Anda di halaman 1dari 10

“POLEMIK PERUBAHAN RUU KUHP dan RUU KPK”

Disusun oleh:
Marcellino Pangestu Saputra
3903019003
Manajemen B
2019/2020

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA KAMPUS MADIUN


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segaa berkat dan rahmat-Nya
sehingga saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “POLEMIK
PERUBAHAN RUU KUHP dan RUU KPK”. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban
untuk memenuhi nilai tugas akhir semester.
Dalam kesempatan ini, saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu saya dalam mengerjakan makalah ini agar dapat selesai tepat
waktu. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mohon maaf jika ada penulisan atau kata-kata yang tidak berkenan dalam makalah ini.
ABSTRAK
Undang-undang yang memiliki fungsi sebagai alat untuk mengatur kehidupan
masyarakat dan juga sebagai alat tatanan pemerintahan di selewengkan oleh beberapa pejabat
pemerintahan. Hak untuk melakukan revisi undang-undang malah menimbulkan polemik
dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa pasal dianggap menyalahi aturan dan dinilai
mengada-ada. Hal ini menyebabkan terjadinya gerakan penolakan dalam pengesahan
Rancangan Undang-undang oleh pemerintah yang dilakukan oleh persatuan mahasiswa se-
Indonesia dan juga dibantu masyarakat. Mahasiswa menolak Rancangan Undang-undang
disahkan karena beberapa pasal yang melemahkan lembaga-lembaga negara dan juga
melemahkan tatanan hukum bangsa. Pemerintah harusnya lebih selektif dalam melakukan
revisi atau perubahan undang-undang. Undang-undang seharusnya memiliki fungsi untuk
menciptakan keadilan sebuah negara, karena itu merupakan tujuan dari sebuah negara yaitu
tentang keadilan (Aristoteles).

Kata kunci:
Rancangan Undang-undang
Polemik pengesahan RUU
Tujuan negara
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang berbentuk nergara republik yang memiliki
pemimpin negara yaitu presiden, sedangkan sistem pemerintahan yang dianut Indonesia
adalah sistem pemerintahan demokrasi dimana rakyat yang memerintah (dari rakyat, oleh
rakyat, untuk rakyat). Dengan total 72juta masyarakat yang berdomisili di Indonesia, maka
agar dapat menata setiap masyarakat yang ada pemerintah mengeluarkan suatu perundang-
undangan. Dimana setiap undang-undang yang ada di Indonesia dibuat dalam berbagai
macam dengan tujuan tertentu yang telah sesuai dengan apa yang diatur. Undang-undang
yang ada di Indonesia antara lain yaitu, UU KUHPerdata dan UU KPK, dll.

B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia saat ini adalah masalah tentang
pembaharuan/pergantian Undang-undang KUHPerdata dan Undang-undang KPK yang
diduga memiliki pasal-pasal yang menyeleweng dari dasar negara kita yaitu Pancasila.
Terdapat banyak pasal-pasal yang tdak masuk akal yang dimasukkan ke dalam Rancangan
Undang-Undang ataupun sebagai pengganti dari Undang-undang yang lama.
Beberapa pasal yang memiliki kontroversi di masyarakat:
1. Pasal Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden
Yakni terkait pasal-pasal penyerangan kehormatan atau harkat dan martabat presiden
dan wakil presiden yang diatur dalam pasal 218 sampai 220.
Salah satu pasalnya yang menjadi sorotan adalah pasal 219 yang berbunyi:
“Setia orang yang menyiarkan, mempertunjukan, atau menempelkan tulisan atau
gambar sehingga terlihat oleh umum, memperdengarkan rekaman sehingga terdengar
oleh umum, atau menyebarluaskan dengan sarana teknologi informasi yang berisi
penyerangan kehormatan atau harkat dan martabat terhadap presiden dan wakil
presiden dengan maksud agar isinya diketahui atau lebih diketahui umum dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan atau pidana denda
paling banyak kategori IV.
2. Pasal Perzinaan (Kumpul Kebo)
Dimana dalam pasal 417 ayat 1 setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan
orang lain yang bukan suami atau istri dipidana karena perzinaan dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau dengan pidana berupa denda kategori II.
Pada ayat 2 tindak pidana perzinaan tidak dilakukan penuntutan kecuali atas
pengaduan suami, istri, orang tua, atau anaknya.
Pada pasal 418 ayat 1 laki-laki yang bersetubuh dengan seorang perempuan yang
bukan istrinya dengan persetujuan perempuan tersebut karena janji akan dikawini,
kemudian mengingkari janji tersebut dapat dipidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun atau denda paling banyak kategori III.
Pada pasal 418 ayat 2 dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kehamilan dan laki-laki tersebut tidak bersedia mengawini atau ada
halangan untuk kawin yang diketahuinya menurut peraturan perundang-undangan di
bidang perkawinan dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak kategori IV. Proses hukum hanya bisa dilakukan atas pengaduan yang
dijanjikan akan dikawini.
Pada pasal 419 ayat 1 setiap orang yang melakukan hidup bersama sebagai suami istri
diluar perkawinan dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak kategori II.
Pada pasal 419 ayat 2 tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan suami, istri, orangtua, atau anaknya.
Ayat 3 pengaduan dapat juga diajukan oleh kepala desa atau dengan sebutan lainnya
sepanjang tidak terdapatkeberatan dari suami,istri, orang tua, atau anaknya.
3. Pasal tentang Menujukan Alat Kontrasepsi
Pasal 414 tentang mempertunjukkan alat pencegah kehamilan dan alat pengguguran
kandungan. Bunyi pasal 414 “Setiap orang yang secara terang-terangan
mempertunjukkan, menawarkan, menyiarkan tulisan, atau menunjukkan untuk dapat
memperoleh alat pencegah kehamilan kepada anak dapat dipidana dengan pidana
denda paling banyak kategori I.
4. Pasal Pembiaran Unggas
Pasal 278 terkait gangguan terhadap tanah, benih, tanaman, dan pekarangan. Pasal
tersebut berbunyi:
“Barang siapa tanpa wewenang membiarkan ungags ternaknya berjalan di kebun,
ditanah yang sudah ditaburi, digali, atau ditanami, diancam dengan pidana denda
paling banyak da ratus dua puluh lima rupiah. Setiap orang yang membiarkan ungags
yang diternaknya berjalan di kebun atau tanah yang telah ditaburi benih atau tanaman
milik orang lain dipidana dengan denda paling banyak kategori II.
5. Pasal Tentang Gelandangan
Pada pasal 431 tertulis: “Setiap orang yang bergelandangan di jalan atau di tempat
umum yang mengganggu ketertiban umum dipidana dengan pidana denda paling
banyak kategori I.
6. Pasal Tentang Arbosi
Pada pasal 471 tentang pengguguran kandungan, yang berbunyi: (1) Setiap orang
yang menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan
persetujuan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal tindak
7. Pasal Tentang Korupsi
Pasal tindak pidana korupsi yang diatur dalam RUU KUHP diatur dalam pasal ^)$
yang berbunyi: “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling sedikit kategori II dan paling banyak kategori VI”. Pasal
tersebut menuai kontroversi bagi masyarakat dikarenakan hukuman bagi para
koruptor turun menjadi 2 tahun paling sedikit. Hukuman tersebut lebih ringan
daripada KUHP yang lama, yakni hukuman bagi para koruptor paling sedikit adalah 6
tahun penjara/
8. Pasal Tentang Santet
Tindakan santet bagi orang yang menawarkan jasa praktik ilmu hitam bisa diancam
pidana. Hal itu tertuang dalam pasal RUU KUHP 252. Bunyi dari pasal 252 ayat 1:
“Setiap orang yang menyatakan dirinya mempunyai kekuatan gaib, memberitahuakn,
memberikan harapan, menawarkan, atau memberikan bantuan jasa kepada orang lain
bahwa karena perbuatannya dapat menimbulkan penyakit, kematian, atau penderitaan
mental atau fisik seseorang dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun atau pidana denda paling banyak kategori IV”.
9. Pasal Penistaan Agama
Dalam pasal RUU KUHP 304 tantang penodaan agama seseorang bisa dipidana
selama 5 (lima) tahun lamanya. Hal tersebut berlaku bagi orang yang menyiarkan,
menunjukkan, menempelkan tulisan, gambar, atau rekaman, serta
menyebarluaskannya melalui kanal elektronik. Bunyi dari RUU KUHP pasal 304:
“Setiap orang di muka umum yang menyatakan perasaan atau melakukan perbuatan
bersifat permusuhan atau penodaan terhadap agama yang dianut di Indonesia dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak kategori
V”.
10. Pasal Tentang Kebebasan Pers dan Berpendapat
Kebebasan pers dan berpendapat mendapat ancaman dikarenakan ada beberapa pasal
yang seperti pasal karet.
11. Hukum Adat
Hukum adat menjadi salah satu pasal RUU KUHP yang kontroversi karena
pelanggaran hukum adat di masyarakat bisa mendapatkan hukuman pidana.

Beberapa pasal tersebut merupakan pasal-pasal yang terdapat dalam RUU KUHP baru
yang memicu polemik di masyarakat saat ini. Masyarakat merasa heran kenapa harus
menerbitkan pasal-pasal yang tidak jelas seperti itu. Akhirnya masyarakat berserta
perkumpulan seluruh mahasiswa se-Indonesia menyerukan aksi menolak pengesahan RUU
KUHP dan RUU KPK yang baru. Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di seluruh tanah
air dilakukan atas respons terhadap isu-isu terkini yang dinilai akan merugikan masyarakat
dan kehidupan demokrasi di Indonesia. Mahasiswa menolak pengesahan sejumlah rancangan
undang-undang, satu di antaranya RUU KUHP, dan menolak UU KPK yang baru saja
disahkan DPR. Mereka menilai UU KPK yang baru bakal melemahkan
pemberantasan korupsi di tanah air. Sebab, sejumlah 'kelebihan' KPK dipreteli di UU yang
baru, semisal penyadapan, operasi tangkap tangan yang harus meminta izin Dewan
Pengawas, dan lainnya. Sementara, pengesahan RUU KUHP bakal membawa mundur
demokrasi di Indonesia. Sebab, sejumlah pasal di RUU KUHP dinilai mereka bertentangan
dengan kebebasan berpendapat dan demokrasi. Demonstrasi yang digelar hampir di seluruh
wilayah Indonesia itu masif terjadi hingga kini. Para mahasiswa memiliki beberapa tuntutan
kepada DPR selaku badan pemerintahan negara yang bertugas untuk membuat ataupun
memperbaharui undang-undang. Tuntutan ini juga ditujukan kepada presiden selaku kepala
negara yang akan mengesahkan RUU tersebut.
Ada tujuh poin tuntutan mahasiswa kepada pemerintah dan DPR. Tujuh tuntutan itu antara
lain:
1. Mendesak penundaan dan pembahasan ulang pasal-pasal yang bermasalah dalam
RUU KUHP.
2. Mendesak pemerintah dan DPR untuk merevisi UU KPK yang baru saja disahkan dan
menolak segala bentuk pelemahan terhadap upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia.
3. Menuntut negara untuk mengusut dan mengadili elite-elite yang bertanggungjawab
atas kerusakan lingkungan di Indonesia.
4. Menolak pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak
pada pekerja.
5. Menolak pasal-pasal problematis dalam RUU Pertanahan yang merupakan bentuk
penghianatan terhadap semangat reforma agraria.
6. Mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
7. Mendorong proses demokratisasi di Indonesia dan menghentikan penangkapan
aktivis di berbagai sektor.
Para mahasiswa menuntut sebuah keadilan dalam negeri ini. Dengan perubahan pasal-pasal
dalam RUU KUHP dan RUU KPK yang dinilai melemahkan hukum di negara. Mahasiswa
yang di bantu oleh masyarakat mendorong pemerintah untuk tidak mengesahkan RUU
tersebut. Pemerintah wajib meninjau ulang seluruh pasal-pasal yang terdapat dalam RUU
KUHP dan RUU KPK.

C. Polemik Perubahan RUU KUHP dan RUU KPK ditinjau dari Tujuan Negara menurut
Aristoteles
Salah satu tujuan negara menurut Aristoteles adalah mengenai keadilan. Menurut
Aristoteles keadailan merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu negara. Keadilan
menunjukkan “equality” yang memiliki karaktristik proposional, bukan sekadar asal
sama.” (Dr. Agustinus W.D, S.S., M.Hum, 2017: 118). Proposional menurut Aristoteles
memiliki arti sesuai dengan porsinya masing-masing. Seperti undang-undang yang dibuat
oleh pemerintahan negara Indonesia yang berfungsi untuk menciptakan sebuah keadilan
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam beberapa tahun ini undang-undang
dianggap sebelah mata oleh para pejabat pemerintahan. Dengan wewenangnya
melakukan perubahan terhadap undang-undang, mereka merubah undang-undang
menjadi tidak sesuai dengan kaidah-kaidah dan fungsi dari undang-undang itu sendiri,
mereka justru melemahkan fungsi utama dari undang-undang itu sendiri. Ini
menimbulkan polemik bagi masyarakat dikarenaka memiliki pasal-pasal yang tidak
masuk akal.

D. ARGUMENTASI
Undang-undang yang seharusnya dibuat untuk tujuan negara yaitu untuk menciptakan
sebuah keadilan bagi masyarakat suatu negara. Keadilan ini menjadi poin utama dalam
pembangunan negara. Negara yang bisa menciptakan keadilan bagi masyarakatnya
adalah negara yang mampu mengorganisir seluruh tata hidup negara.
RUU KUHP dan RUU KPK yang telah dirumuskan oleh para anggota DPR RI
menuai kontra di masyarakat. Banyak pasal-pasal yang dinilai tidak masuk akal, salah
satu contohnya pasal yang mengatur tentang ungags. Di dalam pasal tersebut apabila ada
ungags yang berkeliaran di halaman/pekarangan maka pemilik unggas akan dikenai
denda. Hal ini justru menuai kontroversi bagi masyarakat di daerah perdesaan ataupun
perkampungan. Rata-rata masyarakat di daerah perkampungan memiliki hewan ternak
dan hewan tersebut dilepas liarkan di pekarangan. Apabila pasal ini disahkan nanti tentu
saja akan menimbulkan kegaduhan di masyarakat perkampungkan karena tidak terima
harus membayar denda karena hewan ternaknya berjalan-jalan di pekarangan tetangga.
Seharusnya pemerintah memikirkan juga nasib masyarakat yang ada di daerah
perkampungan, apakah bila undang-undang ini disahkan akan menuai hal positif atau
justru berdampak negative?. Pasal lainnya yang menuai kontroversi adalah pasal tentang
koruptor. Pasal ini menuai kontroversi disebabkan karena hukuman pidana yang diterima
pelaku koruptor yang tidak sesuai. Hukuman pada RUU lebih ringan daripada UU
sebelumnya, dimana pada UU KUHP yang lama hukuman bagi para pelaku korupsi
minimal adalah 6 tahun sedangkan hukuman pada RUU KUHP yang baru adalah 2
tahun. Menurut masyarakat dan para mahasiswa hukuman ini terlalu ringan bagi orang
yang melakukan pemalsuan dan mencuri uang negara bagi kepentingan pribadi atau
suatu korporasi.
Sebelem melakukan pengesahan terhadap RUU KUHP dan RUU KPK yang baru
sebaiknya pemerintah melakukan evaluasi dda merevisi kembali pasal-pasal tersebut
agar mampu diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Undang-undang harus bersifat
menciptakan keadilan. Dengan keadilan maka negara Indonesia dipastikan akan menjadi
negara maju suatu saat nanti. Tanpa adanya perpecah belahan dan berbagai macam
konflik dan menciptakan kedamaian bagi bangsa ini.
https://www.merdeka.com/
Dewantara, Agustinus. "Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini." (2017).
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Anda mungkin juga menyukai