Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTEROID

A. Konsep Medis

1. Definisi

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan

produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009).

Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon

tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan

istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika

jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid

(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak

pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun

(Black,2009).

Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh

peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain

karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik

atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan

yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut

kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan

di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini

berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang

ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.

Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan


terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan

(Price & Wilson: 337)

2. Etiologi

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid,

hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar

tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif

HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi

hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi.

TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.

Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT

yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.

Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya

adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi

banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.

a. Adenoma hipofisis

Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang

terjadi

b. Penyakit graves

Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang

disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody

yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang

melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang

tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini


dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau

(goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).

c. Tiroditis

Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya

disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes,

staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi

peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,

kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.

d. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan

peningkatan sistesis hormon tiroid.

e. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk

menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat

menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.

3. Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter

toksika, dan tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme,

kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya,

disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke

dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali

dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel

meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan

kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal


Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada

sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini

adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid

Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor

membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan –

bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil

akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme

kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan

ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar

tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya

berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang

disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH

oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan

hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan

tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien

yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat

hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju

metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses

metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme

mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf

yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini

menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15


kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang

abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah

satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus

yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai

daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya

bola mata terdesak keluar.

4. Manifestasi Klinis

a. Peningkatan frekuensi denyut jantung.

b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan

terhadap Katekolamin.

c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan

panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.

d. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan

baik)

e. Peningkatan frekuensi buang air besar

f. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid

g. Gangguan reproduksi

h. Tidak taahan panas

i. Cepat lelah

j. Pembesaran kelenjar tiroid

k. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat

penimbunan xat dalam orbit mata.


5. Komplikasi

Menurut Tarwoto,dkk (2012)

a. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol

benjol keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan

pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi

pasien dengan penyakit graves.

b. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.

c. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien

mengalami demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi,

dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan

emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi

yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang

tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid,

pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.

Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat

produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan

menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan

yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut

diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid,

dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan

untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.


6. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:

a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH,

dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi

masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.

b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)

c. Bebas T4 (tiroksin)

d. Bebas T3 (triiodotironin)

e. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk

memastikan pembesaran kelenjar tiroid

f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum

g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan

hiperglikemia.

h. CT Scan tiroid

Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine

radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur

pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan

mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam,

pada pasien Hipertiroid akan meningkat.

i. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid

apakah massa atau nodule.

j. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia,

atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T.


7. Penatalaksanaan

Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa

tingkat hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah

komplikasi jangka panjang, dan mengurangi gejala tidak nyaman.

Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.

a. Obat-obatan antitiroid

b. Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan,

tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum

di berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam

bentuk tablet 50 dan 100 mg.

c. Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi

hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping

agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce,

ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.

d. Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk

mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves yang

pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau

methimazole 40-45mg/hari.

e. Radioiod Terapi

Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan

melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak

akan menghentikan produksi hormon tiroid.


f. Bedah Tiroid

Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy).

Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek

samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan

suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.

8. Pencegahan

Berikut pencegahan terjadinya hipertiroid :

a. Berhenti merokok

Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat kimia berbahaya yang

bisa menghambat kinerja organ dan jaringan, termasuk kelenjar

tiroid. Zat kimia rokok dapat menganggu penyerapan yodium

yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya orbitopathy

graves atau dikenal dengan kelainan mata menonjol akibat

hipertiroid.

b. Berhenti mengkonsumsi alkohol

c. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid

Untuk menjaga kesehatan kelenjar tiroid, kacang kedelai menjadi

salah satu makanan yang direkomendasi yang berupa tempe,

tahu, atau susu kedelai.

d. Cek kesehatan tiroid

Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah melakukan

pemeriksaan kelenjar tiroid secara berkala, tes ini dilakukan dengan

mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan sekitar leher.


Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-gejala tiroid, seperti

mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus menstruasi

dan nafsu makan berubah, segera periksakan diri ke dokter.


B. Konsep Dasar asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan

metabolisme yang meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan

keluarga mengenai keadaan klien yang mudah tersinggung (irritabel)

dan peningkatan reaksi emosionalnya.

b. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan

keluarga, sahabat dan teman sekerjanya.

c. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus

stres dan kemampuan klie unruk mengatasinya.

d. Kaji status nutrisi

e. Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan haluaran sistem

saraf yang berlebihan dan perubahan pada penglihatan dan

penampakkan mata.

f. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,,

tekanan darah, bunyi jantung, dan denyut nadi perifer.

g. Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid

biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan

terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga

didapatka gangguan tidur.


2. Pemeriksaan fisik

a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid

Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran.

Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat

terjadi empat kali dari ukuran normal.

b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)

Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan

penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami

kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.

c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema

pada otot ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata.

Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan

pandangan seperti penglihata ganda.

d. Pemeriksaan jantung

Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan

jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya

pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah,

takikardia, distritmia, bunyi jantung.

e. Muskuloskeletal

Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex

tendon dan tremor, iritabilitas.


3. Diagnosa keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan faktor biologis;status hipermetabolik


b. Keletihan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan

kebutuhan energy

c. Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dnegan

perubahan mekanisme
4. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Ansietas berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan


faktor biologis;status 1. Meremas-remas tangan 1. Gunakan pendekatan yang
hipermetabolik 2. Perasaan gelisah tenang dan meyakinkan
3. Wajah tegang 2. Nyatakan dengan jelas
herapan terhadap perilaku
klien
3. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat
4. Berikan objek yang
menunjukkan perasaan aman.
5. Bantu klien mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
2. Kelelahaan berhubungan Tingkat Kelelahan Manajemen Energi
dengan hipermetabolik 1. Kelelahan 1. Kaji satatus fisiologis pasien
dengan peningkatan 2. Gangguan Konsentrasi yang menyebabkan kelelahan
kebutuhan energy. 3. Penurunan Motivasi sesuai dengan konteks usia
dan perkembangan.
2. Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami.
3. Anjurkan tidur siang bila
diperlukan.
4. Berikan kegiatan pengalihan
yang menenangkan untuk
meningkatkan relaksasi.
5. Tentukan jenis dan
banyaknya aktivitas yang
dibuthkan untuk menjaa
ketahanan.

3. Risiko tinggi kerusakan Integritas jaringan : kulit & Pengecekan kulit


integritas jaringan mukosa 1. Periksa kulit dan selaput
berhubungan dnegan 1. Suhu kulit lender terkait dengan adanya
perubahan mekanisme 2. Perfusi jaringan kemerahan, kehangatan
3. Wajah pucat ekstrim, edema, atau
drainase.
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Dokumentasikan perubahan
membrane mukosa
4. Periksa pakaian yang terlalu
ketat
5. Ajarkan anggota
keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit, dengan
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan

Keperawatan. Jakarta:EGC.

https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/2017_Hormon_HIPERTIROID%20

patofisiolo gi.pdf

https://www.academia.edu/31971832/MAKALAH_HIPERTIROIDISME

https://www.academia.edu/10967350/hipertiroid

https://id.scribd.com/doc/241403663/makalah-hipertiroid

Black dan jane.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Jakart:Salemba Medika

Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan

Keperawatan. Jakarta:EGC.

Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:

Panitia S.A.K Komisi Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai