Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KASUS I MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PENYELESAIAN PANDEMI COVID 19

Oleh :
KELAS G747 KELOMPOK 7
1. Rayhan Favian Al Gaffar 21082010162
2. Muhammad Nail Hadi 21082010163
3. Yudha Perwira Bima Sakti 21082010164
4. Miftah Rahmaddani 21082010165
5. Robby Alamsyah Satriya Putra 21082010166
6. Muhammad Surya Adhi Setiawan 21082010167
7. Ahmad Azwin Asyrafi 21082010168

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


SURABAYA
2021
Artikel 1

Begini Kronologi Lengkap Virus Corona Masuk Indonesia

Tanggal : 11 Juni 2021

Dari 69 negara tersebut, per hari ini (Senin, 2 Maret 2020) nama Indonesia masuk
ke dalam negara yang terjangkit virus corona. Presiden Joko Widodo
mengumumkan virus corona Wuhan menjangkiti dua warga Indonesia, tepatnya di
kota Depok, Jawa Barat. 

Kedua orang tersebut merupakan seorang ibu (64) dan putrinya (31) yang sempat
kotak dengan warga Jepang yang positif mengidap COVID-19. Warga Jepang
tersebut baru terdeteksi  COVID-19 di Malaysia, setelah meninggalkan Indonesia.

Nah, berikut kronologi lengkap mengenai kasus virus corona Wuhan di Indonesia,
yang Halodoc himpun dari berbagai sumber media lokal dan nasional. 

Virus Corona Masuk Indonesia Bermula dari Pesta Dansa

Kasus COVID-19 di Indonesia diawali dari sebuah pesta dansa di Klub Paloma &
Amigos, Jakarta. Peserta acara tersebut bukan hanya warga negara Indonesia saja,
tetapi juga multinasional, termasuk warga Jepang yang menetap di Malaysia. Berikut
kronologi virus corona yang muncul di Depok, Jawa Barat, Indonesia. 

Kasus pertama, NT (31)

 14 Februari: NT mengikuti acara pesta dansa dengan peserta multinasional,


termasuk Jepang. Ketika kembali ke domisilinya (Malaysia), warga negara
Jepang tersebut positif mengidap COVID-19.

 16 Februari: Selang dua hari setelah itu, NT mengalami batuk, sesak, dan


demam selama kurun waktu 10 hari. 

 26 Februari: Untuk mengatasi keluhannya NT berobat ke RS Mitra Depok. Di


sana dokter mendiagnosis NT mengidap Bronkopneumonia, salah satu jenis
pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru. NT ditetapkan
sebagai suspect virus corona Wuhan, dengan riwayat kontak kasus positif
COVID-19.

 29 Februari: NT dirujuk ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti


Saroso, meski keadaanya sudah membaik (tidak demam, masih batuk).
 1 Maret: Dokter mengambil spesimen berupa nasofaring, orofaring, serum,
dan sputum. Sampel ini, kemudian dikirim ke Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Litbangkes). Pengambilan Bronchoalveolar
lavage (BAL) akan dikirim kemudian. Kasus yang dialami NT masuk dalam
kategori pengawasan. 

Kasus kedua, MD (64)

 20 Februari: MD berkontak dengan anaknya NT yang diduga mengidap


COVID-19. 

 22 Februari: Dua hari setelahnya, MD menunjukkan gejala infeksi virus


corona. Ia juga berobat ke RS Mitra Depok dengan dengan diagnosis tifoid
dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). MD diduga mengidap COVID-
19. 

 29 Februari: Beserta anaknya NT, mereka dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso. 

 1 Maret: Prosedurnya sama dengan NT, dokter mengambil spesimen berupa


nasofaring, orofaring, serum, dan sputum. Sampel ini kemudian dikirim ke
Litbangkes. Kasus MD masuk dalam kategori pengawasan. 

Pada Senin, 2 Maret 2020, Presiden Jokowi Widodo mengatakan kedua positif
mengidap virus corona wuhan atau COVID-19. 

Menurut beberapa media massa, kronologi virus corona Wuhan, tatalaksana kasus,
pengobatan, pengambilan, hingga pengiriman spesimen di atas, diperoleh dari
petugas Surveilans Kota Depok. 

Dinkes Isolasi Rumah

Kasus pertama COVID-19 di Indonesia ini, didapat melalui penelusuran Kementerian


Kesehatan RI. “Orang Jepang ke Indonesia bertemu siapa, ditelusuri dan ketemu.
Ternyata, orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64
tahun dan putrinya 31 tahun," kata Jokowi

Penanganan kasus pertama virus corona Wuhan tak hanya berfokus pada kedua
pengidapnya. Demi penularan lebih jauh, pemerintah juga mengisolasi rumah
pengidap COVID-19 di kota Depok. 

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, rumah warga Depok yang
positif mengidap virus corona telah diisolasi, 

"Sesuai prosedur, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat langsung melakukan


pemantauan, juga melakukan isolasi rumah dan sebagainya," jelasnya. 
Apa Kabar NT dan MD?

Menurut Direktur RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, baik NT maupun MD


dalam keadaan baik. Kondis keduanya sadar penuh, tidak ada keluhan panas, tidak
sesak napas, dan gejala batuknya pun juga berkurang. 

Di samping itu, tanda vital dari keduanya juga dalam keadaan normal. Mulai dari
tensi darah, suhu, pernapasan, dan nadi. 

Bagaimana Respon Pemerintah?

COVID-19 bukanlah penyakit global pertama kali yang dihadapi Indonesia. Jauh
sebelumnya, tepatnya pada 2003 pemerintah Indonesia juga pernah berhadapan
dengan penyakit  Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Lalu, bagaimana
kesiapan pemerintah dalam melawan COVID-19? 

Presiden Jokowi mengatakan, pemerintah Indonesia memiliki kesiapan dan


perlengkapan yang memadai untuk menangani kasus virus corona pertama ini. Tak
cuma itu, pemerintah juga berupaya untuk menekan penyebaran virus korona
Wuhan, yang kini vaksinnya belum ditemui.

Menurut Jokowi, kini pemerintah telah menyiapkan lebih dari 100 rumah sakit
dengan ruang isolasi untuk menangani COVID-19. Disamping itu, pemerintah
Indonesia juga memiliki peralatan medis yang memadai sesuai standar
internasional. 

Selain tim medis, Jokowi juga membentuk tim lain untuk mengatasi virus corona
Wuhan. Tim ini merupakan gabungan dari TNI-Polri serta sipil untuk melakukan
penanganan di lapangan. 

Singkat kata, pemerintah siap dan menjamin ketersedian anggaran mengatasi


serangan virus corona. Mulai dari pengobatan, penanganan, dan pencegahannya
agar tak menyebar. 

Sumber : dr. Rizal Fadli

Link : https://www.halodoc.com/artikel/kronologi-lengkap-virus-corona-masuk-
indonesia
Artikel 2

Pandemi Belum Juga Usai, Begini Dampak Negatif Covid 19 Bagi Kehidupan
Masyarakat

Tanggal : 22 Mei 2021

Bicara mengenai dampak negatif Covid 19, virus yang pertama kali berkembang di
kota Wuhan, China ini telah merenggut lebih dari 2 juta nyawa manusia di seluruh
dunia.

Tak berhenti sampai di situ, kemunculan virus Covid 19 turut menyebabkan


perubahan secara signifikan di segala lini kehidupan, mulai dari kesehatan,
pendidikan, sampai urusan ekonomi. Berikut 5 masalah serius sebagai dampak
negatif dari Covid 19.

Rumah Sakit Kewalahan Tangani Pasien Covid-19

Membludaknya pasien Covid-19 di tanah air membuat sejumlah rumah sakit


mengalami kewalahan. Bagaimana tidak, pasien covid-19 yang dirawat jumlahnya
lebih banyak daripada jumlah tenaga kesehatan, kamar rawat, dan alat-alat medis
yang tersedia.

Dilansir dari laman detik.com, sebuah RSUD di kawasan Jakarta Utara sampai
harus menempatkan pasien Covid-19 di lorong rumah sakit karena kehabisan
tempat tidur. Tak jauh berbeda dengan kondisi di atas, beberapa rumah sakit
rujukan Covid-19 di Kota Malang bahkan sempat menolak pasien baru karena
kapasitas sudah penuh.

Punya Dampak Panjang Bagi Kesehatan

Meski telah dinyatakan sembuh, pasien Covid-19 ternyata berisiko mengalami


gangguan kesehatan lainnya. Menurut laporan covid19.go.id, sejauh ini mereka
yang telah sembuh dari Covid-19 rentan mengalami kelelahan, batuk, nyeri sendi
dan dada, hingga sesak napas.
Bukan hanya itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga
menerima laporan bahwa paparan Covid-19 mampu mempengaruhi sistem organ
tubuh secara berbeda di setiap orang.

Untuk menindaklanjuti kasus di atas, sampai saat ini para ahli terus melakukan
penelitian terkait dampak jangka panjang Covid-19 bagi kesehatan.

Sekolah Digelar Secara Online

Dampak negatif virus corona selanjutnya adalah sekolah harus digelar secara
online untuk menghindari kerumunan massa. Meski prosesnya terasa lebih praktis
karena para siswa tidak perlu berangkat ke lokasi belajar, tetapi aktivitas ini bisa
menimbulkan efek negatif bila dilakukan secara terus-menerus.

Salah satu masalah yang sering dikeluhkan adalah siswa kesulitan memahami
pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Apalagi jika proses belajar tidak didukung
dengan koneksi internet dan perangkat yang memadai.

Di sisi lain, sekolah online juga berpotensi menurunkan kemampuan bersosialisasi


para murid karena waktu bermain bersama teman jadi lebih sedikit.

Anak Lebih Banyak Terpapar Gadget

Sesuai dengan peraturan pemerintah yang mewajibkan kegiatan belajar mengajar


dilakukan secara online, hal tersebut membuat waktu screen time atau penggunaan
gadget pada anak jadi lebih banyak.

Sebagai informasi, untuk anak usia 2 – 5 akses menggunakan gadget maksimal


adalah 1 jam, sementara untuk anak usia sekolah dasar adalah 2 jam. Lebih dari itu,
anak-anak berpotensi kecanduan gadget yang sebenarnya tidak baik bagi
kesehatan mata.

Apabila orang tua tidak mendampingi anak ketika mengakses gadget, bukan tidak
mungkin si kecil terpapar konten berbau porno yang marak tersebar di dunia maya,
eksploitasi anak oleh oknum tidak bertanggung jawab, hingga risiko mengalami
cyberbullying.

Ekonomi Mengalami Resesi

Dilihat dari kacamata ekonomi, kemunculan virus Covid-19 sukses membuat


sejumlah negara mengalami resesi, termasuk Indonesia. Resesi sendiri merupakan
istilah yang mengacu pada kondisi produk domestik bruto atau pertumbuhan
ekonomi sebesar 0% atau minus selama dua kuartal berturut-turut.

Pasca penyebaran Covid-19 di tanah air, Badan Pusat Statistik RI melaporkan


pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32% pada kuartal II/2020 dan
minus 3,49% di kuartal III/2020. Dari data tersebut, Indonesia kemudian dinyatakan
mengalami resesi ekonomi.
Mengingat pandemi belum berakhir, masyarakat diwajibkan tetap mematuhi protokol
kesehatan di mana pun sedang berada. Bila mengalami gejala, segera lakukan tes
Covid-19 atau hubungi posko tanggap Covid-19 terdekat.

Sumber : Dr. Jean Melanny

Link : https://www.traveloka.com/id-id/explore/health/pandemi-belum-juga-
usai-begini-dampak-negatif-covid-19-bagi-kehidupan-masyarakat/83127

Artikel 3

Perlu peran masyarakat dalam penanganan COVID-19

Tanggal : 5 Agustus, 2021

Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Juri Ardiantoro mengatakan


bahwa penanganan COVID-19 tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah, tetapi
perlu peran serta masyarakat untuk membantu mempercepat pemulihan.

Juri mengatakan dalam rangka mempercepat penanganan COVID-19, seluruh pihak


harus mengambil tanggung jawab, baik pemerintah, masyarakat umum, pihak
swasta dan pihak lain yang memiliki sumber daya dan kesempatan.

"Keterlibatan masyarakat untuk mengambil inisiatif dalam rangka kampanye protokol


kesehatan, baik menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan adalah
situasi yang memang kebutuhan kita bersama," ujar Juri dalam webinar "Gerakan
dari Pintu ke Pintu Wajib Masker" pada Kamis.
Juri mengatakan sebesar apa pun usaha pemerintah dalam menangani COVID-19
tidak akan berhasil jika masyarakatnya tak mematuhi protokol kesehatan seperti
menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Penting bagi masyarakat untuk turut serta mendukung kegiatan pemerintah dalam
kampanye pengendalian COVID-19. Selain itu, masyarakat secara mandiri juga bisa
membuat gerakan atau inisiasi untuk menyampaikan protokol kesehatan secara
terus menerus.

"Seberapa pun usaha pemerintah untuk melakukan tracing, treatment atau vaksinasi


yang sekarang kita kejar, tanpa ada usaha yang kuat dari masyarakat untuk
mencegah diri dan lingkungannya terpapar dari pandemi COVID-19, akan sulit untuk
kita keluar dari wabah ini," kata Juri.
Lebih lanjut, penerapan penggunaan masker di kalangan masyarakat juga belum
terlaksana 100 persen sehingga edukasi dan program penguatan menjadi sangat
penting.

Melanjutkan misi kemanusiaan sebelumnya, dalam menyelamatkan masyarakat dari


COVID-19, Aice Group mencanangkan misi besar dalam program Gerakan Dari
Pintu Ke Pintu "WAJIB MASKER" bersama dengan Kantor Staf Presiden.
Masker medis sejumlah 500.000 akan didistribusikan dari pintu ke pintu kepada
masyarakat melalui relawan dan ibu-ibu PKK di 18 Kab/Kota se-Indonesia.
"Inisasi dari Kantor Staf Presiden yang didukung AICE dan relawan nasional COVID-
19 patut kita dukung bersama untuk menjadi corong pentingnya untuk
menyampaikan prokes kepada masyarakat," ujar Juri.

Berdasarkan data dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19, jumlah kasus COVID-
19 di Indonesia masih terus bertambah dengan jumlah kasus positif COVID-19 lebih
dari 4 juta kasus hingga saat ini.

Sumber : Suryanto

Link : https://www.antaranews.com/berita/2309806/perlu-peran-masyarakat-
dalam-penanganan-covid-19
Artikel 4

Bukan hanya varian baru, ini penyebab kasus positif Covid-19 di Indonesia
melonjak

Tanggal : Selasa, 22 Juni 2021

Kenaikan kasus positif Covid-19 di beberapa daerah melonjak cukup tajam.


Tingginya angka pasien positif virus Corona menyebabkan banyak rumah sakit
kehabisan ruang perawatan. 

Menurut data dari laman covid19.go.id, per tanggal 21 Juni 2021, angka positif
Covid-19 di Indonesia sebanyak 2.004.445 jiwa. Untuk angka pasien sembuh
sebanyak 1.801.761, dan pasien Covid-19 yang meninggal dunia sebanyak 54.956
jiwa. 

Tren kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh varian baru
saja, melainkan ditambah masyarakat mulai abai dengan protokol kesehatan. 

Menurut Bayu Satria Wiratama, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM),


masyarakat mulai lalai dalam melakukan prokes seperti mencuci tangan, menjaga
jarak, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas. 

Selain masyarakat yang abai, pemerintah juga dianggap kurang maksimal dalam
menerapkan 3T yaitu testing, tracing, dan treatment. 

“Kenaikan wajar karena 3T kurang dan masyarakatnya abai sama 5M,” jelas Bayu
Satria seperti dilansir dari laman UGM. 

Kasus positif Covid-19 naik, PPKM perlu dievaluasi

Kenaikan angka pasien positif Covid-19 membuat kebijakan memberlakuan


Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) perlu dievaluasi kembali terlebih
masyarakat yang semakin tidak patuh dengan prokes. 
Bayu Satria menyampaikan jika perpanjangan PPKM tidak dibarengi dengan
evaluasi, tidak akan diketahui penyebab gagalnya PPKM mikro. 

"Selain masalah 5M yang tidak dijalankan masyarakat, ada peran pemerintah yang
kurang disana terutama soal lawan hoaks dan orang-orang yang suka menyebarkan
informasi salah,” tegasnya.

Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara juga menunjukkan kenaikan angka


positif Covid-19. Meskipun demikian, hal tersebut tidak bisa menjadi alasan karena
kondisi Indonesia berbeda dengan negara lain. 

Pemerintah yang tidak solid sejak awal, 3T yang tidak merata dan cenderung kurang
di banyak daerah menjadi beberapa sebab kasus Covid-19 di Indonesia
meningkat. Hal tersebut juga ditambah dengan masyarakat yang sering abai dengan
prokes 5M.

Varian baru dan pelanggaran prokes jadi penyebab tingginya kasus Covid

Bayu Satria, seperti bersumber dari laman UGM, menilai jika kombinasi dari
masuknya varian Covid-19 yang baru dan pelanggaran prokes menjadi faktor utama
tren kenaikan Covid-19 di Indonesia. 

Artinya varian baru tidak 100 persen menyumbangkan penambahan angka positif
virus Corona di Indonesia. Pelanggaran prokes terus-menerus ditambah varian baru
menjadi penyebab banyak masyarakat yang terserang virus ini.

Dia juga menambahkan jika kebijakan lockdown atau kebijakan lainnya sebaiknya
tidak diambil secara terburu-buru oleh pemerintah pusat dan daerah. 

Kebijakan penting untuk diambil setelah mempertimbangkan data yang jelas. Bayu
menegaskan jika harus ada dasar yang jelas dari data maupun hal lainnya termasuk
juga dari aspek epidemiologi. 

Pada kenyataannya banyak sekali kebijakan diambil tanpa pertimbangan yang jelas
namun kemudian tidak pernah ada evaluasi.

Sumber : Tiyas Septiana

Link : https://kesehatan.kontan.co.id/news/bukan-hanya-varian-baru-ini-
penyebab-kasus-positif-covid-19-di-indonesia-melonjak
Artikel 5

Psikologis dan Kesehatan Mental Masyarakat Akibat Covid-19

Tanggal : Kamis, 29 Juli 2021

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mutia Fitra Pusvita, Mahasiswi Semester 7 Fakultas Ilmu


Komunikasi, Unpas.

Pandemi Covid-19 telah meningkatkan kecemasan bagi banyak orang. Sebagian


orang kecil bisa mengalami masalah mental yang berkepanjangan. Permasalaham
kesehatan mental menjadi isu yang tidak terelakkan di tengah pandemi Covid-19.
Permasalahan kesehatan mental seperti cemas, depresi dan trauma karena Covid-
19 dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kasus ini menandakan bahwa pandemi
bisa memicu permasalahan kesehatan mental seseorang hingga ke tingkat yang
sangat serius. 

Devora Kestel, Direktur Departemen Kesehatan Mental mengatakan bahwa


kesehatan mental akibat Covid-19 bahwa 80% persoalan Covid-19 adalah
psikologis. Sisanya adalah kesehatan fisik. Kesehatan mental yang dialami
masyarakat akibat pandemi Covid-19 berkenaan dengan tiga masalah psikologis. 

“Yaitu cemas, depresi dan trauma. Sebagian kecil orang mengalami cemas dan
depresi akibat pandemi covid-19. Gejala cemas utama adalah merasa khawatir
sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir berlebihan, mudah marah dan sulit rileks.
Sementara gejala depresi utama adalah muncul gangguan tidur, kurang percaya diri,
lelah, tidak bertenaga dan kehilangan minat”. 

Pada sebagian besar orang memiliki gejala stres pasca trauma karena mengalami
atau menyasikan peristiwa tidak menyenangkan terkait covid-19. Gejala stres pasca
trauma ( PTSD ). Ada tiga tingkatan dari yang berat hingga ringan. Gejala pasca
trauma yang menonjol yaitu merasa berjarak dan terpisah dari orang lain serta
merasa terus waspada, berhati hati, dan berjaga jaga.
Kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 merupakan sumber stres baru bagi
masyarakat dunia saat ini. Faktor utamanya adalah depresi, akibat jarak dan isolasi
sosial. Ketakutan akan Covid-19 menciptan tekanan emosional yang serius. Rasa
keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak telah mengganggu kehidupan
banyak orang dan mempengaruhi kesehatan mental mereka, seperti depresi dan
bunuh diri. 

Isolasi selama pandemi Covid-19 kemungkinan kontribusi terhadap bunuh diri.


Contohnya, mahasiswa China yang kuliah di Saudi Arabia bunuh diri setelah isolasi
di rumah sakit karena terinfeksi Covid-19. Kedua adalah resesi ekonomi akibat
pandemi. Pandemi Covid-19 telah memicu krisis ekonomi yang kemungkinan akan
meningkatkan resiko bunuh diri terkait dengan adanya pengangguran dan tekanan
ekonomi. Perasaan ketidakpastian, putus asa, dan tidak berharga akan
meningkatkan angka bunuh diri.

Contohnya, seperti Menteri keuangan Jerman yang bunuh diri pada akhir Maret
2020 karena putus asa dengan dampak ekonomi. Ketiga, stres dan trauma pada
tenaga kesehatan. Penyedia layanan kesehatan berada pada resiko kesehatan
mental yang tinggi akibat pandemi Covid-19. Sumber stres mencakup stres yang
ekstrim, takut akan penyakit, perasaan tidak berdaya dan trauma karena
menyaksikan pasien Covid-19 yang meninggal sendirian. Keempat, adanya stigma
dan diskriminasi. Di Indonesia, stigma dan diskriminasi dialami secara nyata,
terutama oleh tenaga kesehatan. Bentuk stigma yang dialami yaitu orang - orang
menghindar dan menutup pintu saat melihat tenaga kesehatan, dilarangnya naik
kendaraan umum, keluarga yang dikucilkan, dan adanya ancaman diceraikan oleh
suami atau istrinya. 

Permasalahan kesehatan mental, seperti cemas, depresi dan trauma akibat Covid-
19 dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Terhadap permasalahan
ini, pemerintah telah meluncurkan Layanan Sejiwa untuk membantu menangani
ancaman psikologis masyarakat akibat pandemi Covid-19 dan berupaya
mengembangkan Desa Siaga Covid-19. Dalam hal ini, DPR RI, khususnya Komisi
IX, perlu mendukung upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan terkait
pencegahan, penanganan, serta pelaksanaan tindak lanjut permasalahan kesehatan
mental akibat pandemi Covid-19.

Sumber : Rahmat Santosa Basarah

Link : https://www.republika.co.id/berita/qwzvh4352/psikologis-dan-kesehatan-
mental-masyarakat-akibat-covid19
Solusi Penyelesaian

Dari banyaknya artikel yang ada diatas munculnya virus corona ini memang tidak
disengajakan. Tidak bisa dipungkiri juga karena pada awal – awal munculnya virus
tersebut kita masih sulit untuk merasakan gejalanya. Akhirnya berawal dari dua
orang, berkembang menjadi jutaan orang di Indonesia yang terdampak kasus
COVID 19 ini. Dampak negatif mulai bermunculan seiring berjalannya pandemi
COVID 19, dampak negatif ini telah menyerang berbagai bidang terutama
perekonomian dan kesehatan. Psikologis masyarakat pun sampai terganggu karena
berbagai kejadian atau peristiwa yang banyak terjadi selama pandemi sehingga
membuat cemas, dikatakan 80% kasus COVID 19 disebabkan oleh permasalahan
psikologis. Diperlukannya kerja sama antara masyarakat serta pemerintah juga
sangat penting, karena hingga sekarang ini masih banyak sekali yang tidak peduli
akan pentingnya protokol kesehatan di dalam maupun di luar ruangan dan peraturan
/ kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkadang tidak sesuai dengan realitanya.

Berikut adalah solusi penyelesaian menurut kelompok 7 :

 Pengadaan Health Check untuk Penumpang

Untuk setiap turis dan penumpang yang mendarat di Indonesia wajib dilakukan
Health Check sebelum memasuki kawasan masyarakat.

 Karantina bagi yang diduga terjangkit.

Bagi penumpang dan turis yang diduga terjangkit diwajibkan untuk berkarantina baik
di hotel maupun di ruangan tertutup dalam kurun waktu kurang lebih 2 minggu untuk
mengontrol persentasi penyebaran.

 Pembatasan Border Indonesia.

Pembatasan border Indonesia untuk negara - negara yang memiliki riwayat


terjangkit guna untuk mengontrol penyebaran virus.
 Sosialisasi kepada Masyarakat.

Sosialisasi kepada masyarakat betapa berbahaya pandemi dan virus yang sedang
muncul. Dan juga sosialisasi pencegahan penularan virus seperti protokol kesehatan
dan penggunaan masker.

 Kebijakan Lockdown.

Menetapkan kebijakan lockdown untuk daerah yang terjangkit virus dan daerah
sekitar guna mengurangi kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mengontrol penyebaran.

 Pengadaan Vaksin.

Pengadaan vaksin yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara impor vaksin dari
negara yang sudah berpengalaman dalam menangani hal pandemi dan negara yang
sudah meneliti vaksin tersebut, yang dimana akan diaplikasikan kepada masyarakat
guna mengontrol penyebaran dan memunculkan herd immunity.

 Penggunaan Tenda – Tenda Darurat serta Gedung Kosong Untuk


Menampung Pasien COVID-19.

Pengunaan tenda – tenda darurat serta gedung maupun bangunan kosong di


berbagai wilayah di sekitar layanan kesehatan dapat digunakan untuk memberikan
perawatan pertama atau bahkan perawatan jangka lama untuk menangani pasien
COVID-19 yang belum atau tidak mendapatkan penanganan secara langsung di
rumah sakit.

 Konsumsi Makanan yang Sehat dan Bergizi serta Konsumsi Buah –


Buahan.

Bagi pasien COVID-19 yang telah sembuh, tentunya akan memiliki antibodi yang
rendah karena telah digunakan untuk melawan virus COVID-19. Regenerasi antibodi
pada tubuh membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh sebab itu pasien diharapkan
dapat memakan makanan yang sehat dan bergizi serta buah – buahan untuk
membantu pembentukan antibodi.

 Memasukkan Sekian Persen Siswa Belajar Secara Tatap Muka di


Sekolah dengan Tetap Mentaati Protokol Kesehatan.

Pemerintah dapat menyarankan sekolah untuk memasukkan sekian persen siswa


dan siswinya untuk belajar secara tatap muka di sekolah. Hal tersebut tentu masih
memerlukan ijin dari orang tua wali murid untuk menjalankan kegiatan tatap muka di
sekolah. Kegiatan belajar secara tatap muka juga dapat dilakukan di sekitar sekolah
yang memiliki ruangan luas dengan tetap mengikuti protokol kesehatan, seperti aula
sekolah, gasebo, atau pendopo sekolah.
 Penggunaan Fitur Pembatasan Pada Gadget.

Orang tua dapat menggunakan fitur pembatasan pada masing – masing gadget
untuk membatasi penggunaan aplikasi yang dapat digunakan saat anak
menggunakan gadget. Dengan fitur pembatasan tersebut, sang anak hanya dapat
mengakses aplikasi serta fitur yang hanya diperbolehkan untuk pembelajaran seperti
Google Meet dan Zoom.

 Pemerintah Dapat Melakukan Belanja Besar- Besaran Guna Meredam


Kontradiksi Ekonomi Akibat Pandemi COVIID-19.

Langkah tersebut dipilih karena, pada masa krisis akibat pandemi COVID-19,
belanja pemerintah diakui sebagai instrumen pengungkit pemulihan ekonomi. Di
samping itu, sektor swasta dan Usaha Mikro Kecil Menengah harus dipulihkan
dengan stimulus.

 Penggunanaan Masker Secara Tertib

Masker adalah salah satu hal wajib yang harus digunakan saat melakukan aktivitas
baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) guna
mengantisipasi penularan virus COVID-19. Seluruh elemen masyarakat tidak
terkecuali wajib menggunakan masker secara tertib sesuai dengan protokol
kesehatan yang telah ditentukan untuk menekan adanya penularan virus COVID-19.
Pihak – pihak yang berwenang diharapkan untuk selalu memberikan penyuluhan
pentingnya memakai masker dan menegakkan hukum jika diperlukan agar
penggunaan masker dapat dilakukan dengan lebih tertib lagi dan tentunya sesuai
dengan anjuran Pemerintah.

 Sesering Mungkin Mencuci Tangan Menggunakan Sabun

Virus COVID-19 dapat menempel pada permukaan tubuh manusia tak terkecuali di
bagian kulit – kulit tubuh manusia yang terkena langsung dengan lingkungan luar
contohnya tangan. Tangan yang terdapat virus COVID-19 memang tidak segera
masuk kedalam tubuh manusia namun, tangan yang menyentuh bagian – bagian
yang dapat dilalui virus COVID-19 untuk masuk kedalam tubuh dengan mudah
seperti mulut, hidung, dan mata juga akan menyebabkan banyaknya angka
penularan virus COVID-19 tersebut. Seluruh Masyarakat diharapkan untuk sesering
mungkin mencuci tangan mereka menggunakan sabun ataupun menggunakan
handsanitizer untuk mematikan virus dan kuman penyebab penyakit terlebih lagi
virus COVID-19.

 Senantiasa Menjaga Jarak


Kerumunan yang dibuat oleh beberapa kalangan masyarakat waktu lalu
menyebabkan adanya lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi di negara kita
Indonesia. Virus COVID-19 dapat dengan mudah berpindah dengan cara terbang
bebas diudara dan terjadi kontak antara pembawa virus dengan orang yang sehat.
Maka dari itu, kita harus selalu menataati protokol kesehatan yang dianjurkan
pemerintah yang salah satunya yaitu menjaga jarak aman dalam melakukan segala
aktivitas sehari – hari terutama yang dilakukan diluar rumah. Lagi – lagi hal ini
dilakukan dengan tujuan menekan angka penyebaran virus COVID-19.

 Membatasi Mobilitas Masyarakat

Angka kenaikan kasus COVID-19 terjadi karena tidak dijalankannya protokol


kesehatan yang dianjurkan pemerintah dengan baik. Virus COVID-19 memang tidak
dapat kita lihat diluar sana karena keterbatasan indera penglihatan kita sebagai
manusia, tetapi kita harus sadar bahwa virus COVID-19 sangat berbahaya hingga
dapat mengancam nyawa seseorang. Jika tidak memiliki hal – hal yang mendesak
untuk dilakukan, berdiam diri dirumah adalah salah satu hal mudah yang dapat
dilakukan untuk menekan angka penyebaran virus COVID-19 ini.

 Gunakan Media yang Ada untuk Jalin Komunikasi Bersama

Walaupun terhalang dengan adanya virus COVID-19 bahkan beberapa dari mereka
harus melakukan kegiatan yang semestinya dilakukan pada tempat tertentu namun
sekarang dilakukan di rumah saja seperti adanya Work From Home (WFH) dan
belajar secara daring melalui internet. Hal tersebut dilakukan untuk tetap terhubung
satu sama lain meskipun tidak harus bertatap muka secara langsung. Harapannya
virus COVID-19 segera hilang dan kita semua dapat melakukan segala aktivitas kita
seperti sebelum adanya Pandemi Global COVID-19 yang terjadi di beberapa
belahan penjuru dunia.

Semakin lama pandemic COVID-19 ini muncul, masyarakat mulai abai dengan
protokol kesehatan karena mereka merasa apabila telah divaksin mereka imun
terhadap virus tersebut. Selain itu, masyarakat juga sudah bosan dengan
pembatasan-pembatasan yang telah dilakukan selama satu setengah tahun terakhir.
Dari permasalahan di atas, solusi paling sederhana dan paling sulit untuk dilakukan
adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pandemi Covid-19. Karena kita
sebagai masyarakat merupakan tentara utama yang menghadapi virus tersebut.
Sedangkan dokter dan tenaga kesehatan lainnya merupakan benteng terakhir untuk
menghadapi pandemi Covid-19. Maka sudah terbukti bahwa modal utama untuk
menghadapi pandemi Covid-19 dengan meningkatkan kesadaran diri masyarakat,
beginilah caranya :

 Sebagai pemerintah, mereka dapat menyebarkan iklan layanan masyarakat


tentang Covid-19 di berbagai media seperti televisi, media sosial, artikel,
poster dan banner di tempat yang strategis dengan harapan kesadaran
masyarakat akan tumbuh setelah melihat iklan tersebut.
 Sebagai tenaga kesehatan, mereka dapat menyosialisasikan bagaimana
dampak langsung virus tersebut terhadap pasien agar masyarakat was-was
apabila mereka atau keluarga terdekatnya terjangkit virus tersebut.
 Sebagai masyarakat pada umumnya, kita dapat meningkatkan kesadaran diri
kita dengan membaca berita-berita tentang Covid-19 dari sumber yang
terpercaya supaya tidak terjadi adanya kesalahan informasi yang berusaha
disampaikan pemerintah kepada rakyatnya.

Solusi tersebut nampaknya sangat sederhana dan mungkin di luar sana juga
terdapat solusi yang lebih efektif dan efisien daripada solusi yang telah saya
sampaikan di atas. Walaupun demikian, meningkatkan kesadaran masyarakat
merupakan kunci utama bagi kita untuk menghadapi pandemi Covid-19 ini. Oleh
karena itu, kita sebagai masyarakat diharapkan dapat secara bertahap untuk
meningkatkan kesadaran diri kita akan pandemi Covid-19. Dengan begitu, secara
bertahap pula kasus positif Covid-19 ini akan turun seiring dengan meningkatnya
kesadaran diri masyarakat yang telah kita bentuk bersama-sama.

Untuk permasalahan psikologi yang menyangkut persoalan Covid 19 disebabkan


sebanyak 80% yaitu cemas, depresi dan trauma. Untuk menjaga kesehatan mental
masyarakat yang diakibatkan Covid 19 saat ini, masyarakat dapat menyibukkan
dirinya dengan berbagai kegiatan seperti bermain game, membaca, menanam,
menggambar dan kegiatan lainnya yang disukai sehingga rasa cemas, depresi, dan
trauma dapat teralihkam. Jika masih merasa cemas dan trauma, masyarakat dapat
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pikiran kita menjadi positif
dan tenang, sebab semua sudah ditentukan oleh Allah swt. Apa yang menjadi milik
kita pasti akan menjadi milik kita, baik itu rezeki maupun penyakit. peluncuran
layanan untuk membantu menangani ancaman psikologis masyarakat akibat
pandemi COVID 19 adalah salah satu solusi juga, jika mengalami masalah bisa
menghubungi layanan tersebut. Kesimpulannya masyrakat hanya berikhtiar dengan
melakukan Prokes dengan baik dan tidak berpikir berlebihan apa yang akan terjadi
kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai