Anda di halaman 1dari 22

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH EKONOMI ENERGI

Ditujukan Kepada Dosen Mata Kuliah Ekonomi Energi Sebagai Hasil Ujian
Akhir Semester Yang Telah Dilaksanakan

Oleh :

Irpan Nurdin 187002002

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SILIWANGI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
Ujian Akhir Semester dan menyelesaikannya dengan baik. Tulisan ilmiah yang
saya susun ini bertujuan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah
Ekonomi Energi.

Dengan terselasainya tulisan ilmiah ini, maka tidak lupa saya


mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan tulisan ilmiah ini.

Demikian tulisan ilmiah yang saya buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan tulisan ilmiah ini. Semgoga tulisan ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi saya selaku penulis.

Tasikmalaya, 24 Juli 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
ANALISA EKONOMI ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
(PLTS)
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 7
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ............................................... 7
2.2 Potensi Energi Surya di Indonesia ........................................................... 7
2.3 Komponen-komponen PLTS ................................................................... 9
Modul Surya ............................................................................................ 9
Solar Charge Controller/Battery Charge Controller ............................. 10
Inverter .................................................................................................. 11
Baterai ................................................................................................... 12
2.4 Sistem PLTS .......................................................................................... 13
Sistem Stand-alone................................................................................ 13
Sistem Grid-connected 14
System Hybrid ...................................................................................... 14
2.5 Analisa Perhitungan Ekonomi Energi PLTS ......................................... 15
Biaya siklus hidup (LCC) .................................................................... 15
Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor) ............................ 16
Biaya energi (Cost of Energy) .............................................................. 16
Net Present Value (NPV) ...................................................................... 16
Metode Profitability Index (PI) ............................................................. 17

ii
Metode Internal Rate of Return (IRR) .................................................. 17
2.6 PLTS Atap.............................................................................................. 17
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 21
Kesimpulan .................................................................................................. 21
Daftar Pustaka .............................................................................................. 21

iii
4

ANALISA EKONOMI ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


SURYA (PLTS)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan manusia saat
ini. Kebutuhan energi yang terus meningkat dapat dijadikan sebagai indikator
kemakmuran manusia, namun bersamaan dengan hal itu akan menimbulkan
masalah dalam usaha penyediaanya. Sebagian besar manusia masih mengandalkan
energi fosil untuk memenuhi kebutuhan energi. Sehingga semakin lama energi
fosil yang ada akan semakin menipis.

Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada persoalan dalam mencapai target
pembangunan di bidang energi. Ketergantungan terhadap sumber energi fosil
dalam pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri masih sangat tinggi yaitu
96%, dimana 48% adalah minyak bumi, 18% gas, dan 30% batu bara (BPPT,
2015). Di sisi lain harus disadari bahwa sumber energi fosil ini bisa segera habis.
Cepat atau lambat Indonesia harus meninggalkan sumber energi fosil dan beralih
ke sumber energi baru untuk mencukupi permintaan energi nasional. Menanggapi
hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan
Pemerintah No 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam
peraturan ini pemerintah menargetkan pada tahun 2025 sebesar 23% kebutuhan
energi nasional dihasilkan oleh sumber energi baru dan terbarukan.

Kondisi cadangan energi fosil yang terus berkurang seharusnya diantisipasi


oleh Pemerintah Indonesia untuk lebih meningkatkan penggunaan energi baru
terbarukan (EBT). Indonesia memiliki potensi sumber daya energi baru
terbarukan (EBT) yang cukup besar dengan variasi yang cukup beragam. Potensi
sumber daya energi terbarukan terbanyak adalah tenaga air disusul Ocean
5

Thermal Energy Conversion (OTEC), tenaga surya dan biomassa. Kurangnya


pemanfaatan sel surya sebagai sumber energi listrik di Indonesia sebagai sumber
energi listrik di Indonesia terus meningkat. Dengan potensi cahaya matahari yang
cukup tinggi di Indonesia diharapkan pemanfaatan sel surya sebagai sumber
energi listrik di Indonesia dapat menjadi bagian solusi yang baik untuk masalah
ini.

Maka dari itu, Indonesia tengah mempersiapkan program pemasangan ratusan


ribu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di sektor rumah tangga
sebagai upaya memulihkan kondisi perekonomian yang melemah akibat hantaman
pandemi virus corona. Skema pemasangan PLTS Atap dengan kapasitas 1 GWp
per tahun ini dinilai dapat mengurangi beban anggaran subsidi listrik nasional
untuk rumah tangga miskin hingga Rp 1,3 trilun per tahun dan menurunkan emisi
gas 1,05 juta ton CO2e per tahun. Surya Nusantara juga diyakini dapat menyerap
20 hingga 22 ribu tenaga kerja terampil. Ditargetkan sebanyak 800.000 rumah
berdaya 900vA dapat dipasangi satu unit PLTS Atap berkapasitas 1,5 KWp setiap
tahun. Berdasarakan data IESR pada tahun 2019, Indonesia memiliki potensi
PLTS Atap yang sangat besar mencapai 655 GWp. Lebih lanjut, Citra
menjelaskan terdapat beberapa kendala yang menyebabkan pemanfaatan energi
surya di kalangan rumah tangga masih sulit terealisasi hingga kini, antara lain
harga, ketersediaan unit, informasi PLTS Atap yang masih belum tersosialisai
dengan baik, hingga dari segi peraturan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil
permasalahannya, yaitu:

 Bagaimana rancangan PLTS yang dapat dikembangkan sebagai catu daya


tambahan di Indonesia?
 Bagaimana analisis biaya energi nya yang dikeluarkan oleh PLTS?
6

 Bagaimana cara agar terealisasinya PLTS atap ini di kembangkan di


Indonesia, khususnya ketersediaan unit, informasi PLTS Atap yang masih
belum tersosialisai dengan baik dan dari segi peraturan.
1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, ditetapkan tujuannya


sebagai berikut, yaitu:

 Mengetahui rancangan sistem PLTS yang akan dikembangkan di


Indonesia sebagai catu daya tambahan.
 Mengetahui biaya energi nya.
 Mengetahui apa saja yang akan diterapkan dan dorongan pemerintah
mengenai PLTS atap ini.
7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah suatu teknologi


pembangkit listrik yang mengubah energi foton dari cahaya matahari menjadi
energi listrik. Konversi ini dilakukan pada panel surya yang terdiri dari sel-sel
Photovoltaic. PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik
DC (direct current), yang dapat diubah menjadi listrik AC (alternating current)
apabila diperlukan. Oleh karena itu meskipun cuaca mendung, selama masih
terdapat cahaya maka PLTS tetap dapat menghasilkan listrik. PLTS pada dasarnya
adalah pencatu daya (alat yang menyediakan daya), dan dapat dirancang untuk
mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan yang besar, baik secara
mandiri, maupun secara hibrida, baik dengan metoda desentralisasi satu rumah
satu pembangkit maupun dengan metode sentralisasi secara terpusat.

2.2 Potensi Energi Surya di Indonesia

Indonesia memiliki potensi besar di sektor pembangkit listrik tenaga surya.


Dengan wilayah yang luas dan intensitas cahaya matahari yang tinggi, pasokan
8

listrik dari tenaga surya bisa menjadi andalan. Sesuai data Outlook Energi
Indonesia, BPPT, tahun 2015 menyebutkan bahwa potensi energi surya di
Indonesia sangat besar yakni sekitar 4,8 KWh/m2 atau setara 112.000 GWp.
Sedangkan yang telah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Untuk meningkatkan
percepatan pengembangan energy surya ini maka pemerintah telah mengeluarkan
roadmap yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025
mencapai 0,87 GW atau sekitar 50 MWp per tahun. Jumlah ini merupakan
gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya pada
masa datang.

Gambar Potensi Tenaga Surya di Indonesia (Sumber : SolarGIS)

Gambar di atas menunjukkan potensi tenaga surya di Indonesia. Potensi


tenaga surya Indonesia secara umum berada pada tingkat satisfy (cukup) yang
dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menyusun perencanaan
pembangunan sumber energi PLTS pada masa depan.
9

2.3 Komponen-komponen PLTS

Fotovoltaik adalah suatu alat yang dapat mengubah energi surya (foton)
menjadi listrik arus searah. Kemudian listrik arus searah diubah menjadi arus
bolakbalik sesuai dengan sistem tegangan dan frekuensi setempat. Suatu PLTS
memiliki komponen utama yaitu: panel surya (fotovoltaik), inverter dan baterai.

PLTS tidak memiliki daya konstan (non capacity value generation system)
karena kapasitas keluarannya tergantung pada tingkat radiasi matahari yang selalu
berubah setiap waktu. PLTS dinilai dari seberapa banyak energi yang bisa
dihasilkan, bukan seberapa besar dayanya, kecuali pada sistem yang memiliki
storage system. Oleh sebab itu, kapasitas suatu PLTS ditentukan oleh besarnya
konsumsi energi suatu beban dalam suatu periode, yaitu dengan menggunakan
harga rata-rata suatu beban pada suatu lokasi dalam periodenya. Kapasitas
komponen utama ditentukan sesuai tipe dan desain dari PLTS yang akan
dibangun. Pada sistem PLTS, menghitung kapasitas masing-masing komponen
atau disebut juga sizing, sangat penting karena jika kapasitas komponen terlalu
kecil, maka sistem tidak dapat memenuhi kebutuhan energi yang diinginkan,
tetapi jika kapasitasnya terlalu besar, maka biaya untuk PLTS akan sangat besar.
Sistem PLTS memiliki komponen utama yaitu: modul surya, inverter/power
conditioner unit (PCU), solar charge controller (SCC)/battery charge controller
(BCC) dan storage system (Battery).

a. Modul Surya

Bagian terkecil dari fotovoltaik adalah sel surya yang pada dasarnya
sebuah foto dioda yang besar dan dapat menghasilkan daya listrik. Fotovoltaik
terdiri dari dua jenis bahan berbeda yang disambungkan melalui suatu bidang
junction yang jika sinar jatuh pada permukaannya akan diubah menjadi listrik arus
searah.

Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan banyak sel surya.
Biasanya sel-sel surya itu sudah disusun sehingga berbentuk panel, dan
10

dinamakan modul surya. Gambar menunjukan susunan dari potongan melintang


suatu sel surya sebagai sumber listrik.

b. Solar Charge Controller (SCC) atau Battery Charge Controller


(BCC)

Charge controller berfungsi memastikan agar baterai tidak mengalami


kelebihan pelepasan muatan (over discharge) atau kelebihan pengisian muatan
(over charge) yang dapat mengurangi umur baterai. Charge controller mampu
menjaga tegangan dan arus keluar masuk baterai sesuai kondisi baterai.

Charge controller sering disebut dengan solar charge controller atau


battery charge controller. Jika charge controller menghubungkan panel surya ke
baterai atau peralatan lainnya seperti inverter maka disebut solar charge controller.
Jika bagian ini terhubung dari inverter ke baterai lazim disebut battery charge
controller, namun hal tersebut tidak baku. Walaupun kedua alat ini berfungsi
sama, berbeda dengan SCC, BCC tidak diperlengkapi oleh PWM-MPPT (Pulse
Width ModulationMaximum Power Point Tracking), yaitu kemampuan untuk
mendapatkan daya listrik dari panel surya pada titik maksimumnya.
11

c. Inverter

Inverter adalah “jantung” dalam sistem suatu PLTS. Inverter berfungsi


mengubah arus searah (DC) yang dihasilkan oleh panel surya menjadi arus bolak
balik (AC). Tegangan DC dari panel surya cenderung tidak konstan sesuai dengan
tingkat radiasi matahari. Tegangan masukan DC yang tidak konstan ini akan
diubah oleh inverter menjadi tegangan AC yang konstan yang siap digunakan atau
disambungkan pada sistem yang ada, misalnya jaringan PLN. Parameter tegangan
dan arus pada keluaran inverter pada umumnya sudah disesuaikan dengan standar
baku nasional/internasional. Saat ini, seluruh inverter menggunakan komponen
elektronika dibagian dalamnya. Teknologi terkini suatu inverter telah
menggunakan IGBT (InsulatedGate Bipolar Transistor) sebagai komponen
utamanya menggantikan komponen lama BJT, MOSFET, J-FET , SCR dan
lainnya. Karaktersitik IGBT adalah kombinasi keunggulan antara MOSFET dan
BJT.
12

d. Baterai

Mengingat PLTS sangat tergantung pada kecukupan energi matahari yang


diterima panel surya, maka diperlukan media penyimpan energi sementara bila
sewaktu-waktu panel tidak mendapatkan cukup sinar matahari atau untuk
penggunaan listrik malam hari. Baterai harus ada pada sistem PLTS terutama tipe
Off Grid. Beberapa teknologi baterai yang umum dikenal adalah lead acid,
alkalin, NiFe, Ni-Cad dan Li-ion. Masing-masing jenis baterai memiliki
kelemahan dan kelebihan baik dari segi teknis maupun ekonomi (harga). Baterai
lead acid dinilai lebih unggul dari jenis lain jika mempertimbangkan kedua aspek
tersebut. Baterai lead acid untuk sistem PLTS berbeda dengan baterai lead acid
untuk operasi starting mesin-mesin seperti baterai mobil. Pada PLTS, baterai yang
berfungsi untuk penyimpanan (storage) juga berbeda dari baterai untuk buffer atau
stabilitas. Baterai untuk pemakaian PLTS lazim dikenal dan menggunakan deep
cycle lead acid, artinya muatan baterai jenis ini dapat dikeluarkan (discharge)
secara terus menerus secara maksimal mencapai kapasitas nominal. Baterai adalah
komponen utama PLTS yang membutuhkan biaya investasi awal terbesar setelah
panel surya dan inverter. Namun, pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang
tepat dapat menyebabkan umur baterai berkurang lebih cepat dari yang
direncanakan, sehingga meningkatkan biaya operasi dan pemeliharaan. Atau
dampak yang paling minimal adalah baterai tidak dapat dioperasikan sesuai
kapasitasnya.
13

2.4 Sistem PLTS

Pada prinsipnya ada tiga klasifikasi sistem PLTS, yaitu PLTS yang berdiri
sendiri (stand-alone), PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik (grid-
connected), dan sistem hybrid.

a. Sistem Stand-alone

Sistem stand-alone mengandalkan tenaga surya sebagai satu-satunya


sumber energi utama. Sistem ini terdiri dari modul PV dan beban atau disertai
dengan baterai sebagai penyimpanan energi. Dapat digunakan pula baterai
regulator yang berfungsi untuk mematikan modul PV ketika baterai digunakan,
dan mematikan beban ketika baterai telah mencapi batas bawahnya. Suatu baterai
harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk menyimpan energi yang dihasilkan
pada siang hari untuk digunakan di malam hari. Skematik sistem stand-alone
dapat dilihat pada Gambar. Sistem stand-alone ini biasasnya digunakan pada
daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN.

Gambar Sistem Stand-alone (a) Sederhana (Tanpa Baterai) (b) Dilengkapi


Inverter dan Baterai
14

b. Sistem Grid-connected

Sesuai namanya, maka sistem ini tetap terhubung dengan jaringn PLN
untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi PV untuk menghasilkan energi listrik
semaksimal mungkin. Sistem ini menjadi sistem yang banyak diaplikasikan.
Untuk mengubah listrik DC menjadi listrik AC digunakan inverter. Dalam sistem
kecil pada suatu rumah inverter akan terhubung pada suatu kontrol (distribution
board). Listrik AC yang dihasilkan kemudian dapat digunakan untuk
mengaktifkan peralatan rumah tangga. Pada sistem ini tidak memerlukan baterai
dikarenakan tetap terhubung ke jaringan PLN yang bertindak sebagai penyangga
pasokan listrik yang dihasilkan modul PV.

Gambar Skema Sistem Grid-connected

c. Sistem Hybrid

Sistem hybrid ini mengombinasikan modul PV dengan pembangkit listrik


lainnya seperti tenaga diesel, tenaga gas, atau tenaga angin. Metode ini bertujuan
untuk 17 mengoptimalkan energi listrik yang dihasilkan. Sistem hybrid biasanya
membutuhkan kontol yang lebih canggih dari pada sistem lainnya. Sistem hybrid
15

ini dapat digunakan untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau PLN ataupun
pembangkit tenaga diesel yaitu dengan memanfaatkan energi terbarukan yang ada.

Gambar Sistem Hybrid modul PV dan Generator Diesel

2.5 Analisa Perhitungan Ekonomi Energi PLTS

Perhitungan secara ekonomi dilakukan untuk mengetahui biaya energi PLTS


berdasarkan ketentuan harga pada saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis
kelayakan investasi PLTS dengan menggunakan metode NPV, PI, dan Discounted
Payback Period (DPP).

Biaya energi PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup, factor pemulihan
modal, dan energi listrik produksi tahunan.

a. Biaya siklus hidup (LCC)


dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

𝐿𝐶𝐶 = 𝐼𝐼 + 𝑂&𝑀
16

Dimana :
LCC = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost).
II = Biaya investasi awal adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk
pembelian komponen-komponen PLTS, biaya instalasi, dan biaya lainnya
misalnya biaya rak penyangga.
O&M = Biaya nilai sekarang untuk total biaya pemeliharaan dan
operasional selama n tahun atau selama umur proyek.

b. Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor)


Faktor pemulihan modal diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

𝑖(1 + 𝑖)𝑛
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)𝑛 − 1

Dimana :
CRF = Faktor pemulihan modal
i = Tingkat diskonto
n = Periode dalam tahun (umur investasi)

c. Biaya energi (Cost of Energy)


Biaya energi (Cost Of Energy) PLTS diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut:
𝐿𝐶𝐶 × 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝐸𝑂 =
𝐴 𝑘𝑊ℎ
Dimana :
COE = Cost of Energy atau Biaya Energi (Rp/kWh)
CRF = Faktor pemulihan modal
A kWh = Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun)

d. Net Present Value (NPV)


Untuk menghitung Net Present Value (NPV) dipergunakan persamaan
sebagai berikut :
17

𝑛 𝑁𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑉𝑃 = ∑ 𝑡
− 𝐼𝐼
𝑡=1 (1 − 𝑖)

Dimana :
NCFt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai tahun ke-n
II = Investasi awal (Initial Investment)
i = Tingkat diskonto
n = Periode dalam tahun (umur investasi)

e. Metode Profitability Index (PI)


dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
∑𝑛𝑡=1 𝑁𝐹𝐶𝑡 (1 + 𝑖)−𝑡
𝑃𝐼 =
𝐼𝐼
Dimana :
NFCt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai ke-n.
II = Investasi awal (Initial Investment)
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).

f. Metode Internal Rate of Return (IRR)


dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝑇
𝑋𝑡
0=∑
(1 + 𝐼𝑅𝑅)𝑖
𝑖=0

Dimana :
Xt = Cashflow di tahun ke-t
IRR = Rate of Return

2.6 PLTS Atap

Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap

Selain panel surya dipasang di dataran, terdapat juga PLTS atap dimana
panel surya tersebut dipasang di atas atap. Untuk industri, perumahan dan gedung
komersial, PLTS ini lebih direkomendasikan dibandingkan dengan PLTS lainnya.
18

Atap menjadi lokasi yang strategis untuk mendapatkan banyak sinar matahari.
Sinar matahari tersebut kemudian ditangkap oleh panel surya yang terpasang di
atap bangunan atau rumah Anda.

Jenis-Jenis PLTS Atap

Untuk jenis panel surya yang Anda gunakan ini bisa disesuaikan dengan
kebutuhan Anda. Pilihannya pun sangat beragam. Misalnya saja, jenis panel yang
disediakan oleh SUN Energy ini ada 1 kWp, 2 kWp, 4 kWp dan juga 6 kWp.
Selain itu, SUN Energy juga melayani pemasangan sistem tenaga surya untuk
skala yang lebih besar, sehingga jenis panel produk yang ditawarkan sangat
beragam.

Menggunakan PLTS juga jauh lebih ramah lingkungan, sehingga efek


pemanasan global bisa berkurang. 1 kWp energi surya dapat mengurangi emisi
CO2 sebanyak 9 ton per tahunnya. Untuk industri, pabrik dan juga gedung
komersial, PLTS yang diaplikasikan semakin besar sehingga emisi gas
karbondioksida juga berkurang semakin banyak.

Misalnya saja, dengan penggunaan daya 200 kWp, emisi CO2 yang
dikurangi ini sebesar 1,8 ribu ton. Belum lagi jumlah bahan bakar seperti batubara
yang terbakar untuk pemakaian sumber listrik konvensional ini bisa berkurang.
PLTS tidak membutuhkan bahan bakar seperti listrik PLN sehingga tidak
menyebabkan polusi udara. Di masa depan, industri dan pabrik harus lebih ramah
lingkungan sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik.

Tips Memasang PLTS Atap


Untuk fungsi dan hasil yang maksimal, Anda harus memasang pembangkit
listrik tenaga surya dengan baik dan benar. Anda juga harus memperhatikan lokasi
pemasangan PLTS tersebut. Panel surya yang dipasang di atap paling efektif
dalam menyerap sinar matahari.
19

Anda harus memilih komponen yang berkualitas dan memiliki kinerja


yang bagus sehingga tidak mudah rusak meski digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Perizinan proyek juga harus dikantongi terutama jika skalanya
pemasangan panel surya untuk kebutuhan besar agar tidak dianggap ilegal. Akan
lebih bagus lagi jika Anda menggunakan jasa dari perusahaan pengembang sistem
tenaga surya terpercaya di Indonesia yang menyediakan berbagai macam layanan
mulai dari perizinan sampai dengan pemasangan.

SUN Energy : Solusi PLTS Atap Terbaik Anda

SUN Energy adalah perusahaan pengembang sistem tenaga surya terbesar


dan terbaik di Indonesia. SUN Energy telah memiliki banyak pelanggan yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Berdiri sejak tahun 2016, SUN Energy telah menangani berbagai macam
proyek dari yang kecil hingga besar dengan skala nasional maupun internasional.
Sehingga kredibilitas SUN Energy tidak perlu diragukan lagi.

Kelebihan PLTS SUN Energy

Kelebihan panel surya dari SUN Energy adalah kualitas yang terbaik
dengan mutu pelayanan oleh tenaga ahli. SUN Energy selalu mempertahankan
standar keamanan dan kelestarian lingkungan. SUN Energy juga menyediakan
solusi penghematan listrik yang variatif sehingga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan Anda, mulai dari penghematan listrik di rumah, gedung perkantoran,
hotel, pusat perbelanjaan sampai dengan pabrik dan industri besar.

4 Alasan Mengapa Harus Menggunakan SUN Energy

1. Biaya Investasi Terjangkau

Jika Anda berpikir bahwa menggunakan PLTS membutuhkan biaya yang


sangat mahal, maka pendapat tersebut langsung dipatahkan oleh SUN Energy.
20

SUN Energy menawarkan investasi dengan DP 0% untuk pemasangan PLTS Atap


Anda. Dengan menggunakan PLTS dari SUN Energy, Anda hanya membayarkan
sesuai daya listrik yang Anda gunakan.

2. Memiliki 3 Model Pembiayaan Atraktif

 Sewa Berdasarkan Kinerja Produk (15-25 tahun)


Pembelian sistem panel surya tanpa DP (alias DP 0%) dan Anda
dapat langsung merasakan penghematan sejak hari pertama.
 Sewa Panel Surya (3-6 tahun) Dapatkan panel surya dengan uang
muka yang sangat terjangkau dan hemat lebih banyak. Dengan DP
0-30%, Anda bisa memiliki PLTS untuk kebutuhan Anda.
 Pembayaran Penuh PLTS dapat langsung digunakan tanpa uang
muka dan menghemat biaya listrik setiap bulannya.

3. Garansi Pemakaian 25 Tahun

SUN Energy memberikan garansi pemakaian hingga 25 tahun. SUN


Energy sangat mengutamakan kualitas produk dan kepuasan dari pelanggan. Anda
akan mendapatkan sistem tenaga surya dengan PLTS Atap terbaik dari SUN
Energy.

4. Satu-satunya Developer Lokal dengan Proyek Internasional

SUN Energy berpengalaman mengerjakan PLTS untuk lokasi perumahan,


mall, kawasan industri, baik di Indonesia maupun internasional. SUN Energy
merupakan satu-satunya pengembang proyek sistem solar panel di Indonesia yang
terbaik dan juga terbesar di Indonesia, yang telah memiliki proyek skala
internasional lebih dari 17 MWp di Thailand dan 3 MW di Taiwan.
21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perhitungan secara ekonomi dilakukan untuk mengetahui biaya energi PLTS


berdasarkan ketentuan harga pada saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis
kelayakan investasi PLTS dengan menggunakan metode NPV, PI, dan Discounted
Payback Period (DPP).

Dengan beralih ke energi alternatif sinar matahari, Akan menghemat biaya tagihan
listrik bulanan namun sekaligus menciptakan lingkungan dengan energi yang
lebih bersih. Energi baru dan terbarukan ini juga menjadi solusi terbaik untuk
menghadapi ancaman krisis listrik yang bisa terjadi di masa depan sekaligus
mengurangi efek pemanasan global yang semakin terasa saat ini.

Sekarang bisa mulai menggunakan PLTS terbaik dan memantau langsung


produksi listrik secara fleksibel. Anda bisa menggunakan jasa SUN Energy, yang
merupakan perusahaan pengembang sistem tenaga surya terbaik di Indonesia.
SUN Energy merupakan solusi penghematan listrik dengan energi alternatif sinar
matahari terbaik Anda, hubungi kontak kami untuk melakukan konsultasi dan
mendapatkan informasi lebih lanjut.

3.2 Daftar Pustaka

https://repository.its.ac.id/

https://ejournal3.undip.ac.id/

https://sunenergy.id/

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/

Anda mungkin juga menyukai