Anda di halaman 1dari 43

Pemicu

Tuan A, 56 tahun dirawat di ruang isolasi covid hari kedua dengan keluhan sesak memberat
sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Tuan A sebelumnya memiliki riwayat perjalanan ke
Solo menggunakan kendaraan umum 10 hari SMRS. Klien secara resmi dinyatakan positif
COVID-19 berdasarkan hasil swab pertama. Pasien mengeluh batuk kering, sesak, terutama saat
menarik napas, nyeri dada dan punggung seperti dipukuli skala 5 saat sesak, anosmia, bunyi
napas ronchi basah pada kedua lapang paru anterior, frekuensi napas 29x/menit, TD 116/82
mmHg, frekuensi nadi 82x/menit, BB/TB 72 kg/165 cm, riwayat merokok saat berumur 20
tahun dan TBC putus obat. Klien mengernyitkan wajah serta alis saat nyeri dirasakan. Klien
mengatakan nyeri mereda jika melakukan metode tarik napas dalam serta mendapatkan
medikasi. klien merasa masih memerlukan bantuan perawat khususnya untuk mengatasi
kecemasan dan meredakan sesak yang datang tiba-tiba.

Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan penunjang sehari sebelum swab:

Lekosit 3500 / ul; hitung netrofil absolute  5000 / ul, hitung limfosit absolute / ALC : 1000 /
ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : 5,13

SARS-CoV-2 IgG/IgM = non-reaktif,

SGOT/SGPT = 60 /47,

GDS = 75 mm/dL,

AGD: (pH/HCO3/PCO2/BE) = 7,47 /20,8 /28 /-1,

CRP = 99,8,

Na/K/Cl = 141/3,58 /105,5

Kreatinin = 0,93, GFR = 91,4


Step 1 :

1. Apa itu Ruang isolasi? (Shanty)


- ruangan khusus yang terpisah dari ruangan pasien lain (siska)
- Ruang yang dapat diperuntukkan kepada penderita penyakit menular guna
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit tinggi (Alfitria)
- Ruang isolasi ialah dimn pasien dinyatakan positif terhadap suatu penyakit virus
yakni Covid-19 (Elsa)
2. Apa itu Covid-19? (Elsa)
- Covid 19 adalah suatu penyakit yg menyerang saluran pernapasan yg diakibatkan
oleh virus sars-cov 19(shanty)
- penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan menyerang
saluran pernapasan (Andini)
- kelompok penyakit virus yang ditemukan pada hewan dan manusia (uswa)
3. Apa itu anosmia? (Zulfa)
- Anosmia adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau (Elsa)
- hilangnya fungsi indra penciuman(Tri)
- kondisi yang menyebabkan seseorang tidak bisa menggunakan Indra penciuman dgn
baik dan bersifat sementara atau menetap (Ika)
- salah satu gejala paling umum yang muncul saat terkena covid (Salsa)
- ketidak mampuan seseorang untuk mengenali bau bersifat sementara atau menetap
yang terjadi pada sis. Pernapasan (Aida)
4. Apa itu Medikasi? (Siska)
- pengobatan (uswa)
- berfungsi untuk mengobati/meringankan gejala suatu penyakit (zulfa)
- Medikasi adalah obat yang dipakai untuk mendiagnosa, merawat, mengobati atau
mencegah penyakit (Elsa)
5. Apa itu swab? (uswa)
- metode pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri dari suatu
penyakit. (ika)
- Swab yang dilakukan pada prosedur covid 19 meliputi tindakan mengambil sampel
dari cairan yang ada di dalam rongga hidung dengan memasukkan cotton swab
(Alfitria)
- salah satu metode dalam pengambilan spesimen yang akan di ujikan (Aida)
- metode mendeteksi virus atau bakteri penyebab penyakit di dalam tubuh
manusia(Tri)
- salah satu cara untuk mendapatkan pemeriksaan (sampel) (siska)
6. Apa itu pemeriksaan GFR dan SGOT/SGPT? (Ika)
- GFR yaitu singkatan dari Glomerulus Filtration Rate yg merupakan pengukuran
volume cairan yang mengalir melalui ginjal setiap menit. (Andini)
- tes GFR berfungsi untuk mengetahui apakah fungsi ginjal masih baik atau tidak,
sedangkan tes SGPT/SGOT digunakan untuk melihat kadar enzim dalam darah
normal atau tidak (Zulfa)
- tez GFR yaitu metode untuk menguji kemampuan ginjal dalam menyaring cairan,
tes SGOT/SGPT yaitu mengkaji kadar enzim dalam hati (Aida)
7. apa itu ALC, GDS, CRP?(Tri)
- CRP adalah protein yg dihasilkan hati Dengan kadar normal <5mg/L terjadi. Jika
lebih dari kadar normal maka dapat di katakan terlah terjadi peradangan dalam
tubuh (alfitria)
- GDS : gula darah sewaktu (Salsa)
- ALC : perhitungan atau nilai Limfosit absolut (Andini)
8. Kreatinin (Andini)
- zat dalam darah yg sudah tidak terpakai lagi dan dihasilkan dari adanya kerja otot
(zulfa)
- Kreatinin merupakan produk hasil reaksi hidrolisis pada fosfokreatina yang terjadi
di otot, yang terjadi dengan ritme yang cukup konstan(shanty)
- sisa darah yang di produksi ketika melakukan aktivitas (siska)
9. Netrofil absolute, limfosit absolute? (Salsa)
- neutrofil absolute adalah mekanisme pertahanan tubuh pertama apabila ada jaringan
tubuh yang rusak atau ada benda asing masuk dalam tubuh.(Tri)
- limfosit absolute biasanya disebabkan oleh virus namun tidak berbahaya. (siska)

Step 2 :

1. Bagaimana keterkaitan antara penyakit COVID-19 dengan antibodi IgG/IgM? (Zulfa)


2. Apakah riwayat merokok dan TBC putus obat dpt mempengaruhi kesehatan pasien?
(Salsa)
3. Dalam kasus tersebut apa saja yang termasuk data abnormal dan apa masalah yang
melatarbelakangi munculnya data abnormal tersebut? (Andini)
4. Apa yang memicu batuk pada pasien? Melihat pasien batuk kering -> tidak ada
lendir/sekresi mukus berlebih. (Alfitria)
5. Faktor yang menyebabkan terjadinya klien tersebut mengalami covid (Siska)
6. Bantuan perawat seperti apa untuk mengatasi kecemasan dan meredakan sesak yang
datang tiba tiba? (Ika)
7. Tindakan Apa saja yang di lakukan perawat setelah tuan A dirawat di ruang isolasi?
(Elsa)
8. Apakah hubungan anosmia yang dijadikan salah satu gejala terjadinya covid-19? (Aida)
9. Jika kita sudah terkena covid, apakah kita dapat tertular kembali, jika iya, faktor apa yg
menyebabkan kita tertular kembali? (uswa)
10. adakah hubungan antara hasil nilai GDS pasien dengan hasil nilai elektrolit pasien dan
apakah akan menimbulkan gangguan yang lainnya kepada pasien atau tidak?(Tri)
Step 3 :

1. Bagaimana keterkaitan antara penyakit COVID-19 dengan antibodi IgG/IgM?


- Sangat berkaitan, karena semakin meningkatnya daya daya tahan tubuh maka
semakin kuat pula tubuh kita untuk terhindar dari serangan penyakit/virus yang tidak
diinginkan (siska)
- IgG menjelaskan infeksu terjadi sudah lama, igM menjelaskan infeksi baru saja
terjadi (Salsa)
- Ketika virus covid 19 masuk kedalam tubuh, terjadi serangkaian pelepasan antibodi
sebagai respon dari invasi virus tersebut (Alfitria)
2. Apakah riwayat merokok dan TBC putus obat dpt mempengaruhi kesehatan pasien
- iyaa riwayat merokok dan TBC putus obat dapat mempengaruhi kesehatan terlebih
TBC akan menjadi kormobiditas atau penyakit penyerta.(TrI)
- Menurut saya iya, karena ketika pasien ada riwayat merokok, artinya sel dan jaringan
dalam paru2 mungkin sudah berubah tidak seperti saat sebelum merokok. Maka
ketika pasien terserang penyakit covid 19 yg notabene nya adalah virus yg menyerang
sistem pernapasan, kesehatan pasien bisa menjadi buruk (Zulfa)
- Kemungkinan besar bisa mempengaruhi keluhan pasien saat ini, karena merokok kan
dapat menyebabkan gang. paru-paru, lalu jika pasien tsb TBC nya pada paru juga
pasti mempengaruhi yaitu dapat memperparah keluhan yang dirasakan pasien, seperti
sesak napas yg diserati nyeri punggung dan dada skala 5 (Andini)
3. Dalam kasus tersebut apa saja yang termasuk data abnormal dan apa masalah yang
melatarbelakangi munculnya data abnormal tersebut
- Leukosit menurun, Frekuensi napas meningkat, PH tinggi(alkalosis), HCO3 rendah,
PCO 2 rendah, BE rendah (shanty)
- pH yang tinggi, HCO rendah, PCO2 rendah, menandakan terjadi alkalosis yang dapat
terjadi karena adanya masalah pada pertukaran gas di alvelous. Ronkhi positif juga
menandakan adanya cairan di daerah alvelous yang dapat di sebabkan karena invasi
patogen sehingga dapat berdampak pada pertukaran gas (Al Fitriah)
- Pada hasil tes AGD hasilnya tidak sesuai dgn nilai normal, yg artinya ada gangguan
pada fungsi paru-paru, jantung dan ginjal (Zulfa)
4. Apa yang memicu batuk pada pasien? Melihat pasien batuk kering -> tidak ada
lendir/sekresi mukus berlebih?
- yang memicu batuk pada pasien adalah riwayat merokok di masa laluyang
mengganggu pernapasana sehingga ia mempunyai penyakit TBC henti obat sehingga
menyebabkan TBC kambuh kembali (shanty)
- iritan seperti asap, gas, riwayat penggunaan tembakau dan juga proses makanan dan
minuman yg tidak sesuai (salsa)
5. Faktor yang menyebabkan terjadinya klien tersebut mengalami
- klien tersebut berkontak langsung dengan penderita covid atau tidak sengaja terkena
percikan droplet penderita covid (uswa)
- Kemungkinan Tn.A terpapar seorang carrier dari lingkungan di perjalanan sewaktu ke
solo dan juga pada saat terpapar sistem kekebalan tubuh Tn.A sedang menurun (Ika)
- Pasien sebelumnya melakukan perjalanan ke solo kemungkinan besar ia terpapar
penyakit tersebut bisa saja dia kontak langsung terhadap orang yang sudah terkena
covid tanpa pasien tersebut sadari atau mungkin saja ia berpergian tidak memakai
protokol kesehatan yang sudah di anjurkan oleh pemerintah dengan baik (elsa)
6. Bantuan perawat seperti apa untuk mengatasi kecemasan dan meredakan sesak yang
datang tiba tiba?
- dapat mencoba membantu klien dengan menyuruh mengambil nafas dalam dan
perlahan (siska)
- Perawat dapat memberikan posisi semi fowler kepada pasien karena dapat
meningkatkan O2 ke paru sehingga sesak nafas dapat berkurang. (Alfitria)
- untuk mengatasi kecemasan pasien tersebut, dapat dilakukan dengan menyediakan
waktu untuk diri pasien dan dapat bercerita kepada orang yang di percaya(uswa)
- membantu pasien dalam mengubah posisi pasien yang nyaman, memberikan motivasi
secara langsung (Aida)
7. Tindakan Apa saja yang di lakukan perawat setelah tuan A dirawat di ruang isolasi
- yang pertama yaitu memakai APD, menjaga jarak dan membangun komunikasi dgn
pasien agar pasien merasa nyaman dan tidak depresi (Salsa)
- selalu memantau perkembangan klien serta membiasakan klien untuk tetap mematuhi
protokol ksehatan (siska)
- Tindakan yg dapat dilakukan perawat yaitu sesuai intervensi yg ditetapkan
berdasarkan diagnosis keperawatan yg ditegakkan terhadap Tn.A (Andini)
8. Apakah hubungan anosmia yang dijadikan salah satu gejala terjadinya covid-19?
- Hubungan nya dengan anosmia dengan gejala covid tentu ada sebagaimana yg saya
ketahui bahwa ada bbrp org bahkan selebriti (saya lupa namanya);yg memiliki gejala
awal covid yaitu dengan kehilangannya Indra penciuman nya atau tidak bisa mencium
sesuatu dengan baik (elsa)
- adanya Viral load di saluran pernapasan bagian atas yang dapat memicu hilangnya
indra perasa pada pasien dan merupakan salah satu dari enam cara COVID-19
memengaruhi seseorang.(Tri)
- Penyakit covid disebabkan oleh virus, sementara virus mempunyai sifat merusak sel
dan membuat peradangan. Sifat ini lah yang mungkin bisa membuat saraf
penciumannya tidak berfungsi/kerja dgn baik sehinga terjadi hilangnya Indra
penciuman (Ika)
- virus yang menyebabkan covid19 menginfeksi sel-sel dalam sistem pernapasan
(mungkin terutama hidung) sehingga terdapat gangguan pada fungsi hidung dan
menyebabkan anosmia (hilangnya kemampuan untuk mencium bau) (zulfa)
9. Jika kita sudah terkena covid, apakah kita dapat tertular kembali, jika iya, faktor apa yg
menyebabkan kita tertular kembali?
- Orang yang sudah terkena covid akan membentuk antibody namun masih memiliki
kemungkinan terinfeksi kembali dengan jumlah virus yang jauh lebih sedikit dan
dapat cepat teratasi(shanty)
- orang yang dinyatakan sembuh masih dapat terinfeksi atau dapat dinyatakan positif
kembali karena di dalam tubuhnya masih belum sepenuhnya bersih dari virus dan
kemungkinan akan menularkan atau tertular kembali dengan itu tetap menjaga 3M.
(Tri)
- Iya bisa, mungkin di karena kan sistem imun nya yg kurang baik, atau mungkin ia
melanggar protokol kesehatan sehingga ia mudah terpapar kembali (Elsa)
10. Adakah hubungan antara hasil nilai GDS pasien dengan hasil nilai elektrolit pasien dan
apakah akan menimbulkan gangguan yang lainnya kepada pasien atau tidak?
- pasti ada hubungannya, karena semua sistem dalam tubuh kita bekerja saling
berkaitan, mungkin saja dalam kasus ini nilai GDS tsb mempengaruhi elektrolitnya
dan mungkin juga dapat menimbulkan gangguan lainnya, perlu dikaji lebih dalam lagi
mengenai masalah yg terjadi pada pasien tersebut (Andini)
- nilai GDS dalam tubuh berkaiatan dengan cairan elektrolit, menurut saya akan
menimbulkan gangguan yang lain bila tidak di tangani dengan tepat (Aida)

Step 4 :

Hipotesa

Kondisi perburukan sesak nafas yang di alami pasien dapat terjadi karena infeksi covid 19, dan
karena adanya riwayat merokok dan putus obat TBC. Gangguan yang di alami pasien meliputi
gangguan pertukaran gas yang disebabkan adanya gangguan pada alveoli yang berdampak pada
gangguan keseimbangan asam basa pasien. Dengan demikian seharusnya pasien tidak melakukan
perjalanan yang jauh karena berisiko pada riwayat penyakit yang memang sudah terjadi pada
dirinya
Peta Konsep

Step 5

Learning Objective :

1. mereview anatomi dan fisiologi sistem pernapasan


2. konsep gangguan asam basa
3. Askep Covid dan gangguan keseimbangan asam basa
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda gejala
d. Patofisiologi
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan medis
g. Diagnosis dan intervensi keperawatan
4. terapi Sistem Pernafasan Dalam Islam
5. TBC Putus Obat Pada Kasus

Step 6

1) Mereview anatomi dan fisiologi sistem pernapasan


sistem penapasan bekerja secara sistematis dan efisien, fungsi dari sistem pernapasan tu
sendiri adalah tempat terjadinya pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah,
menjadi tempat perpindahan udara dari luar menuju permukaan paru-paru dan
sebaliknya.
Sistem pernapasan juga memiliki beberapa sel epitel diantaranya :

Selain epitel dalam sistem pernapasan juga memiliki susunan anatomi berupa lamina
propria yang merupakan lapisan jaringan konektif yang terletak dianatar sel epitel dengan
kartilago. Lapisan ini biasanya terdiri dari otot polos yang tersebar dibawah epitel lapisan
in juga memiliki banyak pembuluh darah.
Anatomi dan fisilogi sistem pernapasan :
a. Rongga Hidung
Terdapat 2 nostril yang menjadi pintu masuk menuju rongga hidung, rongga
hdiung merupakan 2 kanal sempit yang satu sama lainnya dilapisi oleh sputum,
dnding rongga hidung juga dilapisi oleh mukosa yang berfungsi sebagai
penyaring, penghangat dan yang melembabkan udara yang masuk. Vestibulum
merupakan bagian rongga hidung yang berambut dengan fungsi menyaring
partikel-partikel besar yang akan masuk kedalam sistem pernapasan. Dalam
rongga hidung juga terdapat nasolakrimalis yang berfungsi mengalirkan air
melalui hidung dari kelenjar air mata ketika menangis.
b. Sinus paranasal
Berperan dalam menyekresi mucus, membantu sistem kerja nasolakrimalis dan
menjaga agar permukaan rongga hidung tetap bersih dan lembab. Wilayah
pembau bagian posterior rongga hidung, yang terdiri atas permukaan inferior
palatum kribriform, bagian superior septum nasal, dan bagian superior konka
hidung, terdapat reseptor yang dapat merasakan sensasi bau.
c. Faring (tekak)
Adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir samapi
persambungannya dengan esophagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring
terdiri dari 3 bagian yaitu : nasofasing (belakang hidung), orofaring (belakang
mulut), dan laringofaring(belakang laring).
d. Laring
Laring berada anatara faring dan trakea yang dimana pada laring terdapat pita
suara yang menghasilkan suara, selain menghasilkan suara laring juga terdapat
beberapa kartilago. Kartilago yang terbesar adalah tiroid yang terdapat benjolan
subkutaneus atau jakun pada pria. Ada juga kartilago krikoid yang berbentuk
cincin utuh terletak dibawah kartilago tiroid. Selanjutnya ada kartilago kuneiform
dan kornikulata yang sangat kecil. Diatas kartilago tiroid terdapat epiglottis yang
merupakan katup yang berfungsi menutup laring saat menelan makanan.
e. Trachea
Adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11 cm. trachea
terletak setelah laring dan sejajar dengan vertebra torakalis ke-5. Ujung trachea
bagian bawah terdapat cabang dua bronkus kanan dan kiri (carina). Trachea
tersusun dari 16-20 kartilago hialin berbentuk hruf C yang melekat pada dinding
trachea yang berfungsi melindungi jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi
mencegah terjadinya kolaps / ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara
yang terjadi pada sistem pernapasan. Bagian kartilago saling berhadapan secara
posterior kearah esophagus yang disatukan oleh ligmen elastis dan otot polos.
f. Bronkus pulmonaris
Memiliki cabang dan ranting sangat banyak, pada cabang utama menyerupai
trachea . dinding bronkus dan percabangannya dilapisi epitelium batang, bersilia,
dan berlapis semu. Saluran ini akan semakin mengecil karena penyesuaian dengan
fungsinta. Bronkhiolus terminalis disebut adalah saluran pengantar udara
ketempat pertukaran gas diparu, selain itu Bronkhiolus terminalis terdapat asinus
yang menjadi tempat terjadinya pertukaran gas. Asinus atas terdiri atas
bronkholus respiratorius dan ductus alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli
dan sakus terminalis yang merupakan struktur akhir paru.
g. Ductus alveolaris dan alveoli
Beberapa ductus alveolaris bergabung hingga menjadi sakus alveolaris yang
memberikan bentuk paru sperti spons. Jaringan kapiler darah mengelilingi alveoli
diatahan oleh serat elastis. Jaringan yang elastis ini menjaga posisi anatar alveoli
dnegan bronkhiolus respiratoris. Adanya daya recoil dan serat ini selama ekspirasi
akan mengurangi ukuran alveoli dan membantu mendorong udara agar keluar dari
paru.(Muttaqin,2009)

2) konsep gangguan asam basa


 Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat. Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari
saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Gejala pertama
berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan
berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Pengobatan asidosis respiratorik
bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan
bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita
yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan
dengan bantuan ventilator mekanik
 Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak
asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma. Penyebab asidosis metabolik dapat adalah :
1. Kelebihan produksi asam
Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi asam dapat melebihi kemampuan ginjal
untuk absorbsi dan ekskresi H+
2. Kurangnya cadangan dapar
Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan
hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.
3. Kurangnya ekskresi asam
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal mengekskresikan asam yang
diproduksi secara normal.
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat,
namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya
asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual
dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun,
menyebabkan syok, koma dan kematian. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya
cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan
bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan
sementara dan dapat membahayakan
 Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Alkalosis
respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar
bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan
kesadaran. Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Sebagai contoh, bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi
pernapasan.
 Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung.
Penyebab utama akalosis metabolik :
a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut
dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani). Biasanya
alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium). Pada
kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena. (Viswanatha, PA. 2017)

3) Askep Covid dan gangguan keseimbangan asam basa


I. PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama : Tuan A
Usia : 56 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Agama: Islam
Alamat: Jalan H. Tatang No.9
Pekerjaan: Karyawan Swasta
Suku, Bangsa: Jawa, Indonesia
Status Pernikahan: Nikah
Pendidikan: SMA
Tanggal Masuk: 19 Desember 2020
Tanggal Pengkajian: 19 Desember 2020
No. RM: 02.657.9845
B. Riwayat
1. Keluhan Utama: Sesak, Batuk Kering (saat menarik nafas), Nyeri Dada dan Punggung
seperti dipukuli skala 5 (saat sesak), Anosnia, Bunyi nafas Ronchi basah pada kedua
lapang paru anterior.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang: Gangguan Pertukaran Gas
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya: merokok selama 30 tahun lebih dan TBC putus obat.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga: Tidak memiliki riwayat penyakit turunan
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tinggi badan: 165 cm
b. Berat badan: 72 kg
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah: 116/82 mmHg
b. Nadi: 82x per menit
c. Respirasi rate: 29x per menit
3. Aktivitas sehari-hari
a. Pola Kebiasaan: Batuk Kering (saat menarik nafas), dan Punggung seperti
dipukuli skala 5 (saat sesak),
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Lekosit 3500 / ul; hitung netrofil absolute  5000 / ul, hitung limfosit absolute /
ALC : 1000 / ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : 5,13
b. SARS-CoV-2 IgG/IgM = non-reaktif,
c. SGOT/SGPT = 60 /47,
d. GDS = 75 mm/dL,
e. AGD: (pH/HCO3/PCO2/BE) = 7,47 /20,8 /28 /-1,
f. CRP = 99,8,
g. Na/K/Cl = 141/3,58 /105,5
h. Kreatinin = 0,93, GFR = 91,4
II. ANALISIS DATA

No Data Fokus Hari/Tanggal Etiologi Masalah


.
1. DS: Kamis, 19 Perubahan Gangguan
a. Sesak, Desember membrane Pertukaran
b. Batuk Kering (saat 2020 alveolus-kapiler Gas
menarik nafas),
c. Nyeri Dada dan
Punggung seperti
dipukuli skala 5 (saat
sesak),
d. Anosnia,
e. Bunyi nafas Ronchi
basah pada kedua
lapang paru anterior
DO:
a. Tekanan darah: 116/82
mmHg

f. Nadi: 82x per menit


g. Respirasi rate: 29x per
menit
h. AGD:
(pH/HCO3/PCO2/BE
) = 7,47 /20,8 /28 /-1,

III. DIAGNOSIS

No Diagnosis Luaran Intervensi


.
1. Gangguan Setelah dilakukan a. Pemantauan Respirasi
pertukaran gas b.d intervensi • Observasi
Perubahan keperawatan selama 1. Memonitor frekuensi,
membrane 1x24 jam diharapkan irama, kedalaman dan
alveolus-kapiler pertukaran gas upaya napas
d.d takikardia, PH pasien efektif 2. Memonitor kemampuan
arteri meningkat, dengan kriteria hasil: batuk efektif
dan Bunyi napas a. PH arteri 3. Memonitor adanya
tambahan, PCO2 (Menurun) sumbatan jalan napas
menurun b. PCO2 4. Memonitor nilai AGD dan
(meningkat) hasi X-Ray paru
c. Bunyi napas • Teraupetik
tambahan 1. Atur interval pemantauan
(Menurun) respirasi sesuai kondisi
d. PaCO2 pasien
(Membaik) 2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
• Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu

b. Manajemen jalan napas


• Observasi
1. Memonitor pola napas
2. Memonitor bunyi napas
tambahan
3. Memonitor sputum
• Teraupetik
1. Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
2. Berikan minuman hangat
3. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
4. Berikan oksigen jika perlu
• Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
2. Anjurkan teknik batuk
efektif
• Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

c. Dukungan dan edukasi


berhenti merokok
• Observasi
• Teraupetik
• Edukasi

Bersihan Jalan Latihan Batuk Efektif


2. Nafas Tidak Setelah dilakukan  Observasi
Efektif b.d Proses intervensi a. Identifikasi kemampuan
Infeksi d.d Batuk keperawatan selama batuk
Tidak Efektif, 1x24 jam diharapkan b. Monitor adanya retensi
Ronchi pertukaran gas sputum
pasien efektif c. Monitor tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: infeksi saluran nafas
 Teraupetik
a. batuk efektif a. Atur posisi semifowler atau
meningkat fowler
b. ronchi menurun b. Buang secret pada tempat
sputum
 Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
b. Anjurkan Tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu selama 8 detik
→ ulangi sebanyak 3 kali
c. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik nafas
dalam yang ke 3
Kolaborasi
d. Kolaborasikan pemberian
terapi mukolitik atau
ekspektoran → Jika perlu
Manajemen isolasi

Manajemen Jalan Nafas


 Observasi
a. Monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha
nafas)
b. Monitor bunyi nafas
tambahan (gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi)
c. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Teraupetik
d. Posisikan semifowler atau
fowler
e. Berikan minum hangat
f. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari → Jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
b. Kolaborasikan pemberian
terapi mukolitik atau
ekspektoran atau bronkodilator
→ Jika perlu

Manajemen Isolasi
 Observasi
a. Identifikasi klien yang
membutuhkan isolasi
 Teraupetik
a. Tempatkan satu pasien satu
kamar
b. Sediakan seluruh kebutuhan
harian dan pemeriksaan
sederhana di kamar klien
c. Dekontaminasi alat-alat
kesehatan sesegera mungkin
setelah digunakan
d. Lakukan kebersihan tangan
pada 5 momen
e. Pasang alat proteksi diri
sesuai SPO
f. Lepaskan alat proteksi diri
segera setelah kontak dengan
klien
g. Minimalkan kontak dengan
klien → sesuai kebutuhan
h. Batasi/ tidak boleh ada
pengunjung
i. Pastikan kamar klien selalu
dalam kondisi bertekanan
negatif

Reduksi ansietas
 Observasi
Ansietas b.d a. Monitor tanda-tanda ansietas
3. ancaman kematian, Setelah dilakukan (verbal dan non verbal)
krisis situasional intervensi  Teraupetik
d.d merasa keperawatan selama a. Pahami situasi yang
bingung, khawatir, 1x24 jam maka membuat ansietas
tampak gelisah, dilakukan : b. Dengarkan dengan penuh
tampak tegang a. perbalisasi perhatian
kebingungan c. Tempatkan barang pribadi
(menurun) yang memberikan kenyamanan
b. perbalisasi akibat d. Diskusikan perencanaan
kondisi yang realistis tentang peristiwa yang
dihadapi (menurun) akan datang
c. perilaku gelisah  Edukasi
(menurun) a. Informasikan secara factual
d. perilaku tegang mengenai diagnosis,
(menurun) pengobatan, dan prognosis
b. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
c. Latih Teknik relaksasi

IV. IMPLEMENTASI

No Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


.
1. Jum’at, 20 Gangguan pertukaran S:Pasien mengatakan
Desember 2020 Gas sesak napas berkurang
Pukul 10.00 WIB a. Memantau respirasi O:Respirasi rate
• Observasi 22x/menit
1. Memonitor frekuensi, A: Teratasi sebagian
irama, kedalaman dan P:Intervensi dilanjutkan
upaya napas
2. Memonitor
kemampuan batuk
efektif
3. Memonitor adanya
sumbatan jalan napas
4. Memonitor nilai AGD
dan hasi X-Ray paru
• Teraupetik
1. Mengatur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Mendokumentasikan
hasil pemantauan
• Edukasi
1. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Menginformasikan
hasil pemantauan jika
perlu

b. Memanajemen jalan
napas
• Observasi
1. Memonitor pola napas
2. Memonitor bunyi
napas tambahan
• Teraupetik
1. Memposisikan semi-
Fowler atau Fowler
2. Memberikan minuman
hangat
3. Melakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
4. Memberikan oksigen
jika perlu
• Edukasi
a. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
b. Menganjurkan teknik
batuk efektif
• Kolaborasi
a. Berkolaborasi dalam
pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
Latihan Batuk Efektif S: Pasien mengatakan
 Observasi jalan nafas lebih lega dan
a. Identifikasi membaik
kemampuan batuk O: Pengeluaran sputum
b. Monitor adanya retensi membaik
sputum A: Teratasi sebagian
c. Monitor tanda dan P: Intervensi dilanjutkan
gejala infeksi saluran
nafas
 Teraupetik
a. Atur posisi semifowler
atau fowler
b. Buang secret pada
tempat sputum
 Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Anjurkan Tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
selama 8 detik → ulangi
sebanyak 3 kali
c. Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah Tarik nafas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
d. Kolaborasikan
pemberian terapi
mukolitik atau
ekspektoran → Jika perlu
Manajemen isolasi

Manajemen Jalan Nafas


 Observasi
a. Monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas
tambahan (gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi)
c. Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Teraupetik
d. Posisikan semifowler
atau fowler
e. Berikan minum hangat
f. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Edukasi
a. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari →
Jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
b. Kolaborasikan
pemberian terapi
mukolitik atau
ekspektoran atau
bronkodilator → Jika
perlu

Manajemen Isolasi
 Observasi
a. Identifikasi klien yang
membutuhkan isolasi
 Teraupetik
a. Tempatkan satu pasien
satu kamar
b. Sediakan seluruh
kebutuhan harian dan
pemeriksaan sederhana
di kamar klien
c. Dekontaminasi alat-
alat kesehatan sesegera
mungkin setelah
digunakan
d. Lakukan kebersihan
tangan pada 5 momen
e. Pasang alat proteksi
diri sesuai SPO
f. Lepaskan alat proteksi
diri segera setelah kontak
dengan klien
g. Minimalkan kontak
dengan klien → sesuai
kebutuhan
h. Batasi/ tidak boleh ada
pengunjung
i. Pastikan kamar klien
selalu dalam kondisi
bertekanan negatif

Reduksi ansietas
 Observasi
a. Monitor tanda-tanda S: Pasien mengatakan
ansietas (verbal dan non lebih rileks
verbal) O: Perasaan lebih
 Teraupetik membaik
a. Pahami situasi yang A: Teratasi sebagian
membuat ansietas P: Intervensi dilanjutkan
b. Dengarkan dengan
penuh perhatian
c. Tempatkan barang
pribadi yang memberikan
kenyamanan
d. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
 Edukasi
a. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
b. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
c. Latih Teknik relaksasi

2. Sabtu, 21 Gangguan pertukaran gas


Desember 2020 a. Memantau respirasi S:Pasien mengatakan
Pukul 10.00 WIB b. Mendukung dan sudah tidak mengalami
mengedukasi untuk sesak napas
berhenti merokok O:Respirasi rate
c. Memanajemen jalan 18x/menit
Napas A: Masalah Teratasi
P:Intervensi dihentikan
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
a. Memantau jalan S: Pasien mengatakan
nafas jalan nafas lebih lega dan
b. Mendukung dan membaik
mengedukasi untuk O: Pengeluaran sputum
berhenti merokok membaik
c. Memanajemen jalan A: Masalah teratasi
Napas P: Intervensi dihentikan
S: Pasien mengatakan
Ansietas lebih rileks
a. memantau kecemasan O: Perasaan lebih
b. mendukung dan membaik
mengedukasi untuk A: masalah teratasi
pertahanan diri yang P: Intervensi
tepat diberhentikan
c. memanajemen tingkat
kecemasan

a. Definisi
Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140 nm Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum
terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1,
Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory
Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Meng dkk., 2020; Zhu dkk., 2020).

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi
setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan
keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa
lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat rendah.
b. Etiologi
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus.
Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama
dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of
Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2. Struktur genom virus ini memiliki pola seperti
coronavirus pada umumnya. Sekuens SARSCoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang
diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar
yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia. Mamalia dan burung diduga sebagai
reservoir perantara. (Susilo, Adityo dkk. 2020)

- Asidosis Respiratorik
Pneumothoraks, Pleura efusi, Atelektasis, Sumbatan jalan napas, Gagal napas, Paralisis otot pernapasan,
obat penenang
- Asidosis Metabolik
DM tak kontrol, Kelaparan, Diare, Intoksikasi alkohol , Menelan substansi toksik  Alkalosis
Respiratorik
- Alkalosis Metabolik
1.) Kehilangan melalui saluran cerna (berkurangnya volume ECF)
a. Muntah atau penyedotan nasogastrik
b. Diare dengan kehilangan klorida
2) Pada gangguan jantung : terapi diuretik
Mekanisme Kompensasi : Paru menahan Co2, ginjal keluarkan bikarbonat, menahan H+ dan anion lain
sehingga urin menjadi basa
- Alkalosis Respiratorik
c. Tanda gejala
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa
gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok
sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan
sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik
belum diketahui.21 Viremia dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang
asimptomatik telah dilaporkan.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa
komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia,
malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan
suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah.
Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu
dari gejala:
(1) frekuensi pernapasan >30x/menit
(2) distres pernapasan berat, atau
(3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala
yang atipikal
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-gejala pada
sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas. Gejala lain yang dapat
ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala,
mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan
kongesti konjungtiva.21 Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak
antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari
(median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan
pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah,
diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan
jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari
setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru
memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi
hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai
sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya. (Susilo, Adityo dkk. 2020)

- Asidosis Respiratorik
Ditandai dengan peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan PH; PaCO2 >
45 mmHg dan PH . 7,35
- Asidosis Metabolik
Sakit kepala, letargi, bingung  Takipnea, kram abdomen  AGD-------PH<22mmHg
- Alkalosis Respiratorik
Sakit kepala, Pusing, Takikardi, Takipnea, gatal pada ektremitas
- Alkalosis Metabolik
Sakit kepala,letargi,takikardi, gatal-gatal, kram otot abdomen  AGD------PH>7.45, PCO2 normal atau
>45mmHG, PaO2 dan saturasi O2 Normal, Bikarbonat >26mEq/l

d. Patofisiologi
Covid-19 disebabkan oleh SARS-CoV2 atau 2019-nCoV, merupakan genus β corona
virus(Liu et al., 2020)(Gandhi, Lynch, & del Rio, 2020). Virus ini ditularkan penderita melalui
droplet atau partikel aerosol yang masuk ke saluran napas melalui aktivitas batuk, menyanyi(Wei
et al., 2020), prosedur nebulizer atau intubasi(Patients, Taylor, Lindsay, & Halcox, 2020).
Ventilasi yang buruk mempercepat penularannya. Virus mampu bertahan pada stainless steel 5,6
jam dan plastik 6,8 jam(Patients et al., 2020). Virus yang melekat pada sel inang secara refleks
mengikat reseptor seluler ACE2 (angiotensin-converting enzym 2)(Mcmurray, Pfeffer, Ph, &
Solomon, 2020) (Sahin, 2020) Ikatan yang terbentuk sepuluh kali lebih kuat dibandingkan
SARS-CoV(Sun, Lu, Xu, Sun, & Pan, 2020), kemudian masuk ke sitoplasma, setelah terjadi
pengkodean, poliprotein dipecah oleh protease dan chymotrypsin diaktifkan. Kompleks yang
dihasilkan mendorong produksi RNA melalui replikasi dan transkripsi, ditumbuhkan ke lumen
retikulum endoplasma. Virion kemudian dilepaskan dari sel yang terinfeksi melalui eksositosis.
Virus yang dilepaskan dapat menginfeksi sel-sel ginjal, sel-sel hati, jantung, intestin, dan limfosit
T, serta saluran respirasi terbawah. Menimbulkan gejala dan tanda utama Covid-19(Sahin, 2020).
Masa inkubasi 1- 14 hari, umumnya terjadi 3-7 hari(Guan et al., 2020)(Tim Kerja Kementerian
Dalam Negeri, 2020).
Biomarker darah menunjukan limpopenia (respon pertahanan host dari invasi virus),
leukositosis (infeksi bakteri), neutropilia (infeksi bakteri dan badai sitokin), trombositopenia
(peningkatan penggunaan trombosit) (Frater, Zini, D’Onofrio, & Rogers, 2020)(Yang et al.,
2020)(Go et al., 2020). Biomarker infeksi ditandai terjadinya peningkatan CRP, procalsitonin,
aminotransperases, LDH, creatinin, troponin jantung, D-Dimer atau Fibrin Degradation Product.
Penurunan albumin, waktu protrombin memanjang, APTT (activated Partial Thromboplastin)
memanjang (Frater et al., 2020)(Yang et al., 2020)(Bowles et al., 2020).

- Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang memengaruhi
fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis
respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2
- Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat ginjal
hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine.
- Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi ketika
seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan
oleh perasaan panik dan cemas
- Alkalosis metabolic
Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa

e. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang sehari sebelum swab:

Lekosit 3500 / ul; hitung netrofil absolute  5000 / ul, hitung limfosit absolute / ALC : 1000 /
ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : 5,13

SARS-CoV-2 IgG/IgM = non-reaktif,

SGOT/SGPT = 60 /47,

GDS = 75 mm/dL,

AGD: (pH/HCO3/PCO2/BE) = 7,47 /20,8 /28 /-1,

CRP = 99,8,

Na/K/Cl = 141/3,58 /105,5

Kreatinin = 0,93, GFR = 91,4

- Asidosis Respiratorik
- Asidosis Metabolik
- Alkalosis Respiratorik
- Alkalosis metabolik
f. Penatalaksanaan medis
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien COVID-19, termasuk
antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen.
Pada pasien gagal napas dapat dilakukan ventilasi mekanik.
A. Terapi Etiologi/Definitif
Biarpun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji klinis, China telah
membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19 dan pemberian tidak lebih dari 10 hari.
Rincian dosis dan administrasi sebagai berikut:
• IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi;
• LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral;
• RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan dengan IFN-alfa atau
LPV/r;
• Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/ hari per oral;
• Arbidol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/ hari per oral.
2. Remdesvir (RDV)
Remdesivir adalah obat antivirus spektrum luas yang telah digunakan secara luas untuk
virus RNA, termasuk MERS/SARS-CoV, penelitian in vitro menunjukkan obat ini dapat
menginhibisi infeksi virus secara efektif.95 Uji klinis fase 3 acak tersamar terkontrol plasebo
pada pasien COVID-19 telah dimulai di China. Studi ini membandingkan remdesivir dosis awal
200 mg diteruskan dosis 100 mg pada 9 hari dan terapi rutin (grup intervensi) dengan plasebo
dosis sama dan terapi rutin (grup kontrol).

3. Klorokuin (CQ/CLQ) dan Hidroksiklorokuin (HCQ)


Klorokuin, obat antimalaria dan autoimun, diketahui dapat menghambat infeksi virus
dengan meningkatkan pH endosomal dan berinteraksi dengan reseptor SARS-CoV. Efektivitas
obat ini semakin baik karena memiliki aktivitas immunomodulator yang memperkuat efek
antivirus. Selain itu, klorokuin didistribusi secara baik di dalam tubuh, termasuk paru

- Asidosis Respiratorik
- Asidosis Metabolik
- Alkalosis Respiratorik
- Alkalosis metabolik

g. Diagnosis dan intervensi keperawatan

4) Terapi Sistem Pernafasan Dalam Islam

Ayat Al Qur’an berkaitan dengan Ilmu Fisiologi Respirasi, semoga bermanfaat:


“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki
Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia
sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman. ”(QS.Al An’am : 125).

- pengobatan Habatus sauda

Manfaat Pengobatan Habbatus sauda’ Dawud al-Anthaki menunjukkan sejumlah manfaat


pengobatan dari habbatus sauda’ ini. Ia mengatakan “Habbatus sauda’ bisa menyembuhkan perut
kembung, menghilangkan penyakit kembung, nyeri dada, batuk, sesak nafas, mual, edema
(busung air), asites, sakit kuning, dan penyakit pada limpa”. Dawud al-Anthaki menegaskan jika
habbatus sauda’ dicampur minyak maka ia bisa memerahkan dan menjernihkan warna kulit,
menghancurkan batu ginjal, dan memperlancar air seni. Adapun menghirup uap habbatus sauda’
bisa menyembuhkan pening, demam, dan influenza. Habbatus sauda’ dicampur cuka dan madu
bisa menyembuhkan berbagai luka. Meminum minyak habbatus sauda’ dicampur dengan getah
pohon akan mengembalikan nafsu syahwat setelah melemah.( Safarsyah, Alfandi Inkam. 2018)

- Berdzikir

Berżikir memiliki berbagai macam cara dalam pelaksanaannya, yaitu żikir dzahir (suara
keras), żikir sirr (suara hati), żikir ruh (suara roh/sikap żikir), żikir fi‟ly (aktivitas), żikir afirmasi,
dan żikir pernapasan. Żikir model terakhir inilah yang banyak bermanfaat untuk proses
penyembuhan penyakit fisik.

Żikir pernafasan terdiri dari dua kata, yaitu żikir dan pernapasan. Żikir, sebagaimana
diungkapkan sebelumnya berarti mengingat, memperhatikan, mengenang sambil mengambil
pelajaran, mengenal atau mengerti. Sedangkan kata pernapasan, berasal dari asal kata napas,
yaitu aktivitas paru-paru dalam menghirup dan mengeluarkan udara, melalui saluran pernapasan.
Oleh karena itu, żikir pernapasan adalah aktivitas żikir yang dibarengi dengan teknik penarikan
napas Mekanisme dan manfaat teknik pernafasan perut untuk kesehatan ketika otot diafragma
kontraksi ke bagian bawah, rongga perut mengembang. Hal ini menimbulkan tekanan negatif
dalam rongga dada yang menyebabkan udara "dipaksa" masuk dalam jumlah yang maksimal ke
dalam paru-paru dan juga menyebabkan mengalirnya darah kembali (venous return) secara
optimal ke arah jantung. Sehingga menimbulkan efek yang menguntungkan bagi kesehatan yaitu:
Melancarkan sistem peredaran darah yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan sistem
biologis tubuh secara keseluruhan. Meningkatnya daya tahan tubuh (sistem immun) seiring
optimalnya peredaran darah. Membantu mencegah terjadinya infeksi pada paru-paru dan
jaringan dalam tubuh lainnya. Menstimulasi pengeluaran hormon endorfin yang memiliki efek
menenangkan tubuh (relax), sehingga dapat membantu meredakan stress, panik atau gugup.
Tekanan otot diafragma yang berlangsung secara terus menerus dengan frekuensi yang teratur ke
arah organ-organ bagian bawah rongga dada seperti lambung, usus dan hati, memberikan efek
"pijat" yang baik bagi organ-organ tersebut. (Primamrenalto, Diary. 2016)

5) TBC Putus Obat Pada Kasus

Berdasarkan panduan yang berjudul Managing Tuberculosis Patients and Improving


Adherence yang dikeluarkan oleh US.Departmen of Health and Human Services di Atlanta
Georgia, (2014) bahwa tiap pasien adalah unik, karena memeliki berbagai alasan untuk tidak
patuh terhadap pengobatan TB. Berikut ini ada alasan-alasan pasien menjadi tidak patuh minum
obat: (1) Merasa sudah sembuh; Biasanya pasien pada fase awal (initial phase) dalam tindakan
pengobatan (8 mingggu pertama) merasa ada perubahan gejala secara dramatis sehingga pasien
merasa sudah sembuh dan akhirnya sampai tidak mau minum obat lagi, (2) Pengetahuan pasien
kurang. Pada umumnya pengetahuan pasien tentang regimen pengobatan tuberkulosis,
bagaimana cara minum obat, memerlukan waktu yang cukup lama untuk pengobatan
tuberkulosis. Oleh karena pengetahuan yang terbatas akan motivasinya juga ikut menurun; (3)
Budaya kepercayaan (Cultur beliefs), Ada beberapa pasien masih memeliki budaya kepercayaan
tentang penyakit tuberkulosis (munculnya penyakit TB, ketularan penyakit, kepada siapa yang
harus mereka pergi untuk minta pertolongan), (4) Hambatan bahasa. Ada beberapa pasien yang
memeliki bahasa daerahnya sendiri sehingga tenaga kesehatan yang tidak menguasai atau tidak
mengerti bahasa tersebut menjadi suatu hambatan dalam komunikasi, (5) Akses pelayanan
kesehatan, (6) Relationship antara pasien dengan tenaga kesehatan, (7) Stigma, misalnya pasien
takut kehilangan pekerjaan, (8) Gangguan mental, (9) Kompetisi prioritas. (Sinta. 2016)
2 hari stress
10 hari perjalanan mengeluh sesak,
ke Solo dengan Tuan A (56th) batuk kering, nyeri
angkutan umum dada & punggung
dengan skala 5
Berhubungan
/kontak
dengan
penderita COVID-19
covid-19 Cavum nasi, faring,
laring, trakea, karina,
bronchus principalis,
bronchus lobaris,
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Melekat
dengan sel Gangguan sistem bronchus segmentalis,
inang pernafasan bronchiolus terminalis,
bronchiolus
respiratoryus, saccus
Mengikat alveolus, ductus alveolus
betacoronavirus Gangguan
reseptor ACE2 Asma dan alveoli.
keseimba
ngan
Severe Asam
wabah Acute Masuk ke Basa TBC - Merasa
Respiratory sitoplasma
sudah
Illnes sembuh
(SARS) - Pengetaha
Poliprotein Pasien uan paien
dipecah TBC kurang
putus - Budaya
obat kepercaya
Chymotypsin an
Tanda & gejala diaktifkan - Hambatan
Bahasa
- Akses
Menginfeksi pelayanan
Kelelawar
manusia kesehatan
- Relation
antara
tertular pasien-
tenaga
kesehatan
Batuk,
menyanyi,
- Stigma
droplet - Gangguan
nebulizer/
intubasi mental
Ringan berat --------------------------- - Kompetisi
prioritas
--------- Mamalia
---------
& burung

perantara
------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
--------- ---------

Asidosis Asidosis Alkalosis Alkalosis


respiratorik metabolikik respiratorik metabolik
Demam, Sulit
batuk bernafas,
kering, nyeri
kelelahan, dada/rasa Keasaman Tubuh
hilang indra Penumpukan Pernafasan
tertekan darah > d.d kehilangan
penciuman CO2 dalam cepat/hiperv
pada dada, kadar banyak asam
darah entilasi dalam
hilang bikarbonat <
kemampuan
berbicara/
bergerak

Kadar CO2 dalam


Paru- Kelebihan darah menjadi
paru produksi rendah
tidak asam,
--------------------------------------------------------------------------
mengelu kurangnya ---------
arkan cadangan
Diberi nafas CO2 dapar,
buatan dengan secara kurang Perlu
ventilator adekuat ekskresi memperbaiki
asam ventilasi

A.M ringan A.M berat

Asuhan Keperawatan
Mual, TD menurun,
muntah, syok, koma,
kelelahan kematian

- Pengkajian
Jika semakin
Pernafasannya - Analisis data
memburuk
semakin cepat - diagnosis
- Implementasi

Lelah luar biasa,


rasa mengantuk,
semakin mual,
mengalami
kebingungan

pengobatan
Asidosis Asidosis
metabolic metabolic Pengobatan terapi
Ringan Berat dalam islam

Cairan intravena Bikarbonat Pengobatan


& pengobatan Habatus sauda &
terhadap berdzikir
penyebabnya
Daftar Pustaka

Erlina, Burhan. 2020. CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19). Staff.ugm.ac.id


diakses pada 17 Desember 2020 pukul 19.35 WIB
http://luk.staff.ugm.ac.id/artikel/virus/ErlinaBurhan-COVID-19.pdf
Gregory James Fernandez. 2018. Sistem Pernafasan. Unud.ac.id Diakses pada 18 Desember
2020 pukul 11.44 WIB
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1267ef1a6941f10cd436af
892efd71b1.pdf
Putu, Aksa Viswanatha. 2017. Keseimbangan Asam Basa.unud.ac.id. diakses pada 18
Desemer 2020 pukul 12.52 WIB
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5a1f9a2d9b46df3dbcb67e
6d3b70f19b.pdf
Susilo, dkk. 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Ui.ac.id. diakses
pada 19 Desember 2020 pukul 06.04 WIB
https://ocw.ui.ac.id/mod/resource/view.php?id=1838
Meng, H., Xiong, R., He, R., Lin, W., Hao, B., Zhang, L., & Lu, Z. (2020). CT Imaging and
Clinical Course of Asymptomatic Cases with Covid-19 Pneumonia at Admission
in Wuhan, China. Journal of Infection, 81(2020), e33–e39. Retrieved from
https://doi.org/10.1016/j.jinf.202
Primamrenalto, Diary. 2016. Meditasi Zikir Untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Pada
Mantan Pecandu Narkoba di Kecamatan Semarang Barat. Uin.walisongo.ac.id.
diakses pada 19 Desember 2020 pukul 13.36
http://eprints.walisongo.ac.id/7008/
Sinta. 2016. Tuberculosis. Unud.ac.id. diakses pada 19 Desember 2020 pukul 14.53 WIB
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/daff021ced960a5284373315484a32
59.pdf
Gandhi, R. T., Lynch, J. B., & del Rio, C. (2020). Mild or Moderate Covid-19. New England
Journal of Medicine, 1–9.
Guan, W., Ni, Z., Hu, Y., Liang, W., Ou, C., He, J., … Zhu, S. (2020). Clinical Characteristics of
Coronavirus Disease 2019 in China. New England Journal of Medicine, 1–13
Bowles, L., Platton, S., Yartey, N., Dave, M., Lee, K., Hart, D. P., … MacCallum, P. (2020).
Lupus Anticoagulant and Abnormal Coagulation Tests in Patients with Covid-19. The
New England Journal of Medicine, 1–2
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan. Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indicator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan.
Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI

Umar.Ali. 2016. Ilmu Kesehatan Anak : Gangguan Keseimbangan Asam Basa. Diakses pada 20
Desember 2020 pukul 09.36 WIB

http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/PGD09_Gangguan-
Keseimbangan-Asam-Basa-Q.pdf

Anda mungkin juga menyukai