Kelas : Y3E
NPM : 202013500370
Sejarah Pendidikan dan PGRI
Namun dengan semakin sadarnya bangsa Indonesia akan makna nasional dan kemerdekaan
lahirlah berbagai pergerakan dalam jalur politik dan pendidikan. Kondisi pendidikan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial belanda
sesuai kepentingan penjajahan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kaum pergerakan
sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan. Ciri-ciri pendidikan zaman itu adalah
minimnya partisipasi bagi rakyat hanya untuk bangsa belanda dan putera golongan priayi,
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan.
Pendidikan kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan kemerdekaan, antara lain :
1. Tahun 1908 Budi utomo menjelaskan bahwa tujuan perkumpulan adalah untuk kemajuan
yang selaras buat negeri dan bangsa. Dalam bidang pendidikan mendirikan Sekolah Sentral di
Solo dan Yogyakarta yaitu Kweekschool.
2. Tahun 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah
3. Tahun 1915 didirikan Trikora Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai perkumpulan pemuda
hingga terwujudnya sumpah pemuda 1928.
4. Tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Tamansiswa.
5. Tahun 1926 Muhamad Safei mendirikan INS (Indonesisch Nederland School)
Dari sini pergerakan nasional melahirkan kesadaran mengenai pentingnya peranan pendidikan
nasional dalam mempersiapkan kelahiran negara nasional. Ciri pendidikan nasional :
1. Bersifat nasionalistik dan sangat anti kolonialis
2. Berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri
3. Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang tinggi
dan kebhinekaan masyarakat Indonesia.
Pendidikan Dasar
Prestasi yang sangat mengesankan yang dicapai selama PJOP I ialah melonjaknya jumlah
peserta didik pada SD dan MI. Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putus sekolah
dan angka tinggal kelas cukup tinggi. Untuk meninhkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada tanggal 2 Mei 1994 program wajib
belajar pendidikan dasar sembilan tahun dicanangkan.
Pendidikan Menengah
Persoalan yang menonjol pada SLTA umum selama pelita V adalah tentang mutu kelulusan
yang terutama diukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi. NEM dan
UMPTN menunjukkan keragaman dalam mutu SLTA antara sekolah dab lokasi geografis yang
berbeda-beda. Maka pada Repelita VI upaya memperbanyak jumlah SLTA Umum yang
bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU Plus yang dilakukan melalui
pengerahan peran serta masyarakat.
Pendidikan Tinggi
PTN dan PTS sama-sama menghadapi tantangan mengenai rendahnya proporsi mahasiswa
yang mempelajari bidang teknologi dan MIPA yang menimbulkan dampak negatif pada dunia
kerja. Mengingat dosen memegang peranan kunci dalam peningkatan mutu maka peningkatan
kualifikasi dosen merupakan prioritas dalam pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia saat
ini.