Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah

PEGADAIAN SYARIAH

Dosen Pengampu:
Saifuddin, M.E.

Disusun Oleh:
Jamilatul Mahya (1910600002)
Suryana Dewi (1910600023)
Lindiana Putri (1910600021)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON - PROBOLINGGO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "PEGADAIAN SYARIAH”
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran
Bank Syariah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
usaha memperoleh pengetahuan dan sepenuhnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.

Probolinggo, November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Pengertian Pegadaian Syariah...................................................................................2

B. Ketentuan Hukum Pegadaian Syariah.......................................................................3

C. Strategi Pengembangan & Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah................................5

D. Tujuan dan Manfaat Pegadaian Syariah....................................................................6

E. Barang Jaminan Dan Sumber Pendanaan Pegadaian Syariah...................................7

F. Mekanisme Produk Pegadaian Syariah......................................................................8

BAB III PENUTUP..........................................................................................................11

A. Keimpulan...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini masih ada kesan dalam masyarakat, kalau seseorang pergi ke
pegadaian untuk menjamin sejumlah uang dengan cara menggadaikan barnag, adalah aib dan
seolah kehidupan orang tersebut sudah sangat menderita. Karena itu banyak diantara
masyarakat yang malu menggunakan fasilitas pengadaian. Lain halnya jika kita pergi ke
sebuah Bank, di sana akan terlihat lebih prestisius, walaupun dalam prosesnya memerlukan
waktu yang relatif lebih lama dengan persyaratan yang cukup rumit.

Bersamaan dengan berdirinya dan berkembangnya bank, BMT, dan asuransi yang
berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, maka hal yang mengilhami dibentuknya pegadaian
syariah atau rahn lebih dikenal sebagai produk yang ditawarkan oleh Bank syariah, dimana
Bank menawarkan kepada masyarakat dalam bentuk penjaminan barang guna mendapatkan
pembiayaan.

Oleh karena itu dibentuklah lembaga keungan yang mandiri yang berdasarkan prinsip
syariah. Adapun dalam makalah ini akan dijelaskan secara lengkap mengenai pegadaian
syariah mulai dari sejarah berdirinya, syarat dan rukun, perbedaan dan persamaan gadai
syariah dengan gadai konvensional dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Pegadaian Syariah
B. Ketentuan Hukum Pegadaian Syariah
C. Strategi Pengembangan dan Kegiatan Pegadaian Syariah
D. Tujuan dan Manfaat Pegadaian Syariah
E. Barang Jaminan dan Sumber Pendanaan Pegadaian Syariah
F. Mekanisme Produk Pegadaian Syariah

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pegadaian Syariah
Dalam kamus besar bahasa indonesia, gadai didefinisikan pinjam meminjam dalam
batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggunan, jika telah sampai pada
waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak yang memberi pinjaman. Istilah dalam bahasa
arab, gadai sama dengan rahn, yang memiliki arti tetap.1

Pengertian gadai atau Rahn yang dikutip dari M. Syafi’I Antonio, Rahn adalah
menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Yang dijaminkan dan ditahan adalah barang yang memiliki nilai ekonomis. Atau dengan
bahasa sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan atau hutang.
Pendapat yang disampaikan oleh Sri Nurhayati, akad rahn sebagai perjanjian dengan jaminan
atau dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. 2

Transaksi hukum gadai dalam fikih Islam disebut al-Rahn. Kata al-Rahn berasal dari
Bahasa Arab “rahana-yarhanu-rahman” yang berarti menetapkan sesuatu. Secara bahasa
menurut Abu Zakariyya Yahya bin Sharaf al-Nawawi pengertian al-Rahn adalah al-Subut wa
al-Dawan yang berarti “tetap” dan al-ihtibas “menahan sesuatu”. Dengan demikian,
pengertian al-Rahn secara bahasa seperti yang terungkap di atas adalah tetap, kekal dan
menahan suatu barang sebagai pengikat hutang. 3

Jadi, gadai atau rahn pada dasarnya adalah transaksi utang piutang yang disertai
agunan dalam bentuk harta bergerak dari orang yang berutang (debitur) kepada orang yang
memberi utang (kreditur) sebagai jaminan utangnya pada saat jatuh tempo, maka setelah
tenggang waktu tertentu, kreditur bisa menjual harta bergerak yang dijadikan agunan itu dan
hasil penjualannya dipakai untuk membayar utang tersebut.4

1
Rokhmat Subagiyo. Tinjauan Syariah Tentang Pegadaian Syariah (Rahn). Tulung Agung: An-Nisbah. Vol 01,
No 01. Oktober 2014. Hlm 166
2
Sri Nur hayati dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 2009. Hlm 256
3
Ade Sofyan Mulazid. Kedudukan Sistem Pegadaian Syariah. Jakarta: KENCANA. 2016. Hlm 1
4
Rokhmat Subagiyo. Tinjauan Syariah Tentang Pegadaian Syariah (Rahn). Tulung Agung: An-Nisbah. Vol 01,
No 01. Oktober 2014. Hlm 167

2
B. Ketentuan Hukum Pegadaian Syariah
Sebagaimana halnya institusi yang berlabel syariah, maka landasan hukum Pegadaian
Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi
SAW. Terdapat tiga landasan hukum Pegadaian Syariah, yaitu Al Quran, hadist, dan ijtihad
para ulama. 5

1. Al-Qur’an

Landasan hukum yang bersumber pada Al-Qur’an adalah Surat Al Baqarah ayat 283,
yang diterjemahkan sebagai berikut:”Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah
kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

2. Hadist

Terdapat empat hadist yang menjadi landasan hukum Pegadaian Syariah, yaitu:

a. Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari seorang
yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi (HR Bukhari dan Muslim).

b. Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda: Tidak terlepas kepemilikan barang
gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung
risikonya (HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah).

c. Nabi Bersabda: Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan


menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan
menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib
menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan (HR Jamaah, kecuali Muslim dan An
Nasai).

5
Nurmala, dkk. Pegadaian Syariah dalam Tinjauan Konseptual. Staf pengajar pada Program Studi Akuntansi
Jurusan Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung. Hlm 2

3
d. Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda: Apabila ada ternak digadaikan, maka
punggungnya boleh dinaiki (oleh yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya
(menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum
(oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Kepada
orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya (HR Jemaah
kecuali Muslim dan Nasai-Bukhari).

3. Ijtihad Ulama

Ijtihad atau kesepakatan para ulama membolehkan akad Rahn (al-Zuhaili, al-Fiqh al-
Islami wa Adilatuhu, 1985). Ijtihad tersebut diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan
ketentuan berikut:

a. Ketentuan Umum:

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai
semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh
dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun
dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun
dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan
tetap menjadi kewajiban rahin.

4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan
jumlah pinjaman.

5. Penjualan marhun

a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi
utangnya.

b) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi.

4
c) Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan
penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban
rahin.

b. Ketentuan Penutup:

1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana mestinya.

C. Strategi Pengembangan & Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah


 Strategi Pengembangan Pegadaian Syariah

Dalam menghadapi persangian yang ketat dan semakin kritisnya konsumen,


pegadaian syariah perlu melakukan strategi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Secara umum strategi pengembangan usaha kedepan diarahkan pada 6 bentu
kegiatan pokok, antara lain

a) Mengoptimalkan produk yang sudah ada dengan lebih professional.


b) Mempertahankan surplus pegadaian syariah, dan terus berupaya meningkatkannya.
c) Memasarkan produk baru yang menguntungkan.
d) Meningkatkan modernisasi dan penanganan sarana dan prasarana.
e) Membuat posisi keuangan yang likuid dan solvable.
f) Meningkatkan komposisi barang gadai
g) Ekstensifikasi transaksi yang digunakan harus sesuai dengan penggunaan dana.
 Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah
Usaha pokok pegadaian adalah usaha peminjaman uang dengan sistem gadai. Akan
tetapi, pegadaian juga memiliki usaha-usaha yang lain. Dalam buku Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya (2018) Karya Kasmir, dijelaskan beberapa beberapa usaha lain yang
dilakukan oleh pegadaian, yaitu:6
1. Melayani jasa taksiran

6
buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2018) Karya Kasmir

5
Jasa taksiran adalah jasa yang diberikan pegadaian kepada masyarakat yang ingin menaksir
berapa nilai riil barang-barang berharga yang dimilikinya.
Jasa ini berguna bagi masyarakat yang ingin menjual barang-barang berharganya atau hanya
sekedar ingin mengetahui jumlah kekayaannya.
2. Melayani jasa titipan barang
Jasa titipan barang adalah jasa yang diberikan pegadaian kepada masyarakat yang ingin
menitipkan barang-barang berharganya.
Jasa ini diberikan untuk memberikan rasa aman kepada pemiliknya, terutama bagi orang-
orang yang akan meninggalkan rumah dalam kurun waktu yang lama.
3. Memberikan kredit
Kredit diberikan terutama bagi karyawan yang memiliki penghasilan tetap. Pembayaran
pinjaman dilakukan dengan memotong gaji peminjam secara bulanan.
4. Ikut serta dalam usaha tertentu bekerja sama dengan pihak ketiga
Misalnya dalam hal pembangunan perkantoran atau pembangunan lainnya dengan sistem
Build, Operate, and Transfer (BOT).

D. Tujuan dan Manfaat Pegadaian Syariah


1). Tujuan Pegadaian Syariah

1) Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah


di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang
pembiayan/pinjman atas dasar hukum gadai.
2) Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
3) Membntu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat yang mudah.
4) Pemanfaatan gadai bebas bunga, pada gadai syariah memiliki efek jaring pengaman sosial
karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman yang berbasis
bunga.

2). Manfaat Pegadaian Syariah

a). Bagi Nasabah

1) Tersedianya dana dengan prosedur yang relative lebih sederhana dan dalam waktu yang
lebih cepat dibandingkan dengan pembiyaan/kredit perbankan.
2) Penaksiran nilai barang bergerak secara profesional.
3) Mendapat fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.

6
b). Bagi perusahaan

1) Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana.
2) Penghasiln yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh jasa
tertentu. Bank Syariah yang mengeluarkan produk gadai syariah bisa mendapat
keuntungan dari pembebanan biaya admin dan biaya sewaan tempat penyimpanan emas.
3) Pelaksanaa misi perum pegadaian sebagai BUMN yang bergerak dibidang pembiayaan
berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur
yang relatif sederhana.

E. Barang Jaminan Dan Sumber Pendanaan Pegadaian Syariah


Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana yang mendesak tersebut adalah
dengan meminjam dana dari perseorangan atau pun lembaga jasa keuangan. Sebagai
informasi, terdapat industri pergadaian yang dapat mengakomodir kebutuhan dana mendesak
Sobat Sikapi. Pergadaian merupakan salah satu jenis industri keuangan non-bank yang
memberikan pinjaman dengan persyaratan utama menyerahkan barang-barang yang akan
digadaikan. Pergadaian dapat menjadi pilihan yang tepat bagi Sobat Sikapi yang belum
memiliki akses terhadap layanan perbankan. Melalui lembaga pergadaian, Sobat Sikapi dapat
melakukan pinjaman dana secara cepat dengan memberikan barang sebagai jaminan yang
akan digadaikan. Sobat dapat mengambil kembali barang jaminan yang digadaikan setelah
menyetorkan sejumlah uang secara diangsur dalam jangka waktu tertentu sebesar dana
pinjaman. Dalam pengembalian dana tersebut terdapat bunga yang harus dibayarkan oleh
nasabah. Namun, bunga yang dibayarkan tentunya lebih kecil dibandingkan meminjam
kepada lembaga keuangan non formal yang tidak bertanggungjawab seperti rentenir maupun
bank keliling. Berikut yang merupakan barang yang dapat digadai

1. EMAS

Emas merupakan salah satu jenis barang yang cukup umum dan banyak diajukan
untuk menjadi barang jaminan gadai dalam melakukan pinjaman. Emas yang digadaikan bisa
dalam bentuk emas batangan maupun perhiasan seperti kalung, gelang, dan cincin. Selain
perhiasan dalam bentuk emas, perhiasan dalam bentuk berlian juga bisa menjadi barang
gadai.

2. SERTIFIKAT

7
Dokumen berharga juga dapat digadaikan seperti sertifikat tanah dan sertifikat rumah.
Nilai pinjaman dari menggadaikan sertifikat tanah ditentukan dari nilai Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) serta seberapa strategis posisi tanah tersebut. Biasanya, menggadaikan
sertifikat tanah atau rumah dilakukan untuk mendapatkan pinjaman dalam jumlah yang besar.

3. KENDARAAN

Kendaraan berupa motor atau mobil menjadi salah satu jenis barang yang dapat
dijadikan barang jaminan gadai. Nasabah dapat menggadaikan kendaraannya dengan
menyertakan surat-surat kendaraan seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), dan faktur pembelian.

4. BARANG ELEKTRONIK

Barang elektronik yang berharga seperti televisi, ponsel, kulkas, laptop, komputer,
dan kamera dapat menjadi barang jaminan gadai. Nilai gadai dari barang elektronik
tergantung pada kondisi barang tersebut, semakin baik kondisi dan keadaan barang yang akan
digadaikan, maka akan semakin tinggi nilai gadainya, begitu pula sebaliknya.

Sumber dana pegadaian berasal dari modal sendiri yaitu modal awal penyertaan dari
pemerintah dan laba ditahan. Pinjaman jangka pendek, berasal dari perbankan dan pihak
lainnya. Penerbitan obligasi, instrumen surat utang, diterbitkan dengan tujuan menghimpun
dana dari masyarakat kemudian memproleh imbalan berupa bunga.

F. Mekanisme Produk Pegadaian Syariah


Mekanisme gadai syariah (rahn) atau pinjaman gadai emas di Bank Mandiri Syariah
adalah produk pembiayaan atas dasar jaminan sebagai salah satu alternatif memperoleh uang
tunai secara cepat. Didasarkan pada tiga akad. Diantaranya yaitu (1) Qardh, yaitu pinjaman
tanpa kelebihan dari pinjaman tersebut. (2) rahn, yaitu menahan harta milik si pinjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. (3) ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang sendiri

Emas minimal seharga Rp. 2.000.000, - atau seberat 4 gram 16 karat emas. Kemudian
nasabah tersebut melampirkan kartu identitasnya yang berupa KTP. Dan membuka rekening
Bank Mandiri Syariah dengan saldo minimum Rp. 500.000, -. Dan hal ini diwajibkan untuk
nasabah membuka rekening dahulu di Bank Mandiri Syariah.

8
Setelah syarat tersebut dipenuhi oleh nasabah maka barang agunan atau emas atau
perhiasan yang dibawa nasabah ditaksir oleh penaksir dengan menggunakan tes uji. Yaitu
memakai uji jarum emas dan metode berat jenis. Kemudian penaksir memberikan nilai
taksiran dari harga emas tersebut. Nasabah berhak mendapatkan pinjaman maksimal sebesar
80% (untuk perhiasan) dan 95% (untuk logam mulia) dari taksiran barang emas. Nasabah
cukup membayar biaya administrasi Rp. 18.000,- sampai dengan Rp. 120.000,- biaya
admisnistrasi hanya dikenakan pada awal transaksi atau saat pencairan dana pinjamaan dan
biaya sewa penyimpanan/ujrah di Bank Mandiri Syariah dengan biaya Rp. 71.250,-/15 hari (1
periode), atau Rp.570.000,-/4 bulan.

Dana pinjaman atau utang (marhun bih) umumnya diberikan dengan cara tunai atau
langsung. Namun dengan ketentuan jika marhun bih di bawah Rp. 5.000.000, -, maka dana
tersebut dapat diambil secara langsung atau tunai dan bisa juga melaui transfer ke rekening
nasabah tersebut yang telah melakukan pemindahbukuan. Sesuai dengan akad yang
berlangsung.

Sedangkan untuk marhun bih di atas Rp. 5.000.000, -, maka dana tersebut wajib
dilakukan dengan cara melalui ATM Bank Mandiri Syariah dan dengan pemindah bukuan
dengan alasan keamanan.

Jangka waktu empat bulan dan dapat diperpanjang atau dapat digadaikan lagi setelah
dilakukan penaksiran dan melunasi biaya gadai. Bila pada saat jatuh tempo ditambah masa
tenggang selama 15 hari nasabah tidak dapat melunasi pinjamannya, maka nasabah dapat
melakukan perpanjangan sebelum melewati masa tenggang dengan membayar kembali biaya
sewa penyimpanan barang emas, atau bersama-sama Bank Mandiri Syariah barang jaminan
emas milik nasabah dapat dijual dan hasilnya digunakan untuk melunasi kewajibannya
kepada Bank Mandiri Syariah, bila hasil penjualan emas tersebut lebih tinggi dari jumlah
kewajiban nasabah maka kelebihan tersebut menjadi milik nasabah, sedangkan bila harga
penjualan barang emas tersebut lebih kecil dari kewajibannya maka tetap menjadi utang
nasabah kepada Bank Mandiri Syariah. Dan biaya perperiode yaitu sebesar 1,4% sampai
0,95% (logam mulia) dan 1,36% sampai 0,8% (untuk perhiasan) tergantung dengan nominal
pembiayaannya.

Barang gadai (marhun) selama perjanjian berlangsung statusnya hanya disimpan saja
tidak untuk dimanfaatkan oleh pihak manapun. Emas tersebut disimpan didalam hasanah atau
lemari besi yang anti api dengan menggunakan CCTV dan juga menggunakan keamanan

9
yang ketat. Serta di lindungi oleh asuransi guna meminimalisir resiko yang akan terjadi.
Standar operasional prosedur produk gadai syariah di Bank Mandiri Syariah ini dijalankan
dengan konsep yang berdasarkan atau berlandaskan pedoman dari bank mandiri syariah pusat
melalui pedoman atau petunjuk mengenai pegadaian syariah. Dan dari strategi produk dan
pemasarannya dengan cara promosi melalui siaran radio menyebarkan brosur di pasar dan
jalan dan cara pemasaran melalui media social untuk menarik minat nasabah. Pangsa
pasarnya semua kalangan terlebih lagi untuk pedagang kecil dana cepat guna meningkatkan
modal kerjanya.

10
BAB III

PENUTUP
A. Keimpulan
Dari uraian kita sepakati bersama bahwa gadai atau rahn pada dasarnya adalah
transaksi utang piutang yang disertai agunan dalam bentuk harta bergerak dari orang yang
berutang (debitur) kepada orang yang memberi utang (kreditur) sebagai jaminan utangnya
pada saat jatuh tempo, maka setelah tenggang waktu tertentu, kreditur bisa menjual harta
bergerak yang dijadikan agunan itu dan hasil penjualannya dipakai untuk membayar utang
tersebut.

Pegadaian Syariah dibentuk untuk kemudahan dalam mengatasi masalah yang ada
pada masyarakat yang sedang membutuhkan uang dengan segera tetapi mempunyai kendala
tertentu, maka dengan cara menggadaikan barang-barang sebagai jaminan dari pinjaman uang
yang diajukan pada pegadaian diharapkan mampu untuk mengurangi beban dan kesulitan
dalam memperoleh uang tunai. Beberapa barang yang dapat digadai berupa: emas, sertifikat,
kendaraan dan barang elektronik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Rokhmat Subagiyo. Tinjauan Syariah Tentang Pegadaian Syariah (Rahn). Tulung Agung:
An-Nisbah. Vol 01, No 01. Oktober 2014.

Sri Nur hayati dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 2009.

Ade Sofyan Mulazid. Kedudukan Sistem Pegadaian Syariah. Jakarta: KENCANA. 2016.

Nurmala, dkk. Pegadaian Syariah dalam Tinjauan Konseptual. Staf pengajar pada Program
Studi Akuntansi Jurusan Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung

12

Anda mungkin juga menyukai