Anda di halaman 1dari 6

Nama : Randi Bidodo

Kelas : Y3E
NPM : 202013500370
Sejarah Pendidikan dan PGRI

Pendidikan Sebelum Kemerdekaan


● Zaman Purba
Kebudayaan yang berkembang pada penduduk asli disebut Paleolitis (kebudayaan lama/tua),
sedangkan kebudayaan moyang bangsa Indonesia disebut neolitis (kebudayaan baru) yang
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tata masyarakatnya bersifat egaliter, tidak
ada stratifikasi yang jelas. Masyarakatnya dipimpin oleh pemuka adat.
Tujuan pendidikan saat itu adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan
hidup bermasyarakat. Belum ada pendidikan formal, maka kurikulum pendidikannya meliputi
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan mengenai agama.

● Zaman Kerajaan Hindu-Budha


Stratifikasi sudah nampak jelas, antara yang dijamin (raja dan pegawai-pegawainya) dan yang
menjamin (rakyat). Berkembanglah feodalisme di dalam masyarakat dengan diketemukan
tulisan tertua (tulisan huruf Palawa bahasa sansekerta) oleh para ilmuwan sejarah di dekat
Bogor dan Kutai.
Pada jaman kerajaan Tarumanegara, Kutai telah berkembang pendidikan informal berbentuk
Perguruan dan Pesantren. Sebagai pendidik ( guru dan pendhita) adalah kaum Brahmana yang
kemudian guru menggantikan kedudukannya para Brahmana. Implikasi dari feodalisme
pendidikan bersifat aristokratis artinya masih terbatas hanya untuk minoritas yaitu anak-anak
kasta Brahmana dan Ksatria, belum menjangkau mayoritas dari anak-anak kasta Waisya dan
Syudra.
Tujuan pendidikan umumnya agar menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup
bermasyarakat, mampu membela diri, dan membela negara. Darmapala sangat terkenal
sebagai guru Budha yang dimungkinkan candi Borobudur, candi mendut merupakan
pusat-pusat pendidikan agama Budha yang menghasilkan karya sastra yang bermutu tinggi
oleh para empu (pujangga) seperti : Kitab Pararaton (Empu Kanwa), Negara Kertagama ( Empu
Sedah dan Empu Panuluh), Arjuna Wiwaha dan Barathayuda ( Empu Prapanca).

● Zaman Kerajaan Islam


Pada abad 14 melalui saudagar yang beragama Islam masuk dan menyebarkan agama Islam
di pulau Jawa dengan jasa wali songo, akhirnya berdirilah kerajaan Islam. Pada umumnya
tujuan pendidikan untuk menghasilakan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Pendidikan
berlangsung dalam keluarga dan lambaga-lembaga pendidikan seperti langgar-langgar, masjid,
dan pesantren.

● Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol


Bangsa Portugis dan bangsa Spanyol datang untuk berdagang dan sebagai missionaris
(penyebar agama katholik). Mereka mendirikan sekolah yang kurikulumnya berisi pendidikan
agama katholik ditambah mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung.

● Zaman kolonial Belanda


Pada jaman kolonial Balanda karakteristik kondisi sosial budaya yaitu:
1. Berlangsung penjajahan kolonialisme
2. Monopoli hasil pertanian
3. Stratifikasi sosial

Namun dengan semakin sadarnya bangsa Indonesia akan makna nasional dan kemerdekaan
lahirlah berbagai pergerakan dalam jalur politik dan pendidikan. Kondisi pendidikan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial belanda
sesuai kepentingan penjajahan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kaum pergerakan
sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan. Ciri-ciri pendidikan zaman itu adalah
minimnya partisipasi bagi rakyat hanya untuk bangsa belanda dan putera golongan priayi,
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan.
Pendidikan kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan kemerdekaan, antara lain :
1. Tahun 1908 Budi utomo menjelaskan bahwa tujuan perkumpulan adalah untuk kemajuan
yang selaras buat negeri dan bangsa. Dalam bidang pendidikan mendirikan Sekolah Sentral di
Solo dan Yogyakarta yaitu Kweekschool.
2. Tahun 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah
3. Tahun 1915 didirikan Trikora Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai perkumpulan pemuda
hingga terwujudnya sumpah pemuda 1928.
4. Tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Tamansiswa.
5. Tahun 1926 Muhamad Safei mendirikan INS (Indonesisch Nederland School)

Dari sini pergerakan nasional melahirkan kesadaran mengenai pentingnya peranan pendidikan
nasional dalam mempersiapkan kelahiran negara nasional. Ciri pendidikan nasional :
1. Bersifat nasionalistik dan sangat anti kolonialis
2. Berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri
3. Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang tinggi
dan kebhinekaan masyarakat Indonesia.

● Zaman Kedudukan Jepang


Bangsa Indonesia berada pada kekuasaan pendudukan militerisme, implikasinya dalam bidang
pendidikan di Indonesia sebagai berikut :
1) Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya
2) Hilangnya sistem dualisme dalam pendidikan. Terdapat jenjang sekolah : Sekolah Rakyat,
Sekolah Menengah, Sekolah Menengah Tinggi, dan Perguruan Tinggi.
3) Sistem pendidikan menjadi lebih merakyat.

Pendidikan Sesudah Kemerdekaan


● Kondisi Pendidikan Periode 1945 – 1969
1. Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan
Jenjang pendidikan disempurnakan menjadi SMTP dan SMTA dan mulai mempersiapkan
sistem pendidikan nasional sesuai dengan amanat UUD 1945. Menteri pendidikan, pengajaran
dan kebudayaan mengintruksikan agar membuang sistem pendidikan kolonial dan
mengutamakan patriotisme. Rancangan UU yang dihasilkan : UURI no. 4 tahun 1950 tentang
dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.
2. Peletakan Dasar Pendidikan Nasional
Mulai tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara
yang didalamnya memuat pancasila, implikasinya bahwa sejak saat itu dasar sistem pendidikan
nasional kita adalah Pancasila dan UUD 1945.
3. Demokrasi Pendidikan
Sesuai amanat UUD 1945 dan UURI No. 4 tahun 1950 pemerintah mengusahakan
terselenggaranya pendidikan yang bersifat demokratis yaitu kewajiban belajar sekolah bagi
anak-anak yang berumur 8 tahun.
4. Lahirnya LPTK pada Tingkat Universiter
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan mendorong Prof. Moh. Yamin mendirikan
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Atas dasar konferensi antar FKIP negeri seluruh
Indonesia maka lembaga pendidikan tenaga guru ( PGSLP, Kursus BI, BII, dan PTPG)
diintegrasikan dalam FKIP pada Universitas. Kemudian didirkan IKIP yang berdiri sendiri
sebagai pindahan dari PTPG sesuai dengan UU PT No. 22 tahun 1961.
5. Lahirnya Perguruan Tinggi
Pada tanggal 4 Desember 1961 lahir UU no. 22 tentang perguruan tinggi dengan prinsip
Tridharma Perguruan Tinggi.

● Kondisi Pendidikan Pada PJP I : 1969 – 1993


Selama kurun waktu pelita I-V, pendidikan Indonesia mengalami banyak bahan dan kemajuan,
semakin mantapnya sistem pendidikan nasional dengan disahkannya Undang-undang nomor 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah Peraturan Pemerintah yang
menyertainya.

UU tentang Sistem Pendidikan Nasional


Sebagai penjabaran Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disahkan 8 Peraturan Pemerintah (PP) yaitu :
a. PP No. 27/1990 tentang Pendidikan Prasekolah
b. PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar
c. PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah
d. PP No. 30/1990 tentang Pendidikan Tinggi (kemudian diganti PP No. 60/1999)
e. PP No. 72/1991 tentang Pendidika Luar Biasa
f. PP No. 73/1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah
g. PP No. 38/1992 tentang Tenaga Kependidikan
h. PP No. 39/1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional.
Taman Kanak-Kanak
Pendidikan di TK mengalami perkembangan yang cukup mengesankan, hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat khususnya orang tua semakin menyadari akan pentingnya pendidikan
prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan, ketrampilan
guna memasuki SD.

Pendidikan Dasar
Prestasi yang sangat mengesankan yang dicapai selama PJOP I ialah melonjaknya jumlah
peserta didik pada SD dan MI. Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putus sekolah
dan angka tinggal kelas cukup tinggi. Untuk meninhkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada tanggal 2 Mei 1994 program wajib
belajar pendidikan dasar sembilan tahun dicanangkan.

Pendidikan Menengah
Persoalan yang menonjol pada SLTA umum selama pelita V adalah tentang mutu kelulusan
yang terutama diukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi. NEM dan
UMPTN menunjukkan keragaman dalam mutu SLTA antara sekolah dab lokasi geografis yang
berbeda-beda. Maka pada Repelita VI upaya memperbanyak jumlah SLTA Umum yang
bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU Plus yang dilakukan melalui
pengerahan peran serta masyarakat.

Pendidikan Tinggi
PTN dan PTS sama-sama menghadapi tantangan mengenai rendahnya proporsi mahasiswa
yang mempelajari bidang teknologi dan MIPA yang menimbulkan dampak negatif pada dunia
kerja. Mengingat dosen memegang peranan kunci dalam peningkatan mutu maka peningkatan
kualifikasi dosen merupakan prioritas dalam pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia saat
ini.

Pendidikan Luar Sekolah


Pembangunan pendidikan luar sekolah diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara melalui
perluasan jangkauan kejar paket A. Hasilnya adalah semakin menurunnya jumlah warga
masyarakat yang buta huruf. Tantangan, Kendala, dan Peluang Berdasarkan perkembangan
pendidikan pada PJP I, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Indonesia pada
masa-masa selanjutnya, yaitu :
a. Belum mampunya pendidikan mengimbangi perubahan struktur ekonomi dari pertanian
tradisional ke industri dan jasa
b. Masih rendahnya relevansi pendidikan
c. Masih belum meratanya mutu pendidikan
d. Masih tingginya angka putus sekolah dan tinggal kelas
e. Masih banyaknya kelompok umur 10 tahun yang buta huruf
f. Masih kurangnya peran serta dunia usaha dan pendidikan

Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja pendidikan nasional, Yaitu:


a. Kemiskinan dan keterbelakangan
b. Terbatasnya guru yang bermutu
c. Terbatasnya sarana dan prasarana
d. Manajemen sistem pendidikan yang belum secara terarah menuju peningkatan mutu,
relevansi, dan efisiensi pendidikan.

Adapun peluang yang dimiliki oleh pendidikan nasional ialah:


a. Keberhasilan wajib belajar 6 tahun yang memberi landasan bagi pelaksanaan wajar
sembilan tahun.
b. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
c. Semakin luasnya sarana komunikasi
d. Semakin tersebarluasnya lembaga pendidikan negeri dan swasta
e. Adanya UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional yang memberikan landasan yang
kokoh bagi pendidikan nasional.

● Pendidikan Pada Masa Sekarang/Era Global


Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut
bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan
karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasaan ini
disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21
gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang
terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada
di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan
kehidupan dengan Negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di
dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Oleh karana itu, kita
seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing
dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain. Setelah diamati, nampak jelas bahwa
masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal
itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber
daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan
bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik
pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang
akan kami paparkan kali ini adalah masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan,
masalah efesiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidkan. Kondisi pendidikan masa kini
banyak di pengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut
1. Arah pendidikan kurang jelas
2. Pendidikan sebagai barang mahal , artinya pendidkan yang berbasis hanya di
kategorikan saja tanpa seimbang dengan kenyataannya dan hanya untuk sebagai
bahan bisnis.orang akan tertarik pada sekolah-sekolah yang berbasis,sehingga
biayanya pun pasti mahal, maka sekolah pun dijadikan ajang bisnis.
3. Penyelewengan dana : pihak sekolah berlaku tidak adil atas hak peserta didiknya,dana
untuk keperluan sekolah banyak yang di korupsi oleh para pihak sekolah,sehingga
sistem atau struktur sekolah pun tidak tersalurkan dengan baik dan banyak
kekurangannya.
4. kualitas dan kuantitas guru yang kurang : guru yang kurang profesional dalam
mengemban pengajarannya dan tidak sesuainya dalam sistem pemberian
pembelajaran.
5. pendidikan tidak merata
6. Kurang penghargaan pada guru atau dosen.

Akibat dari hal tersebut dikarenakan adanya :


1. Politasi pendidikan
2. Oper spesialisasi
3. Sekularitas pendidikan

Anda mungkin juga menyukai