugas-tugas yang harus
dikerjakan dan dikumpulkan pada pertemuan
berikut. misalnya 1). “Untuk minggu depan
kerjakanlah soal-soal yang ada pada buku
teks”, 2). “Baca dan buat ringkasan dari topik
berikut untuk dikumpulkan minggu berikut”. 3).
Diskusikan dalam kelompok topik berikut.
.
C. Tugas:
17
melaksanakan kegiatan membuka dan
menutup kelas dengan baik.
D. Tes :
18
II. MENGELOLA KELAS
A. Capaian Pembelajaran:
Setelah pembelajaran berlangsung anda
diharapkan memiliki kompetensi untuk:
1. Menjelaskan konsep dan prinsip mengelola
kelas dalam pelaksanaan pembelajaran
2. Menganalisis unsur-unsur yang berpotensi
mengganggu proses pengelolaan kelas
3. Melakukan langkah-langkah untuk memastikan
terjadinya suasana pengelolaan kelas yang
efektif.
B. Uraian Materi:
19
diantara mereka masih mencari bentuk atau pola
dengan mencontoh gurunya atau dosennya diulu
pada saat mereka kuliah, terutama dosen yang
mereka favoritkan. Tidak terlintas dibenaknya
bahwa yang dihadapi ini bukan dirinya pada waktu
dahulu.
Akibatnya proses interaksi belajar mengajar
yang dikembangkan terkesan foto copy dari cara
gurunya mengajar pada masa lalu. Pola berfikir
demikian ini banyak terjadi, terutama dosen/guru
yang memiliki pengetahuan dedaktik-metodik
pengajaran yang minim. Pada lembaga-lembaga
kursus peluang terjadi serupa ini sangat besar,
karena para instrukturnya kebanyakan tidak
memiliki latar belakang pendidikan guru atau
pengalaman pengelolaan kelas yang mereka
alami tidaksesuai dengan asas dedaktik. Akhirnya
proses interaksi belajar-mengajar yang
dikembangkan penuh sesak dengan transfer
pengetahuan, minim transfer keperibadian. Akibat
20
lanjut kelas menjadi tempat penuangan seperti
sebuah bejana, bukan tempat berinteraksi.
Jika hal tersebut dilihat dari konsep bisnis,
tidak menimbulkan persoalan, karena kelas
dipandang sebagai medan pertemuan antara
yang sama-sama membutuhkan. Siswa
membutuhkan penguasaan ilmu sebanyak-
banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Sedangkan instruktur membutuhkan imbalan
materi sebanyak-banyaknya dalam tempo
sesingkat-singkatnya.
Persoalan akan menjadi berbeda jika dilihat
dari hakekat pembelajaran. Apabila tujuan
kelembagaan yang kita bangun bertujuan untuk
pengajaran, maka pengelolaan kelas secara
substansial dengan aspek bisnis benar adanya;
namun jika tujuan kelembagaan yang kita bangun
bertujuan untuk pendidikan, maka tidak begitu
tepat. Filosofi ini juga yang akan mendasari
bagaimana manajemen pengelolaan kelas
dibentuk atau dikembangkan.
21
Namun demikian ada sejumlah rambu-rambu
umum yang dapat dijadikan acuan baik pada
konsep pengajaran maupun pendidikan:
a. Kelas dikelola dengan pola “semua keperluan”
Maksudnya bahwa kelas di seting
sedemikian rupa untuk dapat melayani semua
keperluan dari para pengguna kelas. Model
kelas serupa ini banyak dijumpai pada tempat
pendidikan negara-negara berkembang. Kelas
seolah “ruang swalayan”atau one stop service,
semua keperluan untuk guru dan murid ada di
sana. Kelas seperti ini jika diperuntukkan kelas
lembaga kursus memang menjadi idaman bagi
para muridnya, karena merasa dimanjakan
untuk mendapatkan pelayanan. Bahkan
konsep pelayanan prima sering disalahartikan
bahwa kelas serupa inilah yang ideal.
Jika konsep ruang kelas sebagai proses
pendidikan, maka tidak semua kepentingan
guru dan murid harus ada di sana. India salah
satu negara yang menganut paham ruang
22
kelas adalah ruang penyelenggaraan
pendidikan mandiri. Oleh sebab itu keperluan-
keperluan pribadi murid tidak selamanya ada
dan tersedia di kelas.
b. Pencahayaan dan kebisingan
Pencahayaan dan kebisingan pada
akhir-akhir ini sering diabaikan oleh pengelola
sekolah dalam menata kelas sebagai tempat
belajar. Banyak tempat-tempat pendidikan
pencahayaan ruang tidak menjadi prioritas. Di
samping aspek cahaya juga aspek sirkulasi
udara. Akibatnya para siswa yang belajar,
cepat merasa lelah karena pengaruh dari
pendengaran dan penglihatan yang di bawah
standar kelas yang seharusnya. Misalnya
standar pencahayaan yang selayaknya untuk
ruang kelas 250–300 luxs, begitu juga
kebisingan dikelas kadang kala mengganggu
konsentrasi belajar dalam kelas.
Hambatan-hambatan fisik serupa ini
banyak sekali terjadi di kota-kota besar,
23
akibatnya kita sering melihat pelajar begitu
selesai jam belajar, tampak diraut wajahnya
tanda-tanda kelelahan yang begitu penat. Hal
ini di samping beban pelajaran yang diperoleh,
juga karena faktor lingkungan kelas yang tidak
mendukung, semua itu menumpuk pada diri
siswa sebagai peserta didik. Akibat lanjut
dapat dibayangkan bagaimana lelahnya para
siswa, dan ini tampak pada raut wajah mereka
masing-masing pada saat selesai proses
pembelajaran.
Kelelahan ini semakin menjadi-jadi jika
beban pembelajaran tidak sebanding dengan
kemampuan tubuh menerima tekanan akibat
dari ketidak sehatan lingkungan. Kondisi
lingkungan yang ideal memang sulit diperoleh
di daerah kota-kota besar, akan tetapi paling
tidak ada upaya teknologi yang dapat
dilakukan agar dampak dari lingkungan dalam
arti fisik dapat dikurangi resikonya. Sebagai
contoh untuk mengurangi tingkat kebisingan
24
suara pada kelas tertentu dapat digunakan
dinding peredam, atau gerahnya suatu ruang
dapat ditanggulangi dengan pemasangan AC,
dlsbnya. Tampaknya aspek teknologi menjadi
hal yang penting sebagai jalan keluar untuk
menghadapi tantangan alam.
c. Tata letak pengaturan kursi
Jarak antara kursi satu dengan kursi
untuk siswa tidak ada aturan baku, hanya
pada konsep psikologi sosial, disinggung
bahwa setiap manusia memiliki teritori atau
wilayah pribadi. Beberapa penelitian yang
dilakukan Morgan (1970) ditemukan bahwa
orang merasa aman jika wilayah sekitarnya
memiliki jarak lingkar sekitar 0,5 s/d 1,00 m.
Sedangkan jika lebih dari itu mereka akan
merasa tersingkirkan dari lingkungan.
Berdasarkan itu kita harus berhati-hati
dalam menyusun kursi. Kita harus mengetahui
susunan kursi itu untuk keperluan apa. Jika
untuk kepentingan belajar, maka wilayah
25
privacy harus diciptakan, sebab banyak
diantara siswa merasa tidak nyaman karena
tidak memiliki wilayah privacy. Sebaliknya jika
itu untuk diskusi, maka jarak antar kursi harus
sedikit rapat guna memudahkan mereka
membangun wilayah bersama.
Oleh sebab itu tempat belajar ideal bagi
siswa ialah apabila tempat duduk mereka
dapat dengan mudah dipindahkan sesuai
kebutuhan. Cara ini memang sudah banyak
dilakukan di tempat-tempat belajar, akan tetapi
untuk kelas permanen seperti sekolah sangat
berbeda dibandingkan dengan tempat kursus.
Tempat kursus lebih leluasa dalam mengatur
tempat duduk, karena itu kita harus
memahami jika tempat kursus akan mendapat
perhatian dari pelanggan, penyusunan kursi
merupakan skala prioritas yang harus tetap
diperhatikan dan mampu menarik minat
pelanggan. Pemikiran konvensional adalah
tempat duduk diatur menghadap kesatu arah ,
26
kedepan dimana dosen yang memberikan
ceramah (eksplanatori) berada. Sehingga
setiap mahasiswa menghadap kesatu arah
dan memandang punggung temannya.
Interaksi hanya terfokus kepada guru dan
siswa, miskin interaksi siswa dan siswa. Bila
kegiatan belajar berupa diskusi kelompok atau
kerja kelompok , maka wilayah sosial diperluas
dengan mengatur kursi dan meja dalam bentul
letter U, sehingga mereka dapat saling
bertatap muka.
d. Dinding dan papan tulis
Dinding dimaksud dalam hal ini adalah
warna dinding ruang belajar atau kelas.
Banyak penelitian menyatakan bahwa warna
mempengaruhi kondisi psikologis dari orang
yang berada di ruangan tersebut. Untuk kelas
belajar sangat disarankan warna yang dipilih
adalah lembut, bukan cerah atau gelap.
Sedangkan papab tulis yang digunakan
harus kontras karena akan mempengaruhi
27
hasil tulisan. Adapun beberapa jenis papan
anjuran yang seyogyanya ada pada lembaga
pendidikan atau tersedia di sekolah atau dik
elas. seperti berikut ini:
1) Papan tulis
2) Papan putih
3) Papan magnetic
4) Papan Flip
5) Papan Pameran
6) Papan Flanel
7) Papan Gulung
8) Papan Slip
9) Papan Elektronik
28
e. Lantai ruang
Lantai ruang dimaksud adalah lantai
ruang belajar yang digunakan untuk proses
pembelajaran. Ada sebagaian pendapat ruang
belajar harus ditutup karpet, ada sebagian
yang berpendapat tidak harus. Pendapat ini
tidak perlu dipertentangkan karena kedua hal
ini tidak berkait langsung dengan proses
belajar. Hanya yang dipentingkan adalah
kenyamanan yang tercipta karena warna
lantai.
Beberapa penelitian menemukan
bahwa warna lantai akan lebih banyak
mempengaruhi pandangan jika kursi yang
dipakai adalah model kursi kuliah. Sedangkan
jika tempat duduk dilengkapi meja, hal
tersebut tidak terlalu berpengaruh pada
pandangan mata. Informasi lain menunjukkan
bahwa warna dasar lantai cerah lebih
berpeluang meimbulkan rasa segar pada
pandangan dibandingkan dengan warna
29
gelap. Untuk ini alangkah bijaksananya jika
kita ingin membangun ruang belajar
berkonsultasi terlebih dahulu pada ahlinya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa tempat bekerja,
areal kerja, suasana kelas sangat tergantung
pada ukuran dan bentuk, serta bagaimana
bagian-bagian ruang itu digunakan; termasuk
di dalamnya:
1) Pengaturan meja guru, lemari penyimpan
dokumen, proyektor LCD/in focus
Maksudnya ialah ketiga sarana tadi
harus dalam posisi yang berdekatan agar
mudah dijangkau oleh guru dalam
mengembangkan interaksi pembelajaran
bersama siswa. Tidak ada yang baku untuk
meletakkan benda-benda ini. Apakah harus di
posisi depan, samping atau belakang kelas.
2) Lemari buku
Maksudnya ialah bahwa diruang belajar
sebaiknya tersedia lemari buku, Lemari ini
30
berfungsi baik untuk siswa atau untuk guru.
Tata letak tidak ada ketentuan yang baku,
hanya aspek estetika dan kepraktisan perlu
diperhatikan. Namun demikian untuk menjaga
suasana kelas agar tetap asri hingga
menimbulkan suasana belajar yang kondusif,
peletakan lemari buku juga perlu diperhatikan.
Perlengkapan yang dapat dimasukkan
ke dalam lemari buku ini adalah di samping
buku ajar, juga alat-alat pendukung
pembelajaran lainnya (OHP, LCD dll).
Termasuk hasil tugas siswa yang belum
diambil, sehingga tidak ada alasan proses
pembelajaran tidak berjalan karena tidak ada
peralatan. Setelah kita memahami kelas
sebagai sarana atau tempat proses belajar,
persoalan lebih lanjut ialah bagaimana
mengelola kelas itu agar di dalamnya terjadi
proses pembelajaran.
31
Untuk itu kita dapat mengenal beberapa
model dalam pengelolaannya:
a) Model interaksi sosial
Model ini menekankan pada hubungan
antar peserta didik, peserta didik/mahasiswa
dengan dosen/ guru/fasilitator, antara peserta
didik dengan alam sekitar. Metode belajar
yang paling utama dalam pendekatan ini
antara lain diskusi, problem solving, metode
simulasi, bekerja kelompok, dan metode lain
yang berhubungan dengan berkembangnya
hubungan sosial siswa.
b) Model pembelajaran alam sekitar
Model ini menekankan pada bahwa
peserta didik dalam mempelajari sesuatu
harus melihat langsung, atau merasakan
langsung apa yang dipelajari. Minimal bahan
yang menjadi topik pengajaran harus yang
dirasakan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.
32
c) Model pembelajaran pusat perhatian
Model ini berprinsip bahwa peseerta
didik harus dididik untuk dapat hidup dalam
masyarakat dan dipersiapkan dalam
masyarakat, anak harus diarahkan kepada
pembentukan individu dan anggota
masyarakat. Oleh sebab itu peserta didik
harus mengenal dirinya sendiri seperti hasrat
dan cita-citanya, kemudian pengetahuan
tentang dunianya seperti lingkungannya dan
tempat hidup di hari depannya.
d) Model pembelajaran sekolah kerja
Model ini berprinsip bahwa pendidikan
itu tidak hanya untuk kepentingan individu,
tetapi juga demi kepentingan masyarakat;
dengan kata lain sekolah memiliki kewajiban
(1) mempersiapkan tiap peserta didik untuk
bekerja pada lapangan tertentu (2) tiap
peserta didik wajib menyumbangkan
tenaganya untuk kepentingan negara (3) untuk
33
mewujudkan kedua hal tadi peserta didik wajib
menjaga keselamatan negara.
e) Model pembelajaran individual
Model pembelajaran ini di disain untk
pembelajaran mandiri. Bentuk bentuk
pembelajaran ini antara lain pola
pembelajaran modul. Penekanan pada model
pembelajaran individual adalah pada
komitmen antara guru dan peserta didik.
f) Model pembelajaran klasikal
Model pembelajaran klasikal dikenal
model yang paling efisien. Pembelajaran
secara klasikal ini memberikan arti bahwa
seorang dosen melakukan dua kegiatan
sekaligus, yaitu: mengelola kelas dan
mengelola pembelajaran. Pada prinsipnya
semua model di atas adalah merupakan
arahan kepada penyelenggara pendidikan
bahwa lembaganya dalam melaksanakan
program pendidikannya mengambil model
yang mana. Akan tetapi dalam kenyataan
34
praktiknya ternyata model pengembangan di
dalam kelas tetap berorientasi pada bagan
sebagai berikut: Pengelolaan kelas yang baik
diindikasikan oleh suasana belajar yang
bersuasana menyenangkan bagi seisi kelas,
baik dalam bentuk interaksi guru dengan siswa
maupun dukungan fasilitas dalam kelas, Untuk
itu keterampilan mengelola kelas bertujuan
agar guru dapat menciptakan situasi dan
kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya
interaksi yang menyenangkan dalam
pembelajaran antara guru dan siswa.
Interaksi yang menyenangkan ke dua
belah pihak pasti akan berpengaruh dalam
pencapaian hasil pembelajaran bagi siswa.
Sebaliknya gangguan-gangguan yang bisa
berasal dari siswa maupun kondisi ruang kelas
akan berpotensi membuat suasana
pembelajaran menjadi tidak nyaman.
Disimpulkan di sini bahwa guru harus memiliki
keterampilan dalam mengelola kelas dengan
35
agar tujuan pembelajaran bisa tercapai
dengan baik.
Hal-hal yang bisa membuat suasana
kelas menjadi tidak kondusif untuk
pembelajaran misalnya adalah:
a. Tidak adanya kontrol, ketegasan, terlalu
kakunya dosen/guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Karakteristik siswa,
ketidakacuhan guru terhadap pentingnya
menciptakan suasana belajar yang kondusif
bagi pembelajaran, kurangnya kemauan
guru untuk meningkatkan kemampuan
dirinya adalah beberapa penyebab dari
tidak terjadinya suasana kelas yang
kondusif itu.
b. Sikap pembiaran dari guru terhadap siswa-
siswa yang berpotensi menimbulkan
suasana pembelajaran yang tidak kondusif,
misalnya siswa yang suka bercakap-cakap
dengan teman, melakukan kegiatan yang
tidak berhubungan dengan pelajaran,
36
pendiam, suka bicara yang tidak wajar (asal
bunyi, tidak “nyambung“, volume suara
terlalu kecil) dan sebagainya.
c. Pembiaran guru terhadap tindakan-
tindakan mahasiswa yang dianggap
masalah kecil saja tetapi sebetulnya
berpotensi mengganggu jalannya
pembelajaran (suka bercakap-cakap
dengan teman, suka ke luar-masuk
ruangan, mengganggu teman lain, tidak
memperhatikan dosen/guru yang sedang
melakukan kegiatan pembelajaran.
d. Sikap dosen/guru yang cenderung
melakukan komunikasi satu arah, hanya
memperhatikan salah satu sudut atau
kelompok siswa dalam kelas, tidak
demokratis, cuek, sarkastis dan lain-lainnya
e. Guru/dosen tidak memiliki perangkat yang
diperlukan bagi pelaksanaan pembelajaran
seperti persiapan mengajar, alat-alat bantu
37
mengajar atau pendukung kegiatan belajar
seperti bahan dan peralatan.
f. Guru/ dosen tidak memiliki kemampuan
untuk memvariasikan metode
pembelajaran.
38
perlu mengatur letak personal yang berpotensi
negatif , agar kelas terkendali dan sekaligus
mengaktifkan mereka dalam pembelajaran.
c. Membahas peraturan serta menetapkan untuk
memastikan terjadinya ketertiban dalam
belajar agar siswa betul-betul ikut bertanggung
jawab dan mematuhi peraturan itu, terutama
sanksi yang akan dijatuhkan bagi
pelanggarnya.
d. Menerapkan pendekatan belajar student
centered learning dan cara belajar siswa aktif
untuk memastikan terjadinya agar siswa tidak
bosan sebaliknya bersemangat untuk aktif
dalam proses pembelajaran.
e. Melakukan pengamatan, kontrol dan tindakan
terhadap siswa yang kurang menunjukkan
sikap belajar yang baik (butir 2 di atas)
f. Secara pasti memberikan perhatian yang
merata ke seisi kelas.
g. Memvariasikan metode pembelajaran; hal ini
sering tidak mudah, karena terjadinya situasi-
39
situasi yang tidak diduga sebelumnya dalam
rencana pembelajaran; misalnya listrik mati,
kebisingan akibat hujan.
h. Memastikan adanya dukungan fasilitas bagi
pembelajaran seperti ruangan, tempat duduk,
cahaya, suhu ruangan dll.
C. Tugas
40
D. Tugas Tambahan
41
III. KETERAMPILAN MENJELASKAN
(EXPLANATORY)
A. Capaian Pembelajaran:
B. Uraian Materi :
1) Pengertian Menjelaskan
Pengertian menjelaskan dalam kaitannya
dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada
perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran
42
dalam tata urutan yang terencana dan sistematis
sehingga dalam penyajiannya siswa dengan
mudah dapat memahaminya.
Pentingnya penguasaan keterampilan
menjelaskan bagi dosen/guru adalah dengan
penguasaan ini memungkinkan guru/dosen dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan
penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat
pemahaman mahasiswa, membantu mahasiswa
memperluas cakrawala pengetahuannya, serta
mengatasi berbgai keterbatasan sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan
pembelajaran bertujuan untuk membantu
mahasiswa memahami berbagai konsep, hukum,
prosedur, dan sebagainya secara objektif,
membimbingmereka memahami pertanyaan,
meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan belajar
(engage), memberi siswa kesempatan untuk
menghayati proses penalaran serta memperoleh
balikan tentang pemahaman mereka.
43
2) Komponen-komponen dan Prinsip-Prinsip
Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan merencanakan penjelasan
mencakup (a) isi pesan yang dipilih dan disusun
secara sistematis disertai dengan contoh-contoh
dan (b) hal-hal yang berkaitan dengan
karakteristik mahasiswa. Keterampilan
menyajikan penjelasan mencakup (a) kejelasan,
(b) penggunaan contoh dan ilustrasi yang
mengikuti pola induktif dan deduktif (c) pemberian
tekanan pada bagian-bagian yang penting, serta
(d) balikan.
Penyajian penjelasan harus didasari
prinsip-prinsip (a) adanya relevansi antara
penjelasan dengan tujuan pembelajaran, (b)
sesuai dengan keperluan, (c) mengingat latar
belakang dan kemampuan awal, (d) diberikan
secara spontan atau sesuai dengan rencana yang
telah disiapkan, dan (e) isi penjelasan bermakna
bagi audien (mahasiswa) dan menjadi sumber
inspirasi untuk proses belajar.
44
Keterampilan menjelaskan dalam suatu
proses pembelajaran bertujuan untuk membantu
audien memahami apa yang diajarkan oleh
dosen/guru. Indikator dari kemampuan pendidik
dalam menjelaskan sama dengan indikator dari
keberhasilan dalam proses berkomukasi, yaitu
pahamnya anak secara persis tentang apa yang
disampaikan oleh guru dalam proses
pembelajaran; atau dengan istilah yang lebih
umum mampunya semua anak mencapai tujuan
pembelajaran, jika semua anak telah berhasil
mencapai tujuan pembelajaran, di situlah bisa
dikatakan guru/dosen telah memiliki dan mampu
menerapkan keterampilan menjelaskan.
Sebaliknya, jika sebagian besar audien
tidak memahami atau belum mencapai tujuan
pembelajaran, maka pasti ada sesuatu yang
bermasalah dalam keterampilan menjelaskan
yang dimiliki guru. Ketrampilan menjelaskan
harusnya tidak berpusat ke pada individu guru
tersebut, tetapi juga bisa dikaitkan dengan
45
karakteristik siswa serta fasilitas/lingkungan
tempat pembelajaran berlangsung, kemampuan
guru dalam menjelaskan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan menjelaskan manurut Leighbody and
Kidds (1966 halaman 43 dan 84) antara lain adalah:
1. Materi penjelasan harus ringkas, jelas, tidak
banyak dikaitkan dengan penjelasan hal-hal lain
yang dapat mengaburkan meteri utama yang
dijelaskan.
2. Rancanglah agar materi yang disampaikan tidak
terlalu panjang; jika terlalu banyak, sajikan
secara bertahap, dan pastikan agar siswa telah
memahami materi tersebut sebelum melanjutkan
ke materi berikutnya.
3. Pastikan agar anda menjelaskan sesuatu dengan
jalan menghubungkan isi penjelasan dengan
sesuatu yang telah dikenal oleh siswa
sebelumnya.
4. Ajukan pertanyaan secara kontinu untuk
mencheck pemahaman siswa tentang materi
46
yang baru disampaikan (prinsip continuous
assessment).
5. Berbicaralah dengan bahasa yang baik (jelas,
tidak terlalu cepat/lambat, enak di dengar) dan
sesuai dengan kemampuan siswa.
6. Jika menggunakan istilah-istilah yang belum
lazim pastikan untuk menyampaikan definisi
operasionalnya sebab tujuan utama dari
menjelaskan adalah pemahaman terhadap isi
dari materi, melebihi tujuan untuk mengenal
istilah.
7. Jangan berbicara sendiri (tanpa interupsi siswa)
terlalu lama; 20 menit adalah waktu maksimum
yang boleh digunakan guru berbicara di mana
siswa hanya mendengarkan. Selanjutnya dorong
siswa untuk bertanya maupun menyampaikan
pendapatnya.
8. Pastikan agar anda melakukan pengulangan
dalam menjelaskan secukupnya tanpa
menimbulkan efek membosankan terhadap
siswa.
47
9. Jagalah agar situasi dalam kelas dalam suasana
tenang; siswa fokus memperhatikan guru, tidak
ada gangguan misalnya, kebisingan, udara
panas,
10. Bersikap luwes, tidak kaku/monoton; gunakan
teknik merobah intonasi, mimik, penggunaan
teknik non-verbal untuk memberi penguatan
terhadap yang dijelaskan.
48
3. Memberikan pertanyaan atau latihan-latihan
berdasarkan materi yang baru dijelaskan the law
of exercise).
4. Memastikan agar materi yang disampaikan
menimbulkan sesuatu yang mengesankan (the
law of effect)) terhadap siswa, dengan cara
merancang suatu pengalaman yang bersifat
surprise (pengalaman jelek atau bagus)
dlamkegiatan pembelajaran..
5. Merancang agar materi yang diterangkan itu
menarik dengan sesuatu yang bersifat menarik,
berhubungan dengan kenyataan dan bermanfaat
(law of association)
49
C. Tes:
D. Tugas:
50
menjelaskan (pilihlah materi yang sederhana dan
ringkas).
A. Capaian Pembelajaran:
B. Uraian Materi:
51
meningkatkan kemampuan berpikir, baik berupa
kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respon
siswa. Dalam PBM umumnya guru mengajukan
pertanyaan kepada siswanya cara yang
digunakan mempunyai pengaruh dalam
pencapaian hasil belajar sehingga ketrampilan
bertanya dibedakan atas : keterampilan bertanya
dasar, mempunyai beberapa komponen yang
perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis
pertanyaan, sedangkan ketrampilan bertanya
lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang
mengutamakan usaha pengembangan
kemampuan berfikir siswa.
Tujuan metode bertanya dalam proses
pembelajaran adalah untuk membangkitkan minat
dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan yang
disajikan guru, sehingga perhatian siswa dapat
terfokus pada materi yang disajikan. Di samping
itu bila guru mengajukan pertanyaan dapat pula
dijadikan bahan diagnosis bila ada hambatan
dalam belajar, misalnya ada siswa yang sulit
52
berkonsentrasi dalam belajar. Kemudian metoda
bertanya adalah salah satu cara untuk membuat
siswa aktif dalam kelas, baik sebagai penanya
atau menjawab pertanyaan.
1. Jenis Pertanyaan
Guru dapat merancang berbagai pertanyaan
sesuai dengan tingkatan kognitif :
a. Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah
(Lower Order Thinking )
1) Pengetahuan (knowledge) /remembering
2) Pemahaman (comprehension) /undersanding
3) Penerapan (application).
b. Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi
(Higher order thinking)
1) Analisis (analysis)
2) Sintesis (synthesis)
3) Evaluasi (evaluation)
53
2. Komponen Dasar Bertanya
a. Pemberian pertanyaan secara jelas dan
singkat
b. Pemberian acuan,
c. Pemusatan,
d. Pemindahan giliran,
e. Penyebaran,
f. Pemberian waktu berpikir, dan
g. Pemberian tuntunan.
4. Prinsip-Prinsip Penggunaan
a. Kehangatan dan keantusiasan.
b. Menghindari kebiasaan mengulang
pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan
54
sendiri, mengajukan pertanyaan yang
mengundang jawaban serempak, mengulangi
jawaban siswa, mengajukan pertanyaan
ganda, dan menunjuk siswa sebelum
mengajukan pertanyaan.
c. Waktu berpikir yang diberikan untuk
pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari
yang diberikan untuk pertanyaan tingkat
dasar.
d. Susun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan
tersebut sesudah selesai mengajar.
55
2. Dapat meningkatkan perhatian siswa kembali
sesudah merasa bosan mendengarkan
penjelasan yang berkepanjangan.
3. Bisa mengembangkan pelajaran.
4. Untuk menguji hasil pembelajaran yang baru
disampaikan.
5. Membuat siswa ikut aktif, berpartisipasi dalam
pembelajaran.
Kegiatan bertanya perlu dilakukan baik pada
permulaan pembelajaran agar bisa merangsang
siswa untuk berfikir, di tengah pmbelajaran untuk
membuat siswa tetap fokus ke pada guru serta
pengecheckan kemajuan belajar, dan di akhir
pembelajaran untuk kegiatan evaluasi. Kegiatan
bertanya memang terutma ditujukan agar anak
tetap aktif dan bisa berpartisipasi selama
pembelajaran berlangsung.
Ada beberapa hal yang perlu diantisipasi
sewaktu melakukan kegiatan bertanya yaitu:
1. Hal yang berasal dari siswa berupa:
56
a. Beberapa siswa tidak mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan.
b. Adanya siswa yang kurang mampu
menjawab secara lisan. Karena suaranya
tidak jelas, agak gagap sehingga bisa
mengganggu suasana belajar.
c. Ada siswa-siswa yang selalu mendominasi
menjawab pertanyaan.
57
e. Pertanyaan yang cenderung menghasilkan
jawaban “ya” atau “tidak” saja. Contoh
“Bisakah mesin frais digunakan untuk
membuat ulir?”
f. Pertanyaan yang tidak fokus sehingga
jawaban siswa sering tidak sesuai dengan
harapan penanya. Misalnya dosen yang
sedang menjelaskan topik pengelasan
kuningan, tapi masih bertanya “Bagaimana
cara penyambungan dua potong benda
kerja?”, pada hal jawaban yang seharusnya
adalah “pengelasan kuningan”.
g. Bobot pertanyaan tidak bervariasi sehingga
tidak merangsang audiense untuk berpikir
lebih luas dan dalam.
h. Beberapa mahasiswa tidak mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan, untuk itu
prioritaskan agar pertanyaan yang agak sulit
diberikan kepada anak yang pandai, dan
pertanyaan yang agak ringan ke pada anak
58
yang dianggap kurang mampu menjawab
dengan benar.
i. Adanya mahasiswa yang kurang mampu
menjawab secara lisan, karena suaranya tidak
jelas, agak gagap bisa mengganggu suasana
belajar, jadi sebaiknya gunakan waktu lain
untuk bertanya kepada mereka
C. Tes:
59
D. Tugas:
60
V. KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
(REINFORCEMENT)
A. Tujuan Pembelajaran:
B. Uraian Materi:
61
pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan
untuk mempertahankan dan memelihara perilaku
positif, sedangkan penguatan negatif merupakan
penguatan perilaku dengan cara menghentikan
atau menghapus rangsangan yang tidak
menyenangkan.
Manfaat penguatan bagi siswa untuk
meningkatnya perhatian dalam belajar,
membangkitkan dan memelihara perilaku,
menumbuhkan rasa percaya diri, dan memelihara
iklim belajar yang kondusif.
62
Penggunaan kedua bentuk penguatan itu
dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau
belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya
dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif
sehingga siswa dapat belajar secara optimal.
Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari
penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk
merspons perilaku siswa yang sesuai dengan
harapan guru sehingga ia tetap merasa senang
mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif
berupa penghentian keadaan yang kurang
menyenangkan sehingga siswa merasa terbebas
dari keadaan seperti itu.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua
bentuk penguatan harus diberikan dengan
memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana
teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu
diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan
63
hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi
siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang
tidak pada tempatnya.
1. Prinsip Penggunaan
a. Hangat dan antusias
b. Kebermaknaan: Menghindari penggunaan
respon yang negative (teguran yang berupa
hinaan).
2. Cara Penggunaan
a. Penguatan pada pribadi tertentu
Jelas dan tertujukepada sasaran, sambil
menunjukkan sikap yang hangat dan antusias.
b. Penguatan kepada kelompok siswa
Contoh: Bapak sangat senang kalian telah
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
c. Pemberian penguatan dengan segera
d. Variasi dalam penggunaan.
(kadang-kadang gunakan kata bagus, tangan
jempol dsb).
64
3. Komponen
Penguatan Verbal
Seperti kata pujian, dukungan, pengakuan
yang digunakan untuk menguatkan tingkah laku
siswa berupa balikan atau informasi kepada siswa
mengenai penampilannya.
Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam
dua bentuk yaitu :
a. Kata-kata : ya, benar, bagus sekali, betul.
b. Kalimat : pekerjaanmu baik sekali dsb.
65
3. Penguatan dengan sentuhan
4. Seperti menepuk bahu siswa dsb.
5. Kegiatan yang menyenangkan
6. Kalau selesai mengerjakan tugas ini anda
dapat mengikuti kegiatan refresing.
7. Penguatan berupa simbolik/benda Seperti :
a. Memberi komentar pada tugas, atau buku
catatan siswa.
b. Pemberian bintang pelastik dsb.
8. Penguatan tak penuh.
Seperti: Ya !! jawabanmu sudah baik tetapi
perlu disempurnakan.
Coba yang lain.
a. Tes
1) Jelaskan maksud dan manfaat pemberian
penguatan dalam pengajaran?
2) Apakah prinsip dasar pemberian penguatan
dalam proses pembelajaran?
3) Apakah yang dimaksud dengan penguatan
verbal dan non verbal ?
66
4) Mengapa penguatan harus diberikan
dengan hangat dan bersemangat ?
b. Tugas
1) Praktekanlah cara pemberian penguatan
dalam pengajaran mikro/peer .
Aktifitas Tambahan Untuk memperkaya
wawasan anda tentang topik ini, lakukanlah
kegiatan berikut:
a. Membaca materi dalam buku teks maupun
internet dengan kata kunci “keterampilan
mengelola kelas”, “hambatan-hambatan
dalam pembelajaran”, “prinsip-prinsip dalam
belajar”, “komunikasi” dan lainnya.
b. Lakukan observasi ke dalam kelas untuk
melihat usaha yang dilakukan guru untuk
memastikan penjelasan mereka dipahami
oleh siswa.
c. Lakukan observasi ke kelas untuk melihat hal
hal di luar faktor guru dan siswa yang
67
berpotensi mempengaruhi mengganggu
proses guru yag sedang menjelaskan materi
d. Identifikasi beberapa siswa yang mengaku
tidak memahami penjelasan guru dengan
sempurna, lalu interviu mereka tentang hal-
hal yang menyebabkan mereka tidak
memahami penjelasan guru itu (khususnya
yang berasal dari luar diri siswa tersebut yaitu
guru dan fasilitas atau lingkungan.
C. Tugas
68
VI. KETERANPILAN PEMBELAJARAN
BERVARIASI
A. Capaian Pembelajaran:
B. Uraian Materi:
69
mendengar, melakukan, merasakan suatu
peristiwa yang sama secara berulang-ulang
(monoton). Hal serupa juga akan dapat terjadi
pada peserta didik dalam proses pembelajaran
secara umum, di kelas maupun
diworkshop/bengkel atau di labotratorium,
sehingga kompetensi yang diharapkan pada
pembelajaran tersebut tidak dapat tercapai
optimal.
Untuk mengatasi kebosanan pada proses
pembelajaran, sangat dibutuhkan kompetensi
keterampilan mengajar “mengadakan variasi” bagi
dosen/guru agar peserta didik (mahasiswa)
terhindar dari kebosanan yang disebabkan oleh
proses pembelajaran yang kurang atau bahkan
tidak menarik, kurang/tidak efektif, kurang/tidak
menyenangkan, kurang/tidak merangsang
aktivitas, bahkan kurang/tidak membangkitkan
kreatifitas peserta didik/mahasiswa, sehingga
minat, perhatian dan motivasi mereka terhadap
pembelajaran menurun.(Widijoto, 2010)
70
Keterampilan mengajar dengan melakukan
variasi telah dikenal sejak lama dan dianggap
sebagai keterampilan yang sangat penting untuk
dikuasai oleh seorang guru. (Kosasi, 1985:4)
Hasibuan dan Moedjiono (1988:64)
mendefinisikan keterampilan mengajar bervariasi
sebagai perbuatan guru dalam konteks proses
belajar mengajar yang bertujuan mengatasi
kebosanan siswa sehingga dalam proses
belajarnya siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, keantusiasan dan berperan aktif.
Hasibuan, Ibrahin dan Toenlioe (1988:71)
mengartikan keterampilan mengajar bervariasi
sebagai suatu proses pengubahan dalam
pengajaran yang menyangkut tiga komponen
yaitu gaya mengajar yang bersifat professional,
penggunaan media daan bahan-bahan
instruksional dan pola serta tingkat interaksi guru
dengan siswa.
Dari ungkapan tersebut dapat disimpulkan
bahwa keterampilan mengajar bervariasi yang
71
telah dikenal sejak lama, dan merupakan
keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai
oleh seorang guru, tekait dengan kompetensi guru
dalam mengelola dan menggunakan gaya
mengajar, media dan interaksi guru-siswa secara
dinamis dalam kegiatan pembelajaran, dengan
tujuan untuk menarik minat dan mengatasi
kebosanan siswa dalam kegiatan pembelajaran
yang monoton sehingga dalam proses belajarnya
peserta didik/siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, keantusiasan, serta berperan aktif.
Manfaat atau kegiatan diterapkannya cara
mengajar bervariasi oleh guru bagi siswa adalah
sebagai berikut: (Hasibuan dan Moedjiono,
1988:65)
a) Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek
belajar,
b) Meningkatkan kemungkinan berfungsinya
motivasi/rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan
72
investigasi dan eksplorasi (kegiatan penelitian dan
penjelajahan),
c) Membentuk sikap positif terhadap guru dan
sekolah,
d) Kemungkinan dilayaninya siswa secara
individual sehingga memberi kemudahan belajar,
e) Mendorong aktivitas belajar dengan cara
melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau
pengalaman belajar yang menarik dan berguna
dalam berbagai tingkat kognitif.
73
terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara
mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar
yang lebih baik; d) Untuk memberi kesempatan
kepada siswa mendapatkan cara menerima
pelajaran yang disenanginya; dan e) Untuk lebih
meningkatkan kadar CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) dalam proses belajar mengajar dengan
melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman
yang menarik dan terarah pada berbagai tingkat
kognitif.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat
disimpulkan, bahwa manfaat pengadaan variasi
pada proses pembelajaran adalah:
a. Minat dan perhatian peserta didik/siswa
terhadap proses pembelajaran akan tumbuh
dan berkembang.
b. Rasa ingin tahu peserta didik /siswa dan
keinginan untuk mencoba ataupun
melakuakan semakin besar.
74
c. Tingkah laku dan sikap positif peserta
didik/siswa kepada guru dan sekolah
berkembang.
d. Peserta didik/siswa dapat memilih cara belajar
yang sesuai.
e. Ranah psikomotor, kognitif dan afektif peserta
didik/siswa akan lebih berkembang.
75
mengadakan variasi dalam pelaksanaan
pembelajaran, antara lain:
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu
maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang
hendak dicapai, cocok dengan kemampuan anak
dan hakekat pendidikan, penggunaan variasi yang
wajar yang beragam sangat dianjurkan, dan
sebaiknya pemakaian yan berlebihan akan
menimbulkan kebingungan malahan dapat
mengganggu proses belajar mengajar;
b. Variasi harus digunakan secara lancar dan
berkesinambungan, sehingga tidak merusak
perhatian murid dan tidak mengganggu proses
belajar mengajar; dan c. sejalan dengan prinsip di
atas, variasi tertentu memerlukan susunan dan
perencanaan yang baik; artinya secara eksplisit
dicantumkan dalam rencana pembelajaran. Di
samping itu, bila diperlukan komponen
keterampilan tersebut dapat juga digunakan
secara luwas (fleksibel) dan spontan sesuai
76
dengan balikan yang diterima oleh siswa selama
pelajaran berlangsung.
77
Pada gaya komando, peran guru pada
pembelajaran sangat dominan sebagai pembuat
keputusan kepada semua tahap, karena pada
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru,
sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan
sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang
sepenuhnya harus tunduk terhadap pengerahan,
penjelasan, contoh gerakan, dan segala perintah
dari guru.
Esensi dari gaya komando adalah adanya
hubungan yang langsung dan cepat antara
stimulus guru dan respon murid. Stimulus (tanda
komando) yang diberikan guru, mengawali setiap
gerakan peserta didik /siswa dalam menampilkan
gerakan sesuai contoh dari guru.
Pada gaya latihan atau penugasan, pada
awalnya guru menggunakan gaya komando,
namun dalam tahap tertentu memberi tugas
kepada siswa boleh mengambil keputusan
sendiri. Perubahan harus diadakan dengan cara
78
pengalihan keputusan yang spesifik dari guru
kepada peserta didik/siswa dalam 9 (sembilan)
kategori pelaksanaan yang terdiri dari: (1) sikap;
(2) lokasi; (3) urutan tugas; (4) waktu untuk
mengawali tugas; (5) irama dan kecepatan; (6)
waktu untuk mengakhiri tugas; (7) interval; (8)
pakaian dan penampilan; (9) inisiatif pertanyaan
sebagai klarifikasi.
Guru berperan untuk membuat keputusan
dalam perencanaan dan evaluasi. Guru bertindak
sebagai penyusun rencana dan
mempresentasikan rencana tersebut kepada
peserta didik/siswa. Pada saat pelaksanaan,
peserta didik/siswa mempunyai kesempatan
untuk belajar mengimplementasikan sembilan
kategori tersebut dan guru tidak memberi
komando dalam aktivitas siswa. Sedangkan pada
tahap evaluasi, guru melakuakn
observasi/pengamatan terhadap
kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh peserta
didik/siswa secara individu.
79
Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan
dikondisikan dalam peran-peran tertentu, ada
peserta didik/siswa yang berperan sebagai
pelaku, dan sebagai observer sedangkan guru
sebagai fasilitator. Observer mengamati
tampilan/aktifitas yang dilakukan oleh temannya
(pelaku), selanjutnya observer tersebut
mengevaluasi tampilan dari karyawannya yang
bertindak sebagai pelaku, dengan bantuan guru.
Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta
didik/siswa sendiri secara bergantian.
Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai
pembuat keputusan dalam perencanaan,
sedangkan peserta didik/siswa dalam
pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru terlebih dahulu
menyampaikan rencana kegiatan yang akan
dilakukan, peserta didik/siswa mengambil
keputusan untuk membagi diri dalam kelompok,
yang sesuai dengan kompetensi (kemampuan)
atas dasar penilaian masing-masing individu
80
peserta didik/siswa terkait dengan faktor
kesulitan/beratnya aktivitas yang dilakukan,
sedangkan pada kegiatan evaluasi, peserta
didik/siswa mengevaluasi dirinya untuk
menetapkan kelompok yang akan diikuti pada
kegiatan yang lain yang sama/sejenis.
Interaksi belajar mengajar dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, antara
lain:
(1) Hubungan guru-siswa sepihak; pengajaran
merupakan proses transfer pengetahuan kepada
siswa, guru merupakan satu-satunya sumber
belajar;
(2) Hubungan guru-siswa dua arah atau timbal
balik; guru hanyalah fasilitator yang memberikan
aksi-aksi yang merangsang siswa untuk
melakukan reaksi, selain itu guru bukanlah satu-
satunya sumber belajar;
(3) Hubungan guru-siswa yang interaktif; semua
individu yang ada di dalam kelas ikut berperan
aktif tanpa memandang perannya; dan
81
(4) Hubungan guru-siswa dengan guru sebagai
konsultan; guru hanya sebagai konsultan apabila
siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan
belajarnya di kelas, siswa memperoleh
pengalaman dari temannya sendiri (Roestiyah,
1986:41-45)
82
Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam
kegiatan pembelajaran untuk mengurangi
kebosanan siswa sehingga perhatian mereka
terpusat pada pelajaran.
83
dengan materi dan latar belakang sosial budaya
serta kemampuan siswa, berlangsung secara
berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar
dan terencana
Seorang guru dituntut untuk selalu
memfokuskan perhatian siswanya, dengan
berbagai variasi gerak dan tindakan untuk
mestimulasi minat dan motivasi siswanya,
sehingga siswa selalu terlibat dalam semua
kegiatan belajar. Kita tahu secara individual setiap
siswa berbeda, seorang guru hendaknya
memahami dan mengenal karakter siswanya.
Variasi yang dapat dilakukan guru sesuai
dengan gaya mengajar guru, agar kelas tidak
monoton, misalnya guru dapat melakukan
berbagai gerak tubuhnya, tekanan suaranya,
kontak mata. Kemudian pengalihan fokus
perhatian dengan memmanfaatkan berbagai alat
bantu mengajar, seperti menggunakan media
belajar yang bervariasi, metoda yang bervariasi.
Kemudian pola variasi dengan interaksi sosial
84
siswa, misalnya dari dari kontak one way menjadi
interaksi berpasangan, multi interaksi.
C. Tes
D. Tugas
85
VII. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI
KECIL
A. Capaian Pembelajaran:
B. Uraian Materi:
86
saja, melainkan juga pembentukan keterampiIan
dan sikap. Karena itu menuntut adanya model
pembelajaran yang dapat melibatkan potensi
peserta didik secara optimal, yaitu suatu model
pembelajaran yang menekankan penggunaan
metode diskusi kelompak dalam pelaksanaanya.
Kegiatan ini memungkinkan peserta didik untuk
menguasai konsep-konsep materi untuk
memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir
kritis, percaya diri, berani berpendapat secara kritis
dan positif serta mampu berinteraksi dengan
temannya.
1. Pengertian
Diskusi kelompok kecil, yaitu percakapan
dalam kelompok yang memenuhi syarat:
a. Melibatkan kelompok yang banyak
anggotannya berkisar antara tiga sampai
sembilan orang.
c. Berlangsung dalam interaksi secara bebas
dan langsung.
87
d. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai
dengan kerja sama antar anggota kelompok.
e. Berlangsung menurut proses yang teratur dan
sistematis menuju suatu kesimpulan.
2. Tujuan
a. Memberikan pengalaman kepada peserta
didik daiam menjelajahi gagasan baru atau
masalah yang menuntut pemecahan.
b. Mengernbangkan kemampuan untuk berpikir
dan berkomunikasi.
c. Melibatkan peserta didik dalam perencanaan
dan meningkatkan pengambilan keputusan.
88
3. Prinsip Penggunaan
a. Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim
terbuka
Hal ini ditandai oleh adanya
kehangatan hubungan antar pribadi,
kesediaan menerima dan mengenal topik
lebih jauh, keantusiasan berpartisipasi dan
kesediaan menghargai pendapat orang lain
serta terbinanya perasaan aman dan bebas
berpendapat.
89
berbeda hanya tingkat kebenaran, sudut
pandang dan arah peninjauannya.
3) Penyiapan informasi pendahuluan yang
berhubungan dengan topik agar peserta
didik memiliki latar belakang pengetahuan
yang sama yang dapat diIakukan dengan
membaca artikel, melakukan observasi
dan lain-lain.
4) Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai
pemimpin diskusi. Dalam hal ini guru
hendaknya selalu siap sebagai sumber
informasi, motivator. Sehingga dapat
memberikan penjelasan yang diperlukan
dan menyusun pertanyaan yang
memotivasi peserta didik dan memahami
kesulitannya.
5) Penetapan besar kelompok peserta didik.
Besar kecilnya kelompok mempunyai
kekuatan dan kelemahan yang berbeda.
Karena itu hendaknya dipertimbangkan
pengalaman, kematangan dan
90
keterampilan peserta didik, tingkat
kekompakan, intensitas minat, latar
belakang pengetahuan dan keterampilan
guru memimpin diskusi.
6) Pengaturan tempat duduk, agar
diupayakan anggota kelompok dapat
bertatap muka dan pemimpin diskusi
berada dalam posisi yang memungkinkan
dapat berhadapan dengan anggota.
Sehingga terpupuk suasana kehangatan,
persahabatan, kekohesivan antar
peserta.
91
4) Anggota kelompok lebih merasa terikat
dalam melaksanakan, keputusan
kelompok karena terlibat dalam proses
pengambilan keputusan.
5) Diskusi kelompok dapat meningkatakan
pemahaman terhadap diri sendiri dan
orang lain (kemampuan berinteraksi).
92
4) Jika pemimpin kurang bijaksana diskusi
dapat didominasi oieh orang-orang
tertentu.
93
4) Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-
tahap tertentu sebelum melanjutkan
masalah berikutnya.
94
c. Menganalisis pandangan peserta didik
Perbedaan pendapat diantara anggota
kelompok dalam diskusi sering terjadi. Hal ini
dapat dimanfaatkan untuk membimbing
peserta didik berpartisipasi secara konstruktif
dan kreatif dengan cara, guru (pemimpin
diskusi) mampu menganalisis alasan
perbedaan pendapat misalnya:
1) Meneliti apakah alasan tersebut memang
mempunyai dasar yang kuat
2) Memperjelas hai-hal yang telah disepakati
dan tidak di sepakati.
95
3) Menghangatkan suasana dengan
pertanyaan yang mengundang perbedaan
pendapat.
4) Memberi waktu yang cukup untuk berpikir
tanpa diganggu oleh komentar guru.
5) Memberikan dukungan terhadap urun
peserta didik dengan jalan mendengarkan
dengan penuh perhatian, memberikan
komentar yang positif, sikap yang
bersahabat, mimik yang memberikan
penguatan.
96
4) Mendorong peserta didik mengomentari
urunan pikiran temannya sehingga interaksi
antar peserta didik dapat ditingkatkan.
5) Jika terjadi jalan buntu karena perbedaan
pendapat dapat dicari jalan pemecahan
masalah secara alternative.
97
Agar guru menguasai ke enam
keterampilan diatas dengan baik hendaknya
menghindari hal-hal sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topik
yang tidak sesuai dengan minat peserta didik
dan latar belakang pengetahuannya.
2) Mendominasi pembicraraan dengan
pertanyaan yang terlampau banyak dan
jawaban yang banyak pula.
3) Membiarkan peserta didik tertentu monopoli
pembicaraan.
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan atau
pembicaraan yang tidak relevan.
5) Tergesa-gesa meminta respon peserta didik
atau terus mengisi waktu dengan berbicara,
peserta didik tidak sempat berpikir.
6) Membiarkan peserta didik enggan
berpartisipasi.
7) Tidak memperjelas atau mendukung urtrn
pendapat peserta didik.
8) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
98
C. Tes
D. Tugas
99
2. Praktekan dalam waktu maksimal 15 menit
keterampilan membimbing diskusi kecil di kelas
pengajaran mikro anda.
100
VIII. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK
KECIL DAN PERORANGAN
A. Capaian Pembelajaran:
B. Uraian Materi:
101
mahasiswa yang bekerja atau belajar secara
perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh
adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab
dan sehat antara dosen dengan mahasiswa,
adanya kesempatan bagi mahasiswa untuk
belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara,
dan kecepatannya, adanya bantuan dari dosen,
adanya keterlibatan mahasiswa dalam
merancang kegiatan belajarnya, serta adanya
kesempatan bagi mahasiswa untuk memainkan
berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap dosen dapat menciptakan format
pengorganisasian mahasiswa untuk kegiatan
pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan
siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan perlu dikuasai dosen/guru karena
penerapannya dapat memenuhi kebutuhan
belajar mahasiswa yang berbeda-beda. Selain itu,
pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
102
memudahkan dosen dalam memantau
pengalaman belajar, dapat meningkatkan
motivasi belajar, dan dapat
menumbuhkembangkan semangat saling
membantu, kerjasama, kompetensi sosial, serta
memungkinkan guru dapat mencurahkan
perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu
sehingga dapat menemukan cara pendekatan
belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.
103
d. Membangun hubungan berdasarkan rasa
saling mempercayai,
e. Menunjukkan kesiapan untuk membantu,
f. Menunjukkan kesediaan untuk menerima
perasaan siswa dengan penuh pengertian,
serta
g. Berusaha mengendalikan situasi agar siswa
merasa aman, terbantu, dan mampu
menemukan pemecahan masalah yang
dihadapinya.
2. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan
pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
a. Memberikan orientasi umum tentang tujuan,
tugas, dan cara mengerjakannya,
b. Memvariasikan kegiatan untuk mencegah
timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
c. Membentuk kelompok yang tepat,
d. Mengkoordinasikan kegiatan,
e. Membagi perhatian pada berbagai tugas dan
kebutuhan siswa, serta
f. Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
104
3. Keterampilan membimbing dan memberi
kemudahan belajar, yang ditampilkan dengan
cara:
a. Memberi penguatan secara tepat,
b. Melaksanakan supervisi proses awal,
c. Melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
d. Melaksanakan supervisi pemaduan.
4. Keterampilan merancang dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan
cara:
a. Membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
b. Merancang kegiatan belajar,
c. Bertindak sebagai penasihat siswa, serta
d. Membantu siswa menilai kemajuan belajarnya
sendiri.
C. Tes
105
2. Terangkan mengapa mengajar dengan
kelompok kecil dan perorangan memerlukan
keterampilan mengorganisir siswa ?
3. Bagaimanakah cara guru mengatur kelas
dalam kelompok dan juga belajar individual ?
4. Salah satu tugas guru dalam pengajaran
kelompok kecil dan perorangan adalah
membina hubungan yang harmonis dengan
siswa, Bagaimanakah cara membangun
hubungan yang baik dengan siswa ?
D. Tugas
106
DAFTAR PUSTAKA
107
Suwarna dkk. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
108