Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PERTANIAN 2015 - 2019

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Teknologi Produksi Tanaman Pangan

DOSEN :Dr. Ir. Sumardi, M.P

OLEH :

NAMA : Salsabilla Dewi Satriani

NPM : E1J019089

Kelas: AGT-224B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebijakan
Pembangunan 2015 -2019”, untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Pangan.

Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kebijakan pembangunan
mulai dari tahun 2015 - 2019 bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Dengan makalah
ini, harapan saya bisa untuk pengetahuan dan pengalaman untuk menjadi yang lebih baik.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bengkulu, 21 Februari 2021

Salsabilla Dewi Satriani

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................ i

Daftar isi ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Rencana kerja dan arah kebijakan 2015 - 2019.......................................................….. 4


B. Rencana kerja kementrian pertanian 2015..................................................................... 6
C. APBN - P 2015. ..................................................................…………………………. 7

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran
strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
capital, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerapan tenaga
kerja, sumber devisa negara, sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek
usahatani yang ramah lingkungan.

Berbagai peran strategis pertanian dimaksud sejalan dengan tujuan pembangunan


perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, serta memelihara
keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Dihadapkan pada berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta
persoalan mendasar sektor pertanian maka pembangunan pertanian ke depan menghadapi banyak
tantangan. Tantangan pembangunan pertanian di Kabupaten Purbalingga diantaranya adalah
memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air serta perbenihan dan perbibitan,
meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, memperkokoh kelembagaan usaha
ekonomi produktif di perdesaan, menciptakan sistem penyuluhan pertanian yang efektif,
membudayakan penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesuburan tanah, mengupayakan adaptasi terhadap perubahan iklim dan pelestarian
lingkungan hidup.

B. Rumusan Masalah

 Bagaimanakah sistem kebijakan pembangunan ?


 Bagaimana rencana kerja pada tahun 2015 ?

C. Tujuan

 Untuk memahami tetang kebijakan pembangunan tahun 2015 - 2019


 Untuk memahami rencana kerja kementerian 2015
 Untuk memahami rencana kerja dan arah kebijakan tahun 2015 - 2019

BAB II
4
PEMBAHASAN

A. Rencana kerja dan arah kebijakan tahun 2015-2019

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui
Perpres No. 2 Tahun 2015 yang telah ditandatangani tanggal 8 Januari 2015. RPJMN 2015-2019
ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah
dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan
dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Peningkatan Kedaulatan Pangan

Kedaulatan pangan dicerminkan pada kekuatan untuk mengatur masalah panga secara mandiri,
yang perlu didukung dengan :

a.Ketahanan pangan, terutama kemampuan mencukupi pangan dari produksi

dalam negeri

b.Pengaturan kebijakan pangan yang dirumuskan dan ditentukan oleh bangsa

sendiri; dan

c.Mampu melindungi dan menyejahterakan pelaku utama pangan, terutama petani

dan nelayan.

Sasaran Kedaulatan Pangan

1. Peningkatan ketersediaan pangan bersumber produksi dalam negeri:

▪ Padi: peningkatan surplus beras

▪ Kedelai: mencapai swasembada terutama memenuhi kebutuhan pengrajin dan

kebutuhan konsumsi tahu tempe

▪ Jagung: keragaman pangan dan pakan lokal

▪ Daging sapi: untuk mengamankan konsumsi daging sapi di tingkat rumah tangga
5
▪ Gula: untuk memenuhi konsumsi gula rumah tangga dan industri rumah tangga

2. Peningkatan distribusi dan dan aksesibilitas pangan:

▪ Pengawasan distribusi pangan dan peningkatan Cadangan Beras Pemerintah untuk

stabilitas harga

▪ Pengembangan sistem logistik pangan, sistem logistik nasional (SLIN)

3. Peningkatan kualitas konsumsi pangan seimbang yang dicerminkan pada peningkatan Pola
Pangan Harapan (PPH) 92,5 (2019)

4. Tersedianya Sarana dan Prasarana Irigasi:

▪ Terbangunnnya dan meningkatkanya layanan jaringan irigasi 1 juta Ha

▪ Terehabilitasinya jaringan irigasi 3 juta Ha

▪ Terbangunnya dan meningkatknya jaringan irigasi tambak 115 ribu Ha

▪ Terbangunnya 50 waduk baru

Tujuan pembangunan pertanian Kementerian Pertanian 2015-2019

- Meningkatkan ketersediaan dan diservikasi pangan

- Meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian

- Meningkatkan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bionergi

- Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

6
B. RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Perencanaan adalah suatu sistem yang sangat vital dalam mewujudkan program/kegiatan
pembangunan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah mengamanatkan
Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1
(satu) tahun.

RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), yakni sebagai
pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum .

Program pembangunan pertanian 2015

1. Program dukungan manajemen dan pelaksaan tugas teknis lainnya

2. Program pengawasan dan Peningkatan akuntabilitas apatur kementerian pertanin

3. Program peningkatan produksi, prodktvitas dan mutu hasil produksi tanaman pangan

4. Program peningkatan produksi, prodktvitas dan mutu hasil hortikultura ramah


lingkungan

5. Program peningkatan produksi dan produktivitas hasil perkebunan berkelanjutan

Refocosing kegiatan dan anggara

 Rapat Kerja Menteri Pertanian dengan Komisi IV DPR tanggal 26 September 2014 menyetujui
pagu RAPBN Kementerian Pertanian tahun 2015 berdasarkan penyesuaian di Badan Anggaran
DPR RI sebesar Rp 15.879.311.657.000.
 Untuk mendukung upaya khusus percepatan pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai,
Kementerian Pertanian melakukan refocusing kegiatan dan anggaran.

7
C. APBN-P 2015

APBN merupakan instrumen ideologis dan jangkar perekonomian untuk mewujudkan


kesejahteraan rakyat. Kebijakan anggaran negara adalah usaha untuk menyelenggarakan suatu
pemerintahan yang dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Akan tetapi,
tantangan dalam menyusun APBN yang konstitusional amatlah berat. Yang paling pokok adalah
orientasi kebijakan ekonomi nasional secara umum yang terlanjur berseberangan dengan maksud
konstitusi. Akibatnya, kebijakan fiskal dibuat mengikuti format struktur ekonomi yang terlanjur
liberal semacam itu. Ruang manuver dalam menjalankan agenda ekonomi kerakyatan sangat
terbatas, hal tersebut dikarenakan kebijakan anggaran negara yang tersandera oleh agenda-agenda
kapitalisme-liberalisme.

Akan tetapi perkembangan RAPBNP 2015 tidaklah menggembirakan. Pemerintah nampaknya


sedang getol melakukan propaganda penghematan anggaran. Untuk kepentingan penghematan pula,
dalam Nota Keuangan RAPBN Perubahan 2015, pemerintah memangkas habis subsidi BBM jenis
Premium. Selain itu pemerintah juga memangkas subsidi BBM jenis solar menjadi subsidi tetap
sebesar Rp1.000 per liter. Alasan pemerintah subsidi BBM telah menjadi beban APBN dan
sekaligus membatasi keuangan negara untuk membiayai kegiatan lain yang lebih produktif.
Sebaliknya postur APBNP justru melenceng jauh dari janji perubahan yang pro rakyat.
Catatan Kritis
Berikut adalah catatan-catatan kritis yang kami ditemukan dalam usulan pemerintah terhadap
pembangunan nasional yang dituangkan dalam APBNP 2015, antara lain:
1. Pajak masih berorientasi pada Negara tujuan pasar dan belum menyentuh pajak orang
kaya.
Pendapatan dari sektor pajak direncanakan akan naik sebesar Rp. 104,598 triliun, dengan
komposisi sekitar 36,4 triliun kenaikan dari pajak penghasilan, 51,5 triliun dari pajak pertambahan
nilai, dan 14,9 triliun dari cukai. Selain itu Penurunan target dari pajak perdagangan mengalami
penurunan 4,3 triliun dan pajak bea masuk juga menurun sekitar 2,1 triliun, dalam hal ini semakin
menegaskan Indonesia akan tetap menjadi tujuan pasar dalam perdagangan.
2. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan pendapatan negara dari bagian laba BUMN
tidak memiliki dasar yang kuat.
Dengan nilai aset BUMN per 31 Desember 2013 yang mencapai Rp.4.216 triliun dan Penyertaan
Modal Negara (PMN) kepada BUMN sebesar Rp793 triliun, sebenarnya BUMN memiliki potensi
pendapatan negara yang signifikan. Namun kenyataannya, kontribusi pendapatan bagian laba
BUMN rata-rata hanya mencapai 21,3% tiap tahunnya selama 2010-2013. Kecilnya setoran laba
BUMN tersebut karena sebagian besar laba yang diperoleh cenderung ditahan di masing-masing
BUMN. Bahkan per Desember 2013, laba ditahan telah mencapai Rp509,8 triliun.
3. Kebijakan pengurangan subsidi (terutama subsidi energi) merupakan kejahatan terhadap
rakyat miskin dan pro neoliberal.

8
Dalam RAPBNP 2015, perubahan kebijakan belanja terbesar adalah pemotongan anggaran untuk
subsidi energi sebesar Rp186,3 triliun (dari alokasi sebesar Rp 344,7 triliun di APBN 2015 menjadi
Rp 158,4 triliun). Selain itu, rencana pemerintahan Jokowi-JK untuk mengurangi secara bertahap
alokasi subsidi energi di dalam APBN, dan menyerahkan harga BBM menurut mekanisme pasar
bertentangan dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi. Pemotongan besar-besaran subsidi energi
(terutama BBM, BBN, dan LPG 3 Kg) yang dilakukan oleh pemerintah akan mengurangi daya
saing industri nasional melebarnya kesenjangan di tengah rakyat.
4. Selama ini kebijakan pengurangan subsidi BBM diikuti dengan peningkatan alokasi pada
belanja pegawai dan belanja barang.
Dalam periode 2001-2014, pengurangan subsidi BBM yang ditandai oleh kenaikan harga BBM
sebesar 465 persen (rata-rata 33 persen per tahun), selain bermuara pada penurunan subsidi BBM
terhadap belanja pemerintah pusat dari 26,2 persen menjadi 19,3 persen, ternyata diikuti oleh
peningkatan belanja pegawai dan belanja barang pemerintah pusat dari 18,7 persen menjadi 37,6
persen. Dalam periode yang sama, subsidi BBM turun dari 4,1 persen menjadi 2,4 persen PDB atau
turun 1,7 persen PDB. Sebaliknya, belanja pegawai dan belanja barang pemerintah pusat
meningkat dari 2,9 persen menjadi 4,8 persen PDB atau meningkat 1,9 persen PDB. Relatif
terhadap belanja pemerintah pusat, belanja modal 2001-2014 justru turun dari 16 persen menjadi
12,6 persen. Dalam rencana APBN Perubahan 2015, ada kenaikan belanja K/L sebesar Rp 132,2
triliun, yang sebelumnya hanya Rp 647,3 triliun dalam APBN 2015 naik menjadi Rp 779,5 triliun.
5. Pembayaran bunga utang semakin besar dan membatasi kemampuan negara untuk
menjalankan kewajiban konstitusi untuk melindungi, mencerdaskan dan menyejahterakan
rakyat.
Alokasi pembayaran bunga utang dalam RAPBNP 2015 sebesar Rp155,3 triliun tidak dianggap
sebagai komponen dan membebani anggaran negara. Selain pembayaran bunga utang luar negeri,
APBN juga terus menanggung pembayaran bunga obligasi rekapitalisasi dari Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI). Beban pembayaran utang tersebut akan terus menggerogoti Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga tahun 2030.
6. Peningkatan dana DAK dan diturunkannya dana bagi hasil merupakan bentuk kebijakan
yang cenderung sentralistik.
Tambahan alokasi untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 20 triliun yang diikuti dengan
penurunan Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp 15,1 triliun (dari Rp 127,7 triliun di APBN 2015
menjadi Rp 112,6 trilun). Dalam hal ini semakin mempersempit ruang fiskal bagi Kab/Kota,
dimana pembangunan nasional akan dijalankan oleh pemerintah pusat melalui
Kementerian/Lembaga yang ditunjuk. Program pusat yang akan dijalankan oleh Kab/kota antara
lain Infrastruktur irigasi, pertanian, transportasi (subbidang jalan), sarana perdagangan, Kesehatan
(sub bidang kesehatan rujukan).

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perencanaan adalah suatu sistem yang sangat vital dalam mewujudkan program/kegiatan
pembangunan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah mengamanatkan
Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1
(satu) tahun.

Saran

Saya banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kusrini, N., Bakri, S., Martin, Y., & Riniarti, M. 2018. Pemanfaatan Bentonit,
Kapur dan Limbah Puing Bangunan untuk Meningkatkan Kapasitas Tanah
Tropika dalam Menurunkan Resistansi Grounding. Diaspora: Eksakta
Universitas Lampung, 1(1).

Soepardi GS, Surowinoto & Djajakirana G. 1987. Inland peat as agriculture land.
In Symposium Tropical Peat and Peatlands for Development. Abstract Int.
Peat Soc. Yogyakarta

Awg-Adeni DS, Abd-Aziz S, Bujang K, dan Hassan M.A. 2010. Bioconversion of sagoresidue into
value added products. African Journal of Biotechnology 9:2016- 2021.

11

Anda mungkin juga menyukai