Tuan A, 56 tahun dirawat di ruang isolasi covid hari kedua dengan keluhan sesak memberat
sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Tuan A sebelumnya memiliki riwayat perjalanan ke
Solo menggunakan kendaraan umum 10 hari SMRS. Klien secara resmi dinyatakan positif
COVID-19 berdasarkan hasil swab pertama. Pasien mengeluh batuk kering, sesak, terutama saat
menarik napas, nyeri dada dan punggung seperti dipukuli skala 5 saat sesak, anosmia, bunyi
napas ronchi basah pada kedua lapang paru anterior, frekuensi napas 29x/menit, TD 116/82
mmHg, frekuensi nadi 82x/menit, BB/TB 72 kg/165 cm, riwayat merokok saat berumur 20
tahun dan TBC putus obat. Klien mengernyitkan wajah serta alis saat nyeri dirasakan. Klien
mengatakan nyeri mereda jika melakukan metode tarik napas dalam serta mendapatkan
medikasi. klien merasa masih memerlukan bantuan perawat khususnya untuk mengatasi
kecemasan dan meredakan sesak yang datang tiba-tiba.
Pemeriksaan Penunjang
Lekosit 3500 / ul; hitung netrofil absolute 5000 / ul, hitung limfosit absolute / ALC : 1000 /
ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : 5,13
SGOT/SGPT = 60 /47,
GDS = 75 mm/dL,
CRP = 99,8,
Step 2 :
Step 4 :
Hipotesa
Kondisi perburukan sesak nafas yang di alami pasien dapat terjadi karena infeksi covid 19, dan
karena adanya riwayat merokok dan putus obat TBC. Gangguan yang di alami pasien meliputi
gangguan pertukaran gas yang disebabkan adanya gangguan pada alveoli yang berdampak pada
gangguan keseimbangan asam basa pasien. Dengan demikian seharusnya pasien tidak melakukan
perjalanan yang jauh karena berisiko pada riwayat penyakit yang memang sudah terjadi pada
dirinya
Peta Konsep
Step 5
Learning Objective :
Step 6
Selain epitel dalam sistem pernapasan juga memiliki susunan anatomi berupa lamina
propria yang merupakan lapisan jaringan konektif yang terletak dianatar sel epitel dengan
kartilago. Lapisan ini biasanya terdiri dari otot polos yang tersebar dibawah epitel lapisan
in juga memiliki banyak pembuluh darah.
Anatomi dan fisilogi sistem pernapasan :
a. Rongga Hidung
Terdapat 2 nostril yang menjadi pintu masuk menuju rongga hidung, rongga
hdiung merupakan 2 kanal sempit yang satu sama lainnya dilapisi oleh sputum,
dnding rongga hidung juga dilapisi oleh mukosa yang berfungsi sebagai
penyaring, penghangat dan yang melembabkan udara yang masuk. Vestibulum
merupakan bagian rongga hidung yang berambut dengan fungsi menyaring
partikel-partikel besar yang akan masuk kedalam sistem pernapasan. Dalam
rongga hidung juga terdapat nasolakrimalis yang berfungsi mengalirkan air
melalui hidung dari kelenjar air mata ketika menangis.
b. Sinus paranasal
Berperan dalam menyekresi mucus, membantu sistem kerja nasolakrimalis dan
menjaga agar permukaan rongga hidung tetap bersih dan lembab. Wilayah
pembau bagian posterior rongga hidung, yang terdiri atas permukaan inferior
palatum kribriform, bagian superior septum nasal, dan bagian superior konka
hidung, terdapat reseptor yang dapat merasakan sensasi bau.
c. Faring (tekak)
Adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir samapi
persambungannya dengan esophagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring
terdiri dari 3 bagian yaitu : nasofasing (belakang hidung), orofaring (belakang
mulut), dan laringofaring(belakang laring).
d. Laring
Laring berada anatara faring dan trakea yang dimana pada laring terdapat pita
suara yang menghasilkan suara, selain menghasilkan suara laring juga terdapat
beberapa kartilago. Kartilago yang terbesar adalah tiroid yang terdapat benjolan
subkutaneus atau jakun pada pria. Ada juga kartilago krikoid yang berbentuk
cincin utuh terletak dibawah kartilago tiroid. Selanjutnya ada kartilago kuneiform
dan kornikulata yang sangat kecil. Diatas kartilago tiroid terdapat epiglottis yang
merupakan katup yang berfungsi menutup laring saat menelan makanan.
e. Trachea
Adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11 cm. trachea
terletak setelah laring dan sejajar dengan vertebra torakalis ke-5. Ujung trachea
bagian bawah terdapat cabang dua bronkus kanan dan kiri (carina). Trachea
tersusun dari 16-20 kartilago hialin berbentuk hruf C yang melekat pada dinding
trachea yang berfungsi melindungi jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi
mencegah terjadinya kolaps / ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara
yang terjadi pada sistem pernapasan. Bagian kartilago saling berhadapan secara
posterior kearah esophagus yang disatukan oleh ligmen elastis dan otot polos.
f. Bronkus pulmonaris
Memiliki cabang dan ranting sangat banyak, pada cabang utama menyerupai
trachea . dinding bronkus dan percabangannya dilapisi epitelium batang, bersilia,
dan berlapis semu. Saluran ini akan semakin mengecil karena penyesuaian dengan
fungsinta. Bronkhiolus terminalis disebut adalah saluran pengantar udara
ketempat pertukaran gas diparu, selain itu Bronkhiolus terminalis terdapat asinus
yang menjadi tempat terjadinya pertukaran gas. Asinus atas terdiri atas
bronkholus respiratorius dan ductus alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli
dan sakus terminalis yang merupakan struktur akhir paru.
g. Ductus alveolaris dan alveoli
Beberapa ductus alveolaris bergabung hingga menjadi sakus alveolaris yang
memberikan bentuk paru sperti spons. Jaringan kapiler darah mengelilingi alveoli
diatahan oleh serat elastis. Jaringan yang elastis ini menjaga posisi anatar alveoli
dnegan bronkhiolus respiratoris. Adanya daya recoil dan serat ini selama ekspirasi
akan mengurangi ukuran alveoli dan membantu mendorong udara agar keluar dari
paru.(Muttaqin,2009)
III. DIAGNOSIS
Manajemen Isolasi
Observasi
a. Identifikasi klien yang
membutuhkan isolasi
Teraupetik
a. Tempatkan satu pasien satu
kamar
b. Sediakan seluruh kebutuhan
harian dan pemeriksaan
sederhana di kamar klien
c. Dekontaminasi alat-alat
kesehatan sesegera mungkin
setelah digunakan
d. Lakukan kebersihan tangan
pada 5 momen
e. Pasang alat proteksi diri
sesuai SPO
f. Lepaskan alat proteksi diri
segera setelah kontak dengan
klien
g. Minimalkan kontak dengan
klien → sesuai kebutuhan
h. Batasi/ tidak boleh ada
pengunjung
i. Pastikan kamar klien selalu
dalam kondisi bertekanan
negatif
Reduksi ansietas
Observasi
Ansietas b.d a. Monitor tanda-tanda ansietas
3. ancaman kematian, Setelah dilakukan (verbal dan non verbal)
krisis situasional intervensi Teraupetik
d.d merasa keperawatan selama a. Pahami situasi yang
bingung, khawatir, 1x24 jam maka membuat ansietas
tampak gelisah, dilakukan : b. Dengarkan dengan penuh
tampak tegang a. perbalisasi perhatian
kebingungan c. Tempatkan barang pribadi
(menurun) yang memberikan kenyamanan
b. perbalisasi akibat d. Diskusikan perencanaan
kondisi yang realistis tentang peristiwa yang
dihadapi (menurun) akan datang
c. perilaku gelisah Edukasi
(menurun) a. Informasikan secara factual
d. perilaku tegang mengenai diagnosis,
(menurun) pengobatan, dan prognosis
b. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
c. Latih Teknik relaksasi
IV. IMPLEMENTASI
b. Memanajemen jalan
napas
• Observasi
1. Memonitor pola napas
2. Memonitor bunyi
napas tambahan
• Teraupetik
1. Memposisikan semi-
Fowler atau Fowler
2. Memberikan minuman
hangat
3. Melakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
4. Memberikan oksigen
jika perlu
• Edukasi
a. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
b. Menganjurkan teknik
batuk efektif
• Kolaborasi
a. Berkolaborasi dalam
pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Manajemen Isolasi
Observasi
a. Identifikasi klien yang
membutuhkan isolasi
Teraupetik
a. Tempatkan satu pasien
satu kamar
b. Sediakan seluruh
kebutuhan harian dan
pemeriksaan sederhana
di kamar klien
c. Dekontaminasi alat-
alat kesehatan sesegera
mungkin setelah
digunakan
d. Lakukan kebersihan
tangan pada 5 momen
e. Pasang alat proteksi
diri sesuai SPO
f. Lepaskan alat proteksi
diri segera setelah kontak
dengan klien
g. Minimalkan kontak
dengan klien → sesuai
kebutuhan
h. Batasi/ tidak boleh ada
pengunjung
i. Pastikan kamar klien
selalu dalam kondisi
bertekanan negatif
Reduksi ansietas
Observasi
a. Monitor tanda-tanda S: Pasien mengatakan
ansietas (verbal dan non lebih rileks
verbal) O: Perasaan lebih
Teraupetik membaik
a. Pahami situasi yang A: Teratasi sebagian
membuat ansietas P: Intervensi dilanjutkan
b. Dengarkan dengan
penuh perhatian
c. Tempatkan barang
pribadi yang memberikan
kenyamanan
d. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
a. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
b. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
c. Latih Teknik relaksasi
a. Definisi
Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140 nm Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum
terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1,
Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory
Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Meng dkk., 2020; Zhu dkk., 2020).
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi
setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan
keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa
lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat rendah.
b. Etiologi
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus.
Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama
dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of
Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2. Struktur genom virus ini memiliki pola seperti
coronavirus pada umumnya. Sekuens SARSCoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang
diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar
yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia. Mamalia dan burung diduga sebagai
reservoir perantara. (Susilo, Adityo dkk. 2020)
- Asidosis Respiratorik
Pneumothoraks, Pleura efusi, Atelektasis, Sumbatan jalan napas, Gagal napas, Paralisis otot pernapasan,
obat penenang
- Asidosis Metabolik
DM tak kontrol, Kelaparan, Diare, Intoksikasi alkohol , Menelan substansi toksik Alkalosis
Respiratorik
- Alkalosis Metabolik
1.) Kehilangan melalui saluran cerna (berkurangnya volume ECF)
a. Muntah atau penyedotan nasogastrik
b. Diare dengan kehilangan klorida
2) Pada gangguan jantung : terapi diuretik
Mekanisme Kompensasi : Paru menahan Co2, ginjal keluarkan bikarbonat, menahan H+ dan anion lain
sehingga urin menjadi basa
- Alkalosis Respiratorik
c. Tanda gejala
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa
gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok
sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan
sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik
belum diketahui.21 Viremia dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang
asimptomatik telah dilaporkan.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa
komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia,
malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan
suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah.
Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu
dari gejala:
(1) frekuensi pernapasan >30x/menit
(2) distres pernapasan berat, atau
(3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala
yang atipikal
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-gejala pada
sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas. Gejala lain yang dapat
ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala,
mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan
kongesti konjungtiva.21 Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak
antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari
(median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan
pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah,
diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan
jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari
setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru
memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi
hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai
sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya. (Susilo, Adityo dkk. 2020)
- Asidosis Respiratorik
Ditandai dengan peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan PH; PaCO2 >
45 mmHg dan PH . 7,35
- Asidosis Metabolik
Sakit kepala, letargi, bingung Takipnea, kram abdomen AGD-------PH<22mmHg
- Alkalosis Respiratorik
Sakit kepala, Pusing, Takikardi, Takipnea, gatal pada ektremitas
- Alkalosis Metabolik
Sakit kepala,letargi,takikardi, gatal-gatal, kram otot abdomen AGD------PH>7.45, PCO2 normal atau
>45mmHG, PaO2 dan saturasi O2 Normal, Bikarbonat >26mEq/l
d. Patofisiologi
Covid-19 disebabkan oleh SARS-CoV2 atau 2019-nCoV, merupakan genus β corona
virus(Liu et al., 2020)(Gandhi, Lynch, & del Rio, 2020). Virus ini ditularkan penderita melalui
droplet atau partikel aerosol yang masuk ke saluran napas melalui aktivitas batuk, menyanyi(Wei
et al., 2020), prosedur nebulizer atau intubasi(Patients, Taylor, Lindsay, & Halcox, 2020).
Ventilasi yang buruk mempercepat penularannya. Virus mampu bertahan pada stainless steel 5,6
jam dan plastik 6,8 jam(Patients et al., 2020). Virus yang melekat pada sel inang secara refleks
mengikat reseptor seluler ACE2 (angiotensin-converting enzym 2)(Mcmurray, Pfeffer, Ph, &
Solomon, 2020) (Sahin, 2020) Ikatan yang terbentuk sepuluh kali lebih kuat dibandingkan
SARS-CoV(Sun, Lu, Xu, Sun, & Pan, 2020), kemudian masuk ke sitoplasma, setelah terjadi
pengkodean, poliprotein dipecah oleh protease dan chymotrypsin diaktifkan. Kompleks yang
dihasilkan mendorong produksi RNA melalui replikasi dan transkripsi, ditumbuhkan ke lumen
retikulum endoplasma. Virion kemudian dilepaskan dari sel yang terinfeksi melalui eksositosis.
Virus yang dilepaskan dapat menginfeksi sel-sel ginjal, sel-sel hati, jantung, intestin, dan limfosit
T, serta saluran respirasi terbawah. Menimbulkan gejala dan tanda utama Covid-19(Sahin, 2020).
Masa inkubasi 1- 14 hari, umumnya terjadi 3-7 hari(Guan et al., 2020)(Tim Kerja Kementerian
Dalam Negeri, 2020).
Biomarker darah menunjukan limpopenia (respon pertahanan host dari invasi virus),
leukositosis (infeksi bakteri), neutropilia (infeksi bakteri dan badai sitokin), trombositopenia
(peningkatan penggunaan trombosit) (Frater, Zini, D’Onofrio, & Rogers, 2020)(Yang et al.,
2020)(Go et al., 2020). Biomarker infeksi ditandai terjadinya peningkatan CRP, procalsitonin,
aminotransperases, LDH, creatinin, troponin jantung, D-Dimer atau Fibrin Degradation Product.
Penurunan albumin, waktu protrombin memanjang, APTT (activated Partial Thromboplastin)
memanjang (Frater et al., 2020)(Yang et al., 2020)(Bowles et al., 2020).
- Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang memengaruhi
fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis
respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2
- Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat ginjal
hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine.
- Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi ketika
seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan
oleh perasaan panik dan cemas
- Alkalosis metabolic
Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa
e. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang sehari sebelum swab:
Lekosit 3500 / ul; hitung netrofil absolute 5000 / ul, hitung limfosit absolute / ALC : 1000 /
ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : 5,13
SGOT/SGPT = 60 /47,
GDS = 75 mm/dL,
CRP = 99,8,
- Asidosis Respiratorik
- Asidosis Metabolik
- Alkalosis Respiratorik
- Alkalosis metabolik
f. Penatalaksanaan medis
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien COVID-19, termasuk
antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen.
Pada pasien gagal napas dapat dilakukan ventilasi mekanik.
A. Terapi Etiologi/Definitif
Biarpun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji klinis, China telah
membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19 dan pemberian tidak lebih dari 10 hari.
Rincian dosis dan administrasi sebagai berikut:
• IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi;
• LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral;
• RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan dengan IFN-alfa atau
LPV/r;
• Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/ hari per oral;
• Arbidol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/ hari per oral.
2. Remdesvir (RDV)
Remdesivir adalah obat antivirus spektrum luas yang telah digunakan secara luas untuk
virus RNA, termasuk MERS/SARS-CoV, penelitian in vitro menunjukkan obat ini dapat
menginhibisi infeksi virus secara efektif.95 Uji klinis fase 3 acak tersamar terkontrol plasebo
pada pasien COVID-19 telah dimulai di China. Studi ini membandingkan remdesivir dosis awal
200 mg diteruskan dosis 100 mg pada 9 hari dan terapi rutin (grup intervensi) dengan plasebo
dosis sama dan terapi rutin (grup kontrol).
- Asidosis Respiratorik
- Asidosis Metabolik
- Alkalosis Respiratorik
- Alkalosis metabolik
- Berdzikir
Berżikir memiliki berbagai macam cara dalam pelaksanaannya, yaitu żikir dzahir (suara
keras), żikir sirr (suara hati), żikir ruh (suara roh/sikap żikir), żikir fi‟ly (aktivitas), żikir afirmasi,
dan żikir pernapasan. Żikir model terakhir inilah yang banyak bermanfaat untuk proses
penyembuhan penyakit fisik.
Żikir pernafasan terdiri dari dua kata, yaitu żikir dan pernapasan. Żikir, sebagaimana
diungkapkan sebelumnya berarti mengingat, memperhatikan, mengenang sambil mengambil
pelajaran, mengenal atau mengerti. Sedangkan kata pernapasan, berasal dari asal kata napas,
yaitu aktivitas paru-paru dalam menghirup dan mengeluarkan udara, melalui saluran pernapasan.
Oleh karena itu, żikir pernapasan adalah aktivitas żikir yang dibarengi dengan teknik penarikan
napas Mekanisme dan manfaat teknik pernafasan perut untuk kesehatan ketika otot diafragma
kontraksi ke bagian bawah, rongga perut mengembang. Hal ini menimbulkan tekanan negatif
dalam rongga dada yang menyebabkan udara "dipaksa" masuk dalam jumlah yang maksimal ke
dalam paru-paru dan juga menyebabkan mengalirnya darah kembali (venous return) secara
optimal ke arah jantung. Sehingga menimbulkan efek yang menguntungkan bagi kesehatan yaitu:
Melancarkan sistem peredaran darah yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan sistem
biologis tubuh secara keseluruhan. Meningkatnya daya tahan tubuh (sistem immun) seiring
optimalnya peredaran darah. Membantu mencegah terjadinya infeksi pada paru-paru dan
jaringan dalam tubuh lainnya. Menstimulasi pengeluaran hormon endorfin yang memiliki efek
menenangkan tubuh (relax), sehingga dapat membantu meredakan stress, panik atau gugup.
Tekanan otot diafragma yang berlangsung secara terus menerus dengan frekuensi yang teratur ke
arah organ-organ bagian bawah rongga dada seperti lambung, usus dan hati, memberikan efek
"pijat" yang baik bagi organ-organ tersebut. (Primamrenalto, Diary. 2016)
perantara
------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
--------- ---------
Asuhan Keperawatan
Mual, TD menurun,
muntah, syok, koma,
kelelahan kematian
- Pengkajian
Jika semakin
Pernafasannya - Analisis data
memburuk
semakin cepat - diagnosis
- Implementasi
pengobatan
Asidosis Asidosis
metabolic metabolic Pengobatan terapi
Ringan Berat dalam islam
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indicator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan.
Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
Umar.Ali. 2016. Ilmu Kesehatan Anak : Gangguan Keseimbangan Asam Basa. Diakses pada 20
Desember 2020 pukul 09.36 WIB
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/PGD09_Gangguan-
Keseimbangan-Asam-Basa-Q.pdf