Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“mekanisme perijinan angkutan darat” ini tepat pada waktunya.
Terimakasih kepada pihak - pihak yang telah membantu kami
mendapatkan informasi tentang segala yang berkaitan dengan makalah ini .
Kami pun meyadari mungkin terdapat kekurangan pada makalah ini
oleh sebab itu kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan agar
kedepannya kami dapat merangkai makalah yang lebih baik lagi dan tentunya
lebih berkualitas..

Ubung. 16 Juni 2020


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Hakekat Transportasi Darat..........................................................................3
B. Mekanisme Perizinan Angkutan Darat........................................................6
C. Dampak Negatif Yang di Timbulkan Oleh Transportasi Darat.................11
D. Dampak Positif Yang di Timbulkan Oleh Transportasi Darat...................15
E. Mengelolah Masalah Transportasi Darat...................................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................21
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. Saran...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Transportasi merupakan urat nadi Pembangunan Nasioanal untuk
melancarakan arus manusia barang maupu informasi sebagai penunjang
tercapainya pengalokasian sumber-sumber perekonomian secara optimal
untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau
daya beli masyarakat. Transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat di
Indonesia adalah sala satunya transportasi darat. Pertambahan penduduk dan
luas kota menyebabkan jumlah lalu lintas juga meningkat. Sedangkan sistem
lalu lintas mendekati jenuh, sehingga bertambahnya jumlah lalu lintas
berpengaruh besar terhadap lingkungan.
Saat ini di indonesia sedang manghadapi masalah yang cukup rumit
berkaitan dengan transportasi darat. Jumlah penduduk yang semakin
bertambah, dibarengi dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap
kendaraan bermotor memicu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Sarana transportasi darat berkembang mengikuti fenomena yang
timbul. Pemilihan sistem transportasi yang salah untuk wilayah perkotaan
dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan bagi masyarakat
maupun linglungan., Perkembangan teknologi di bidang transportasi dapat
menuntut adanya perkembangan teknologi prasarana transportasi darat berupa
jaringan jalan. Sistem transportasi darat yang berkembang semakin cepat
menuntut perubahan tata jaringan jalan yang dapat menampung kebutuhan lalu
lintas yang berkembang tersebut. Perkembangan tata jaringan jalan baru akan
membutuhkan ketersediaan lahan yang lebih luas. Kebutuhan lahan yang
sangat luas untuk sistem transportasi darat ini mempunyai pengaruh besar
terhadap pola tata guna lahan, terutama di daerah perkotaan. Di sini masalah
lingkungan perlu diperhatikan. Perubahan tata guna lahan akan berpengaruh
terhadap kondisi fisik tanah, serta masalah sosial dan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu
“bagaimanakah mekanisme perizinan angkutan darat” ?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme
perizinan angkutan darat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hakekat Transportasi Darat


Transportasi atau perangkutan adalah perpindahandari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan.
1. Unsur-Unsur Dasar Transportasi
Ada lima unsur pokok transportasi, yaitu :
a. Manusia, yang membutuhkan transportasi
b. Barang, yang diperlukan manusia
c. Kendaraan, sebagai sarana transportasi
d. Jalan, sebagai prasarana transportasi
e. Organisasi, sebagai pengelola transportasi
Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk
terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang
diangkut akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti pada
saat awal diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dulu ciri
penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana, serta
pelaksanaan transportasi.
Transportasi darat atau perangkutan darat adalah pemindahan /
pengangkutan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan alat pengangkutan melalui jalan darat, baik yang digerakkan
oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin.
Transportasi darat di pilih berdasarkan faktor-faktor :
a. Jenis dan spesifikasi kendaraan
b. Jarak perjalanan
c. Tujuan perjalanan
d. Ketersediaan mode
e. Ukuran kota dan kerapatan permukiman
f. Faktor sosial-ekonomi
2. Jenis - jenis dari transportasi angkutan darat adalah
a. Angkutan Jalan
Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Berdasarkan
Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan, maka Angkutan Jalan
diklasifikasikan sebagai berikut:
 Bus
Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk empat duduk pengemudi,
baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
 Taxi
Taxi Adalah angkutan umum yang menggunakan mobil untuk
mengangkut penumpangnya. Taksi umumnya menggunakan mobil
jenis sedan, namun di beberapa negara ada pula taksi jenis van
yang dapat mengangkut lebih banyak penumpang atau muatan.
 Mikrolet
Mikrolet adalah istilah yang merujuk kepada kendaraan umum
dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak seperti bus yang
mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah
ditentukan, mikrolet dapat berhenti untuk menaikkan atau
menurunkan penumpang di mana saja.
 Bemo
Bemo adalah kendaraan bermotor beroda tiga yang mulai
digunakan di Jakarta pada awal tahun 1960-an. Mulanya bemo
diharapkan dapat menggantikan peranan becak yang dianggap
tidak manusiawi karena memanfaatkan tenaga manusia sebagai
penggeraknya. Karena itu kendaraan angkutan yang aslinya di
negara asalnya Jepang digunakan untuk mengangkut barang.
 Becak
Becak (dari bahasa Hokkien: be chia “kereta kuda”) adalah suatu
moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia
dan juga di sebagian Asia. Becak merupakan alat angkutan yang
ramah lingkungan karena tidak menyebabkan polusi udara dan
tidak menyebabkan kebisingan. Meskipun begitu, kehadiran becak
di perkotaan dapat mengganggu lalu lintas karena kecepatannya
yang lamban dibandingkan dengan mobil maupun sepeda motor.
 Delman
Delman adalah kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua,
tiga atau empat yang tidak menggunakan mesin tetapi
menggunakan kuda sebagai penggantinya. Nama kendaraan ini
berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman,
seorang litografer dan insinyur di masa Hindia Belanda.
b. Angkutan Rel
Adapun jenis transportasi rel adalah :
 Kereta
Kereta adalah kendaraan beroda yang merupakan bagian dari
sebuah rangkaian kereta api dan digunakan untuk mengangkut
penumpang. Kereta umumnya dilengkapi dengan sistem listrik,
sistem hiburan audio visual, dan toilet. Di daerah atau negara-
negara tertentu kereta dilengkapi dengan tempat tidur untuk
perjalanan malam hari. Pada awalnya kereta hanya diberi tempat
duduk dan tidak diberi atap (untuk kelas ekonomi) atau diberi atap
(untuk kelas khusus). kereta umumnya tertutup dan tidak
dilengkapi dengan kabin / kamar tersendiri sebagaimana kereta
yang umum dijumpai saat ini di Indonesia.
B. Mekanisme Perizinan Angkutan Darat
C. Dampak Negatif Yang di Timbulkan Oleh Transportasi Darat
Berkembangnya alat transportasi darat menyebabkan dampak yang
negatif maupun dampak yang positif bagi manusia maupun bagi lingkungan.
Adapun dampak negatif yang di timbulkan oleh berkembangnya transportasi
darat adalah sebagai berikut :
1. Polusi Udara
Seiring dengan berkembangnya sistem transportasi darat, salah satu
dampak yang di timbulkan adalah meningkatnya polusi udara. Secara
umum definisi polusi udara adalah perbedaan komposisi udara aktual
dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak
mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat pencemaran udara
sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Ada banyak sumber pencemaran
udara yang salah satunya yang terbesar adalah dari sektor transportasi
seperti :
a. Kualitas Bahan Bakar Minyak
Ketersediaan bensin tanpa timbal (unleaded gasoline) dan
minyak solar dengan kandungan belerang rendah merupakan faktor
kunci dalam penurunan emisi kendaraan, karena bahan bakar jenis
tersebut merupakan prasyarat bagi penggunaan teknologi kendaraan
yang mutakhir yang mampu mengurangi emisi kendaraan secara
signifikan. Spesifikasi bahan bakar yang tersedia di Indonesia
mengikuti spesifikasi bahan bakar yang berlaku saat ini sesuai dengan
Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas
(Migas) No. 108. K/72/DDJM/1997 yang memperbolehkan kandungan
timbal hingga 0.30 gram/liter serta tekanan uap (Reid Vapour
Pressure) 62 kPa pada suhu 37,8 C untuk bahan bakar bensin. SK
Dirjen Migas No. 113.K/72/DJM/1999 juga memperbolehkan
kandungan belerang hingga 5000 ppm dan angka setana minimum 48
pada bahan bakar solar. Dengan kualitas bahan bakar sesuai dengan
spesifikasi tersebut sulit untuk mewajibkan produsen kendaraan
bermotor memasang peralatan pereduksi emisi (katalis) pada
kendaraan. Walaupun bensin tanpa timbal telah tersedia di beberapa
wilayah di Indonesia, namun ketidaktersediaan bensin tanpa timbal di
hampir seluruh wilayah Indonesia belum dapat mendukung penerapan
teknologi tersebut.
b. Emisi Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran
udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan
bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi
pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran sempurna, emisi paling
signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor berdasarkan massa
adalah gas karbon dioksida (CO2) dan uap air, namun kondisi ini
jarang terjadi. Hampir semua bahan bakar mengandung polutan
dengan kemungkinan pengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan
hidrokarbon ringan seperti metana (CH4). Polutan yang dihasilkan
kendaraan bermotor yang menggunakan BBM antara lain CO, HC,
SO2, NO2, dan partikulat.
Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah:
 Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan
 Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor berkala untuk
kendaraan umum tidak berjalan efektif
 Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari
penegakan hukum (terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan
jalan) belum diterapkan
 Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi
pereduksi emisi seperti katalis karena tidak tersedianya bahan
bakar yang sesuai untuk penggunaan katalis tersebut
 Kualitas BBM yang rendah
 Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang
menggunakan bahan bakar alternatif masih belum memadai
 Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala
yang dapat menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan bakar masih kurang
 Disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam
kategori penghasil emisi terbesar belum diperkenalkan.
c. Sistem Transportasi dan Manajemen Lalu Lintas
Sistem manajemen transportasi dan tata ruang perkotaan
mempengaruhi pola pergerakan manusia dan kendaraan di suatu kota
yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas udara. Pengendalian
pencemaran udara melalui peningkatan sistem transportasi terfokus
pada dua aspek, yaitu pengurangan volume kendaraan dan
pengurangan kepadatan lalu lintas. Makin banyak volume kendaraan
yang beroperasi di jalan, makin banyak jumlah emisi gas buang total.
2. Polusi Suara
Bertambanya jumlah kendaraan yang tidak tekendali dan sistem
pembangnan pemukiman penduduk yang dekat dengan jalan raya, akan
mengakibatkan tidak tentram dan nyamannya penduduk sekitar akibat
polusi suara yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor. Polusi
suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang
diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman
makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara diakibatkan suara-suara
bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan
tidak menyenangkan. Suara bising yang terus-menerus dengan tingkat
kebisingan yang relatif tinggi dapat mengakibatkan dampak yang
merugikan kesehatan manusia. Ini dapat berarti gangguan
secara fisik maupun psikologis. Secara langsung, polusi suara seperti ini
dapat menyebabkan ketulian secara fisik dan tekanan psikologis. Lebih
jauh, tekanan psikis akan menyebabkan penyakit-penyakit lainnya muncul
pada manusia.
3. Kemacetan
Pertumbuhan kendaraan bermotor yang cepat di kota-kota besar,
tanpa di imbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang
memadai akan menimbulkan betumpuknya kendaraan dijalan sehingga
mengakibatkan kemacetan. Kemacetan adalah situasi atau keadaan
tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak
terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi
publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya
kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk,
misalnya Jakarta dan Bangkok. Kemacetan lalu lintas menjadi
permasalahan sehari-hari di kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan lalu
lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain :
Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah,
Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar
lebih rendah, Meningkatkan polusi udara, Meningkatkan stress pengguna
jalan..
4. Meningkatnya kecelakaan lalu-lintas
Pesatnya kendaran bermotor yang lalu lalang dijalan raya tanpa
diimbangi dengan kesadaran pengguna kendaraan untuk tertib berlalu-
lintas akan mengakibat terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Kecelakaan lalu-
lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan
dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini
dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang.
Kecelakaan lalu-lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap
tahun menurut WHO. Faktor yang mempengaruhi kecelakaan faktor
kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian
kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan
technologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap
kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan
kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan
pengujian kendaraan bermotor secara reguler.

D. Dampak Positif Yang di Timbulkan Oleh Transportasi Darat


Selain mempunyai beberapa damak negatif yang ditimbulkan oleh
adanya transportasi darat, sistem tansportasi juga ini juga mempunyai
beberapa dampak positif bagi kehidupan manusia. Adapun mengenai beberapa
dampak positif yang ditimbulkan oleh adanya transportasi darat secara umum
adalah:
1. Mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi
Transportasi dalam hal ini perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak
dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan.
2. Mempercepat lalulintas orang dan barang
Dengan adanya alat transportasi, maka pergerakan lalu lintas barang
dan orang akan menjadi lebih cepat, aman, nyaman dan terintegrasi.

E. Mengelolah Masalah Transportasi Darat


Sistem transportasi darat yang berkembang dengan pesat memerlukan
pengelolaan dan penataan yang baik dan benar. Untuk mencapai sistem
rtanportasi yang ideal, oleh karena itu dalam pembangunan dan
pengembangannya perlu memperhatikan efeknya terhadap manusia dan
lingkungan. Efek sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan
dengan melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari
perencanaan sistem transportasi, meliputi model transportasi, sarana, pola
aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan, dan bahan bakar yang digunakan.
Pemilihan model transportasi ditentukan dengan mempertimbangkan
salah satu persyaratan pokok, yaitu pemindahan barang dan manusia
dilakukan dalam jumlah yang terbesar dan jarak yang terkecil. Transportasi
massal merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan transportasi
individual.
Perencanaan sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan
prasarana yang sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi
antara lain volume penampungan, kecepatan rata-rata, aliran puncak,
keamanan pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi persyaratan
lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang
jalan, kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan.
Dalam mencapai sistem transportasi yang ramah lingkungan dan hemat
energi, persyaratan spesifikasi dasar prasarana jalan yang digunakan sangat
menentukan. Permukaan jalan halus, misalnya, akan mengurangi emisi
pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau tunggul
tanah dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat kebisingan
lingkungan pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan
mengurangi emisi pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi.
Dalam konteks ini, untuk mencapai sistem transportasi darat tersebut,
ada beberapa hal yang perlu dijalankan, di antaranya;
1. Rekayasa lalu lintas.
Rekayasa lalu lintas khususnya menentukan jalannya sistem
transportasi yang direncanakan. Penghematan energi dan reduksi emisi
pencemar dapat dioptimalkan secara terpadu dalam perencanaan jalur,
kecepatan rata-rata, jarak tempuh per kendaraan per tujuan (vehicle mile
trip dan passenger mile trip), dan seterusnya. pola berkendara (driving
pattern/cycle) pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu
lintas.
Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di
Indonesia belum tersedia hingga saat ini. Dalam perencanaan,
pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu lintas berjalan
dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil
mungkin, seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan (origin-
destination). Dengan meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal
ke titik tujuannya masing-masing akan dapat dicapai efisiensi bahan bakar
yang maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih besar.
2. Pengendalian pada sumber (mesin kendaraan).
Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi
merupakan bagian di dalam sistem transportasi yang akan memberikan
dampak bagi lingkungan fisik dan biologi akibat emisi pencemaran udara
dan kebisingan. Kedua jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh jenis
dan kinerja mesin penggerak yang digunakan. Persyaratan pengendalian
pencemaran seperti yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah terbukti
membawa perubahan-perubahan besar dalam perencanaan mesin
kendaraan bermotor yang beredar di dunia sekarang ini. Sejak tahun 1970,
bersamaan dengan krisis energi dan fenomena pencemaran udara di Los
Angeles Smog, dikeluarkan persyaratan-persyaratan yang ketat oleh
pemerintah Federal untuk mengendalikan emisi kendaraan bermotor dan
efisiensi bahan bakar.
Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam rencana mesin,
meliputi pemasangan (katup) PCV palse sistem karburasi, sistem
pemantikan yang memungkinkan pembakaran lebih sempurna, sirkulasi
uap bahan bakar minyak (BBM) untuk mengurangi emisi tangki BBM,
dan after burner untuk menurunkan emisi. Sedangkan teknologi retrofit
disyaratkan dengan pemasangan alat Retrofit Catalitic Converter untuk
mereduksi emisi HC dan NOX dan debu (TSP). Teknologi ini membawa
implikasi yang besar terhadap sistem BBM, karena TEL tidak dapat lagi
ditambahkan dalam BBM.
3. Energi transportasi.
Besarnya intensitas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor
selain ditentukan oleh jenis dan karakteristik mesin, juga sangat ditentukan
oleh jenis BBM yang digunakan. Seperti halnya penggunaan LPG, akan
memungkinkan pembakaran sempurna dan efisiensi energi yang tinggi.
Selain itu dalam rangka upaya pengendalian emisi gas buang, bila
peralatan retrofit digunakan, diperlukan syarat bahan bakar, khusus yaitu
bebas timbal.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan sistem
transportasi perkotaan, akan sesuai dengan yang diharapkan, khususnya
dalam upaya mengurangi tingkat kemacetan dan mencegah semakin
meningkatnya kadar polutan udara oleh asap kendaraan bermotor dan
kebisingan.
Aspek perencanaan perkotaan dan sistem transportasi akan menjadi
faktor generik dampak yang umumnya timbul, khususnya penggunaan
energi, pencemaran udara termasuk dalam mengurangi tingkat kemacetan
lalu lintas. Selama aspek sistem transportasi yang memadai dan sesuai
terlaksana dalam konteks perencanaan kota yang ada, melalui manajemen
transportasi, efisiensi energi dan pencegahan dampak bagi lingkungan
dapat dilakukan.
Dalam hal pembangunan dan pengembangan sistem transportasi
darat yang ideal untuk kehidupan. Sebenarnya pemerintah sebagai pihak
regulator sudah memberlakukan beberapa peraturan guna menanggulangi
atau meminimalisir dampak negatif yang di akibatkan adanya sistem
transportasi darat.
Berdasarkan kondisi saat ini dimana dapat dilihat bahwa
transportasi sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara akibat emisi
gas buang kendaraan bermotor, perlu diambil langkah-langkah konkrit dan
dukungan berupa :
Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang berpopulasi rendah antara
lain :
a. Keringanan pembebasan pajak untuk kendaraan bermotor yang
menggunakan gas berupa PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran
Bermotor). PERPU.No.21 tahun1997.
b. Keringanan Pajak Kendaraan (STNK) khusus kendaraan berbahan
bakar Gas (BBG atau LPG) selama periode tertentu.
c. Penentuan harga jual Bahan Bakar yang berwawasan lingkungan
(Mogas Unleaded dan Gas) de ngan harga menarik bagi konsumen.
d. Pemberian keringanan pajak untuk Bea Masuk peralatan Konversi
(Conversion Kit), Sehingga harga jualnya dapat ditekan dan
terjangkau oleh masyarakat.
e. Peraturan Pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal
Pemegang Merk (ATPM) untuk setiap kendaraan baru yang
diproduksi sudah dilengkapi/dipasang Catalytic Converter serta
alat konversi untuk kendaraan niaga dan angkutan umum.
Selain itu, juga diperlukan dukungan dari lintas seketoral.
Mengingat permasalahan pencemaran udara terutama di kota -kota besar
telah telah menyebabkan menurunnya kualitas udara yang menggangu
kenyaman bahkan telah menyebabkan gangguan kesehatan dan
keseimbangan iklim global. Untuk menanggulangi hal tersebut upaya-
upaya pengendalian pencemaran udara perlu dilakukan oleh semua pihak
yang terkait dan berkepentingan antara institusional yang meliputi :
beberapa Departemen Teknis terkait (Departemen Perhubungan,
Departemen Tenaga Kerja, Departemen Keuangan dan Kementerian
Pekerjaan Umum), serta Bapedalda, Pertamina dan Polri, sedangkan
Pemda akan berperan sekali sebagai penanggung jawab pelaksanaannya
dan Bappenas sebagai penanggung jawab pendanaannya.
Dalam upaya mengatasi persoalan kemacetan , Ada beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu
lintas antara lain :
a. meningkatkan kapasitas jalan / prasarana seperti: memperlebar jalan,
menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan, membuat
jalan tol, merubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah,
mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu,
biasanya yang paling dominan membatasi arus belok kanan.,
meningkatkan kapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas,
persimpangan tidak sebidang / flyover, mengembangkan inteligent
transport sistem.
b. Pembatasan kendaraan pribadi seperti : Pembatasan penggunaan
kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu seperti yang
direncanakan akan diterapkan di Jakarta melalui Electronic Road
Pricing (ERP), Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui
peningkatan biaya pemilikan kendaraan, Pembatasan lalu lintas
tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Transportasi merupakan urat nadi Pembangunan Nasioanal untuk
melancarakan arus manusia barang maupu informasi sebagai penunjang
tercapainya pengalokasian sumber-sumber perekonomian secara optimal
untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan
terjangkau daya beli masyarakat. Sarana transportasi darat berkembang
mengikuti fenomena yang timbul. Pemilihan sistem transportasi yang
salah dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan bagi
masyarakat maupun lingkungan.
Permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh berkembang pesatnya
transportasi darat antara lain polusi udara, polusi suara, kemacetan, dan
meningkatnya angka kecelakaan lalu-lintas. Adapun untuk menanggulangi
berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh sektor transportasi darat,
perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya efek tehadap
lingkungan dan manusia. Adapun mengenai efek terhadap lingkungan dan
manusia perlu dikendalikan dengan melihat semua aspek yang ada di
dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem transportasi,
meliputi model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin
kendaraan, dan bahan bakar yang digunakan. Selain itu, juga diperlukan
dukungan dari lintas seketoral. Karena sebenarnya pemerintah sebagai
pihak regulator sudah memberlakukan beberapa peraturan guna
menanggulangi atau meminimalisir dampak negatif yang di akibatkan
adanya sistem transportasi darat.

B. Saran
Transportasi sudah selayaknya ada untuk memberi kemudahan
dalam kehidupan manusia. Tetapi dalam perkembangannya transportasi ini
juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, kita sebagai manusia sudah seharusnya bijak
dalam menggunakan alat transportasi, agar masalah atau dampak negatif
dari tranportasi darat dapat di minimalisir sekecil mungkin.
Sudah sepatutnya kita sadar akan pentingnya arti transportasi
dalam kehidupan ini. Namun kita juga harus sadar akan berbagai dampak
negatif yang ditimbulkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial


Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek

Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . perkembangan masyarakat dan


Budaya. Bandung : UPI PRESS

Sumaatmadja, Nursid. (1998) . Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya


dan Lingkungan Hidup. Bandung : AlfaBeta

Sumaatmadja, Nursid dan Kuswaya Wihardit. (1999). Perspektif Global.


Jakarta : Universitas Terbuka

http://www.dephub.go.id/in/data/darat/map_dirjen.pdf

http://www.kpbb.org/download.html

www.uum.edu.my/pend/webpeke/ppend/lalu_lintas.pdf
http://www.walhijogja.or.id

Anda mungkin juga menyukai