Anda di halaman 1dari 10

RESUME ANTROPOLOGI HUKUM

Buku "ANTROPOLOGI HUKUM BEBERAPA CATATAN PEMAHAMAN


BEKERJANYA HUKUM DALAM MASYARAKAT"

Nama dosen : Eka Jaya Subadi, SH., MH

Oleh

Nama : Ni Luh Putu Wulandari

NIM : D1A019428

Kelas : C1

1
Daftar isi

A. Bab 1

 Halaman 01-10..........................................................03
 Halaman 11-19..........................................................05

B. Bab 2

 Halaman 21-28..........................................................06

C. Bab 3

 Halaman 29-40..........................................................08

D. Bab 4

 Halaman 41-52..........................................................10

2
A. BAB 1 HALAMAN 1-10

TELAAH TERHADAP HUKUM DARI SEGU ANTROPOLOGIS


1. Ciri-ciri dari pendekatan antropoligis antara lain, mempelajari budaya manusia
sebagai salah satu yang utuh dimana semua bagiannya saling berkaitan.
Antropologi juga mempelajari tentang gejala-gejala masyarakat secara lintas
budaya. Selain itu, antropologi mengamati bahwa selalu ada usaha dalam
masyarakat untuk mewujudkan ketertiban sosial, keteraturan sosial dan
antropoligi menelaan hukum dengan bertolak belakang dari kenyataan dengan
pendekatan empiris.

2. Dalam buku ini, dijelaskan relevansi untuk menelaah hukum dari segi
antropologi dengan mengevaluasi beberapa contoh permasalahan seperti
masalah apa yang timbul juga suatu suku masih memiliki norma-norma tradisional
yang kuat sedangkan dalam hukum nasional hukum-hukum yang harus ditaati itu
justru di larang.

Dalam masalah tersebut, maka dijelaskan bahwa antropologi hukum tidak dapat
memecahkan masalahnya karena antropologi hukum bukan ilmu terapan. Ia
hanya mencari kejelasan seluk beluknya dan memahami latar belakang budaya
dari hukun sehingga dapat dimengerti mengapa masyarakat sulit meninggalkan
norma-norma tradisi sehingga ahli hukum dapat lebih bijaksana melaksanakan
tugasnya.

3. Mendefinisikan hukum dari segi antropoligi.

Dalam antropologi hukum, masalah bagaimana mendefinisikan hukum supaya


ada kesepakatan mengenai apa yang ditelaah agar dapat mengadakan
olerasionalisasi konsep menjadi salah satu pokok pembicaraan yang penting.
Pengertian itu sendiri tidaklah sempit sehingga menjangkau gejala hukum dalam
berbagai masyarakat.

Definisi hukum itu sendiri tidak legislatik. Tidak dapat dilihat adanya suatu
otoritas yang jelas, namun norma yang dihayati ini sangat dalam akarnya.
Antropologi melihat kenyataan dan tercapai suatu ketertiban berkat adanya

3
aturan-aturan yang di taati sebagai pedoman berlaku yang dihayati oleh
masyarakat sebagai pokok-pokok yang ditekuni.

4
BAB 1 HALAMAN 11-19

4. Perbedaan ilustrasi mengenai pokok-pokok yang diteliti oleh


antropologi budaya

Dalam buku ini dijelaskan mengenai pokok-pokok yang diteliti oleh


antropologi hukum, seperti kewajiban berdasarkan pela yang masih
ditaati oleh orang-orang Maluku di negeri Belanda, kawin lari dari
Lombok sampai cara-cara penyelesaian sengketayang terjadi di luar
pengadilan negeri/resmi.

Topik-topik inilah yang ditelaah bagaimana keserasian diantara


ketentuan-ketentuan baru yang dikodifikasikan secara unifikasi dengan
praktek-praktek nyata ada, berdasarkan tradisi/norma adat yang telah
lama umurnya.

5. Sosiologi hukum dan antropologi hukum

Dalam buku ini penulis menjelaskan perbedaan sosiologi hukum


dengan antropologi hukum. Mulai daru perkembangan sejarah,
antrolologi hukum awal mulanya berkembang di Eropa Barat.
Cenderung menelaah sistem-sistem sosial yang pramodern. Sedangkan,
sosiologi hukum berkembang karena adanya kesadaran diantara ahli-
ahli hukum di Eropa Barat dan menelaah kehidupan masyarakat
berkaitan dengan hukum tertulis di Barat.

Antropologi hukum menggunakan metode non kuantitatif dan sangat


mengandalkan pendekatan pribadi dan interview mendalam.
Sedangkan, sosiologi hukum mengandalkan masyarakat modern yang
digunakan kuisioner dab pendekatan lebih kuantitatif.

5
B. BAB 2 HALAMAN 21-28

SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI HUKUM


1. Sejarah perkembangan antropologi hukum dikaitkan dengan upaya awal para
ahli dalam mendefinisikan hukum dan perdebatannya.

Bahan dasar antropologi hukum menurut sejarahnya berasal dari etnografi yang
diolah oleh para sarjana Barat. Dalam buku ini, beberapa tokoh menyebutkan
definisi hukum secara ringkas seperti Radcliffe Bronislaw M., Paul Bohannan,
Leopold Pospisil, namun yang memiliki definisi paling berpengaruh adalag
Adamson Hoebel. Menurutnya, hukum yang menyatakan hidup dalam
masyarakat hanya dapat diketahui dari ditelusurinya suatu sengketa dalam
masyarakat.

2. Era Revolusuonism

Dasar pada pemikiran paham evolusi adalah hukum berkembang dari yang
sederhana menuju yang kompleks. Teori klasik ini muncul sepanjang masa dengab
fase yang berbeda, namun memiliki ciri yang sama, yaitu persepektif yang sama,
Holistik, tinjauannya bersifat komparatif dan universal. Adapun 3 macam
perkembangan masyarakat menurut Maine yaitu masyarakat purba, masyarakat
suku dan masyarakat wilayah bersama. Tokoh evolusi lain yaitu Jj Bachofen
dimana menurutnya hukum keluarga berkembang melalui naskah Promiskuitas,
Matriarkal, Patriarkal, Parental.

3. Era Functionalism

Dasar pemikiran era ini adalah masyarakat dianalisa sebagai bagian yang terpisah
satu sama lain, saling tergantung berdasarkan fungsinya. Ciri-ciringa yaitu teori
tidak lagi bersifat universal tetapi mengenai masyarakat dan methodenya mulai
turun ke lapangan dan membuat deskripsi.

Pandangan Brownislaw tentang hukun antara lain

 Dalam masyarakat modern, tata tertib dijaga oleh suatu sisten


pengendalian sosial.

6
 Masyarakat primitif kadang tidak memikiki alat kekuasaan.
 Brownislaw menolak gagasan automatic spontaneous submission to
tradition .

Sedangakn, Malinowski dalam methodologinya mensyarajatkan seorang peneliti


lapangan harus

 Menguasai bahasa lokal


 Mengumpulkan sebanyak mungkin kasus konkret
 Melatih diri mencapai keterampilan
 Pengumpulan data kuantitatif

C. BAB 3 HALAMAN 29-40

HUBUNGAN ANTARA SEJARAH HUKUM DAN ANTROPOLOGI HUKUM


1. Sejarah hukum

7
Sejarah hukun adalah ilmu pengetahuan yang empiris dibangun dari data
perustiwa masa lalu dengab objek kajiannya masyarakat. Sejarah hukum tidak
mencatat data, tidak membuat deskripsi tetapi membuat kejelasan mengenai
objek yang dipelajarinya. Sejarah hukum berfungsi mencairkan konsep yang telah
menjadi beku di tangan mereka yang menggunakan cara dogmatis, menempatkan
kembali pada asal usul munculnya konsep/lembaga hukum bersangkutan.

Dilihat dari mata waktu, hukum dimaksud untuk menghadapi persoalan yang ada
di depan. Rad Bruch mrngatakan bahwa dalam menafsirkan hukum hanya apa
yang tertera dalam peraturan/isi peraturan itu sendiri yang menentukan.

Hukum yang kita pakai dan temui sekarang tidak muncul begitu saja melainkan
memiliki proses pembentukan sendiri. Mengenali dan memahami secara
sistematis berjalanannya proses tersebut akan memberikan tambahan
pengetahuan untuk dapat menangkap kehadirab hukum yang baik.

2. Antropologi hukum dalam sejarah

Antropologi bermula pada abad ke 19 berkehendak mempelajari kesukuan di


berbagai bagian dunia. Salah satu aliran dalam antropologi modern yang cukuo
menarik perhatian adalag aliran kultural fungsional. Menurutnya satu-satunya
cara untuk menjelaskan masyarakat secara seksama adalah dengab mengamati
dan merumuskan fungsi dari lembaga/kerangka kebudayaan. Antropologi hukum
menerima kehadiran hukum sebagai suatu yang sangat vital dengab demikian
hukum diterima dari sudut pandang yang sangat luas. Bagi ilmu hukum pada
umumnya, pendekatan antropoligi telah menambahkan persepektif baru yang
lebih luas, menurutnya study hukum di tuntut untuk melihat suatu yang
menyeluruh dalam masyarakat.

Antropologi juga menambahkan suatu persepektif kesejarahan dalam studi


hukum dan mendorong kita untuk mempelajari perkembangan hukum.

Sejarah hukum dipelajari untuk memperoleh keyakinan yang lebih baik mengenai
peraturan , konsep dan lembaga hukum sekarang. Pengkajian sejarah hukum
tidak bisa mengabaikan keseharusannya untuk memberikan kejelasan. Disinilah

8
antropologi akan datang membantu dengab memaparkan uraian tentang
kemunculan, perkembangan serta perubahan hukum itu.

D. BAB 4 HALAMAN 41-52

KAJIAN ANTROPOLOGI HUKUM DAN SUMBANGANNYA BAGI PENGEMBANGAN


ILMU HUKUM DI FAKULTAS HUKUM

1. Sekilas mengenai antropologi hukum

9
Dalam perjalanan sejarahnya, para ahli hukum merasakan adanya cara pandang
lain dalam melihat hukum. Hukum tidak bisa dipahami secara yuridis normatif
saja, tetapi untuk bisa mendapat pemahaman dan kejelasan mengenai masalah
hukum dan dipahami dalam kaitannya dengab konteks sosial yang lebih luas.

Kemunculan ilmu antropologi hukum dihubungkan dengan evolusionism dan


aliran functionalism. Akhirnya ilmu mandiri dengab karakternya yang khas,
metode penelitian yang semakin mantap dan dengab pusat perhatian tersendiri
menandai lahirnya antropologi hukum.

2. Sumbangan antropologi hukum bagi kajian hukum

Ahli hukum mengkaji suatu permasalahan tertentu dengan mengidentifikasi


berbagai macam peraturan perundang undangan yang mengatur oermasalahan
tersebut kemudian menganalisa isi apakah memenuhi asas-asas yang secara
yuridis formal mengikat. Dengan pendekatan antropologi hukum dimungkinkan
untuk mengkaji permasalahan tersebut secara lebih jauh dsn juga melihat apakah
ada tatanan normatif yang lain juga mengatur permasalahan tersebut.

Pada awal perkembangannya, dalam rangka hendak mencari hukum apa yang
hidup di masyarakat para ahli kenggunakan metode kasus sengketa. Sampai saat
ini metode tersebut masih berguna sebagai jembatan antara hukum yang
harusnya berlaku dengabn perilaku hukum yang aktual dalam masyarakat.

Pendekatan-pendekatan yang berkembang dalam kepustakaan antropologu


hukum menawarkan suatu penjelasan yang lebih luas dan mendalam mengenai
kompeksitas norma yang benar-benar hidup di masyarakat. Secara praktis, akan
membantu memberikan sumbangannya kepada pemecahan permasalahan yang
berhubungan dengan interaksi antara hukum rakyat dengan hukum negara. Hal
ini juga berarti memberikan sumbangan kepada masa.

10

Anda mungkin juga menyukai