Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam era globalisasi pendidikan merupakan salah satu bagian

dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu faktor untuk

memajukan harkat dan martabat bangsa yang tercermin dalam kualitas

sumber daya manusia yang unggul agar dapat bersaing untuk menghadapi

tantangan kemajuan zaman.

Untuk mewujudkan pembangunan dalam bidang pendidikan diperlukan

penyempurnaan dalam penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, maka masyarakat akan memiliki kesempatan untuk

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan berusaha mengoptimalkan

potensi diri agar menjadi manusia yang berkualitas. Pendidikan berfungsi

untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan semua potensi, kecakapan

serta karakteristik siswa kearah yang positif, baik bagi diri sendiri dan

lingkungan masyarakat.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem atau


tujuan Pendidikan Nasional, pasal 3 berbunyi: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab (RI, 2003: 12-13)
2

Mengingat pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, maka pemerintah berusaha mengadakan perbaikan dalam

bidang pendidikan. Perbaikan yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut

antara lain: perubahan dibidang kurikulum sekolah, penyediaan sarana dan

prasarana sekolah yang lebih memadai, peningkatan mutu tenaga pendidik

dengan adanya penyetaraan tersebut. Semua usaha pemerintah tersebut

ditujukan untuk memperlancar proses belajar mengajar sehingga tujuan

pendidikan tercapai.

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa

belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan

adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan

didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya.

Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses

belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan

sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal

lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. W.

Gulo (2012:8) mengemukakan “Belajar merupakan suatu usaha untuk mengubah

tingkah laku, baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat” Dengan

belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.


3

Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu

adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang

mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil

belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui

sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai

prestasi belajar. Wirawan dalam Murjono (2006:178) mengemukakan bahwa

prestasi belajar adalah:

“Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana


dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang
siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam
belajar”.

Baik buruknya siswa sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri. Pada

saat siswa memasuki jenjang sekolah menengah atas kebanyakan dari mereka

baru mengalami masa pubertas, pada masa itu tingkah laku siswa sangat

dipengaruhi lingkungan disekitarnya. Apabila siswa berada di lingkungan

yang mendukung untuk belajar maka prestasi belajarnya akan baik, sebaliknya

jika siswa berada di lingkungan yang kurang mendukung untuk belajar maka

prestasi belajarnya akan tidak baik. Ahmadi (2004:138) mengemukakan bahwa

“Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari

dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa”. Faktor yang

berasal dari dalam diri siswa adalah kecerdasan, motivasi, minat, bakat, daya

fikir, kemandirian, sikap dan kebiasaan siswa. Sedangkan yang termasuk

faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah keadaan social ekonomi,
4

lingkungan, sarana dan prasarana, guru dan cara mengajarnya, kurikulum dan

sebagainya.

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi

yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki kemampuan dalam

berfikir. Johnson (2012:24) mengemukakan bahwa “Berfikir adalah segala

aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah,

membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami”.

Permasalahan yang kompleks dan tingginya tuntutan pendidikan tidak

mungkin teratasi hanya dengan mengandalkan proses berfikir yang biasa saja,

yaitu suatu proses berfikir yang kurang sistematis ataupun analitis.

Fakta yang ada menunjukkan minimnya fungsi berfikir individu

terlebih lagi kemampuan berfikir kritis berupa kemampuan memproses fakta

dan data melalui tahap observasi, pengujian hipotesis serta evaluasi secara

tepat dan analitis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang akurat. Budaya

kritis yang rendah dikarenakan kurangnya usaha pembentukan dan penanaman

kebiasaan bersikap dan berfikir kritis sejak dini. Keluarga dan sekolah

sebagai institusi pendidikan utama dan mendasar bagi perkembangan

individu kurang mengkordinasikan sikap dan pemikiran kritis secara optimal

sehingga lahirlah individu-individu yang pasif, tidak cepat tanggap dan tidak

mampu menyelesaikan persoalan atau menyikapi kondisi secara kritis.

Gunawan (2011:177) mengemukakan bahwa “berfikir kritis adalah

kemampuan melakukan analisis, menciptakan dan menggunakan kriteria


5

secara obyektif dan melakukan evaluasi data”. Kemampuan berfikir kritis

seorang siswa bisa muncul dengan sendirinya atau dengan bantuan dari guru.

Dalam hal ini peran seorang guru sangat menentukan dalam memberikan

motivasi kepada siswa untuk mencoba belajar berfikir kritis sejak dini.

Untuk melatih siswa dalam berfikir kritis dapat dilakukan dengan melihat,

menganalisa dan menilai setiap kejadian yang dialaminya.

Tujuan dari berfikir kritis adalah proses kegiatan berfikir yang mendorong

seseorang untuk dapat memahami secara mendalam agar mampu membuat

keputusan secara bijaksana. Seseorang yang mempunyai kemampuan berfikir

kritis apabila mempunyai kesulitan dalam belajar akan berfikir bagaimana

menyelesaikan masalah tersebut berdasar fakta yang terjadi. Kemampuan seorang

siswa dalam berfikir kritis berbeda-beda. Perbedaan itu bisa disebabkan karena

perbedaan kecerdasan dan cara menangkap suatu masalahyang kemudian akan

dianalisis.

Dalam proses kemampuan berfikir kritis tidak harus dilakukan dalam

jangka waktu yang lama, namun akan muncul dengan sendirinya. Proses ini

memerlukan perulangan dan pemahaman terhadap materi-materi yang dipelajari.

Jika pemahaman materi tinggi, baik siswa yang memiliki kemampuan berfikir

kritis maupun yang kemampuan berfikirnya biasa saja kemungkinan prestasi

belajarnya tinggi. Akan tetapi, ada siswa yang kemampuan berfikir kritis prestasi

belajar yang dicapai rendah, sebaliknya siswa yang kemampuan berfikirnya biasa

saja prestasi belajar yang dicapai tinggi. Ini bisa terjadi karena faktor

keberuntungan maupun tingkat pemahaman yang siswa miliki. Pada umumnya


6

semakin baik kemampuan berfikir siswa maka semakin baik pula prestasi belajar

yang akan dicapai.

Faktor penentu keberhasilan dari proses belajar mengajar adalah siswa

sebagai pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan dan

keterlibatan siswa, maka proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Dengan

demikian dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut memiliki sikap

disiplin, artinya siswa perlu memiliki kesadaran, kemauan dan motivasi dari

dalam diri siswa dan bukan semata-mata tekanan guru maupun pihak lain.

Dengan adanya sikap disiplin dalam diri siswa, tujuan belajar akan berhasil

dicapai sebagaimana yang diharapkan.

Kedisiplinan dipandang sebagai ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan

tata tertib. Disiplin peserta didik merupakan suatu keadaan tertib dan teratur

yang dimiliki oleh peserta didik, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran

yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

Berdasarkan pendapat tersebut peserta didik dapat dikatakan disiplin

apabila melakukan suatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan

ketentuan, peraturan, norma yang berlaku dengan penuh kesadaran tanpa

paksaan dari siapapun. Menegakkan disiplin tidak harus melibatkan orang

lain, tetapi dapat juga melibatkan diri sendiri. Bahkan yang melibatkan diri

sendiri ini yang lebih penting karena timbul dari kesadaran. Disiplin karena

paksaan juga akan dilakukan dengan terpaksa pula. Keterpaksaan itu karena

takut akan dikenakan sanksi hukum akibat pelanggaran terhadap peraturan.


7

Ini artinya jika ada pengawasan dari petugas (pemimpin) timbul disiplin, tetapi

jika tidak ada pengawas (pemimpin) pelanggaran dilakukan.

Disiplin penting bagi peserta didik, maka harus ditanamkan secara

terus menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditanamkan secara terus

menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik.

Kedisiplinan peserta didik diwujudkan dalam perilaku peserta didik yang

mampu mengatur ataupun menempatkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas pada khususnya serta di sekolah pada umumnya. Dengan

demikian, kedisiplinan dapat mengontrol perilaku peserta didik agar tercapai

kelas yang kondusif, yaitu kelas yang mendukung tercapainya tujuan kegiatan

belajar mengajar.

Oleh karena itu, peneliti mempunyai anggapan bahwa dengan kelas

yang kondusif proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas akan lebih

berjalan lancar dan efektif sehingga akan dapat menciptakan hasil yang optimal.

Imron (2012:1136) mengemukakan bahwa orang-orang yang berhasil dalam

bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi,

sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin. Djamarah (2012:13)

mengemukakan bahwa orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya

disebabkan kedisiplinannya dalam semua tindakan dan perbuatan.

Berdasarkan Observasi yang telah dilakukan pada peserta didik kelas

X SMK Swasta Kabupaten Bogor terdapat beberapa permasalahan mengenai

kedisiplinan belajar. Permasalah tersebut antara lain ketika bel masuk

berbunyi peserta didik tidak langsung masuk kelas dan ketika pembelajaran
8

berlangsung masih banyak peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan

guru, peserta didik terlihat ramai, berjalan-jalan di dalam kelas, bermain

bersama teman sebangku, sering keluar masuk kelas, bahkan ada peserta

didik yang sama sekali tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Selain permasalahan mengenai kedisiplinan belajar, prestasi peserta didik

kelas X SMK swasta di kabupaten Bogor tersebut juga tergolong rendah, rendah

di sini dalam arti nilai peserta didik 90 % belum mencapai KKM yaitu

dengan rata-rata nilai KKM 66,71 sedangkan rata-rata nilai peserta didik hanya

51,35. Melihat permasalahan yang terjadi di SMK swasta di kabupaten Bogor,

Penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan belajar

terhadap prestasi belajar peserta didik tersebut.

Berdasarkan uraian seperti diatas, agar diperoleh prestasi siswa yang

diharapkan, kedisiplinan dalam belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis

sangatlah diperlukan. Secara konseptual banyak faktor yang mempengaruhi

kedisiplinan siswa dalam belajar untuk mencapai prestasi yang siswa impikan.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai “Pengaruh kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan belajar terhadap

prestasi belajar Kewirausahaan pada siswa kelas X SMK Swasta di Kabupaten

Bogor”.

B. Identifikasi Masalah

Dari pembahasan judul yang di jabarkan diatas maka indentifikasi masalah

yang muncul adalah :

1. Apakah prestasi belajar siswa di pengaruhi oleh proses belajarnya?


9

2. Apa yang dijadikan tolak ukur prestasi belajar siswa itu tinggi atau rendah?

3. Apakah disiplin belajar mempengaruhi hasil prestasi belajar?

4. Disiplin belajar seperti apa yang dapat menunjang prestasi belajar siswa?

5. Apakah peran guru dan orang tua dalam menerapkan disiplin belajar?

6. Apakah cara berpikir kritis siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar?

7. Apakah dengan kemampuan berpikir kritis siswa tinggi dapat memecahkan

masalah dalam mata pelajaran?

8. Apakah kemampuan berpikir berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa?

9. Apakah terdapat pengaruh antara kedisiplinan dan kemampuan berpikir kritis

siswa terhadap prestasi belajar kewirausahaan ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini dapat Iebih

terarah, perlu dilakukan batasan masalah, maka penulis akan membatasi penelitian

ini hanya pada masalah ada atau tidaknya pengaruh kemampuan berpikir kritis

dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa SMK

Swasta di kabupaten Bogor. Variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu dua

variabel bebas berupa kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan belajar dan

variabel terikat prestasi belajar kewirausahaan

D. Rumusan Masalah

Untuk mempertegas dan memperjelas dalam memahami masalah yang

diajukan maka perlu adanya rumusan masalah yang terarah. Rumusan masalah

yang dimaksud di sini adalah sebagai berikut:


10

1. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan

belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa

SMK Swasta di kabupaten Bogor?

2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi

belajar kewirausahaan siswa SMK Swasta di kabupaten Bogor?

3. Apakah terdapat pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar

kewirausahaan siswa SMK Swasta di kabupaten Bogor?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan belajar secara

bersama-sama terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa SMK Swasta di

kabupaten Bogor

2. Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar

kewirausahaan siswa SMK Swasta di kabupaten Bogor

3. Pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa

SMK Swasta di kabupaten Bogor

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadi:

1. Kegunaan secara teoritik

Mengungkap secara empirik pengaruh kemampuan berpikir kritis dan

kedisiplinan belajr terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa SMK

Swasta di kabupaten Bogor


11

2. Kegunaan secara praktik

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta kedisiplinan belajar

guna meningkatkan prestasi belajar ekonomi islam siswa dan

meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran kewirausahaan

siswa SMK Swasta di kabupaten Bogor?

b. Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam menerapkan

pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai wujud profesionalitas

guru dalam mengelola kualitas pendidikan dan pembelajaran. Dan

menjalankan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan selalu berupaya

untuk meningkatkan prestasi belajar ekonomi islam di sekolah,

terutama kedisiplinan , siswa, serta para pegawai untuk memotivasi

siswa agar berprestasi.

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan

kompetensi dan keterampilan dalam meningkatkan perstasi belajar

ekonomi islam siswa dan guru serta menggerakkan disiplin belajar

d. berprestasi bagi siswa dan meningkatkan profesionalisme peneliti

dalam mengelola pendidikan dan pembelajaran.


12

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Prestasi Belajar Kewirausahaan

a. Pengertian Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:895) Prestasi diartikan

sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan dikerjakan dan

sebagainya). Sedang prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru

Baharuddin (2008:13) mengemukakan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “ berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah

sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk

mencapai semua itu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya

mendapatkan kepandaian atau ilmu yang belum didapatkannya. Sehingga dengan

belajar itu manusia menjadi lebiih tahu, memahami, mengerti, dapat

melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Hilgard dan Bower dalam Baharuddin (2009:13) mengemukakan bahwa

belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery

of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory; memorize, 3) to

acquire trough experience; 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi


13

tersebut, belajar memiliki arti memperoleh pengetahuan atau menguasai

pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan

mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti

dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu

Slameto (2010:2) mengemukakan belajar adalah proses mental yang

terjadi dalam diri seseorang yang menyebabkan perubahan perilaku. Aktivitas

mental tersebut terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang

dilakukan secara sadar belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh sustu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan. Sedangkan Witherington dalam Sukmadinata (2014:155)

mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

dimanefestasikan sebagai pola kebiasaan respon yang baru yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Pendapat yang

hampir sama yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2014:156) belajar adalah

diperolehnya kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap baru, adalah suatu

proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap

sesuatu

Sudjana (2005: 28).mengemukakan belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil

belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti berubah

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,

serta kecakapan dan kemampuannya


14

Pada buku Theories of Learning (Fathurrohman, 2010: 5), Hilgard dan

Bower mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah

laku seseorang terhadap sesuatu. M. Sobry dalam bukunya “Menuju Pendidikan

Bermutu”, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang

dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan

tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Berdasarkan dari berbagai pandangan para ahli yang telah dikemukakan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan suatu proses

perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan pengalaman tertentu

sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku itu

terjadi karena usaha yang disengaja dan dengan adanya perubahan itu akan

diperoleh kecakapan baru. Pada kegiatan pembelajaran setiap siswa harus

diusahakan partisipasi aktif, keterlibatan langsung dalam pembelajaran,

meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut

berpartisipasi aktif di dalamnya.

b. Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual sangat mempengaruhi keberhasilan belajar

seseorang yang terlihat dari prestasi belajar yang didapat. Untuk

mengetahui prestasi tersebut perlu diadakan evaluasi dengan tujuan

mengetahui kemampuan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran.


15

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena prestasi

belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang merupakan proses

pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2011: 787) prestasi

belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditujukan dengan tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru.

Suryabrata (2012: 23) mengemukakan bahwa prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, pengalaman yang didukung

oleh kesadaran. Jadi prestasi belajar merupakan hasil dari perubahan

dalam proses belajar. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik

kesimpulan, prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam proses

pembelajaran setelah melalui tahap tes yang dinyatakan dalam bentuk nilai

berupa angka. Prestasi belajar dapat diketahui setelah melakukan evaluasi

dan evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi

belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil atau tingkat kemampuan seseorang setelah

melakukan proses belajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam

bentuk nilai setiap mata pelajaran setelah mengalami proses belajar

mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa.


16

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara umum prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini tentu

saja mempunyai faktor-faktor penyebabnya. Syah (2008: 132)

mengemukakan bahwa dalam bukunya “psikologi pendidikan”

menjelaskan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor

internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.

Berikut penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar Syah (2008: 132-139) mengemukakan antara lain :

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor atau penyebab yang berasal dari dalam

diri setiap individu tersebut, seperti aspek pisiologis dan aspek psikologis.

a) Aspek pisiologis

Aspek pisiologis ini meliputi konsisi umum jasmani dan tonus

(tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organ-organ tubuh dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah akan berdampak secara langsung

pada kualitas penyerapan materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi

yang dari makanan dan minuman agar kondisi tetap terjaga. Selain itu

juga perlu memperhatikan waktu istirahat yang teratur dan cukup

tetapi harus disertai olahraga ringan secara berkesinambungan. Hal ini

penting karena perubahan pola hidup akan menimbulkan reaksi tonus

yang negatif dan merugikan semangat mental.

b) Aspek psikologis
17

Banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran, berikut faktor-

faktor dari aspek psikologis seperti intelegensi, sikap, bakat, minat dan

Motivasi

Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat diragukan lagi

sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi

kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluang meraih sukses,

akan tetapi sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka

semakin kecil peluang meraih sukses.

Sikap merupakan gejala internal yang cenderung merespon atau

mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap orang, barang dan

sebagainya, baik secara positif ataupun secara negatif. Sikap

(attitude)siswa yang merespon dengan positif merupakan awal yang baik

bagi proses pembelajaran yang akan berlangsung sedangkan sikap negatif

terhadap guru ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka

akan berdampak pada pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar yang

kurang maksimal.

Setiap individu mempunyai bakat dan setiap individu yang

memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat

tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat akan dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang-

bidang tertentu.
18

Minat (interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagai contoh siswa yang mempunyai

minat dalam bidang matematika akan lebih fokus dan intensif ke dalam

bidang tersebut sehingga memungkinkan mencapai hasil yang

memuaskan.

Motivasi merupakan keadaan internalorganisme yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah

laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu

dan datang dari luar individu tersebut.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam, yaitu faktor lingkungan

sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial ini meliputi

lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah serta masyarakat. Lingkungan

sosial yang paling banyak berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar

siswa adalah lingkungan orang tua dan keluarga. Siswa sebagai anak tentu

saja akan banyak meniru dari lingkungan terdekatnya seperti sifat orang

tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi

keluarga. Semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap

kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai siswa.

Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus

menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi teladan


19

dalam hal belajar, staf – staf administrasi di lingkungan sekolah, dan

teman-teman di sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi karena siswa

juga berada dalam suatu kelompok masyarakat dan teman- teman

sepermainan serta kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan

pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Selain faktor sosial seperti dijelaskan di atas, ada juga faktor non

social. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung

sekolah dan bentuknya, rumah tempat tinggal, alat belajar, keadaan cuaca,

dan waktu belajar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar

Selain faktor internal dan faktor eksternal, faktor pendekatan belajar juga

mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Menurut hasil penelitian Biggs (1991) dalam Muhibbin Syah (2008: 139)

memaparkan bahwa pendekatan belajar dikelompokkan jadi 3 yaitu pendekatan

surface (permukaan/bersifat lahiriah dan dipengaruhi oleh faktor luar), pendekatan

deep (mendalam dan datang dari dalam diri individu), dan pendekatan achieving

(pencapaian prestasi tinggi/ambisi pribadi).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari

luar diri siswa. Selain kedua faktor tersebut ada juga faktor sistem pembelajaran

yang diterapkan di sekolah.


20

d. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam

bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam

bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan.

Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Prancis

yaitu “entreprende‟ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola

usaha.Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon

(1755). Istilah ini makin populersetelah digunakan oleh pakar ekonomi

J.B Say (1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu

memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas

rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi.

Sebenarnya telah banyak pakar yang mengemukakan pengertian

mengenai kewirausahaan berdasarkan sudut pandangnya masing-

masing. Namun demikian, esensi pengertian yang krusial senantiasa ada di

setiap pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dan

menjadi hal mendasar.

Drucker (2003:13) mengemukakan bahwa kewirausahaan

merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda. Definisi tersebut secara lebih luas dikemukakan oleh Hisrich

dalam Suryana, yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah

proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai

dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang,

fisik, risiko, dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa uang serta
21

kepuasan dan kebebasan pribadi. Sementara itu, Zimmerer (2013:20)

mengemukakan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan

kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan

menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).

Dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995

tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan

dan Membudayakan Kewirausahaan, bahwasanya ; “Kewirausahaan

adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam

menangani usaha dan kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,

menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru

dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang

lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. (Suherman,

2008:6-7)

Wiratmo (2011:8) mengemukakan dalam buku Pengantar

Kewiraswastaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis

mengungkapkan definisi kewirausahaan sebagai proses penciptaan

sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu

yang diperlukan, memikul risiko finansial, psikologi, dan sosial yang

menyertainya, serta menerima balas jasa finansial dan kepuasan pribadi.

e. Karateristik Kewirausahaan

M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (2013:23)

mengemukakan terdapat delapan karakteristik kewirausahaan yang

meliputi hal-hal sebagai berikut :


22

1) Rasa tanggung jawab (desire for responbility), yaitu memiliki

rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya, yaitu

memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.

2) Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu

lebih memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko,

baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.

3) Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their ability

to success), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang

dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.

4) Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback),

yaitu selalu menghendaki adanya unsur timbal balik dengan segera,

ingin cepat berhasil.

5) Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki

semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa

depan yang lebih baik.

6) Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa

depan dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.

7) Memiliki kemampuan berorganisasi (skill at organization), yaitu

memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk

menciptakan nilai tambah.

8) Menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih

menghargai prestasi daripada uang


23

Berdasarkan perspektif mengenai karakteristik kewirausahaan di atas,

maka dapat ditarik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kewirausahaan

adalah proses yang dilakukan guru kepada siswanya agar siswa mempunyai sikap

wirausaha dan dapat menciptakan usaha sendiri

f. Tujuan Pembelajaran Kewirausahaan

Tujuan pembelajaran kewirausahaan hendaknya diarahkan

pada pembentukan sikap dan perilaku yang memiliki kemampuan

kreatif, inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Suherman

(2010:22) mengemukakan pada dasarnya

1. Pemahaman terhadap konsep kewirausahaan.


2. Pembentukan jiwawirausaha.
3. Pengembangan diri.
4. Teknik-teknik berwirausaha.
5. Aspek manajemen bisinis (usaha).
6. Pemasaran, penjualan, dan teknik optimalisasi resiko.
7. Kreatifitas, inovasi, kepemimpinan, dan komunikasi.
8. Langkah-langkah memasuki dunia usaha.
9. Dasar-dasar ilmu ekonomi.
10. Pengembangan usaha.
11. Studi kelayakan.
12. Etika bisnis.

Pencapaian tujuan pembelajaran kewirausahaan memang tidak serta

merta hanya bertumpu pada seorang pendidik. Tetapi keberhasilan pendidikan

tergantung pada 3 komponen utama, yakni peserta didik, pendidik, dan

manajemen lembaga pendidik yang berangkutan. Meskipun pendidik

memiliki peran sentral, namun perlu di topang oleh perangkat pembelajaran dan

lainnya secara sistematik. Dengan demikian, hendaknya ada satu system

yang dijadikan pedoman oleh semua unsur pembelajaran agar bila ada
24

persoalan bukan aspek personal yang menjadi acuan dalam mencari solusi,

melainkan aspek menajerial yang dijadikan pola untuk mengatasi dan

menyelesaikan setiap masalah yang terjadi. Jika demikian, tujuan pembelajaran

kewirausahaan akan tercapai.

Sebagaimana telah dikemukanan, kewiraushaan merupakan jiwa dari

seseorang yang diekspesikan melalui sikap dan perilaku yang kreatif dan

inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian tujuan

pembelajaran kewirausahaan sebenarnya tidak hanya diarahkan untuk

menghasilkan pebisnis atau business entrepreneur, tetapi mencakup seluruh

profesi yang didasari oleh jiwa wirausaha atau entrepreneur.

g. Manfaat Kewirausahaan

Dari beberapa penelitian mengidentifikasi bahwa pemilik bisnis mikro,

kecil, atau percayabahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan

lebih banyak uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu

perusahaan besar. Sebelum mendirikan usaha, setiap calon wirausaha

sebaiknya mempertimbangkan manfaat kepemilikan bisnis mikro, kecil atau

mencegah.Thomas W Zimmerer, (2013:23) mengemukakan manfaat

kewiraushaan adalah sebagai berikut:

1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib


sendirimemiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan
peluang bagi pebisnis untuk mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis
akan mencoba memenangkan hidup mereka dan
memungkinkan mereka untuk memanfaatkan bisnisnya guna untuk
mewujudkan cita-citanya
2. Memberi peluang melakukanperubahanSemakin banyak bisnis yang
memulai usahanya karena mereka dapat menangkap peluang untuk
melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat
penting. Mungkin berupa penyediaan perumahan sederhana yang
25

sehat dan layak pakai, dan mendirikan daur ulang limbah untuk
melestarikan sumber daya alam yang terbatas, pebisnis kini
menemukan cara untuk mengkombinasikan wujud kepedulian
mereka terhadap berbagai masalah ekonomi dengan social dengan
harapan untuk menjalani hidup yang lebih baik.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnyaBanyak
orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali
membosankan, kurang menantang, dan tidak ada daya tarik. Hal
ini tentu tidak berlaku bagi seorang wirausahawan,, bagi mereka
tidak banyak perbedaan antara bekerja ataua menyalurkan hobi atau
bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimiliki oleh
wirausahawan merupakan alat untuk menyatakan aktualisasi diri.
Keberhasilan mereka adalah suatu hal yang ditentukan oleh
kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki usaha
atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka,
kebangkitan spiritual dan mampu mengikuti minat atau hobinya
sendiri.
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntunganWalaupun pada tahap
awal uang bukan dayatarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausahawan merupakan factor motivasi yang
penting untuk mendirikan usaha sendiri, kebanyakan pebisnis
tidak ingin menjadi kaya raya, tetapi kebanyakan diantara mereka yang
menang menjadi berkecukupan.
5. .Memiliki peluang untuk berpern aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya

h. Fungsi Kewirausahaan

Pada dasarnya manusia membutuhkan makan, minum, pakaian, dan

sebagainya. Kebutuhan itu akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan

zaman yang menuntun manusia untuk melakukan kegiatan konsumtif.

Pengangguran yang semakin meningkat kalau tidak ditanggulangi akan

membuat manusia berpotensi ke arah negatif. Oleh karena itu, dibutuhkan

sikap berwirausha bagi setiap manusia sehingga menekan jumlah

pengangguran.Setiap Wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan

sebagai berikut: Fungsi pokok wirausaha yaitu :


26

a) Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko tentang

tujuan dan sasaran perusahaan.

b) Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan.

c) Menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani.

d) Menghitung skala usaha yang diinginkannya.

e) Menentukan modal yang diinginkan (modal sendiri atau modal dari luar).

f) Memilih dan menetapkan kriteria pegawai / karyawan dan memotivasinya.

g) Mengendalikan secara efektif dan efesien.

h) Mencari dan menciptakan cara baru.

i) Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input serta

mengolahnya menjadi barang atau jasa yang menarik.

j) Memasarkan barang dan jasa tersebut untuk memutuskan pelanggan

dan sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan

maksimal.

i. Prinsip-Prinsip Kewirusahaan

Prinsip-prinsip kewirausahaan yang paling penting adalah Berani atau

keluar dari Rasa takut akan gagal. Makna berani disini adalah tindakan

diamana kita harus bias mengambil sikap atas peluang-peluang yang muncul

dalam hidup ini terutama peluang untuk mendirikan usaha. Seorang

wirausahawan tidak mengenal tingkat pendidikan tapi mengenal pada tingkat

seseorang berani mengambil Resiko. Prinsip-prinsip entrepreneurship Dhidiek D.

Machyudin (2002:18) mengemukakan yaitu :

1. Harus optimis
2. Ambisius
27

3. Dapat membaca peluang pasar


4. Sabar
5. Jangan putus asa
6. Jangan takut gagal
7. Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan
adalah kesuksesan yang tertunda.

Dan yang terakhir dalam prinsip kewirausahaan adalah membangun

relasi dan networkdengan sesameawirausahawan karena dengan begitu proses

pembelajaran dan pengetahuan akan kewirausahaan kita akan berkembang.

Semakin banyaknya networkatau relasi juga akan menciptakan peluang-

peluang dalam menegmbangkan dan mencapai usaha yang baik.Usaha yang

baik dan maju disini bukan berarti rasa puas dan rasa nyaman yang telah

kita dapatkan, karena dengan rasa puas dan nyaman tersebut justru niatnya

akan menurunkan semangat dan optimalisasi kita dalam meningkatkan suatu

usaha.

2. Hakikat Kemampuan Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir

Berpikir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 :1180-

1181), berpikir atau memikirkan adalah mencari upaya untuk

menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi. Iskandar (2009:

86-87) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir merupakan kegiatan

penalaran yang reflektif, kritis dan kreatif yang berorientasi pada suatu

proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep

(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul

(sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi,


28

komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan)

dan tindakan.

Sugihartono (2009:12) mengemukakan berpikir merupakan

aktivitas kognitif manusia yang cukup kompleks. Sedangkan Kritis adalah

bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2008:820).

b. Kemampuan Berpikir Kritis

Muchtar, T.W (2007 : 13).mengemukakan bahwa kemampuan

critical thinking tiada lain adalah kemampuan siswa dalam

menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan

evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Fisher and Scriven yang

dikutip dalam Alec Fisher (2009: 10), mengemukakan berpikir kritis

adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap

observasi dan perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat

melihat atau mengerti”

Berpikir menurut Plato adalah berbicara dalam hati. “Berpikir

adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita”

Suryabrata (2012:54) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) berpikir artinya menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Proses berpikir itu

pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu: pembentukan pengertian,

pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.


29

Achmad (2013:1) mengemukakan kemampuan berpikir kritis

merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,

pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang

diawali dan diproses oleh otak kiri. “Berpikir kritis telah lama

menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan

berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topic pembicaraan

dalam sepuluh tahun terakhir ini”

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat

tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual

siswa. Menurut Ennis yang dikutip oleh Alec Fisher (2009:4)

“Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang

berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan”.

Dalam penalaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis atau dengan

kata lain kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.

Surya (2011:129) mengemukakan berpikir kritis adalah berpikir

dengan baik dan merenungkan atau mengkaji tentang proses berpikir

orang lain. John Dewey mengatakan, bahwa sekolah harus

mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Kemudian

beliau mendefenisikan berpikir kritis (critical thinking), yaitu: “Aktif,

gigih, dan pertimbangan yang cermat mengenai sebuah keyakinan atau

bentuk pengetahuan apapun yang diterima dipandang dari berbagai

sudut alasan yang mendukung dan menyimpulkannya.


30

Sementara Ruggiero (2008 : 12) mengemukakan berpikir

sebagai, “Segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau

memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi keinginan

untuk memahami: berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah

pencapaian makna.” John Chaffee, direktur pusat bahasa dan

pemikiran kritis di LaGuardi College, City University of New York

(CUNY), menjelaskan bahwa berpikir sebagai “sebuah proses aktif,

teratur dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia”.

Chaffee mendefenisikan berpikirkritis sebagai “berpikir untuk

menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri”. Kemudian

ditambahkan oleh Elaine B. Johnson, Ph.D. “Maksudnya tidak hanya

memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan

orang lain menggunakan bukti dan logika” secara sederhana menurut

Robert Duron, critical thinking dapat didefenisikan sebagai. Surya

(2011:130) the ability to analyze and evaluate information

(kemampuan untuk membuat analisis dan melakukan evaluasi terhadap

data atau informasi).

Dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi berpikir kritis

diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis (critical thinking) adalah

proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Untuk

memahami informasi secara mendalam dapat membentuk sebuah

keyakinan kebenaran informasi yang di dapat atau pendapat yang

disampaikan. Proses aktif menunjukkan keinginan atau motivasi untuk


31

menemukan jawaban dan pencapaian pemahaman. Dengan berpikir kritis,

maka pemikir kritis menelaah proses berpikir orang lain untuk mengetahui

proses berpikir yang digunakan sudah benar (masuk akal atau tidak).

Secara tersirat, pemikiran kritis mengevaluasi pemikiran yang tersirat dari

apa yang mereka dengar, baca dan meneliti proses berpikir diri sendiri saat

menulis, memecahkan masalah, membuat keputusan atau mengembangkan

sebuah proyek.

c. Komponen Berpikir Kritis

Brookfield mendefinisikan lima aspek dan empat komponen

berpikir kritis. Menurutnya, berpikir kritis terdiri dari aspek-aspek,

yaitu berpikir kritis adalah aktivitas yang produktif dan positif,

berpikir kritis adalah proses bukan hasil, perwujudan berpikir kritis

sangat beragam tergantung dari konteksnya, berpikir kritis dapat

berupa kejadian yang positif maupun negatif, dan berpikir kritis dapat

bersifat emosional dan rasional. Sedangkan komponen berpikir kritis,

yaitu:

1) Identifikasi dan menarik asumsi adalah pusat berpikir kritis,

2) Menarik pentingnya konteks adalah penting dalam berpikir kritis,

3) Pemikir kritis mencoba mengimajinasikan dan menggali alternatif, dan

4) Mengimajinasikan dan menggali alternatif akan membawa pada

skeptisisme reflektif.

d. Karakteristik Berpikir Kritis


32

Berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan,

membandingkan, menganalisa, mengevaluasi, internalisasi dan bertindak

melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Berpikir kritis bukan sekedar

berpikir logis sebab berpikir kritis harus memiliki keyakinan dalam

nilai-nilai, dasar pemikiran dan percaya sebelum didapatkan alasan

yang logis dari padanya.

Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis,

dijelaskan Beyer secara lengkap dalam buku Critical Thinking, (Surya,

2011:130) mengemukakan yaitu:

1) Watak (Dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai

sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek

terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan

ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan

berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

2) Kriteria (Criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.

Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk

diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun

dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria

yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah

berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan


33

sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang

keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang

3) Argumen (Argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-

data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan,

penilaian, dan menyusun argumen.

4) Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau

beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji

hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

5) Sudut pandang (Point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang

akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan

kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang

yang berbeda.

6) Prosedur penerapan kriteria (Procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.

Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan

keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-

perkiraan.

e. Indikator Berpikir Kritis


34

Carole Wade yang dikutip oleh Surya (2011 : 12)

mengemukakan terdapat delapan indikator berpikir kritis, yaitu

1) Kegiatan merumuskan pertanyaan.

2) Membatasi permasalahan.

3) Menguji data-data.

4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias.

5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional.

6) Menghindari penyederhanaan berlebihan.

7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi.

8) Mentoleransi ambiguitas.

Pendapat wade yang dikutip oleh Hendra Surya ini dapat

digunakan ketika kita memberikan siswa suatu permasalahan yang

dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Ennis mengemukakan,

“Definisi berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif

dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus

dipercayai atau dilakukan”. Oleh karena itu, indikator kemampuan

berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa meliputi:

1) Mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan.

2) Mencari alasan.

3) Berusaha mengetahui infomasi dengan baik.

4) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan

menyebutkannya.

5) Memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.


35

6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

8) Mencari alternatif.

9) Bersikap dan berpikir terbuka.

10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk

melakukan sesuatu.

11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin.

12) Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian dari

keseluruhan masalah.

3. Hakikat Kedisiplinan Belajar

a. Pengertian Kediisiplinan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari berbagai aktivitas atau

kegiatan. Kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang juga

tidak. Kegiatan yang kita laksanakan secara tepat waktu dan terus menerus, maka

akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan

secara teratur dan tepat waktulah yang biasanya disebut disiplin dalam kehidupan

sehari-hari. Disiplin diperlukan dimanapun, karena dengan disiplin akan tercipta

kehidupan yang teratur dan tertata.

Disiplin dalam belajar adalah suatu kondisi yang sangat penting

dan dapat menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar. Dalam

sebuah pendidikan, disiplin merupakan titik pusatnya. Tanpa adanya

disiplin maka tidak akan ada kesepakatan antara guru dan siswa. Jika hal

ini terjadi maka mengakibatkan hasil belajar yang kurang optimal. Dengan
36

kesadaran yang tinggi dalam disiplin belajar, siswa dapat menumbuhkan

rasa tanggung jawab terhadap pentingnya belajar.

Untuk lebih memahami tentang disiplin, berikut akan diuraikan

pengertian dari disiplin itu sendiri. Disiplin berasal dari kata disciple yang

artinya orang yang belajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin,

apakah itu orang tua, guru atau orang dewasa lainnya yang berwenang

mengatur kehidupan bermasyarakat (Sujiono, 2015:28).

Schaefer dalam Sujiono (2015:29) mengemukakan arti disiplin

yang lebih spesifik yaitu disiplin mencakup pengajaran, bimbingan atau

dorongan yang dilakukan oleh orang dewasa. Tujuannya menolong anak

belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial dan untuk mencapai

pertumbuhan serta perkembangan mereka yang optimal.

Dari uraian kedua pengertian disiplin diatas, dapat dikatakan

bahwa orang tua atau guru merupakan pemimpin dan anak merupakan

siswa yang belajar dari mereka untuk berperilaku sesuai peraturan yang

berlaku dan telah disepakati bersama. Siswa yang berdisiplin akan lebih

mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk menaati semua peraturan yang

ada di sekolah juga teratur dalam mendisiplinkan dirinya di rumah untuk

senantiasa belajar tepat waktu, bersungguh-sungguh dalam mengerjakan

tugas dan kuat terhadap godaan-godaan teman untuk bermain. Dengan

demikian, yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah sikap

atau perilaku siswa yang taat dan patuh terhadap kewajibannya untuk

belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah.


37

b. Tujuan Disiplin

Mulyasa (2009:158) mengemukakan sikap disiplin pada setiap

siswa bisa dilatih atau dibina. membina disiplin bertujuan untuk membantu

siswa menemukan diri, mengatasi dan mencegah timbulnya problem-

problem disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan

bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka dapat menaati segala

peraturan yang telah ditetapkan.

Tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa

hingga akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya

atau tempat individu itu diidentifikasi (Hurlock, 2011:82).

Schaefer dalam Sujiono (2015:32) mengemukakan membagi tujuan

disiplin menjadi dua, yaitu :

1) Tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan

terkontrol dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang

pantas dan tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka.

2) Tujuan jangka panjang dari disiplin ialah perkembangan pengendalian diri

sendiri (self control dan self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak

dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar.

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan disiplin di atas, penerapan

disiplin yang konsisten bukan hanya memberikan kebaikan bagi diri siswa

sendiri tetapi juga akan mendatangkan manfaat bagi orang tua dan guru

karena dengan disiplin, siswa dalam jangka pendek akan dapat mengontrol
38

segala tingkah laku dan perbuatannya. Jika hal ini di hubungkan dengan

proses belajar maka dengan disiplin belajar bukan tidak mungkin siswa

dapat meraih hasil belajar yang baik. Disiplin yang tumbuh secara sadar

akan membentuk sikap, perilaku dan tata kehidupan yang teratur yang

akan menjadikan siswa sukses dalam belajar.

c. Bentuk-Bentuk Disiplin

Spock dalam Sujiono (2015 : 30-31) mengemukakan membagi

disiplin menjadi dua :

1) Disiplin Otoriter

Dalam disiplin otoriter, guru selalu bekerja kesana kemari memberitahu pada

siswa-siswanya apa yang harus dilakukan atau dikerjakan. Jadi, guru selalu

memantau kerja siswa.

2) Disiplin Demokratis

Guru menerangkan kepada siswanya bahwa ini adalah kelas mereka sendiri dan

mereka dapat memilih serta bertanya dalam menentukan kegiatan dan guru

akan mengarahkan serta memberi petunjuk sampai siswa tahu sendiri cara

mengerjakan pekerjaannya sendiri.

Dari uraian diatas, bahwa disiplin otoriter hanya akan membuat

siswa patuh dan perhatian ketika ada gurunya saja dan menjadikan siswa

kurang kreatif. Sebaliknya dengan disiplin demokratis atau tanpa paksaan,

akan menjadikan siswa patuh sekalipun tidak ada guru, siswa menjadi

kreatif karena berani bertanya, serta mempunyai tanggung jawab.

d. Aspek-Aspek Disiplin Belajar


39

Arikunto dalam Tri Minarni (2015:210) mengemukakan dalam

jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Disiplin dan Lingkungan Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi”, maka indikator

disiplin belajar dalam penelitian, yaitu menaati tata tertib sekolah, perilaku

kedisiplinan di dalam kelas, disiplin dalam menepati jadwal belajar, dan

belajar secara teratur. Kemudian dari keempat indikator tersebut dibagi

menjadi beberapa sub indikator.

1) Menaati tata tertib sekolah, dengan sub indikator :

a. Disiplin siswa masuk sekolah

Yang dimaksud dengan disiplin siswa masuk sekolah adalah

keaktifan, kepatuhan dan ketaatan siswa masuk sekolah

b. Disiplin siswa dalam menaati tata tertib sekolah

Disiplin siswa dalam menaati tata tertib sekolah berarti perilaku

siswa dalam menaati segala peraturan yang dibuat oleh pihak sekolah

termasuk cara siswa dalam bersikap dan berpakaian sesuai peraturan

sekolah.

2) Perilaku kedisiplinan di dalam kelas, dengan sub indikator :

a. Mengikuti pelajaran di sekolah

Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah dapat

dilihat dari persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran di kelas

hingga sikap siswa selama pembelajaran di kelas berlangsung.

b. Mengerjakan tugas di sekolah


40

Mengerjakan tugas merupakan salah satu kegiatan dalam belajar

yang dilakukan didalam maupun diluar jam pelajaran. Tugas tersebut

mencakup mengerjakan soal-soal latihan baik yang ada dalam buku

pegangan maupun soal-soal latihan buatan sendiri, menjawab soal

ulangan harian, ulangan umum dan ujian. Tujuan dari pemberian

tugas adalah untuk menambah pemahaman dan penguasaan terhadap

materi yang sudah disampaikan, agar siswa berhasil dalam belajarnya.

3) Disiplin dalam menepati jadwal belajar

a. Tepat waktu dalam belajar

Belajar merupakan kewajiban bagi siswa karena untuk mengetahui

dan mendapatkan berbagai kecakapan. Dengan disiplin belajar, siswa

akan dapat memanfaatkan dan menghargai waktunya untuk belajar

dengan sebaik-baiknya.

b. Disiplin dalam mengerjakan tugas sekolah di rumah/PR

Pemanfaatan waktu secara efektif dan efisien merupakan salah satu

cara terbaik untuk melatih sikap disiplin terutama disiplin belajar di

rumah, seperti disiplin dalam mengerjakan PR.

4) Belajar secara teratur, dengan sub indikator :

a. Teratur dalam belajar dan mengerjakan tugas

Keteraturan dalam belajar merupakan usaha untuk memperoleh

hasil belajar yang maksimal, karena dengan keteraturan siswa akan lebih

disiplin dalam belajar. perilaku


41

Berdaasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan disiplin siswa dalam

belajar atau disiplin belajar dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap

aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah,

yang meliputi waktu masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam

berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain

sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan

dengan aktifitas belajar di sekolah.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis dan Kedisiplinan Belajar Secara

Bersama-sama Terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan

Kepentingan pengukuran tidak hanya bermakna bagi proses belajar siswa,

Proses belajar memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya baik yang berasal

dari dalam maupun dari luar proses belajar. Disiplin belajar dapat meningkatkan

ketekunan dan ketertiban dalam belajar begitu juga dengan fasilitas belajar yang

apabila fasilitas belajarnya tersedia, lengkap, dan dalam keadaan yang baik

semangat belajar akan muncul dengan sendirinya maka dapat meningkatkan

prestasi belajar.

Sikap disiplin dan kemampuan berpikir kritis dalam belajar dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Proses belajar di sekolah adalah proses yang

sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa

untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki

kemampuan dalam berfikir. Berfikir adalah segala aktivitas mental yang

membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau


42

memenuhi keinginan untuk memahami permasalahan yang kompleks dan

tingginya tuntutan pendidikan tidak mungkin teratasi hanya dengan

mengandalkan proses berfikir yang biasa saja, yaitu suatu proses berfikir

yang kurang sistematis ataupun analitis. Dengan demikian dapat diduga terdapat

hubungan positif antara kedisiplinan dan kemampuan berpikir kritis secara

bersama-sama terhadap prestasi belajar kewirausahaan

2. Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar

Kewirausahaan

Prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses

belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting,

karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan

diri dengan lingkungan disekitarnya. W. Gulo (2012:8) mengemukakan

“Belajar merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah laku, baik tingkah laku

dalam berfikir, bersikap dan berbuat. Dengan belajar, siswa dapat

mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Kemampuan berpikir kritis merupakan

kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi

efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Kemampuan berpikir kritis

merupakan kemampuan berpikir yang diawali dan diproses oleh otak kiri.

Dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan positif antara kemampuan

berpikir kritis terhadap prestasi belajar kewirusahaan

3. Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan


43

Disiplin adalah sikap patuh terhadap peraturan yang berlaku, sikap disiplin

sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sikap tersebut dapat

menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif untuk belajar, dengan

bersikap disiplin siswa dapat mencapai tujuan belajar.

Sikap disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

bprestasi belajar. Apabila seorang siswa memiliki sikap disiplin dalam kegiatan

belajarnya, maka kepatuhan dan ketekunan belajarnya akan terus meningkat

sehingga membuat prestasi belajar meningkat juga.

Jadi apabila siswa memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam kegiatan

belajar tentunya prestasi belajar yang diperoleh menjadi baik. Sebaliknya jika

siswa tidak memiliki sikap disiplin dalam belajar maka kegiatan belajarnya tidak

terencana dengan baik sehingga kegiatan belajarnya tidak teratur dan membuat

prestasi belajar akan menurun. Dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan

positif antara kedisiplinan terhadap prestasi belajar kewirausahaan

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya masih harus diuji secara empiris dengan alat uji yang ada. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan

belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar kewirausahaan

2. Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi

belajar kewirausahaan
44

3. Terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan belajar terhadap prestasi

belajar kewirausahaan

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SMK Inovatif Leuwiliang dan

SMK Terpadu Antam Bina Insani di kabupaten Bogor, tepatnya pada siswa kelas

X tahun pelajaran 2020/2021. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada

pertimbangan tujuan penelitian yaitu mengetahui kedisiplinan dan kemampuan

berpikir kritis terhadap prestasi belajar kewirausahaan di SMK swasta di

kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama dilakukan

penelitian pendahuluan yaitu mengumpulkan data terkait dengan jumlah populasi

dan jumlah sampel yang akan dijadikan obyek penelitian. Tahap kcdua melakukan

uji coba instrumen dan ditindak lanjuti dengan penelitian.

2. Waktu

Proses penelitian memakan waktu sekitar lima bulan terhitung dari bulan

September 2020 sampai dengan Januari 2021, mulai dari penentuan judul,

penyusunan proposal, pengambilan data, penyelesaian penelitian sampai siding

tesis dengan jadwal sebagai berikut :


45

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

No Kegiatan September Oktober Nopember Desember Januari


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persetujuan Judul
2 Penyusunan Instrumen
3 Uji Coba
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Hasil dan Perbaikan
7 Prediksi Sidang Tesis
8 Revisi tesis

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan teknik

analisis korelasional. Menurut Kerlinger yang dikutip oleh Sugiono (2015 : 7)

mengemukakan bahwa :

“ Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada suatu populasi


dimana data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi,
dan ulangan antar variabel sosiologis dan psikologis. Penelitian survey
biasanya dilakukan untuk mengambil satu generalisasi dari pengamatan
yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat
bila digunakan sampel yang representative”.

Sudjana (2010 : 367) mengemukakan“ dalam analisa korelasional hal

utama yang dianalisa adalah koefisien korelasi, yaitu hubungan yang

menunjukkan derajat hubungan antara dua variabel yang mempunyai hubungan

sebab akibat dan saling mengadakan perubahan.” Variabel penelitian ini yaitu
46

variabel terikat (dependent variable) adalah prestasi belajar siswa pada mata

kewirausahaan (Y) dan variabel bebas (independent variable) adalah kemampuan

berpikir kritis (X1), dan kedisiplinan belajar (X2). Diduga antar variabel bebas dan

terikat tersebut ada hubungan sebab akibat serta saling mengadakan perubahan.

Untuk itu teknik analisa pembuktian hipotesis tersebut digunakanteknik

korelasional. Adapun model konstelasi hubungan antar variabel dalam penelitin

ini adalah sebagai berikut :

X1

X2

Gambar 3.1 : Konstelasi hubungan antar variabel penelitian

Keterangan :

X1 : Kemampuan Berpikir Kritis

X2 : Kedisiplinan Belajar

Y : Prestasi Belajar Kewirausahaan

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok objek atau individu yang menjadi perhatian

penelitian yang dikenali generalasi penelitian, atau totalitas semua nilai yang

mungkin dari hasil menghitung, ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif

mengenai karekteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas,
47

populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK

Swasta di kabupaten Bogor dengan jumlah populasi 600 siswa

2. Sampel

Arikunto (dalam Riduwan 2014: 5) mengemukakan bahwa, "Sampel

adalah bagian dari populasi (sebagaian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel

penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan

dapat mewakili seluruh populasi".

Singarimbun dan Sofian Effendi (2009:150), mengemukakan bahwa suatu

metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti di bawah

ini:

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi


yang diteliti
2. Dapat menentukan posisi dari hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku (standar) dari tafsiran yang diperoleh
3. Sederhana, hingga mudah dilaksanakan
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-
rendahnya

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 60 orang siswa dari 600 SMK

swasta yang ada di kabupaten Bogor . Adapun kelas yang dipilih sebagai sampel

diacak dengan menggunakan taknik random sampling dengan cara undian. Hal ini

dilakukan agar siswa yang terpilih sebagai responden mampu menggambatkan

kondisi nyata.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa SMK swasta di

kabupaten Bogor dengan ukuran populasi yang berjumlah 598 siswa.

Menurut Sugiyono (2008 : 62) mengemukakan “ bahwa berdasarkan tabel

Krecjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas


48

kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan

95% terhadap populasi. Berdasarkan tabel Krecjie dapat dilihat bahwa bila

jumlah populasi 100 maka sampelnya 80, bila populasi 1000 maka

sampelnya 278, bila populasi 10.000 maka sampelnya 370 dan bila jumlah

populasinya 100.000 maka jumlah sampelnya 384, dengan demikian

makin besar populasi makin kecil prosentase sampel. Oleh karena itu tidak

tepat bila ukuran populasinya berbeda prosentase sampelnya sama,

misalnya 10%.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan

proposional sample random sampling. Jumlah populasi sebanyak 600

siswa sedang yang diambil untuk penelitian 60 siswa dari jumlah populasi.

Dari jumlah sampel tersebut sesuai dengan teknik pengambilan sampel

seperti tertera dalam tabel Krecjie dengan tingkat kesalahan 5%. Jadi

sampel tersebut telah mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap

populasi yang ada. Dari jumlah sampel tersebut kemudian ditentukan

masing-masing sampel menurut tiap-tiap sekolah secara proposional

dengan rumus.

NI
n1 = X no
∑N

Keterangan :

n1 = banyaknya sampel masing-masing unit

no = banyaknya sampel yang diambil dari seluruh unit

NI = banyaknya populasi dari masing-masing unit


49

∑N = jumlah populasi dari seluruh unit

Berdasarkan rumus diatas, diperoleh jumlah sampel pada masing-

masing sekolah, sebagai berikut :

Tabel 3.2
Penetapan Sampel Penelitian

Nama Sekolah Jumlah Siswa Perhitungan Ukuran


Sampel
SMK Inovatif Leuwiliang 370 370/600 x 60 37
SMK Terpadu Antam Bina 230 230/600 x 60 23
Insani
Jumlah 600 60

D. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tehnik

seperti angket, tes, dan dokumen. Sedangkan bentuk penelitiannya adalah kajian

analitis dengan menggunakan metode survey langsung kelapangan dengan

mendatangi responden untuk mengisi angket yang telah disiapkan (untuk variabel

kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan. Setelah diisi kemudian dikumpulkan

kembali guna kepentingan analisis

Untuk penelitian tehnik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara

diantaranya pengumpulan data kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan

dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa yang terpilih sebagai sampel

penelitian. Selanjutnya untuk prestasi belajar kewirausahaan data dikumpulkan

dengan melaksanakan tes dalam bentuk pilihan ganda.


50

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Instrumen Prestasi Belajar Kewirausahaan

a. Definisi Konseptual

Prestasi belajar siswa pada pelajaran kewirausahaan adalah tingkat

pencapaian kemampuan pengetahuan siswa pada materi kewirausahaan, serta

pencapaian keterampilan dan sikap yang terkait dengan wawasan tentang materi

ekonomi islam

b. Definisi Operasional

Prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi adalah skor yang

mencerminkan tingkat pencapaian kemampuan siswa pada pelajaran

kewirausahaan pada spek pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang materi

kewirausahaan yang diukur melalui tes/ulangan dengan soal berbentuk pilihan

ganda.

2. InstrumenVariabel Kemampuan Berpikir Kritis

a. Defisi Konseptual

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu proses

berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan

sistem konseptual siswa. Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk

akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti
51

dipercaya atau dilakukan”. Dalam penalaran dibutuhkan kemampuan

berpikir kritis atau dengan kata lain kemampuan berpikir kritis

merupakan bagian dari penalaran.

b. Definisi Operasional

Kemampuan berpikir kritis adalah skor yang diperoleh mengenai

kemampuan siswa untuk membedakan, menganalisis, mengatribusikan.

c. Kisis-kisi Instrumen

Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis

Indikator Sub Indikator Keterangan

 Membedakan
Analisis  Menganalisis
 Mengatribusikan

Berpikir Kritis

Evaluasi  Memeriksa
 Mengkritik

d. Validitas Instrumen

Valiabel instrumen penelitian dilakukan dengan menentukan nilai validitas

dan realibitas, langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kehandalan dan

kesahihan alat ukur yang digunakan untuk variabel tes kemampuan berpikir kritis.
52

Arikunto (2001 :75) mengemukakan rumus validitas yang digunakan adalah

korelasi point biserial (rpb) :

x i−x t pi
r pb=
St √ qi

Keterangan :

rpb : Koefisien korelasi point biserial

Xi : rata-rata skor total responden yang menjawab benar

Xt : rata-rata skor total seluruh responden

pi ; proporsi jawaban benar butir i

qi : proporsi jawaban salah butir i

St : Standar deviasi skor total

Dalam pemberian interhasil terhadap rpb digunakan db sebesar (N-nr)

dengan N = Jumlah siswa dan nr = 2, kemudian rpb dikonsultasikan kepada tabel

nilai r product moment, untuk jumlah responden sebanyak 30 siswa pada taraf

signifikan 5%. Setelah dilakukan perhitungan validitas, butir soal dikatakan valid

jika nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (rhitung > rtabel) untuk taraf signifikan α = 5%

dan n = jumlah anggota sampel.

e. Reliabilitas Instrumen

Pengujian realibilitas instrumen prestasi belajar ekonomi islam dilakukan

untuk semua butir tes denngan menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-

20) yaitu (Sugiyono, 2008:186):

k ∑ piqi
rii =
( )(
k −1
1−
si 2 )
dimana:
53

rii = koefisien reliabilitas tes

k = banyaknya butir

piqi = hasil kali pi dan qi

pi = proporsi menjawab benar untuk butir nomor 1

qi = proporsi menjawab salah untuk butir nomor 1

S12 = varian skor total

Untuk perhitungan reliabilitas instrumen pengukuran berpikir kritis

menggunakan rumus Alpha Cronbach reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan

selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu sisi dengan taraf signifikansi

() = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k-2 dimana k = banyaknya soal yang

valid. Kriteria reliabilitasnya adalah jika rhitung lebih besar dari pada 0,70 maka

instrumen tersebut reliabel

3. Insrumen Variabel Kedisiplinan Belajar

Untuk mengukur secara kuantitatif, maka variable penelitian didefinisikan

sebagai berikut :

a. Definisi konseptual

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

b. Definisi Operasional
54

Kedisiplinan adalah skor yang diperoleh mengenai kemampuan siswa

untuk menjalankan proses belajar mengajar, mengetahui tata tertib sekolah,

memahami tugas yang diberikan, dan memahami pentingnya disiplin.

c. Kisi-kisi Instrumen

Untuk mengukur tingkat kedisiplinan siswa, penulis menggunakan

instrumen angket yang terdiri dari 25 pernyataan.

Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Kedisiplinan Belajar

No Pertanyaan
Positif Negatif
No Dimensi Indikator
Tepat waktu dalam belajar
1 Disiplin belajar di Disipilin dalam mengerjakan
rumah tugas sekolah di rumah
Belajar secara teratur

Disiplin masuk sekolah


Disiplin belajar di Disiplin mengerjakan tugas
sekolah Disiplin mengikuti pelajaran
2 di sekolah
Disiplin dalam mentaati tata
tertib

Jumlah

d. Validitas Instrumen

Instrumen yang disusun untuk mengukur tingkat disiplin yaitu berupa

pernyataan skala sikap dengan pilihan jawaban : Selalu (SL), Sering (SR),

Kadang-kadang (KD), Jarang (JR) atau Tidak Pernah (TP). Pernyataan disusun
55

hingga mempunyai unsur positif dan negatif, sedangkan untuk setiap pilihan

jawaban tersebut untuk semua pernyataan positif skornya adalah SL = 5, SR= 4,

KD = 3, JR = 2, TP = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, SL = 1, SR = 2, KD

= 3, JR = 4, TP = 5

1) Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid jika

mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini dilakukan uji coba instrumen tes untuk

menguji validitas empirik. Untuk menguji validitas butir soal tes uraian,

digunakan rumus Korelasi Product Moment Angka Kasar yang

dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2010:72), yaitu :

r xy =n . ∑ xy−¿ ¿ ¿

Dimana:

r XY = Koefisien korelasi variabel X dan Y

X = Skor dari tiap soal

Y = Skor total

n = Banyaknya siswa

Untuk menghitung validitas butir pertanyaan angket kedisiplinan

menggunakan rumus korelasi product moment pearson, dimana kriteria

penerimaan butir instrumen valid atau tidk digunakan uji validitas


56

instrumen dengan rtabel yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf

signifikan () = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k-2 (dimana k =

banyaknya responden uji coba

2) Reliabilitas Instrumen

Instrumen kedisiplinan `ini menggunakan skala Likert maka pengujian

realiabilitas instrumen dilakukan untuk semua butir tes dengan menggunakan

rumus Alrpha Croanbach (Riduwan, 2004 : 125) yaitu:

∑ st
r 11 =
k
k−1{1−
st 2 }
Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen secara keseluruhan

k : jumlah butir angket

Si2 : jumlah varians dari skor tiap butir angket

St2 : varians dari skor total

` Untuk perhitungan reliabilitas instrumen pengukuran kedisiplinan

menggunakan rumus Alpha Cronbach reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan

selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu sisi dengan taraf signifikansi

() = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k-2 dimana k = banyaknya soal yang

valid. Kriteria reliabilitasnya adalah jika rhitung lebih besar dari pada 0,70 maka

instrumen tersebut reliabel.

F. Teknik Analisa Data

1. Statistik Deskriptif
57

Dalam analisis deskriptif akan dilakukan teknik penyajian data

dalam bentuk tabel disitribusi frekwensi, grafik/diagram batang untuk

masing-masing variabel. Selain itu juga masing-masing variabel akan

diolah dan dianalisis ukuran pemusatan dan letak seperti mean, modus,

dan median serta ukuran simpangan seperti jangkauan, variansi,

simpangan baku, kemencengan dan kurtosis.

Adapun langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekwensi dan

penyajian grafik poligon serta histogram dilakukan dengan langkah-

langkah berikut:

a. Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar

dikurangi data terkecil.

b. Menentukan banyak kelas (k) dengan aturan

Struges, yaitu

K = 1 + 3,3 log n, n = banyaknya data

c. Menentukan panjang kelas interval (P), yaitu

Ren tan g
P=
Banyakkelas
d. Menentukan ujung bawah interval kelas

pertama, yaitu < data terkecil.

e. Membuat tabel distribusi frekuensi secara lengkap, dengan jalan menentukan

ujung bawah (UB) dan ujung atas (UA) setiap interval kelas menghitung

banyaknya (frekwensi) data untuk masing-masing kelas interval.

f. Menggambar grafik histogram, dengan terlebih dahulu menentukan tepi

bawah (TB) dan tepi atas (TA) untuk masing-masing kelas interval, yaitu :
58

TB = UB – ½ satuan data, dan TA = UA + ½ satuan data.

g. Menggambarkan grafik poligon frekwensi, dengan terlebih dulu menentukan

nilai tengah (Yi) masing-masing kelas interval, yaitu Yi = ½ (UA-UB).

Sedangkan ukuran pusat, letak dan simpangan diantaanya dapat

ditentukan dengan rumus-rumus berikut:

1) Menentukan Mean/rata-rata (Y), dengan rumus:

Y=
∑ Y i . fi
n
2) Menentukan Modus (Mo), dengan rumus:

b1
Mo=b+ p
( b 1 +b2 )
Keterangan :

Mo = Modus

p = panjang kelas

b = batas bawah kelas modus, ialah kelas interval dengan frekuensi


terbanyak
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat
sebelumnya
b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat

sesudahnya

3) Menentukan Median (Me), dengan rumus:

Me = b + p
( )
2
n−F
f dimana :
Me = Median
n = banyaknya data
59

F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median


f = Frekuensi kelas median
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median

4) Variansi (SD) dan Simpangan Baku, dengan rumus:

k k 2
Yi 2 . fi Yi . fi
SD=∑
i=1 n

( ∑ n
i=1
) dan Simpangan Baku (S) = √ SD
Untuk mempersingkat waktu, sekaligus pemanfaatan teknologi, maka

perhitungan statistik deskriptif dalam penelitian ini akan diselesaikan

menggunakan bantuan program komputer SPSS 22.0.

2.. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, berdasarkan data-data

yang terkumpul dari hasil penelitian ini, terhadap data-data tersebut

terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas.

Uji Normalitas pada penelitian ini adalah “uji normalitas parametik”

dengan menggunakan uji Lilliefors. Uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal atau tidak

berdasarkan data sampel yang diperoleh.

Rumus yang dipakai untuk uji lilliefors adalah :

Lo=F ( Z i ) −S ( Z i )
Dimana :

Lo : L (observasi) atau harga mutlak terbesar


60

F(Zi) : Peluang angka baku

S(Zi) : Proporsi angka baku

Langkah-langkah pengujian Lilliefors adalah:

Menentukan hipotesis normal atau tidaknya data, yaitu:

Ho : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Tolak Ho jika Lo > Ltabel

Terima Ho jika Lo < Ltabel

i. Mengadakan pengamatan terhadap X1, X2, X3,…….,Xn

selanjutnya dijadikan angka baku Z1, Z2, Z3,…….,Zn dengan

menggunakan rumus :

( X i −X )
Zi=
S

ii. Untuk setiap angka baku tersebut dapat dihitung peluang F(Z 1)-

nya dengan menggunakan daftar distribusi normal, dengan

ketentuan :

a) Untuk Z1 yang (+) maka F(Z1) = 0,5 + Ztabel

b) Untuk Z1 yang (-) maka F(Z1) = 0,5 - Ztabel

iii. Proporsi Z1, Z2, Z3,……..Zn/S(Zi) adalah S(Zi) = Xn/N

iv. Setelah F(Z1) –S(Z1) dihitung, kemudian ditentukan harga

mutlaknya.

v. Menentukan Lo yaitu harga terbesar dari harga mutlak F(Z 1) –

S(Z1)
61

vi. Menguji normalitas data dengan membandingkan Lo tersebut

dengan Ltabel sesuai dengan Kriteria pengujian. Pengujian

normalitas data ini dilakukan baik terhadap variabel X maupun

terhadap variabel Y.

b. Uji Linieritas

Pengujian linieritas garis regresi dalam penelitian ini digunakan Uji

F, rumusnya adalah sebagai berikut (Sudjana, 2010:327) :

JK (TC )
2
STC k−2
F= 2 =
SE JK ( E)
n−k

Dalam prakteknya, akan digunakan bantuan program SPSS 22.0

untuk menghitung uji linieritas, yaitu dengan melihat besarnya nilai

koefisien sig pada Deviation from Liniearity.

Kriteria pengujian linieritasnya adalah sebagai berikut:

jika sig > 0,05 maka garis regresi tersebut linier dan,

jika sig ≤ 0,05 maka garis regresi tersebut tidak linier

3. Uji Hipotesis Penelitian (Analisis Inferensial)

Setelah keseluruhan uji persyaratan analisis data dipenuhi dan

diketahui data layak untuk diolah lebih lanjut, maka langkah berikutnya

adalah menguji masing-masing hipotesis yang telah diajukan. Pengujian

hipotesis menggunakan teknik korelasi partial dan korelasi ganda, serta

regresi linier sederhana dan regresi linier ganda.


62

Dalam prakteknya, untuk perhitungan dan pengujian korelasi dan

regresi baik partial maupun ganda akan digunakan bantuan program SPSS

22.0. Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Analisis Korelasi

Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda bisa dilihat dari output program

SPSS melalui analisis regresi yakni pada tabel Model Summaryb. Signifikasi

dari koefisien korelasi tersebut diuji secara manual atau dengan bantuan

komputer melalui program aplikasi Microsoft Excel. Adapun rumus

pengujiannya adalah :

R2
k
F=
1− R 2
n −k −1

dimana : R = Ry.12 yaitu koefisien korelasi ganda

n adalah banyaknya anggota sampel

k adalah banyaknya variabel bebas

b. Analisis Regresi

1) Perhitungan Persamaan Garis Regresi

Hasil perhitungan garis regresi bisa dilihat dari output program SPSS

melalui analisis regresi yakni pada tabel Coefficientsa. Koefisien-koefisien

persamaan garis regresi ditunjukkan oleh bilangan-bilangan yang ada pada

kolom B untuk Unstandardized Coefficients.


63

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) ao
1 X1 a1
X2 a2
a. Dependent Variable: Y

Dari tabel di atas maka persamaan regresinya adalah

Y^ = a 0 + a 1 x1 + a2 x 2

2) Pengujian Signifikansi Regresi

Hasil pengujian signifikansi regresi ganda bisa dilihat dari output program

SPSS melalui analisis regresi yakni pada tabel ANOVAb kolom F atau Sig.

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression
1 Residual
Total
a. Predictors: (Constant), X1, X2
b. Dependent Variable: Y
64

Kriteria signifikansinya adalah :

a) Jika digunakan Kolom Sig, maka kriteria signifikansinya adalah

“jika Sig < 0,05 maka garis regresi tersebut signifikan”

b) Jika digunakan Kolom F, maka kriteria signifikansinya adalah

“jika Fhitung > Ftabel maka garis regresi tersebut signifikan”

Ftabel dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian statistik pada distribusi

F, yaitu pada taraf nyata α derajat (dk) pembilang = k dan derajat (dk)

penyebut = n – k – 1, dimana n adalah banyaknya anggota sampel dan

k adalah banyaknya variabel bebas.

G. Hipotesis Statistik

a. Hipotesis 1

H 0 : 1 = 2 = 0  tidak terdapat pengaruh yang signifikan

kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan

belajar secara bersama-sama terhadap

prestasi belajar kewirausahaan

H1 : 1 ≠ 0 dan 2 ≠ 0  terdapat pengaruh yang signifikan

kemampuan berpikir kritis dan kedisiplinan

belajar secara bersama-sama terhadap prestasi

belajar kewirausahaan

b. Hipotesis 2

H 0 : 1 = 0  tidak terdapat pengaruh yang signifikan

kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi

belajar kewirausahaan
65

H 1 : 1 ≠ 0  terdapat pengaruh yang signifikan

kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi

belajar kewirausahaan

c. Hipotesis 3

H 0 : 2 = 0  tidak terdapat pengaruh yang signifikan

kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar

kewirausahaan

H 1 : 1 ≠ 0  terdapat pengaruh pengaruh yang signifikan

kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar

kewirausahaan

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. (2013). Memahami berpikir kritis. Jakarta : Cemerlang

Ahmadi, A. 2004. Psikologo pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S.(2011), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta:


Rineka.
Azra, A. (2008). Demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat madani. Jakarta:
Tim ICCE UIN

Baharuddin & Wahyuni, E.N. (2007). Teori belajar dan pembelajaran.


Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Djamarah, S.B. (2012). Rahasia sukses belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta


66

Fathurrohman, P. (2009). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman


Konsep umum dan konsep Islam. Bandung: ; Refika Aditama.
Fisher, A. (2009). Berpikir kritis, Jakarta: Erlangga
Gulo, W. (2012). Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Grasindo.
Gunawan, A.W. (2011). Genius learning strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Imron, A. (2012) Manajemen peserta didik berbasis sekolah. Jakarta: Bumi


Aksara

Iskandar. (2009). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi. Aksara

Johnson, E. B. (2009). Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan


belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Mizan
Learning Center

Mulyasa, E. (2009). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif


dan menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2014), Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung : Alfabeta

Ruggiero, V.R. (2008). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative
Thought. New York: Longman, An Imprint of Addison Wesley
Longman, Inc

Santrock. J.W. (2013). Adolescance perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga

Singarimbun, M. Dan Effendi, S. (2006). Metode penelitian survey. Jakarta :


LP3ES

Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru


Algensindo.

------------------ (2010). Metode statistik, Bandung : Tarsito

Suherman, E. (2010). Desain pembelajaran kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Sujiono. (2015). Metode perkembangan kognitif. Jakarta : Pustaka Pelajar

Susilowati, D. (2009). Upaya meningkatkan kemandirian Belajar.


Yogyakarta : UNY

Suryabrata. (2012). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Persada.

Surya, H. (2011). Strategi jitu mencapai kesuksesan belajar , Jakarta: Elek Media
Komputindo
67

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sugihartono. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY

Sukmadinata, N.S. (2014). Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Solihatin & Raharjo. (2015). Cooperative learning analisis model pembelajaran.


Kewirausahaan.

Sugiyono. (2005). Metode penelitian kualitatif, Bandung: Alfabeta.

---------------- (2003). Metode penelitian bisnis. Edisi 1, Bandung: Alfabeta.

Syah, M. (2008). Psikologi belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Wiratmo, M. (2011). Pengantar kewiraswastaan. Yogyakarta: BPFE.

Wiyani, N.A. (2013). Manajemen kelas (teori dan aplikasi untuk menciptakan
kelas yang kondusif. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media

Zimmerer, T.W. (2013). Kewirausahaan dan manajemen usaha kecil. Jakarta:


Salemba Empat

Jurnal :
Murjono. (2006). Inteligensi Dalam Hubungannya Dengan Prestasi Belajar.
Anima. Vol. XI. Nomor 42, Januari-Maret

Anda mungkin juga menyukai